Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, SNI 03- 1726- Pengenalan peta gempa tahun 2010

17

3. Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, SNI 03- 1726-

2002 Peraturan ini memperbaruhi peta gempa menjadi seperti terlihat di Gambar 5, tetapi tetap menggunakan enam daerah gempa. Respons spektra yang digunakan Gambar 6 adalah respons spektra gempa yang kemungkinan terjadinya 10 dalam kurun waktu 50 tahun, yaitu gempa dengan periode ulang 500 tahun disebut gempa rencana, bukan respons spektra yang telah direduksi seperti digunakan dalam PPTGIUG dan peraturan sebelumnya [8,10,11]. Sebagai konsekuensi Rumus gaya geser dasar nominal V juga berubah menjadi Rumus 5 V = C 1 IR W t 5 Dimana C 1 adalah koefisien respons percepatan pada waktu getar alami fundamental T 1 yang didapatkan dari respons spektra gempa rencana Gambar 6 sesuai dengan daerah gempa tempat bangunan didirikan. I adalah faktor keutamaan yang besarnya antara 1 dan 1.6, sedangkan W t adalah berat total bangunan. R adalah koefisien reduksi yang merupakan perkalian antara faktor kuat lebih beban f 1 dengan daktilitas struktur seperti ditunjukan dalam Rumus 6 R = f 1 6 Faktor kuat lebih beban f 1 diambil sebesar 1.6, sedangkan daktilitas struktur bervariasi dari 1 untuk struktur yang elastik penuh sampai 5.3 untuk struktur yang daktil penuh. 18 Gambar 5. Peta Gempa Indonesia SNI 03- 1726-2002 19 Gambar 6. Respons Spektrum Gempa Rencana SNI 03-1726-2002 20

4. Pengenalan peta gempa tahun 2010

Indonesia termasuk dalam wilayah yang sangat rawan bencana gempa bumi seperti halnya Jepang dan California karena posisi geografisnya menempati zona tektonik yang sangat aktif. Tingginya aktivitas kegempaan ini terlihat dari hasil rekaman dan catatan sejarah dalam rentang waktu 1900-2009 terdapat lebih dari 50.000 kejadian gempa dengan magnituda M ≥ 5.0 dan setelah dihilangkan gempa ikutannya terdapat lebih dari 14.000 gempa utama main shocks. Pada gambar 1 di bawah ini memeprlihatkan titik-titik atau tempat episentrum terjadinya gempa selama kurun waktu 1 abad lebih yakni mulai tahun 1900 sampai tahun 2009. Dengan kedalaman gempa hiposentrum mulai dari 1 m – 300 m. Tahun 2002 pemerintah telah mengeluarkan peta wilayah gempa yang kemudian diterbitkannya suatu Standar Nasional Indonsia SNI mengenai Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Bangunan Gedung yakni SNI-03-1726-2002, namun setelah diterbitkannya peraturan ini telah terjadi gempa yang lebih besar magnitude perkiraan sebelumnya khususnya 4 kejaidan gempa besar yakni di Aceh, Nias, Yoyga dan Padang. Pertanyaan yang kemudian timbul, apakah peta gempa ini masih relevan atau mendesak untuk diperbaiki. Gambar 7. Data episenter gempa utama di Indonesia dan sekitarnya untuk magnituda M ≥ 5.0 yang dikumpulkan dari berbagai sumber dalam rentang waktu tahun 1900-2009 Sumber : Buku Panduan Penggunaan Peta Gempa Tahun 2010 21 Dengan begitu melihat 7 kejadian gempa yang terjadi yang melebihi magnitude gempa perkiraan tahun 2002 Gempa Aceh, Nias, Yogya dan Padang maka pada tanggal 30 November 2009 pemerintah membentuk suatu Tim yang dikordinir oleh Departement Pekerjaan Umum dan dibantu oleh beberapa instansi pemerintah, universitas dan asosiasi profesi untuk segera merevisi SNI-03-1726- 2002. Berikut gambar peta gempa tahun 2002 dan peta gempa yang telah direvisi tahun 2010 di bawah ini : Gambar 8. Peta Hazard Gempa Indonesia di Batuan Dasar pada Tahun 2002 Sumber : SNI-03-1726-2002 Gambar 9. Peta Hazard Gempa Indonesia di Batuan Dasar pada Kondisi Spektrum T = 0.1 detik untuk 10 PE 50 Tahun Sumber: Buku Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Gempa Tahun 2010 Catatan: Peta gempa tahun 2010 dilampirkan dilampiran. 22

5. Petunjuk penggunaan peta gempa tahun 2010