Metode Penelitian Analisis Data

33 cotton bud. Ekstrak daun dioleskan, dilakukan pencucian menggunakan aquades dengan cara disemprot menggunakan hand sprayer. 3.5.3. Persiapan Lahan Pengolahan lahandilakukan dengan menggunakan cangkul sedalam 20-25 cm. Tujuan pengolahan lahan yaitu untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan untuk membersihkan gulma.Kemudian tanah tersebut dicampur dengan pupuk kandang secara merata untuk meningkatkan kesuburan tanah. 3.5.4. Penanaman Penelitian ini dilakukan dengan menanam 100 benih F 3 hasil persilangan Tanggamus x Taichung pada petak percobaan berukuran 3m x 4m. Benih tersebut ditanam pada petak percobaan dengan jarak tanaman 20cm x 50cm. Jarak antar baris 50 cm dan jarak tanaman dalam baris 20 cm. Pada setiap baris ditanam 15 benih yang sama yang dipilih secara acak, sedangkan tetua ditanam pada baris terluar. Tata letak penanaman kedelai F 3 hasil persilangan Tanggamus x Taichung dapat dilihat pada Gambar 1. 34 Gambar 2. Tata letak penanaman benih kedelai hasil persilangan Tanggamus x Taichung Generasi F 3 dan kedua tetuanya. Keterangan P1 = Tetua Tanggamus P2 = Tetua Taichung F 3 = Persilangan Tanggamus x Taichung U S X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X P 2 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X F 3 P 1 35 3.5.5. Pemupukan Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada awal tanam dan pada fase generatif. Pupuk yang diaplikasikan yaitu KCl 100 kgha, SP-36 100 kgha, dan Urea 50 kgha. Pupuk diaplikasikan dengan jarak 5 cm dari lubang tanam tanaman kedelai. 3.5.6. Inokulasi soybean mosaic virus di lapangan Tanaman kedelai yang sudah memiliki daun terbuka sempurna 7 —10 HST dapat diinokulasi dengan sap SMV yang sebelumnya telah ditaburi zeolit. Setelah daun dinokulasi, daun tersebut dicuci kembali dengan aquades secukupnya menggunakan hand sprayer. Gambar 3. Tahapan perbanyakan inokulum Soybean mosaik virus di lapangan. Keterangan: Tanda panah menunjukkan arah tahapan inokulasi. 36 3.5.7 Pelabelan Setiap tanaman yang telah diinokulasi masing-masing diberi label dengan keterangan waktu penanaman, tanggal inokulasi, dan nomor genotipe untuk mempermudah dalam pengamatan. Penomoran dilakukan sesuai dengan jumlah benih yang ditanam. Tanaman kedelai ditanam sebanyak 100 tanaman, sehingga terdapat nomor genotipe dari 11-1 sampai 11-100. Penulisan nomor memuat semua nomor harapan dari generasi F 2 dan F 3 secara berurutan. Penulisan nomor 11-1 menjelaskan bahwa nomor 11= generasi F 2 dan 1=generasi F 3 . 3.5.8 Perawatan dan pemeliharaan tanaman Perawatan dan pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman tanaman yang mati, penyiangan gulma, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, perbaikan label dan paranet yang rusak. Penyiangan gulma dilakukan secara mekanis yaitu menggunakan koret. Penyemprotan dengan insektisida dan fungisida dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Insektisida yang digunakan yaitu Decis dan fungisida yang digunakan yaitu Dithane. Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari dengan menggunakan gembor dan selang. 3.5.9 Pemanenan Ciri-ciri umum tanaman kedelai yang siap panen yaitu polong berwarna kuning kecoklatan secara merata dan matang serta adanya degradasi klorofil pada daun tanaman yang menyebabkan daun tanaman kedelai menguning. Pemanenan dilakukan dengan memanen tanaman kedelai secara utuh dengan mencabut satu 37 persatu tanaman, kemudian memasukkan pada kantong panen yang telah diberi label. 3.5.10 Pengamatan Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari pengamatan sebelum panen dan pengamatan setelah panen. Pengamatan sebelum panen meliputi: 1. Periode inkubasi, dihitung dari waktu inokulasi sampai dengan timbulnya gejala Mulia, 2008. 2. Keparahan penyakit, diamati minggu ke enam setelah tanam dan dilakukan terhadap 10 daun tanaman uji, serta dihitung menurut Campbell dan Madden yang dikutip Mulia 2008: KP = � � � � 100 Keterangan: KP: Keparahan penyakit N : Jumlah sampel yang diamati Z : Nilai skor tertinggi n : Jumlah sampel untuk gejala penyakit V : Nilai skor untuk kategori gejala penyakit Gejala serangan setiap jenis virus yang muncul menurut Akin 2005 yang dikutip Mulia 2008 memiliki rincian sebagai berikut: 38 A B C D E Gambar 4. Skor gejala penyakit Keterangan: 0= Tidak bergejala A; 1= Klorosis dan tulang daun memucat B; 2= Mosaik dengan klorosis pada tulang daun dan permukaan daun C; 3= Mosaik berat, klorosis dan terjadi pembengkokan pada permukaan daun, daun melengkung ke bawah atau ke atas; dan 4 = Malformasi daun E. Kategori ketahanan: Keparahan penyakit : – 10 = sangat tahan 11 – 25 = tahan 26 – 35 = agak tahan 36 – 50 = agak rentan 51 – 75 = rentan 76 – 100 = sangat rentan Akin, 2013 dikutip Putri, 2013. Peubah-peubah yang diamati setelah panen yaitu 3. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman. Pengukuran dilakukan setelah panen; 4. Cabang produktif, dihitung berdasarkan jumlah cabang yang dapat menghasilkan polong; 39 5. Jumlah total polong, dihitung berdasarkan jumlah polong yang muncul pada setiap tanaman; 6. Jumlah polong bernas, dihitung berdasarkan jumlah polong bernas per tanaman; 7. Jumlah polong hampa, dihitung berdasarkan jumlah polong hampa per tanaman; 8. Jumlah total biji, dihitung berdasarkan jumlah total biji per tanaman; 9. Persentase biji sehat, dihitung berdasarkan jumlah biji dari total biji keseluruhan, kemudian di persentasekan jumlah biji sehat : total biji x 100; 10. Persentase biji sakit, dihitung berdasarkan selisih jumlah biji sakit dengan biji sehat dari total biji keseluruhan, kemudian dipersentasekan jumlah biji sakit : total biji x 100; 11. Bobot 100 butir benih per tanaman, diamati setelah dikeringanginkan sekitar 3 minggu setelah panen g; 12. Produksi benih per tanaman, dengan cara menimbang biji setiap tanaman; dan Umur panen, dihitung sejak tanam sampai tanaman siap untuk dipanen.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Nilai duga heritabilitas yang tinggi terdapat pada karakter agronomi yaitu tinggi tanaman, total jumlah polong, persentase polong bernas, total jumlah biji, persentase biji sehat, bobot biji per tanaman, dan karakter ketahanan yaitu keparahan penyakit. Heritabilitas yang termasuk kriteria sedang terdapat pada karakter agronomi yaitu jumlah cabang produktif dan umur panen. Heritabilitas yang termasuk kriteria rendah terdapat pada karakter agronomi yaitu umur berbunga dan bobot 100 butir, serta karakter ketahanan periode inkubasi. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter yang berkorelasi positif nyata dengan bobot biji per tanaman untuk karakter agronomi yaitu tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, total jumlah polong, total jumlah biji, persentase polong bernas dan persentase biji sehat. Karakter umur panen berkorelasi negatif nyata dengan bobot biji per tanaman. 3. Genotipe harapan yang dipilih berdasarkan karakter keparahan penyakit, bobot biji per tanaman, dan karakter total jumlah polong. Genotipe-genotipe tersebut yaitu genotipe nomor 11-87; 11-92; 11-57; 11-70; 11-42; 11-11; 11-41, dan 11-83. 53

5.2 Saran

Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk delapan genotipe-genotipe terpilih yang diseleksi dengan memilih genotipe yang memiliki bobot biji per tanaman yang berat. PUSTAKA ACUAN Aak. 1989. Kedelai. Kanisius. Yogyakarta. 84 hlm. Adie, M.M dan A. Krisnawati. 2007. Peluang peningkatan kualitas biji kedelai. Prosiding. Risalah Seminar 23 November 2008. Badan Litbang Pertanian.pp. 216-230 hlm. Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta. Agung, A., E. H, I.A. Rineksane, N.A. Fitriyah. 2004. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Bioteknologi. 1 2: 31-36. Akin, H. M. dan M, Barmawi. 2005. Ketahanan beberapa varietas kedelai terhadap SSV Soybean Stunt Virus. Jurnal Agrotropika. X1: 15 —19. Akin, H. M. 2006. Virologi Tumbuhan. Yogyakarta. Kanisius. 187 hlm. Alnopri. 2004. Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Sifat-Sifat Pertumbuhan Bibit Tujuh Genotipe Kopi Robusta-arabika. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 6 2:2004. 91-96. http:www.bdp.orgjipiartikeljipi200491.pdf. [13 September 2014]. Andayanie, W.R. 2012. Diagnosis Penyakit Mosaik Soybean Mosaic Virus Terbawa Benih Kedelai. Universitas Merdeka. Madiun. J. HPT Tropika. 12 2: 185 –191. Andrianto, T. T., dan N. Indarto. 2004. Budidaya Dan Analisis Usaha Tani Kedelai. Penerbit Absolut. Yogyakarta. Aprianti, R. 2014. Keragaman Dan Uji Korelasi Karakter Ketahanan Kedelai Glycine Max [L.]Merrill Terhadap Soybean Mosaic Virus Generasi F 2 Persilangan Tanggamus x B3570. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 58 hlm. Arifin, Z. 2011. Deskripsi Sifat Agronomik Berdasarkan Seleksi Genotipe Tanaman Kedelai Dengan Metode Multivariat. Universitas Islam Madura Pamekasan. Jurnal Agromix. 35: 63-93. 55 Aryana, I.G.P.M. 2012. Uji Keseragaman, Heritabilitas Dan Kemajuan Genetik Galur Padi Beras Merah Hasil Seleksi Silang Balik Di Lingkungan Gogo. Skripsi. Program Studi Agroekoteknologi. Universitas Mataram. Aslichah, N. 2014. Seleksi Karakter Ketahanan Terhadap Soybean Mosaic Virus Dan Karakter Agronomi Kedelai Generasi F 2 Hasil Persilangan Tanggamus Dan Taichung. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 63 hlm. Astuti, E.P. 2006. Keragaan Genotipe F 4 Cabai Capsicum annuum L. Dan Pendugaan Nilai Heritabelitas Serta Evaluasi Kemajuan Genetik Beberapa Karakter Agronomi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hlm. Badan Pusat Statistik. 2014. Data Produksi Kedelai Tahun 2009-2014. www.bps.go.iddownload_fileIP_Agustus_2014.pdf. [13September 2014]. Bakhtiar, B.S. Purwoko, Trikoesoemaningtyas, dan I.S. Dewi. 2010. Analisis Korelasi Dan Koefisien Lintas Antar Beberapa Sifat Padi Gogo Pada Media Tanah Masam. J. Floratek. 5 2: 86 – 93. Barmawi, M. 2007. Pola Segregasi Dan Heritabilitas Sifat Ketahanan Kedelai Terhadap Cowpea Mild Mottle Virus Populasi Wilis X Mlg 2521. J. HPT Tropika. 71: 48 —52. Batubara, R. S. 2011. Evaluasi Keragaman Karakter Vegetatif Dan Generatif Beberapa Varietas Kedelai Glycine max L.. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. http:repository.usu.ac.idhandle12345678925363. [13 September 2014] Carsono, N. 2014. Peran Pemuliaan Tanaman dalam Meningkatkan Produksi Pertanian di Indonesia. http:pustaka.unpad.ac.idwp- contentuploads200908peran_pemuliaan_tanaman.pdf. [13 September 2014]. Damardjati, Dj. S., Marwoto, D. K. S. Swastika, D. M. Arsyad, Y. Hilman. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Diyansah, B. 2012. Ketahanan Lima Varietas Semangka Citrullus vulgaris Schard Terhadap Infeksi Virus CMV Cucumber Mosaic Virus. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang. 63 hlm. Gembong, T. 2005. Taksonomi Tumbuhan Berbiji Spermatophyta. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Gultom, T. 2004. Analisis Korelasi Dan Koefisien Lintas Sifat Agronomi Terhadap Hasil Tanaman Kacang Tanah Arachis hypogea. L.. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. 127 hlm. 56 Hakim, L. 2010. Keragaman genetik, Heritabilitas dan Korelasi Beberapa Karakter Agronomi pada Galur F 2 Hasil Persilangan Kacang Hijau Vigna radiate [L.] Wilczek. Berita Biologi. 10 1: 23-32. Hamdan. 2005. Pendugaan Komponen Ragam dan Parameter Genetik Beberapa Sifat Produksi Puyuh Pada Seleksi Jangka Panjang. Universitas Sumatera Utara. Jurnal Agribisnis Peternakan. 12: 36-47. Handayani, T dan I.M. Hidayat. 2012. Keragaman Genetik dan Heritabilitas Beberapa Karakter Utama pada Kedelai Sayur dan Implikasinya untuk Seleksi Perbaikan Produksi. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang. Bandung. J Hort. 22 4. 7 hlm. Jameela, H., A.N Sugiharto, dan A. Soegianto. 2014. Keragaman Genetik Dan Heritabilitas Karakter Komponen Hasil Pada Populasi F 2 Buncis Phaseolus vulgaris L. Hasil Persilangan Varietas Introduksi Dengan Varietas Lokal. Universitas Brawijaya. Malang. Jurnal Produksi Tanaman. 2 4: 324- 329. Kuswanto, L. Soetopo, T. Hadiastono, dan A. Kasno. 2003. Evaluasi Daya Waris Sifat Ketahanan Kacang Panjang Terhadap CABMV Berdasarkan Struktur Kekerabatan. Universitas Brawijaya. Malang. Publikasi Penelitian Hibah Bersaing. XI 1. 10 hlm. Maryenti, T. 2014. Heritabilitas Dan Kemajuan Genetik Karakter Ketahanan Kedelai Glycine max [L.] Merrill Terhadap Soybean Mosaic Virus Generasi F 2 Tanggamus x B 3570. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 65 hlm. Mejaya I. M. J., A.Krisnawati, dan H.Kuswantoro. 2010. Identifikasi Plasma Nutfah Kedelai Berumur Genjah dan Berdaya Hasil Tinggi. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Buletin Plasma Nutfah. 16 2: 113-117. Mulia, Y. 2008. Uji Daya Gabung Karakter Ketahanan Beberapa Genotipe Kedelai Glycine max [L.] Merril. Tesis. Universitas Lampung. 65 hlm. Nurhayati. 2012. Virus Penyebab Penyakit Tanaman. Unsri Pers. Palembang. Padjar, M. 2010. Varietas Kedelai. http:dedenia 72. wordpress.com 20090902 varietas-kedelai-soybean-part-1html. [13 September 2014]. Pakpahan, G.T. 2009. Evaluasi Karakter Agronomi Beberapa Varietas Kedelai Glycine max L.. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. 142 hlm. Pramarta, I.G.R. 2014. Identifikasi Spesies Potyvirus Penyebab Penyakit Mosaik Pada Tanaman Cabai Rawit Capsicum Frutescens L. Melalui Sikuen Nukleotida Gen Coat Protein. Tesis. Universitas Udayana. Denpasar. 70 hlm.

Dokumen yang terkait

POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F2 HASIL PERSILANGAN WILIS X B3570

3 33 52

ESTIMASI KERAGAMAN DAN HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) FAMILI F3 HASIL PERSILANGAN ANTARA WILIS x MLG 2521

4 18 41

KERAGAMAN GENETIK DAN HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) FAMILI F PERSILANGAN TETUA WILIS x B3570 3

1 17 38

VARIABILITAS GENETIK DAN HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F5 HASIL PERSILANGAN WILIS x B3570

0 17 54

POLA SEGREGASI KARAKTER KETAHANAN TANAMAN KEDELAI (GLYCINE MAX[L.] MERRILL) TERHADAP INFEKSI SOBEAN MOSAIC VIRUS POPULASI F2 KETURUNAN TAICHUNG x TANGGAMUS

1 11 53

SELEKSI KARAKTER KETAHANAN TERHADAP SOYBEAN MOSAIC VIRUS DAN KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F2 HASIL PERSILANGAN TANGGAMUS DAN TAICHUNG

0 10 55

HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK KARAKTER KETAHANAN KEDELAI GENERASI F2 PERSILANGAN TANGGAMUS x B3570TERHADAP SOYBEAN MOSAIC VIRUS

1 11 71

HERITABILITAS DAN HUBUNGAN ANTARA KARAKTER KETAHANAN DAN AGRONOMI TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F3 KETURUNAN TANGGAMUS x TAICHUNG YANG TERINFEKSI SOYBEAN MOSAIC VIRUS

1 22 62

POLA SEGREGASI KARAKTER KETAHANAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F3 TERHADAP SOYBEAN MOSAIC VIRUS KETURUNAN TANGGAMUS DAN TAICHUNG

2 27 57

PENAMPILAN KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA GENOTIPE HARAPAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L] Merrill) GENERASI F6 HASIL PERSILANGAN WILIS x Mlg2521

1 39 50