3
bagian  dari  tubuh  kolektif.  Identifikasi  memiliki  aspek  kognitif  dan emosional.
II.2 Integrasi menurut Emile Durkheim
II.2.1 Latar Belakang Pemikiran
Perhatian  Durkheim  terhadap  solidaritas  dan  integrasi  sosial dilatarbelakangi  oleh  keadaan  keteraturan  sosial  yang  goyah  di  Perancis,
sebagai  akibat  dari  revolusi  Perancis  yang  meliputi  ketegangan  terus menerus  dan  konflik  antara  kelompok  monakhi  dan  kaum  republik  sayap
kiri.
14
Revolusi  industri  yang  terjadi  saat  itu  membawa  perubahan  dalam struktur  ekonomi,  hubungan  sosial  serta  orientasi  budaya  dasar.  Nilai
kepercayaan, kebiasaan, hubungan sosial tradisional dan pola-pola mencari nafkah  secara  tradisional  kemudian  dirubah  ke  suatu  keteraturan  sosial
industri kota yang baru. Namun dasar-dasar yang baru itu agaknya goyah, sehingga  Durkheim  berusaha  untuk  memahami  dasar-dasar  keteraturan
sosial yang baru itu. Setelah mengamati kesulitan-kesulitan yang dihadapi masyarakat  dalam  peralihan  itu,  Durkheim  meyakini  bahwa  pengetahuan
ilmiah  mengenai  hukum  masyarakat  dapat  mengkonsolidasikan  dasar moral  keteraturan  masyarakat  yang  sedang  muncul  itu.  Ia  bertekad  untuk
mendorong  perubahan  pendidikan  yang  menanamkan  perasaan  yang  kuat
1 =
2 +
2
mengenai  moralitas  dan  solidaritas  yang  kuat  terhadap  bangsa  bagi
warganya saat itu.
Perhatiannya mengenai pendidikan itu juga terjadi bersamaan dengan peralihan  sistem  pendidikan  di  Perancis  dari  Khatolik  ke  sistem
pendidikan  yang  sekuler.  Sehingga  Durkheim  berpikir  perlu  untuk mengembangkan  suatu  alternatif  lain  dari  dasar  pendidikan  agama
tradisional,  yakni  suatu  ideologi  sekuler  atau  sistem  kepercayaan  yang
memberikan tonggak-tonggak moral dan etika dalam masyarakat sekuler.
Ciri  khas  positivisme  Durkheim  adalah  usaha  satu-satunya  untuk mendekati masyarakat sebagai sebuah kenyataan organis yang independen
yang  memiliki  hukum-hukum,  perkembangan  dan  kehidupan  sendiri. Holistisisme  metodologi  Durkheim  berkaitan  dengan  sebuah  pendirian
yang  sangat  deterministis,  yang  berpendapat  bahwa  individu-individu tidak berdaya di hadapan pembatasan-pembatasan dari kekuatan-kekuatan
sosial  yang  menghasilkan  penyesuaian  diri  dengan  norma-norma  sosial atau tingkah laku yang disebabkan oleh norma-norma tersebut.
15
Bagi Durkheim, moralitas adalah sebuah fenomena sosial dan fakta- fakta  moral  dapat  dijelaskan  seperti  setiap  jenis  faktas  sosial  lainnya
dengan  acuan  pada  sebab-sebab  historis  dan  pertimbangan-pertimbangan fungsional.
3
+
II.2.2 Fakta Sosial