SEJARAH MUNCULNYA KAMPUNG KUMUH

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id paling kuat yang dianggap mampu memberikan perubahan masa depan untuk menjadi lebih mapan dari pada saat sebelum pergi kekota. Sementara itu, dikarenakan banyaknya jumlah urban yang tidak bisa dibendung, malah menjadikan kota semakin rumit, dengan kapasitas kemempuan , pengetahuan dan potensi para urban urban yang sedikit mengakibatakan ketidakmampuan para pendatang atau urban untuk beradaptasi dengan lingkungan perkotaan. Dengan begitu, dampaknya bukanlah kesejahteraan dan peningkatan mutu hidup bagi penduduk yang bertempat tinggal di kota, akan tetapi malah mempengaruhi perkembangan kondisi kota yang cenderung mengalami penurunan kualitas hidup per kapita penduduknya seperti kondisi kumuh, tempat tinggal dari gedek, kriminalitas dll. Hal itulah yang dialami oleh salah satu informan bernama sutaji 4 , yang mana dia adalah termasuk pendatang dari tulungagung yang sudah tinggal diperkampungan kumuh ini selama 8 tahun. Sebelum ke kota surabaya, beliau dimintai saudara laki lakinya agar mau bekerja diwarungnya, tetepi karena dia berniat ingin mandiri, akhirnya dia dengan uang seadanya memberanikan diri untuk pergi kesurabaya dengan niat untuk mencari pekerjaan. Ternyata sutaji berangkat tidak sendiri, dia membawa seorang teman bernama adi, Sesampainya disurabaya tanpa memikirkan panjang lebar mereka berdua pergi dalam tempat yang berbeda utk mencari pekerjaan. 4 Wawancara dengan bapak Sutaji 17 Juli 2014 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dikarenakan kuranggnya pengetahuan, skill dan potensi maka 2 pemuda itu mendapatkan pekerjaan alakadarnya sebagai tukang becak dan pemulung dan membangun sebuah rumah diatas tanah PJKA. Dan hingga saat sutaji telah memiliki 1 istri dan anak yang juga sekarang sama tinggalnya di perkampungan kumuh sekitar rel kereta api ketintang Surabaya. Persoalan yang sama juga ditunjukkan oleh keluarga khotimah 5 . Mereka adalah salah satu keluarga yang sudah sangat lama tinggal diperkampungan ini, bahkan bapak mertua bu Khotimah pak Ali alm pernah menjai ketua RT diperkampungan kumuh ini. Hingga 2 periode. Bu Khotimah dan suami hanya bisa melakukan hal hal unskill dengan cara berjualan bensin eceran dan juga berjualan nasi pada waktu pagi hari belum seberapa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dikota Surabaya ini. Karena ketidakadaan uang untuk menyewa tanah, maka mereka pun mencari tempat yang murah bahkan gratis dengan memilih daerah sekitar rel kereta api Ketintang Surabaya sebagai tempat tinggal dan hunian mereka. 5 Wawancara dengan ibu Khotimah 19 Juli 2014 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 58

BAB V MENGURAI MASALAH DEMI MEMBANGUN ASA

Perkampungan kumuh di Ketintang Surabaya ini sudah seharusnya menjadi masalah yang diutamakan oleh pemerintah kota Surabaya. Banyak sekali hal-hal yang apabila di lihat saja dapat memicu berbagai macam pertanyaan yang dapat membuat kita semua merasa bahwa pemerintahan Surabaya sudah tidak adil kepada masyarakat miskinnya. Perkampungan kumuh ini memiliki letak yang sangat tidak layak untuk dijadikan sebagai tempat tinggal, dengan menduduki tanah milik PJKA membuat seluruh bangunan semipermanen ini memiliki letak yang sangat dekat dengan rel kereta api. Secara garis besar penduduk di perkampungan kumuh ini memiliki pekerjaan sebagai pemulung sampah plastik. Selain itu pula beberapa lainya khususnya para laki laki memilih bekerja sebagai tukang becak dan penjaga parkir di pasar malam depan DTC. Dan yang masih muda muda dan anak anak memilih untuk bekerja sebagai pengemis atau pengamen jalanan. Dengan beberapa kali peneliti mengikuti kegiatan dan sempat tinggal beberapa saat di perkampungan kumuh sekitar rel kereta api ini, membuat peneliti dapat merasakan apa yang selama ini terjadi dan apa yang selama ini masyarakat rasakan selama hidup di kota Surabaya yang begitu gemerlap ini. Mayoritas penduduk yang tinggal di perkampungan kumuh ini merupakan orang orang yang merantau dari daerah asalnya. Ada yang berasal asli Surabaya sendiri, adapula dari luar kota, bahkan tidak sedikit pula yang bersal dari digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id luar pulau. Tujuan mereka semua dating ke kota surabya ini supaya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari pada yang ada di kampong halaman mereka. Adapun beberapa problematika permasalahan yang terjadi di perkampungan kumuh sekitar rel kereta api ini yang paling menonjol adalah permasalah pendidikan yang sangat bisa terlihat jelas dalam kehidupan warga di perkampungan itu. Anak-anak merupakan sebuah harapan yang dimiliki oleh orang tua, yang kelak saat sudah dewasa nanti yang akan membangkakkan nama orang tua, yang akan memberikan kebahagiaan untuk orang tua dimasa tuanya nanti. Maka dari itu apabila pendidikan sudah tidak dijadikan sebagai hal yang penting maka akan jadi apa generasi penerus bangsa ini Masyarakat perkampungan kumuh di sekitar rel kereta api ini. Memiliki banyak permasalahan yang sama sama dirasakan bersama oleh setiap masyarakatnya. Kemiskinan yang sudah menjadi darah daging. Sudah 3 generasi yang telah menempati perkampungan kumuh di sekitar rel kereta api ini. Tapi hingga kini mereka semua masih saja terbelenggu oleh kemiskinan yang dari dulu sudah mereka rasakan. Seperti yang yang dirasakan oleh bapak Krisna 40 th. 1 Pak Krisna sudah dari kecil tinggal di perkampungan kumuh sekitar rel kereta api. Hingga kini pak Krisna telah memiliki 4 orang anak dan satu orang istri Shela 38th yang selalu mendampingi beliau. Pak Krisna dan istrinya sama-sama bekerja sebagai 1 Wawancara dengan bapak Krisna, 20 desember 2014