3
II.2.4 Teori Bunuh Diri Suicide
Durkheim menunjukkan betapa pentingnya arti solidaritas dan integrasi dalam masyarakat melalui analisanya mengenai bunuh diri
Suicide . Tindakan yang nampak sangat individu ternyata tidak dapat
dijelaskan secara individual sebab bertalian juga dengan masalah sosial. Durkheim melihat tindakan bunuh diri sebagai antithesis individu terhadap
solidaritas dan integrasi sosial, dan angka bunuh diri yang tinggi dilihatnya sebagai petunjuk kurangnya efektivitas ikatan-ikatan sosial. Dia
melakukan penelitian tentang angka bunuh diri di beberapa negara di Eropa.
23
Secara statistik hasil dari data-data yang dikumpulkannya menunjukkan kesimpulan bahwa gejala-gejala psikologis sebenarnya tidak
berpengaruh terhadap kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.
Menurut Durkheim peristiwa-peristiwa bunuh diri sebenarnya merupakan kenyataan-kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat
dijadikan sarana penelitian dengan menghubungkannya terhadap sturktur
sosial dan derajat integrasi sosial dari suatu kehidupan masyarakat. Durkheim membagi tipe bunuh diri ke dalam 3 macam. Pertama,
bunuh diri egoistis. Bunuh diri egoistis adalah bunuh diri yang terjadi karena individuasi yang berlebih-lebihan yang terjadi bila individu dicabut
dari kesadaran kolektif yang memberi arah dan makna kehidupannya.
24
A = ;
2
Tingginya angka bunuh diri egoistis dapat ditemukan dalam masyarakat atau kelompok di mana individu tidak berinteraksi dengan baik
dalam unit sosial yang luas. Lemahnya integrasi ini melahirkan perasaan bahwa individu bukan bagian dari masyarakat, dan masyarakat bukan pula
bagian dari individu. Sikap seseorang yang tidak berintegrasi dengan orang lain egoisme, yang tidak memilki tujuan hidup bagi lingkungan
sekitarnya berujung pada bunuh diri.
Durkheim menyatakan bahwa ada faktor paksaan sosial dalam diri individu untuk melakukan bunuh diri, di mana individu menganggap
bunuh diri adalah jalan lepas dari paksaan sosial. Contoh: Tingkat bunuh diri dalam masyarakat agama Protestan lebih tinggi. Superioritas
Protestantisme dari sudut pandang bunuh diri disebabkan karena integritas Gereja Kristen Prostestan lebih lemah dibanding Gereja Khatolik.
25
Kedua, bunuh diri altruistis. Bunuh diri altruistis adalah hasil
individuasi yang tidak memadai dan karenanya labih umum di dalam masyarakat-masyarakat primitif dimana individu tidak memiliki rasa
eksistensi yang terarah, yang jelas dan karenanya siap untuk mengorbankan dirinya sendiri untuk kelompok.
26
Bunuh diri altruistik bersangga atas adanya suatu kesadaran umum conscience collective
yang kuat, yang sedemikian mendominasi
3
= 1
9 7 :
++ 3
2
5
tindakan-tindakan pribadi orang, sehingga ia mau mengorbankan jiwanya demi kelanjutan keutuhan suatu nilai kolektif.
27
Bunuh diri semacam ini adalah lawan bunuh diri egoistis, dan merupakan akibat ikatan pada kelompok sosial masyarakat yang kuat,
kesetiaan. Adanya suatu tuntutan ikatan yang demikian kuat, maka ia harus menyesuaikan diri dengannya untuk kepentingan bersama. Bunuh
diri Altruistik terjadi bukan karena si pelaku menggunakan haknya untuk menghilangkan nyawanya melainkan kewajiban. Jika ia tidak menjalani
kewajiban ini maka ia akan terkena hukuman sesuai dengan sanksi agama atau hinaan dalam masyarakat.
28
Contoh: bunuh diri seorang pelayan
kepada tuannya, bunuh diri tentara jepang dalam perang dunia. Ketiga, bunuh diri anomik. Bunuh diri anomik berasal dari ketiadaan
peraturan moral.
29
Bunuh diri ini terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu. Gangguan tersebut mungkin akan membuat
individu merasa tidak puas karena lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas
terhadap kesenangan.
Bunuh diri anomik terjadi ketika menempatkan orang dalam situasi norma lama tidak berlaku lagi sementara norma baru belum dikembangkan
tidak ada pegangan hidup. Bunuh diri semacam ini tidak berhubungan
= 1
+ A
= ; =
1 +2
dengan kemiskinan tetapi berasal dari frustasi dan keputusasaan yang diakibatkan oleh keinginan-keinginan yang tidak dapat diwujudkan.
30
Contoh: bunuh diri dalam situasi depresi ekonomi seperti pabrik yang tutup sehingga para tenaga kerjanya kehilangan pekerjaan, dan mereka
lepas dari pengaruh regulatif yang selama ini mereka rasakan. Contoh lainnya seperti booming ekonomi yaitu bahwa kesuksesan yang tiba-tiba
individu menjauh dari struktur tradisional tempat mereka sebelumnya
melekatkan diri.
Bunuh diri anomik juga bisa disebabkan oleh hilangnya aturan matrimonial di mana perkawinan yang mengatur hubungan cinta dan
perceraian yang terjadi di mana-mana menjadi suatu indikator adanya anomie dalam perkawinan anomie conjugal.
31
Teori bunuh diri Suicide Durkheim dapat dilihat dengan jelas melalui memahami dua fakta sosial utama yang membentuknya, yakni
integrasi dan regulasi. Integrasi merujuk pada kuat tidaknya keterikatan dengan masyarakat dan regulasi merujuk pada tingkat paksaaan eksternal
yang dirasakan oleh individu. Menurut Durkheim, kedua arus sosial tersebut adalah variabel yang saling berkaitan dan angka bunuh diri
meningkat ketika salah satu arus menurun dan yang lain meningkat. Sehingga dibutuhkan moral untuk mengontrol dan menghindari berbagai
penyimpangan yang mungkin terjadi.
+
= 1
9 33
Moralitas merupakan sutau aturan yang menjadi patokan bagi tindakan dan perilaku manusia dan interaksinya di dalam masyarakat.
Konsep Durkheim mengenai moralitas ini merujuk pada apa yang dinamakan norms norma-norma dan rules aturan-aturan yang harus
dijadikan acuan dalam berinteraksi. Nilai-nilai moral dan interaksi dalam
kehidupan masyarakat dangat mempengaruhi proses integrasi sosial.
Berdasarkan teori bunuh diri Suicide yang dipaparkan oleh Durkheim, maka setidaknya ada dua bentuk integrasi yakni integrasi
rendah dan integrasi tinggi. Pertama, integrasi rendah. Dalam kelompok
yang memiliki integrasi rendah anggota-anggota kelompok cenderung
individualistis yang mengurangi perasaan kelompok. Kedua, integrasi
tinggi. Dalam kelompok yang memiliki integrasi tinggi, anggota-anggota kelompok lebih kompak dan solid atau memperlihatkan perasaan sebagai
anggota kelompok yang tinggi.
32
Menurut Durkheim, konsensus atau kesepakatan mengenai seperangkat nilai merupakan kekuatan untuk mengintegrasikan atau
mengukuhkan masyarakat.
33
Melalui konsensus kesepakatan di antara anggota-anggota masyarakat, maka semua anggota masyarakat dapat
memahami satu sama lain. Dan pada akhirnya akan menimbulkan kondisi aman dan tentram serta integrasi dalam masyarakat tersebut.
; 9
1 8 ;
++ 2
+
II.2.5 Teori Agama