Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Yang Telah Go Publik Di Bursa Efek Indonesia (Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score)

(1)

1 SKRIPSI

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN PERBANKKAN YANG TELAH GO PUBLIK DI BURSA EFEK

INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE

OLEH

EFCA DWIYANTA PASARIBU 110522060

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

2 2015


(3)

i ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji prediksi kebangkrutan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Karena perbankan mengambil peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Dengan menggunakan metode Altman Z-score untuk melihat seberapa besar prediksi kebangkrutan periode 2009-2011 di perusahaan perbankan. Menghitung masing-masing prediksi kebangkrutan pada setiap bank yang berjumlah 10 bank.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan bank yang berada pada Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis yang digunakan adalah model prediksi kebangkrutan Altman Z-score. Dengan menggunakan lima variabel yang mewakili rasio likuiditas X1, profitabilitas X2 dan X3, aktivitas X4 dan X5. Memiliki rumus Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5. Dengan kriteria penilaian Z-Score > 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat. 1,81 < Z-Score < 2,99 berada di grey area sehingga kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan.

Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkian bangkrutnya sangat besar. Selama Periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian sebanyak 10 bank go public masih ada beberapa yang berada dalam keadaan bangkrut. Tahun 2009, 95% bank mengalami prediksi kebangkrutan dengan nilai di bawah 1,88 dan 5% berada pada sehat. Tahun 2010, ada beberapa bank yang mengalami perbaikan kondisi keuangan dengan adanya 45% bank berada dalam kondisi sehat, 50% bangkrut dan 5% berada pada grey area. Tahun 2011, mengalami peningkatan untuk kondisi bangkrut yaitu sebesar 45%, 5% grey area dan sisanya sebesar 50 % berada dalam kondisi Sehat.


(4)

ii ABSTRACT

This study aims to test the prediction of insolvency in the banking company which listed on Indonesia Stock Exchange. It is due to because the banks play an important role in Indonesia's economy. The method of Altman Z-score is used to see how big the 2009-2011 period bankruptcy prediction in banking companies by counting each of the bankruptcy prediction on each bank of 10 banks.

The data used in this study is the bank's annual financial report that is on the Indonesia Stock Exchange. The analysis technique used is the predictive model of Altman Z-score bankruptcy to which it applies the five variables representing liquidity ratios X1, X2 and X3 profitability, activity X4 and X5. It has the formula Score = 1.2 X1 + 1.4 X2 + 3.3 X3 + 0.6 X4 + 1.0 X5 within the Z-Score assessment criteria> 2.99 is categorized as a very healthy company. 1.81 <Z-score <2.99 are in gray areas so that the chances were saved and the possibility of bankruptcy as much depends on the company's management policy decisions as decision makers.

Z-score <1.81 is categorized as a company that has enormous financial difficulties and are at high risk so that the possibility of bankruptcy is very large. During the observations point out that there are still in a state of bankruptcy for the research data as many as 20 public banks. In 2009, 95% of the bank had predicted bankruptcy with a value under 1.88 and 5% are in the healthy condition. In 2010, there are some banks that have improved financial conditions in the presence of 45% of banks which are in a healthy condition, 50% went bankrupt and 5% are in gray areas. In 2011, it has increased onto a healthy condition that is equal with 45%, 5% gray areas and the rest are in 50% a healthy condition.


(5)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik .

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Analisis Prediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Perbankan yang telah Go Publik di Bursa Efek Indonesia (dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score)” yang merupakan salah satu syarat kelulusan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhoramat :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec.,Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Chairul Nazwar Msi, Ak selaku dosen pembimbing yang telah berkenan dan berbaik hati memberikan waktu, arahan, dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Drs. Sucipto, MM,Ak selaku dosen pembaca sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik.

4. Kepada Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu memberikan informasi yang mendukung dalam penyusunan skripsi ini.


(6)

iv

5. Kepada Orang Tua dan seluruh keluarga saya terkhusus AYAH saya yang mana telah memberikan banyak cinta dan kasih sayang, dukungan, doa, waktu dan dana dalam penyusunan skripsi ini dan dalam studi yang saya tempuh selama ini.

6. Dan kepada teman terbaik saya Idarniaty B.Nahor, Sarah Samosir, Bonni Hutabalian dan seluruh teman yang banyak membantu dalam memberikan dukungan dan informasi dalam penulisan skripsi ini serta memberikan dukungan, doa dan motivasi agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Mengingat keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, maka penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi in masih jauh dari kesempurnaan, walaupun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

Medan, Januari 2015


(7)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebangkrutan ... 8

1. Pengertian Kebangkrutan ... 8

2. Fakror-faktor Penyebab Kebangkrutan ... 10

2.2 Kebangkrutan Bank ... 11

1. Faktor-Faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank... 12

2. Model Prediksi Keuangan Bank ... 14

3. Rasio Keuangan Bank ... 15

4. Analisis RasioKeuangan Bank ... 16

2.3 Laporan Keuangan ... 18

1. Pengertian Laporan Keuangan ... 18

2. Tujuan Laporan Keuangan ... 19

3. Manfaat Laporan Keuangan ... 21

4. Analisis Laporan Keuangan ... 22

5. Keterbatasan Laporan Keuangan ... 25

6. Komponen Laporan Keuangan ... 27

7. Pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan... 31

2.4 Penelitian Terdahulu ... 34


(8)

vi

2.6 Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 43

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

1. Tempat Penelitian ... 43

2. Waktu Penelitian ... 43

3.3 Definisi Oprasional Variabel ... 44

3.5 Populasi dan Sampel ... 46

3.6 Obyek Penelitian, Jenis dan Sumber Data ... 49

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kondisi Rasio-rasio Keuangan Dengan Metode Altman Z- Score ... 51

1. Working Capital to Total Asset ... 51

2. Retained Earning to Total Asset ... 54

3. Earning Before Tax to Total Assets ... 56

4. Market Value of Equity to Book Value of Liabilities ... 57

5. Sales to Total Asset ... 58

4.2 Penilaian Model Altman Z-Score ... 59

BAB IV PENUTUP 5.1 Simpulan ... 64

5.2 Saran ... 65

1. Bagi Pihak Perusahaan ... 65

2. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 65

3. Keterbatasan dalam Penelitian ... 66


(9)

vii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Daftar Bank yang Take Over dan Likuidsi ... 2

3.1 Daftar seleksi Sampel Penelitian ... 48

3.2 Daftar Sampel Perusahaan ... 49

4.1 Hasil Perhitungan Working Capital to Total Asset ... 53

4.2 Hasil Perhitungan Retained Earning to Total Asset ... 55

4.3 Hasil Perhitungan Earning Before Tax to Total Asset ... 56

4.4 Hasil Perhitungan Market Value of Equity to Book Value of Liabilities ... 57

4.5 Hasil Perhitungan Sales to Total asset... 59

4.6 Hasil Perhitungan Z – Score ... 61


(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(11)

i ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji prediksi kebangkrutan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Karena perbankan mengambil peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Dengan menggunakan metode Altman Z-score untuk melihat seberapa besar prediksi kebangkrutan periode 2009-2011 di perusahaan perbankan. Menghitung masing-masing prediksi kebangkrutan pada setiap bank yang berjumlah 10 bank.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan bank yang berada pada Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis yang digunakan adalah model prediksi kebangkrutan Altman Z-score. Dengan menggunakan lima variabel yang mewakili rasio likuiditas X1, profitabilitas X2 dan X3, aktivitas X4 dan X5. Memiliki rumus Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5. Dengan kriteria penilaian Z-Score > 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat. 1,81 < Z-Score < 2,99 berada di grey area sehingga kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan.

Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkian bangkrutnya sangat besar. Selama Periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian sebanyak 10 bank go public masih ada beberapa yang berada dalam keadaan bangkrut. Tahun 2009, 95% bank mengalami prediksi kebangkrutan dengan nilai di bawah 1,88 dan 5% berada pada sehat. Tahun 2010, ada beberapa bank yang mengalami perbaikan kondisi keuangan dengan adanya 45% bank berada dalam kondisi sehat, 50% bangkrut dan 5% berada pada grey area. Tahun 2011, mengalami peningkatan untuk kondisi bangkrut yaitu sebesar 45%, 5% grey area dan sisanya sebesar 50 % berada dalam kondisi Sehat.


(12)

ii ABSTRACT

This study aims to test the prediction of insolvency in the banking company which listed on Indonesia Stock Exchange. It is due to because the banks play an important role in Indonesia's economy. The method of Altman Z-score is used to see how big the 2009-2011 period bankruptcy prediction in banking companies by counting each of the bankruptcy prediction on each bank of 10 banks.

The data used in this study is the bank's annual financial report that is on the Indonesia Stock Exchange. The analysis technique used is the predictive model of Altman Z-score bankruptcy to which it applies the five variables representing liquidity ratios X1, X2 and X3 profitability, activity X4 and X5. It has the formula Score = 1.2 X1 + 1.4 X2 + 3.3 X3 + 0.6 X4 + 1.0 X5 within the Z-Score assessment criteria> 2.99 is categorized as a very healthy company. 1.81 <Z-score <2.99 are in gray areas so that the chances were saved and the possibility of bankruptcy as much depends on the company's management policy decisions as decision makers.

Z-score <1.81 is categorized as a company that has enormous financial difficulties and are at high risk so that the possibility of bankruptcy is very large. During the observations point out that there are still in a state of bankruptcy for the research data as many as 20 public banks. In 2009, 95% of the bank had predicted bankruptcy with a value under 1.88 and 5% are in the healthy condition. In 2010, there are some banks that have improved financial conditions in the presence of 45% of banks which are in a healthy condition, 50% went bankrupt and 5% are in gray areas. In 2011, it has increased onto a healthy condition that is equal with 45%, 5% gray areas and the rest are in 50% a healthy condition.


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian

Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam lembaga keuangan. Salah satu di antara lembaga-lembaga keuangan adalah Bank yang juga merupakan lembaga yang nampaknya paling besar peranannya dalam perekonomian juga melimpahnya jenis tabungan yang di promosikan oleh perbankan sebagai unit yang akan menarik perhatiamn nasabah. Bank merupakan salah satu wadah yang dimiliki pemerintah dalam melaksanakan fungsi kebijakan moneter. Bank sebagai institusi yang bertujuan untuk memperoleh laba, dimana dalam hal ini bank tidak akan lepas dari fungsinya dalam mencari laba yang tinggi dan untuk memberi keuntungan maksimal bagi pemegang saham. Bank menurut Undang - Undang No.10 tahun 1998, adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat.

Sejak terjadi krisis ekonomi pada bulan juli pada tahun 1998 nilai mata uang rupiah mengalami penurunan mencapai 83,2%, indeks saham terpangkas menjadi 35%, kapasitasi pasar berkurang sebesar 88%, tingkat pengangguran meningkat menjadi 16,8%, suku bunga meningkat menjadi 65%, dan nilai impor menurun hingga 33,4% (Kompas, 23 juli 1998), Disamping itu, sejak bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi banyak bank yang dilikuidasi dan mengalami kebangkrutan. ‘


(14)

2

Sejak tahun 1998 sampai sekarang jumlah bank yang take over dan dilikuidasi lebih dari 40 bank, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.1

Bank yang take over dan likuidasi

1 Bank Duta

2 Bank BNN

3 Bank RSI

4 Bank Tamara

5 Bank Pos

6 Bank Jaya

7 Bank Rama

1 Bank Aken 21 Bank Mashill

2 Bank Sahid Gajah Perkasa 22 Bank Arya Pandu Arta

3 Bank Psp 23 Bank Central Dagang

4 Bank Namura 24 Bank Bahari

5 Bank Dana Asia 25 Bank Ciputra

6 Bank Budi Internasional 26 Bank Metropolitan Raya

7 Bank Yakin Makmur 27 Bank Alfa

8 Bank Lautan Berlian 28 Bank Kharisma

9 Bank Dana Hutama 29 Bank Dewa Ruci

10 Bank Orient 30 Bank Bumi Raya Utama

11 Bank Papan Sejahtera 31 Bank Baja

12 Bank Pesona 32 Bank Sanho

13 Bank Tata 33 Bank Dagang dan Industri

14 Bank Intan 34 Bank Sinno

15 Bank Aspac 35 Bank Ficorinves

16 Bank sewu 36 Bank Uppindo

17 Bank Hastin 37 Bank BPD indonesia

18 Bank Indonesia Raya 38 Bank Indotrade

19 Bank Umum Sertivia

20 Bank Dharmala

Bank Take Over tahun 1998

Bank Likuidasi 1998 - 2005

S umber : www.kompos .com (6/98/12)

Bank-bank tersebut dilikuidasi pemerintah dikarenakan bank-bank tersebut mengalami ketidakmampuan atau kegagalan dalam ekonomi dan keuangan.Kegagalan ekonomi berkaitan dengan ketidakseimbangan antara


(15)

3

pendapatan dan pengeluaran. Sementara itu, kegagalan keuangan disebabkan oleh biaya modal perusahaan yang lebih besar dari pada tingkat laba biaya historis investasi. Terjadinya likuidasi pada sejumlah bank telah menimbulkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan stakeholder

dan shareholder. Hal ini sebenarnya tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar jika proses likuidasinya pada sebuah lembaga perbangkan dapat diprediksi lebih dini sehingga dapat diprediksi lebih dini sehingga dapat dilakukan tindakan-tidakan yang tidak saling merugikan(Ali Nurdin.2005). Dengan melakukan analisis secara mendalam terhadap keuangan, tanda-tanda melemahnya kondisi fundamental perusahaan dapat terlihat. Walaupun begitu, apabila penggunaan rasio-rasio yang jika dipergunakan secara bersamaan terkadang memberikan hasil yang saling bertentangan.

Ketidakmampuan suatu perusahaan dalam menjalankan atau melanjutkan kegiatan usahanya atau operasi perusahaan dikarenakan kondisi keuangan yang dimiliki mengalami penurunan dan memiliki kewajiban atau hutang yang jumlahnya lebih besar dari jumlah aktivanya. Kebangkrutan pada sebuah bank dapt dipicu oleh beberapa faktor baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Bank bisa bankrut dan harus ditutup kalau kinerjanya buruk akibat naiknya kredit macet, atau asset bermasalah secara signifika. Penyebab lain adalah banyaknya pemilik bank yang ikut campur tangan dalam oprasional bank sehari-hari, pemberian kredit yang tidak hati-hati serta praktek bank dalam bank. Kondisi perekonomian di Indonesia yang tidak menentu mengakibatkan tingginya risiko suatu


(16)

4

perusahaan untuk mengalami kesulitan keuangan atau bahkan kebangkrutan. Kesalahan prediksi terhadap kelangsungan operasi suatu perusahaan di masa yang akan datang dapat berakibat fatal, pentingnya suatu model prediksi kebangkrutan suatu perusahaan menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak seperti pemberi pinjaman, investor, pemerintah, akuntan, dan manajemen. Sehingga bank sangat memerhatikan kinerjanya, dengan kata lain yaitu bagaimana kinerja perusahaan bank tersebut. Banyak para pemegang rekening giro, deposito ataupun tabungan ingin mengetahui seberapa besar perusahaan ini dapat bertahan atau berapa besar prediksi kebangkrutannya. Untuk mendapatkan info ini, dinilai dengan beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan.

Penelitian ini meupakan replikasi dari peneliti Ali Nudrin dengan judul penelitian “ Analisis Prediksi Kebangkrutan pada Perbankkan Go Public di BursaEfek Jakarta, yaitu pada tahun 2005, dengan Periode penelitian antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2003,” perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya terletak pada periode tahun penelitian tetapi memiliki kesamaan pada menemukan analisa rasio dan jenis perusahaan yang diteliti.

Pada kenyataanya, analisis rasio keuangan hanyalah suatu titik awal dalam melakukan analisis keuangan perusahaan.Analisis kinerja berbasis pendekatan Altman Z-score menilai kinerja perbankan dengan memperhatikan tiga rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio


(17)

5

profitabilitas, dan rasio aktivitas. Alat ukur yang digunakan untuk menghitung rasio keuangan dengan pendekatan Altman Z – Score yaitu,

working capital to total assets ratio, retained earnings to total assets ratio ,earning before interest taxes to total assets ratio, market value of equity to book value of Liabilities ratio, sales to total assets ratio.

Analisis rasio tidak memberikan jawaban, kecuali hanya menyediakan rambu-rambu tentang apa yang seharusnya diharapkan. Disisi lain informasi tentang prediksi kebangkrutan sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak, baik pihak intern maupun ekstern sebagai dasar untuk mengevaluasi dan perbaikan kinerja dimasa yang akan datang.

Bagi calon pembeli saham yang berpotensi bangkrut mengindikasikan kinerja perusahaan memburuk yang berimbas pada turunnya kemampuan perolehan laba sehingga calon pembeli saham kurang tertarik untuk mengadakan pembelian saham perusahaan tersebut pernyataan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Francis (dalam Rini Widyastuti : 1988) bahwa untuk “memperkirakan harga saham dapat menggunakan analisa fundamental yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut”. Bagi calon pembeli saham potensi kebangkrutan mengindikasikan kinerja perusahaan memburuk yang berimbas pada turunnya kemampuan perolehan laba sehingga calon pembeli saham kurang tertarik untuk mengadakan pembelian saham perusahaan tersebut.


(18)

6

Adanya fakta yang terjadi tersebut memerlukan penyelesaian yang serius, untuk itu diperlukan suatu kajian mengenai model analisis untuk memprediksi adanya kemungkinan likuidasi terhadap perusahaan perbankkan beserta ketetapan prediksi kebangrutan tersebut terhadap terjadinya kasus likuidasi perbankkan go public di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dengan harapan dapat menjadi masukan bagi para pihak – pihak yang berkepentingan supaya dapat dilakukan tindakan pencegahan yang terbaik sejak dini. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Prediksi Kebangkrutan pada Perusahaan perbankan Go Public di Bursa Efek Indonesia (Dengan Menggunakan metode Altman Z-Score).”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah dan penelitian-penelitian empiris, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah Bagaimana memprediksi kebangkrutan pada perusahaan perbankan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode Altman Z-score?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui prediksi kebangkrutan pada perusahaan perbankan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan metode Altman Z-Score.


(19)

7 1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Mengembangkan teori tentang kebangkrutan dengan metode Untuk Almant Z-Score

b. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk membandingkan antaraaplikasi yang ada dengan teori yang dipelajari, dan untuk peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat memberikan maanfaat.

2. Manfaat praktis

a. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat diharapkan dapat menjadi sebuah evaluasi bagi kebijakan yang telah dikeluarkan dalam memahami kinerja perusahaan.

b. Bagi stockholder, penelitian ini dapat diharapkan memberikan informasi mengenai keadaan posisi keuangan perusahaan sehingga diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat.


(20)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebangkrutan

1. Pengertian Kebangkrutan

Analisis kebangkrutan merupakan analisis untuk memperoleh tanda-tanda awal tentang kebangkrutan. Kebangkrutan (bankcruptcy) biasanya diartikan secara awam adalah sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba sedangkan menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1998 dimana suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan bila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Sedangkan menurut Menurut Lesmana (2003:174) definisi kebangkrutan adalah sebagai berikut “Resiko kebangkrutan berhubungan dengan ketidakpastian mengenai kemampuan atas suatu perusahaan untuk melanjutkan kegiatan operasinya jika kondisi keuangan yang dimiliki mengalami penurunan”

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kebangkrutan merupakan ketidakmampuan suatu perusahaan dalam melanjutkan kegiatan operasinya dikarenakan kondisi keuangan yang dimiliki mengalami penurunan dan memiliki kewajiban atau hutang yang jumlahnya lebih besar dari nilai aktivanya.


(21)

9

Kebangkrutan dapat juga diartikan sebagai likuiditas perusahaan atau penutupan perusahaan ataupun insolvabilitas. Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan terjadi pada sebuah perusahaan didefinisikan dalam beberapa pengertian yaitu ;

a. Kegagalan ekonomi (Economic Distressed)

Kegagalan dalam ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan uang attau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti bahwa perusahaan memiliki tingkat laba lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan yang dikeluarkan untuk sebuah investasi tersebut.

b. Kegagalan keuangan (Finacial Distressed)

Pengertian financial distressed mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengerian modal kerja. Sebagai assets liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed. Kegagalan keuangan bias juga diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara arus kas dan dasar saham. Insolvensi arus kas ada dua bentuk yaitu :


(22)

10 1). Insolvensi teknis

Perusahaan bias dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo, walaupun total aktiva melebihi total utang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yang diisyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran bunga atau pembayaran kembali pokok pada tanggal tertentu.

2). Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan Insolvensi dalam pengerian kebangkrutan diidentifikasi dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.

2. Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan

Kebangkrutan yang terjadi pada perusahaan diindonesia disebabkan oleh nilai mata uang rupiah yang menurun, suku bunga tinggi, terjadinya rush, hutang membengkak, simpanan nasabah rendah dan tingginya kredit macet yang melanda hampir seluruh bank diindonesia.Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan


(23)

11

pada perusahaan adalah factor umum, perusahaan, faktor eksternal pefactor internal perusahaan.

a. Faktor Umum

1). Sektor Ekonomi 2). Sektor Sosial 3). Teknologi

4). Sektor Pemerintah

5). Faktor Eksternal Perusahaan 6). Faktor pelanggan atau nasabah 7). Faktor pemasok / kreditur 8). Faktor pesaing / bank lain b. Faktor Internal Perusahaan

Faktor - Faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara internal sebagai berikut :

1). Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga akan menyebabkan adanya penunggakan dalam pembayaran sampai akhirnya tidak dapat membayar. 2). Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana sering

dilakukan oleh karyawan, bahkan pimpinan.

2.2 Kebankrutan Bank

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang “Perbankan” ( Ade Arthesa dan Edia Handiman, 2006:6) menyebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk


(24)

12

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas bahwa kebangkrutan pada bank atau juga disebut likuidasi perusahaan atau penutupan peusahaan perbankkan ataupun insolvabilitas. Perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. (Kasmir, 2008 : 25-26). Kebangkrutan pada perbankkan dapat di lihat dari :

1. Faktor - faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut:

a. Capital : Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: kecukupan, komposisi, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan serta kemampuan permodalan bank dalam mengcover aset bermasalah kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.


(25)

13

b. Asset Quality : Penilaian terhadap faktor kualitas aset meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: kualitas aktiva produktif, konsentrasi eksposur risiko kredit, perkembangan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP), kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

c. Management : Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen resiko ; Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.

d. Earning : Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: pencapaian

return on assets (ROA), return on equity (ROE), net interest margin (NIM), dan tingkat efisiensi Bank; perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan prospek laba operasional.

e. Liquidity : Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: rasio aktiva/pasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi Loan to


(26)

14

Deposit Ratio (LDR), proyeksi cash flow, dan konsentrasi pendanaan, kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management / ALMA), akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan.

f. Sensitivity to Market Risk : Penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi penilaian terhadap komponen - komponen sebagai berikut: kemampuan modal Bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.

2. Model Prediksi Keuangan Bank

Dalam prediksi keuangan kita mengenal beberapa model antara lain (Sofyan Syafri Harahap, 2009 : 343-350):

a. Linear Programming digunakan untuk merencanakan prediksi kombinasi input biaya yang paling optimal untuk menghasilkan suatu atau beberapa produk output.

b. Delphi forcasting sistem ini hampir sama dengan metode expert system. Di sini metode expert system disempurnakan dengan menggunakan metode diskusi antara para ahli, debat, dan akhirnya sampai pada kesimpulan terbaik yang merupakan konsensus para ahli.

c. Time Series Forcasting (tren) Di sini prestasi yang laku digambarkan secara berseri kemudian dari gambar ini dicari


(27)

15

garis tren yang terbaik kemudian dari kecenderungan garis dilihat angka masa depan sebagai angka ramalan.

d. Break Even Analysis Model ini mencoba mencari dan menganalisis perilaku hubungan antara besarnya biaya, besarnya volume dalam unit rupiah dan laba.

e. Just in time Model yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan mnekan pemborosan dan ketidakefesienan lainnya.

3. Rasio Keuangan Bank

Menurut Muljono (dalam Endri : 2005), rasio keuangan bank terdiri dari:

a. Rasio likuiditas bank : Rasio likuiditas bank digunakan untuk mengetahui kemampuan bank memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo.

b. Rasio rentabilitas bank : Rasio rentabilitas bank untuk mengetahui kemampuan bank di dalam menghasilkan laba dari operasi usaha.

c. Rasio risiko usaha bank : Rasio risiko usaha bank digunakan untuk mengukur besarnya risiko-risiko dalam menjalankan usahanya. d. Rasio permodalan : Analisa rasio permodalan sering disebut

sebagai analisa solvabilitas atau capital adequancy analysis. Analisa rasio ini untuk mengetahui apakah permodalan bank yang ada telah mencukupi untuk mendukung kegiatan bank


(28)

16

yang akan dilakukan secara efisien dan mapu untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan.

e. Rasio efisiensi usaha : Rasio efisiensi usaha digunakan untuk mengukur performance manajemen suatu bank apakah telah menggunakan semua faktor-faktor produksinya dengan tepat guna dan berhasil guna serta tingkat efisiensi manajemen bank. 4. Analisis Rasio Keuangan Bank

Menurut Sofyan Syafri Harahap (1997:293), “ Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).” Analisis rasio adalah suatu cara untuk menganalisis laporan keuangan yang mengungkapkan hubangan matematik antara suatu jumlah dengan jumlah lainya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya. Analisis rasio juga merupakan suatu alat analisis keuangan yang sangat popular dan banyak digunakan. Namun perannya sering disalah artikan dan sebagai konsekuensinya, keuntungan sering lebih - lebihkan.Kita harus ingat bahwa rasio merupakan alat untuk menyatakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari, dalam hal ini kondisi financial perusahaan. Analisis rasio sering kali dugunakan dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Rasio ini berfungsi untuk menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos-pos tertentu dengan pos lainnya. Sehingga dengan melihat


(29)

17

perbandingan tersebut dengan rasio lain maka dapat diambil penilain dan kita dapat memperoleh informasi yang lebih cepat. Keunggulan analisis rasio yaitu analisis rasio mempunyai keunggulan - keungulan yang membuat analisis tersebut banyak dipergunakan oleh banyak perusahaan ataupun perusahaan jasa. Keunggulan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar satatistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan sangat rumit. c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industry lainnya.

d. sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.

e. Menstandarisir size perusahaan

f. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau “time-series”.

g. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.


(30)

18 2.3 Laporan Keuangan

1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan mengambarkan tentang bagaimana susunan kekayaan yang dimiliki perusahaan dan bagaimana perusahaan memperoleh sumber - sumber kekayaan tersebut dan dan juga untuk melihat perkembangan perusahaan, hal ini akan menunjukkan menajeman telah mengelola perusahaannya dengan baik. Menurut Darsono dan Asharo (2005 : 4) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah sebagai berikut :

“ Keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang disebut dengan siklus akuntansi. Laporan keuangan menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode “

Sedangkan Martono dan Agus (2010 : 51) berpendapat berikut : “Laporan keuangan(Financial Statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahan pada suatu saat tertentu”.

Sedangkan menurut Myers yang dikutip oleh Munawir (2004:5) menyatakan bahwa :

Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan.Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar pendapatan atau daftar rugi laba.Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaiutu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba ditahan).


(31)

19

Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut APB statement No. 4 digolongkan sebagai berikut :

a. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan General Accepted Accounting Principle (GAAP).

b. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari laporan keuangan adalah sebagai berikut

1). Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi dan kewajiban perusahaan dengan maksud :

2). Untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan. 3). Untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasinya.


(32)

20

4). Untuk menilai kemampuannya untuk menyelasikan utang-utangnya.

5). Menunjukkan kemampuan sumber-sumber kekayaan yang ada untuk pertumbuhan perusahaan.

6). Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan maksud :

a). Memberikan gambaran tentang deviden yang diharapkan pemegang saham.

b). Menunjukkkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban kepada kreditur, supplier, pegawai, pajak, pengumpulan dana untuk perluasan,

c). Memberikan informasi kepada manajement untuk digunaka dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasaan.

d). Menunjukkan kemampuan perusahaan mendaptkan laba dalam jangka panjang.

e). Memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

f). Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban.


(33)

21

g). Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan keuangan.

3. Manfaat Laporan Keuangan

Sesuai dengan Statement of Financial Accounting Concepts No. 1 tentang Tujuan dari pelaporan keuangan bank adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat kepada investor, kreditor dan pemakai lainnya, baik yang sekarang dan potensial pada pembuatan keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis secara rasional.Tujuan kedua pelaporan keuangan untuk menyediakan informasi untuk membantu investor, kreditor, dan pemakai lainnya baik yang sekarang maupun yang potensial dalam menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian dari prospectivee penerimaan kas dari deviden atau bunga dalam (Yulia Purwanti, 2005). Selain tujuan laporan keuangan, laporan keuangan juga memiliki beberapa manfaat yang menurut para ahli antara lain adalah :

Di mana menurut Martono dan Agus (2010 : 52) laporan keuangan yang baik dan akurat dapat memberikan manfaat antara lain dalam :

a. Pengambilan keputusan investasi b. Keputusan pemberian kredit c. Penilaian aliran kas

d. Penilaian sumber ekonomi


(34)

22

f. Menganalisis perubahan yang terjadi terhadap sumber dana g. Menganalisis penggunaan danaKemudian menurut

dan mempunyai cukup working capital.

Selanjutnya menurut Fahmi (2011:4) manfaat laporan keuangan adalah “Untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya”.

4. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan menurut Prastowo dan Rifka (2010 : 55) yaitu “Merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam komponen - komponennya. Penelaahan mendalam terhadap masing-masing komponen tersebut akan menghasilkan pemahaman menyeluruh atas laporan keuangan itu sendiri”. Sedangkan menurut Horne dan Wachowicz (2012:154) yang diterjemahkan oleh Mubarakah analisis laporan keuangan adalah “Seni untuk mengubah data dari laporan keuangan keinformasi yang berguna bagi pengambilan keputusan”. Selanjutnya menurut Harmono (2011 : 104) analisis laporan keuangan adalah “Alat analisis bagi manajemen keuangan perusahaan yang bersifat menyeluruh, dapat digunakan untuk mendeteksi atau mendiagnosis tingkat kesehatan perusahaan, melalui analisis kondisi arus kas atau kinerja organisasi perusahaan baik yang bersifat parsial maupun kinerja organisasi secara keseluruhan”. Berdasarkan pengertian di atas dapat


(35)

23

disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses menelaah laporan keuangan untuk melihat berbagai hubungan dan kecenderungan yang dapat memberikan pertimbangan terhadap keberhasilan perusahaan di masa datang

Analisis laporan keuangan adalah metode atau teknik analisis atas laporan keuangan yang berfungsi untuk mengkonversikan data yang berasal dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam, dan lebih tajam dengan teknik tertentu. Tujuan pokok analisis keuangan adalah analisis kinerja di masa yang akan datang. Dalam menganalisis dan menilai posisi keuangan, kemajuan - kemajuan serta potensi dimasa mendatang, faktor utama yang pada umumnya mendapatkan perhatian oleh para analisis adalah:

a. likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi dalam jangka pendek atau saat jatuh tempo.

b. solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.


(36)

24

c. rentabilitas (profitability), yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu.

d. yang tidak kalah pentingnya adalah stabilitas dan perkembangan usaha, dan fokus-fokus analisis lainnya (S.Munawir, 2002: 56-57).

Untuk mengetahui tentang empat faktor ini perlu dilakukan analisis terhadap laporan keuangan. Terdapat tiga teknik analisis laporan keuangan yang lazim digunakan, yaitu:

1). Analisis horisontal adalah analisis dengan cara membandingkan neraca dan laporan laba rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan. Maksudnya untuk memperoleh gambaran mengenai perubahan - perubahan yang terjadi baik dalam neraca maupun laporan laba rugi, sehingga dapat diperoleh gambaran selama beberapa tahun terakhir apakah telah terjadi kenaikan atau penurunan (Sawir, 2005; 46) (dalam Endri : 2008).

2). Analisis vertikal adalah analisis yang dilakukan dengan jalan menghitung proporsi pos-pos dalam neraca dengan suatu jumlah tertentu dari neraca atau proporsi dari unsur - unsur tertentu dari laporan laba


(37)

25

rugi dengan jumlah tertentu dari laporan laba rugi (Sawir, 2005; 46) dalam (Endri, 2008).

3). Analisis rasio menunjukkan hubungan yang relevan dan signifikan antara pos-pos terpilih dari data laporan keuangan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya (Sofyan Syafri Harahap, 2009: 297).

5. Keterbatasan laporan Keuangan Bank

Menurut ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 6) dikatakan bahwa keterbatasan laporan keuangan adalah :

a. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang sudah lewat bukan masa kini. Karena laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi apalagi untuk meramalkan masa depan atau menentukan nilai (harga) perusahaan pada saat itu.

b. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak yang akan memebeli perusahaan.

c. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan


(38)

26

d. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh secara material terhadap kelayakan laporan keuangan.

e. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternative yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. Laba yang belum direalisasikan tidak dicatat namun rugi kendatipun belum direalisasi tetapi sudah berlaku dipasar maka dapat dicatat, misalnya jika harga persediaan dipasar berada dibawah harga pokok maka perbedaan ini dicatat sebagai rugi namun jika harga pasar melebihi harga pokok tidak dicatat sebagai laba.

f. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/tarnsaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas). g. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah

teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memenuhi bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

h. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.


(39)

27

i. Informasi yang bersifat kualitatif dari fakta yang tidak dapat klasifikasikan umumnya diabaikan.

6. Komponen Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia komponen laporan keuangan terdiri atas beberapa bagian diantaranya yaitu :

a. Neraca : Bank menyajikan aset dan kewajiban dalam neraca berdasarkan karakteristiknya dan disusun berdasarkan urutan likuiditasnya. Menurut Reeve, Warrant and Fees (2002 : 24) neraca adalah “Laporan mengenai suatu daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun”.

Neraca terdiri dari 3 bagian yaitu : 1). Aktiva

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 13) aktiva adalah “Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh.” Aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan pada penghasilan yang akan datang serta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible assets)


(40)

28

dasarnya aktiva dapat dikalsifikasikan menjadi dua bagian yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.

2). Kewajiban ( Hutang )

Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur. Hutang dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu hutang lancar dan hutang jangka panjang.

3). Modal (Capital),

Modal adalah selisih antara Harta dan Hutang, yang merupakan kewajiban perusahaan kepada para pemilik, pada perusahaan perseorangan, modal dinyatakan dalam perkiraan modal pemiliknya itu sendiri. Modal terdiri dari 3 bagian yaitu modal yang di setor, cadangan, dan saldo laba ditahan.

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi bank menyajikan pendapatan dan beban, serta membedakan antara unsur pendapatan dan beban yang berasal dari kegiatan operasional dan non operasional. Bentuk- bentuk laporan laba rugi terbagi atas dua bagian yaitu :

1) Bentuk Singgle Step, adalah dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi suatu kelompok,


(41)

29

sehingga untuk menghitung rugi laba bersihnya hanya memerlukan satu langkah yakni mengurangkan total biaya dengan total pendapatan. 2) Bentuk Multiple Step, yani pengelompokkan yang

lebih teliti sesuai prinsip yang digunakan secara umum.

Tujuan pokok laporan laba rugi adalah melaporkan kempuan rill perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsure kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar.

c. Laporan Arus Kas :

Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.


(42)

30

Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (Modal Saham), surplus dan laba yang ditahan, atau dapat diartikan sebagai selisih antara aktiva yang dimiliki perusahaan dengan seluruh hutang-hutang perusahaan. Terkadang prakteknya diklasifikasikan dalam neraca sering kali membingungkan pembaca dengan namareserve (cadangan) yang merupakan surplus, yang mana cadangan tersebut merupakan hak para pemilik perusahaan. Laporan perubahan ekuitas menyajikan peningkatan dan aset bersih atau kekayaan bank selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.

e. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis.Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan :

1). Informasi mengenai dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntasni yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.


(43)

31

2). Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan standar akuntasi keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan ekuitas.

3). Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

7. Pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2004 : 2), Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah :

a. Pemilik Perusahan : Bagi perusahaan laporan keuangan sangat berguna untuk menilai sukses tidaknya manager dalam memimpin perusahaannya dan kesuksesan seseorang manajer tersebut dinilai dengan laba yang diperoleh perusahaan karena hasil-hasil stabilitas serta kontinuitas atau kelangsungan perusahaannya dari cara kerja atau efesiensi manajemennya, maka jika hasil–hasil yang dicapai oleh manajemennya tidak memuaskan maka para pemilik saham mungkin akan mengganti manajemennya atau bahkan menujual saham-sahamnya yang dimiliki tersebut. Keputusan untuk mengganti manajemennya adalah untuk mempertahankan saham yang dimiliki atau menjual saham - sahamnya akan tergantung dari hasil analisis mereka terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut.


(44)

32

Dengan kata lain laporan keuangan diperlukan untuk menilai hasil-hasil yang akan dicapai dimasa yang akan datang sehingga bisa menafsirkan bagian keuntungan yang akan diterima.

b. Manajer atau pimpinan perusahaan : Dalam mengetahui posisi keuangan perusahaannya pada periode lalu, manajer atau pimpinan perusahaan dapat menyusun rencana yang lebih baik dan memperbaiki system pengawasannya dan menentukan kebijaksanaan - kebijaksanaan yang lebih tepat untuk masa yang akan datang. Tetapi yang terpenting bagi manajemen adalah bahwa laporan keuangan tersebut merupakan alat untuk mempertanggungjawabkan kepada pemilik perusahaan atas kepercayaan yang diberikan kepadanya. Pertanggungjawaban pimpinan perusahaan itu dituangkan dalam bentuk laporan hanyalah sampai kepada penyajian secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha dalam suatu periode sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang dilaksanakan secara konsisten.

c. Investor (Penanam Modal Jangka Panjang) : Investor sangat memerlukan laporan keuangan perusahaan dimana mereka ini penanam modalnya. Mereka ini berkepentingan terhadap prospek keuntungan dimasa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, untuk mengetahui kondisi kerja atau kondisi jangka pendek perusahan tersebut. Dari hasil analisis laporan tersebut para investor akan dapat menentukan


(45)

langkah-33

langkah yang harus dipempuhnya. Para investor berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijakan penanaman modalnya, apakah mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan atau

“rate of return” yang cukup baik.

d. Para kreditur dan bankkers : Sebelum mengambil keputusan untuk member atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, perlu mengetahui terlebih dahulu posisi keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Posisi atau keadaan keuangan perusahaan bagi pemberi kredit akan dapat diketahui melalui penganalisaan laporan keuangan perusahaan tersebut. Hal ini akan dilakukan baik oleh kreditur jangka pendek maupun kreditur jangka panjang. Kreditur jangka panjang selain ingin mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dan beban-beban bunganya, juga untuk mengetahui apakah kredit yang akan diberikan itu cukup untuk mendapat jaminan dari perusahaan tersebut, yang digambarkan atau terlihat pada kemapuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Sehingga mereka dalam mengadakan analisis laporan keuangan terbatas datanya, yaitu hanya atas dasar laporan-laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan tersebut. Hasil analisis yang diperoleh semata-mata untuk kepentingan dirinya sendiri atau pihak lain diluar perusahaan.


(46)

34

Berhubung dengan itu analisa yang dilakukan oleh kreditur dan

bankersadalah “analisis extern”.

e. Pemerintah : Pemerintah adalah suatu pihak dimana perusahaan beromisili, pemerintah sangat berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan tersebut disamping untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan juga sangat diperlukan oleh Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan tenaga kerja untuk dasar perencanaan pemerintah.

f. Karyawan perusahaan : Karyawan perusahaan biasanya juga mengetahui laporan keuangan perusahaan tersebut. Bagi karyawan laporan keuangan diperlukan guna menawar kontrak kerja berikutnya.

2.4 Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian sebelumnya yang dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang berkaitan dengan analisis kebangkrutan dengan metode Z-Score yakni : Edward L. Altman yang merupakan salah satu peneliti mengenai Z-Score dan Professor Edward L. Altman. Pada tahun 1968 beliau memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode MDA (Z-Score) dan mampu memprediksi hingga keakuratannya mencapai 95% pada perusahaan selama 12 bulan. Pengujian lain dilakukan lagi oleh Altman dengan mengambil beberapa sampel perusahaan dengan iklim ekonomi yang berbeda - beda dan tingkat keakuratan dari pengujian tersebut


(47)

35

adalah 82% sampai dengan 85%. Kemudian pada tahun 1984, Altman meneliti ulang prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode Z-Score

dengan memasukkan dimensi internasional. Sejumlah studi telah dilakukan untuk mengetahui kegunaan analisis ratio keuangan dalam memprediksi kegagalan atau kebangkrutan usaha.Salah satu studi tentang prediksi ini adalah Multiple Discriminant Analysis.

Dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan kita perlu memasukkan rasio-rasio keuangan kedalam model Altman yang dapat menentukan besarnya kemungkinan kebangkrutan. Rasio – rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan metodologinya yang pada dasarnya bersifat suatu penyimpangan (univariate), yang artinya setiap rasio diuji secara terpisah. Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa metodologinya pada dasarnya bersifat suatu penyimpangan (univariate),

yang artinya setiap rasio diuji secara terpisah. Untuk mengatasi kelemahan analisis-analisis tersebut, maka Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dengan teknik analisis statistic, yaitu analisis diskriminan yang menghasilkan suatu indek yang memungkinkan klasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari beberapa pengelompokan yang bersifat apriori (Weston & Copeland, 2004 : 254) dalam (Dian Atim iflaha, 2008).

Dalam penelitian Altman (1968) yang menggunakan analisis diskriminan dengan menyusun satu model untuk perusahaan 66 perusahaan


(48)

36

manufaktur, setengah diantaranya mengalami pailit, Altman memperoleh 22 rasio keuangan, dimana lima di antaranya ditemukan paling berkontribusi pada model prediksi. Penelitian Max L. Heine pada tahun 2000 yang memprediksi kesulitan keuangan pada perusahaan dengan menggunakan Z-Score.Penelitian Stephen A. Hillegeist, Elizabeth K. Keating, Donald P. Cram, dan Kyle G. Lundstedt dalam Assessing the Probability of Bankruptcy pada Review of Accounting Studies, 9, 2004 melakukan penelitian dengan membandingkan antara Altman-s (1968) Z-Score dan Ohlsons (1980) O-Score. Sampel penelitian pada tahun 1980 sampai 2000, untuk Z-Score terdiri dari 89.826 film-year Observations termasuk 762 yang diindikasikan akan mengalami kebangkrutan.

Selain penelitian luar negeri, terdapat beberapa penelitian mengenai ketepatan metode Altman Z-Score dalam memprediksi kebangkrutan yaitu :

a. Setyarini dan Abdul Halim (1999) dengan judul Penelitian “Implementasi dari metode Altman untuk memprediksi kebangkrutan dalam perusahaan perbankan di Indonesia”. Penelitan tersebut bertujuan untuk melakukan analisa potensi kebangkrutan perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ), dengan menggunakan analisa Z-Score Altman sebagai indikator tingkat kesehatan atau potensi kebangkrutan. Indikator Z-Score

untuk seluruh sampel 38 perusahaan, di kelompokkan ke dalam kategori sehat (skor > 2,9), grey area (skor antara 1,2 dan 2,9) dan bangkrut (skor < 1,29). Hasil penelitian tersebut


(49)

37

menyimpulkan adanya perbedaan potensi kebangkrutan secara signifikan antara sebelum dan pada masa krisis moneter serta analisis Z-Score yang di gunakan merefer pada Altman lebih di tujukan pada sektor perbankan.

b. Muhammad Akhyar Adnan dan M Imam Taufiq (2001) melakukan penelitian terhadap kasus terjadinya likuidasi perbankan di Indonesia periode tahun 1997 sampai tahun 2000 dengan menggunakan sampel dua kelompok bank yaitu kelompok bank terlikuidasi dan bank tidak terlikuidasi. Bank-bank yang di gunakan sebagai sampel tersebut adalah Bank-bank-Bank-bank yang terlikudasi pada periode 13 Maret 1999 setelah melewati proses yang dilakukan oleh BPPN yang berjumlah 67 bank. Dalam penelitian ini Adnan dan Taufik menggunakan nilai cut off dari hasil penelitan yang di lakukan oleh Altman, demikian juga metode analisisnya yang menggunakan rumus hasil penelitian Altman yaitu Z-Score. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa analisis prediksi kebangkrutan metode Altman dapat di implementasikan dalam memprediksi kemungkinan likuidasi perbankan di Indonesia.

c. Supardi dan Sri Mastuti (2003) Supardi dan Sri Mastuti (2003) melakukan penelitian tentang likuidasi pada perbankan go public di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan menggunakan metode Altman untuk memprediksi kebangkrutan. Penelitian ini


(50)

38

juga menggunakan sampel perbankan go public yang terlikuidasi dan tidak terlikuidasi dengan periode laporan keuangan tahun 1993, 1994, 1994, 1996, 1997. Dalam penelitian ini di samping menggunakan analisis diskriptif, juga menggunakan analisis inferensial berupa uji satu rata-rata dan melakukan pengujian terhadap hipotesis tentang ketepatan prediksi model Z-Score Altman pada perusahaan perbankan. Nilai cut off yang di gunakan dalam penelitan ini juga menggunakan nilai cut off hasil penelitian Altman. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa analisis kebangkrutan metode Altman dapat di terapkan pada lembaga perbankan di Indonesia.

2.5 Kerangka Konseptual

Perbankkan merupakan urat nadi perekonomian suatu Negara, hal tersebut disebabkkan oleh berbagai fungsi yang dijalankan oleh berbagai perbankkan, oleh karena itu perbankkan sering diikutsertakan dalam pengambilan kebijakan moneter karena berkaitan dengan fungsinya terutama fungsi intermediasi.Analisa terhadap kinerja keuangan perusahaan, dapat dilihat dari laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan. Oleh karenanya hasil analisa kinerja terhadap laporan keuangan yang dilakukan dengan metode Altman Z-Score akan mencerminkan seperti apa kinerja dari perusahaan. Secara teoritis kinerja keuangan sangat menentukan tindakan apa yang harus


(51)

39

dilakukan oleh para investor dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan demi menjaga kelangsungan perusahaan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, penggunaan metode

multivariate discriminan analisys dan menghasilkan suatu model prediksi analisis yang disebut analisis Z-Score. Penggunaan rasio-rasio yang ada dalam metode Z-Score Altman dalam penelitian ini dilakukan karena rasio-rasio keuangan tersebut mempunyai keterkaitan terhadap kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perbankkan, alam pendekatan altman ini terdapat gabungan rasio keuangan dalam melakukan penilaian dimana rasio likuiditas, aktivitas, dan profitabilitas digabung dalam penilaian, yang akan memberikan pengaruh terhadap laporan keuangan yang dianalisa. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain, variabel indevenden dalam penelitian ini adalah rasio keuangan Altman Z-Score. Altman menemukan lima jenis ratio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Almant Z-Score Altman telah mengalami revisi agar dapat digunakan merupakan rumus Z-Score yang telah mengalami revisi agar dapat digunakan terhadap perusahaan perbankan yang telah go public, yaitu ditentukan dengan menggunakan persamaan dimana:

Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 Dimana :


(52)

40

X1 = Working Capital to Total Assets (Modal Kerja/Total Aset) X2 = Retained Earning to Total Assets (Laba Ditahan/Total Aset) X3= Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets

(Pendapatan Sebelum Dikurangi Biaya Bunga/Total Aset) X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (Harga

Pasar Saham Dibursa/Nilai Total Utang) X5 = Sales to Total Assets (Penjualan/Total Aset)

Dengan kriteria penilaian (S.Munawir, 2002: 311) sebagai berikut:

a. Z-Score > 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan.

b. 1,81<Z-Score < 2,99 berada di daerah abu-abu sehingga dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan.

c. Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan bangkrutnya sangat besar.

Sehingga Altman alur kerangka konseptual dapat dilihat dari tabel dibawah ini :


(53)

41 Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Dari hasil kinerja keuangan terhadap laporan keuangan yang dilakukan dengan metode Altman Z-Score akan mencerminkan seperti apa kinerja dari perusahaan. Seperti teoritis keadaan kinerja perusahaan yang tercermin didalam laporan keuangan akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Semakin baik laporan keuangan perusahaan maka akan semakin baik kinerja perusahaan. Menurut peneliti terdahulu Ali Nurdin (2005) terdapat hubungan yang positif antara hasil analisa kebangkrutan dengan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia Nugraheni (2005) pada perusahaan perbankkan dari tahun

1999-Working Capital to Total Assets

Retained Earning to Total assets

Earning Before Intrested Taxes to Total Assets

Market Value of equity to Book Value

ofLliabilities

Sales To Total Assets


(54)

42

2003 mencoba untuk memberikan bukti empiris mengenai rasio-rasio keuangan dalam perusahaan perbankkan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa rasio dari pendekatan Altman secara bersama-sama memiliki hubungan positif dengan analisis kebangkrutan. Penelitian ini menjelaskan bahwa hubungan secara postif antara laporan keuangan dengan kinerja keuanga memiliki hubungan yang positif baik secara parsial maupun secara simultan.

2.6 Hipotesis penelitian

Melihat gambar kerangka konseptual diatas menunjukkan bahwa hiopetesis yaitu “analisis prediksi kebangkrutan yang telah go publik di bursa efek Indonesia (dengan menggunakan metode Altman Z-Score)” dengan periode tahun 2009-2011, dengan prediksi metode Altman diduga dapat memprediksi kebangkrutan yang terjadi pada masa mendatang.


(55)

43 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan.Penelitian pengembangan (termasuk di dalamnya metode survey deskriftif) adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan teori dari masalah – masalah dari sutau fenomena yang dihubungkan dengan teori - teori dari suatu ilmu tertentu untuk memecahkan masalah rasional (biasanya berfikir secara deduktif). Dari pengertian tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu perusahaan dapat diprediksi kebangkrutanya dengan metode Altman Z-score dengan melihat Working Capital to Total Assets, Retained Earning to Total Assets, Earning Before Intrested Taxes to Total Assets, Market value of Equity to Book Value of Liabilities dan juga

sales toTotal Assets.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs

2. Waktu penelitian


(56)

44 3.3 Definisi Oprasional Variabel

Adapun batasan oprasional dalam penelitian ini adalah : 1. Working Capital to Total Assets.

2. Retained Earning to Total Assets.

3. Earning Before Interested Taxes to Total Assets,

4. market value of equity to book value of Liabilities.

5. Sales to Total Assets.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang digunakan, yaitu variabel devenden (terikat) dan variabel indevenden (bebas). Variabel Devenden adalah kinerja keuangan, sedangkan variabel indevenden terdiri dari Working Capital to Total Assets, Retained Earning to Total Assets, Earning Before Interested Taxes to Total Assets, market value of equity to book value of Liabilities, dan Sales to Total Assets dengan penjelasan :

1. Working Capital to Total Assets atau WC/TA, yang dimaksud disini adalah selisih antara aktiva lancar (current assets) dengan hutang lancar (Current liabilities) sedangkan current assets pada perusahaan perbankkan terdiri dari cash on handand bank, placement in other bank, notes and securities, loand in investment. current liabilities terdiri dari demand deposit, time deposit, saving deposit, sedangkan total asset adalah semau asset yang ada dalam perusahaan tersebut. Dari penjelasan diatas rasio ini diukur dalam ukuran persentase :


(57)

45

2. Retained Earning to Total assets atau RE/TA, rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi atau mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam periode tertentu.

Retained earning disini adalah laba ditahan. Menurut mulyono (1994)

retained earning / Total Assets rasio profitabilitas yang dapat menditeksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, yang ditinjau dari kemampuan perusahanan dalam mendaptkan laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efesiensi usaha. Rasio ini mengatur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relative muda pada umumnya akan menunjukkan hasil rasio tersebut yang rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada masa awal berdirinya. Rasio ini dapat diukur dalam persentase :

Retained Earning to Total Assets =

3. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets atau EBIT / TA, rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam mmenghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio earning before interest and tax disini adalah operating income. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam menditeksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah,


(58)

46

piutang dagang yang meningkat, rugi terus – menerus dalam beberapa kwartal, persediaan meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan berkurang serta kesediaan memberi kredit kepada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang telah ditetapkkan. Rasio ini dapat diukur dengan perhitungan :

Earning Before Interest and Taxes to Total Assets =

4. Market Value of Equity to Book Value of Liabilities, rasio ini dapat diukur dalam ukuran persentase :

Market Value of Equity to Book Value of Liabilities =

5. Sales to Total Assets, menurut M. Akhyar adnan ( 2001 : 190) rasio ini merupakan rasio yang menditeksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar dalam suatu periode tertentu. Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan. Sales yang dipakai pada perusahaan perbankkan adalah revenue. Rasio ini dapat diukur dalam ukuran persentase :


(59)

47 3.4Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit/elemen di mana penyelidik tertarik (Ulber Silalahi, 2009:253). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejumlah 10 perusahaan. Sampel adalah bagian tertentu yang dipilih dari populasi (Ulber Silalahi, 2009:254). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah porposive sampling. Kemudian peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangannya sebagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian, sehingga teknik pengambilan sampel secara

porposive ini didasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri. (Prof.Dr.Sugiyono, 2011:218-219). Populasi yang digunakan sebanyak 27 populasi dengan sampel sebanyak 10 perusahaan dengan periode penelitian sebanyak 3 tahun mulai tahun 2009 - 2011 dengan nilai n observasi 27. Kreteria yang menjadi pertimbangan dalam menseleksi sampel adalah sebagai berikut :

-Perusahaan Perbankan yang Listing dan aktif di Bursa Efek Indonesia serta menerbitkan laporan keuangannya selama tahun 2009, 2010, 2011.

Berdasarkan Kreteria penarikan sampel tersebut, maka terdapat 10 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009, 2010, 2011.


(60)

48

Tabel 3.1

Daftar Seleksi Sampel Penelitian

No. kode Nama Perusahaan Kreteria

Sampel

1 AGRO Bank Agroniaga X

2 INPC Bank Artha Graha Internasional V

3 BBKP Bank Bukopin V

4 BNBA Bank Bumi Artha X

5 BACA Bank Capital Indonesia X

6 BBCA Bank Central Asia V

7 BNGA Bank CIMB Niaga V

8 BDMN Bank Danamon V

9 BAEK Bank Ekonomi Raharja X

10 BEKS Bank Eksekutif Internasional X 11 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 X

12 BABP Bank ICB Bumi Putera X

13 BNII Bank Internasional Indonesia X

14 BKSW Bank Kesawan X

15 BMRI Bank Mandiri V

16 MAYA Bank Mayapada X

17 MEGA Bank Mega V

18 BBNI Bank Negara Indonesia X

19 BBNP Bank NUsantara parahyangan X

20 NISP Bank OCBC NISP V

21 PNBN Bank Pan Indonesia V

22 BNLI Bank Permata V

23 BBRI Bank Rakyat Indonesia X

24 BSWD Bank Swadesi X

25 BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional X

26 BVIC Bank Victoria Internasiona X


(61)

49

Setelah melihat data populasi diatas dapat peneliti klasifikasikan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, Persahaan yang akan menjadi sampel penelitian akan dicari nilai Z-score dari masing-masing perusahaan. Perusahaan yang akan menjadi sampel di sajikan dalam table dibawah ini :

Tabel 3.2

Daftar Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan

1 INPC Bank Artha Graha International Tbk. 2 BBKP Bank Bukopin Tbk.

3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 4 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk. 5 BDMN Bank Danamon Tbk. 6 NISP Bank OCBC NISP Tbk. 7 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 8 BNLI Bank Permata Tbk 9 MEGA Bank Mega Tbk 10 BMRI Bank Mandiri Tbk

3.6 Obyek Penelitian, Jenis dan Sumber Data

Obyek penelitian adalah perusahaan yamg sahamnya terdaftar pada BEJ periode tahun 2009 – 2011. Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan


(62)

50

dari tangan kedua atau dari sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan (Ulber Silalahi, 2009:291). Sumber data dalam penulisan skripsi ini adalah dari berbagai sumber buku, jurnal dan penelitian terdahulu yang mendukung penelitian. Sedangkan untuk sumber data yang akan diolah dalam analisis penelitian adalah www.idx.co.id, situs web resmi Bursa Efek Indonesia.

Data yang diperoleh adalah data polled yaitu data dalam bentuk gabungan dari data time series dan data cross section. Data time series

merupakan data yang berdasarkan dalam interval waktu ( interval waktu dalam penelitian ini mulai dari tahun 2009-2011), sedangkan data cross section merupakan data yang dikumpulkan dengan mengamati banyak subyek (seperti individu, perusahaan atau Negara / Wilayah ) pada titik waktu yang sama.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis data yang diperlukan, yaitu data sekunder maka Penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan dengan mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. Selain itu dapat diperoleh melalui media internet dengan cara mendownload data yang dibutuhkan melalui ICMD, GOOGLE, dan juga BEI.


(63)

51 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Rasio-Rasio Keuangan Dengan Metode Altman Z-Score

Analisis kesulitan keuangan yang dapat menyebabkan kebangkrutan akan sangat membantu pembuat keputusan untuk menentukan sikap terhadap perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Altman Z-Score merupakan salah satu model prediksi yang dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan (Resiko) kebangkrutan suatu perusahaan dengan menganalisis laporan keuangan tersebut.

Dalam model prediksi Altman Z-Score ini terdapat 5 indikator dari rasio-rasio keungan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut, yaitu Working Capital to Total Assets, Retained Earning to Total Assets, EBIT to Total Asset, Market Value of Equity to Book Value Total Liabilities, dan Sales ti Total Asset. Kelima rasio keuangan tersebut telah mewakili aspek-aspek Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas dan Aktivitas.

1. Working Capital to Total Assets

Variabel ini merupakan variabel independen X1 dari

multivariate diskriminan analisys dengan menggunakan variable-variabel yang ada pada penelitian Altman dalam metode Z-Scorenya. Hal tersebut berarti rasio X1 sebagai variabel yang menentukan besar-kecilnya nilai variabel dependen yang ada dalam penelitian ini yaitu Z. Variabel ini dapat di cari dengan cara membandingkan modal kerja


(64)

52

dengan total aktiva perusahaan. Besarnya variabel ini merupakan gambaran tentang besarnya kondisi likuiditas suatu perusahaan di bandingkan dengan total aktivanya, serta bagaimana posisi dari modal kerja tersebut.

Besarnya nilai variabel X1 (working capital to total asset)

mengindikasikan bahwa kondisi likuditas perbankan semakin baik. Baiknya kondisi tersebut seperti besarnya kecukupan kas, total kredit yang diberikan kepada nasabah yang besar. Investasi pada saham untuk di perjualbelikan yang besar, adanya penurunan nilai assets

terutama bila other assets dalam kelompok aktiva tetap yang kurang produktif, serta adanya penurunan penyisihan kerugian piutang dan penurunan total deposits.Sedangkan kecilnya nilai variabel X1 (working capital to total asset) menunjukkan adanya kondisi likuiditas perusahaan yang kecil. Kondisi tersebut mengambarkan tingginya utang lancar, aktiva tetap yang membengkak, penyaluran kredit yang kecil, menurunnya dana kas yang tersedia pada bank ataupun dana pada bank indonesia dan di bank lain, tingginya penyisihan kerugian piutang dan lainya.

Dari perhitungan yang di lakukan atas laporan keuangan yang di terbitkan oleh perbankan go public di BEJ untuk 1, 2 dan 3 tahun sebelum mengalami kebangkrutan/ketidakbangkrutan

Untuk mengetahui nilai WCTA dapat meggunakan rumus sebagai berikut : Working Capital to Total Assets =


(65)

53

Dari rumus diatas maka didapat perhitungan nilai variabel working capital to total assets dari seluruh bank dilihat tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1

Hasil Perhitungan Working Capital To Total Asset

No Bank 2009 2010 2011

1 Bank Artha Graha 0.55 0.55 0.5

2 Bank Bukopin 0.15 0.13 0.13

3 Bank Central Asia 0.08 0.07 0.06

4 Bank CIMB Niaga 0.22 0.17 0.16

5 Bank Danamon 0.08 0.07 0.06

6 Bank OCBC NISP 0.15 0.13 0.11

7 Bank Pan Indonesia 0.3 0.22 0.26

8 Bank Permata 0.13 0.12 0.9

9 Bank Mega 0.08 0.06 0.07

10 Bank Mandiri 0.05 0.04 0.04

Sumber : Pengolahan Data

Dari 10 perhitungan bank diatas tidak menunjukkan adanya perbaikan dari nilai working capital tiga tahun yaitu antara tahun 2009 – 2011 terdapat modal kerja terhadap asset yang dimiliki perusahaan, faktor keberhasilan dari bank-bank yang mempunyai rasio X1 positif sebagian besar di sebabkan karena working capital to total assets

negatif bank - bank tersebut yang jumlahnya kecil. Sehingga walaupun ada peningkatan kinerja sedikit, tetapi cukup signifikan untuk meningkatkan rasio working capital to total assets menjadi positif.Faktor yang kedua adalah bank - bank yang dahulunya mempunyai rasio working capital to total assets positif tetapi karena


(1)

63

Antara variabel yg satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang saling mempengaruhi nilai modal kerja yang besar menunjukkan produktivitas aktiva perusahaan yang mampu menghasilkan laba usaha yang besar seperti yang diharapkan perusahaan perbankan. Dengan meningkatnya laba usaha perusahaan maka akan menarik investor untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut sehingga laba ditahan perusahaan akan mengalami peningkatan. Meningkatnya laba ditahan dan modal kerja yang dimilki perusahaan akan mendorong meningkatnya total penjualan perusahaan perbankan. Begitu pula sebaliknya, jika modal kerja yang dimiliki perusahaan semakin kecil maka perusahaan akan memperoleh laba yang kecil pula. Jika perusahaan mengalami hal seperti ini maka akan mendorong pada terjadinya kesulitan keuangan dan jika keadaan ini terus berlanjut maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan.

Dari hasil perhitungan diatas maka dapat dipersentasekan dengan tabel di bawah ini.

Tabel 4.7

Hasil Persentase Metode Altman Z-Score (2009-2011)

2009 2010 2011

Bangkrut 95% 50% 45%

Grey Area 0% 5% 5%

Sehat 5% 45% 50%

Predisi Kebangkrutan

Tahun

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa prediksi kebangkrutan pada perusahaan perbankan yang telah Go Pablic terus mengalami kondisi yang


(2)

64

semakin baik tiap tahunnya. Prediksi bangkrut yang dialami oleh perbankan dari tahun 2009 yaitu 95%, menurun pada tahun 2010 menjadi 50% dan turun lagi menjadi 45% pada tahun 2011. Penurunan perusahaan perbankan yang diprediksi bangkrut diikuti dengan kondisi keuangan yang sehat pada tahun 2009 yang ditunjukkan dengan hasil yang sangat buruk yaitu sebesar 0% tetapi mengalami peningkatan menjadi 45% pada tahun 2010 dan meningkat kembali pada tahun 2011 menjadi 50%, Sedangkan pada grey area pada tahun 2009 yang menunjukkan hasil sebesar 0%, meningkat menjadi 5% pada tahun 2010 dan tetap mengalami tingkat yang sama pada tahun berikutnya yaitu 5% pada tahun 2011 hal ini dikarenakan perusahaan sedang memperbaiki kinerja keuangan mereka agar tetap dapat memenuhi keinginan para nasabah perbankkan tersebut.


(3)

65 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Model Altman Z-score dapat memprediksi keadaan perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2009 ada satu perusahaan perbankan yang berada pada kreteria sehat atau sekitar 5% dan 95% diprediksi akan mengalami kebangkrutan. Ini ditandai dengan hasil nilai Z-score yang berada pada nilai 6,76 di atas 2,99. Dapat dilihat bahwa perbankan ada beberapa yang mulai memperbaiki kondisi keuangan dengan melihat bahwa pada tahun 2010 sebanyak 45% berada dalam keadaan sehat, 45% diprediksi akan mengalami kebangkrutan yang berkurang dibanding dengan tahun sebelumnya yang mencapai angka 95%, dan 5% berada pada grey area.

Tahun 2011 prediksi kebangkrutan pada perbankan memiliki hasil 50% perbankan sehat, 5% berada pada grey area dan 45% masih dalam prediksi keadaan bangkrut. Peluang kebangkrutan ini tentunya akan semakin besar jika pihak manajemen perusahaan tidak segera melakukan tindakan evaluasi terhadap kondisi keuangan perusahaan. Selain itu, perbaikan kinerja diperlukan setiap bank agar semakin kecil kemungkinan mengalami kebangkrutan.


(4)

66 5.2 Saran

1. Bagi pihak perusahaan

Dalam variabel yang digunakan dengan model Altman memerlukan perhatian yang serius khususnya dari pihak intern perusahaan. Berdasarkan kesimpulan di atas maka sebaiknya pihak manajemen perusahaan lebih berhati-hati dalam hal manajemen assetnya jangan sampai arus modal kerja yang dihasilkan menjadi negatif. Investasi pada piutang yang terlalu besar juga berbahaya sebab dapat mengakibatkan kinerja perusahaan menjadi terganggu. Apabila terjadi gangguan terhadap piutang maka hal tersebut akan mengganggu perusahaan karena secara tidak langsung hal tersebut akan berdampak pada penerimaan kas perusahaan di masa yang akan datang. Kemudian persediaan yang juga terlalu besar dapat menyebabkan perusahaan menjadi kurang likuid. Biaya-biaya operasional perusahaan juga perlu diperhatikan penggunaannya agar lebih efisien jangan sampai lebih besar daripada pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan penelitian-penelitian selanjutnya dapat menggunakan model-model prediksi kebangkrutan lainnya. Untuk dapat dijadikan sebagai pembanding dalam memprediksi kebangkrutan.


(5)

67 3. Keterbatasan dalam penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini terkait dengan jumlah variabel yang digunakan hanya untuk penilaian kuantitatif saja, sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan pula aspek kualitatif seperti faktor ekonomi, sosial, teknologi, dan perubahan peraturan pemerintah yang menyebabkan kebangkrutan suatu perusahaan. Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yaitu:

a. Faktor-faktor di luar rasio keuangan seperti kondisi ekonomi (pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, inflasi dan lain-lain) serta parameter politik tidak dapat digunakan dalam penelitian ini karena kesulitan pengukurannya. Apabila faktor-faktor tersebut dapat diperoleh dan dapat diukur dengan tepat, maka akan diperoleh tingkat prediksi kebangkrutan suatu perusahaan yang lebih akurat.

b. Periodisasi data yang terbatas hanya tiga tahun untuk memprediksi. Kemampuan prediksi akan lebih baik apabila digunakan data series yang cukup panjang.


(6)

68

DAFTAR PUSTAKA

Arthesa, Ade dan Edia Handiman, 2006. Bank dan Lembaga Keuangan bukan Bank, PT. indeks, Jakarta.

Darsono dan Ashari, 2005. Pedoman Praktis memahami laporan Keuangan. Andi, Yogyakarta.

Firda, Mastuti dkk, 2013. Altman Z-Score sebagai Salah Satu Metode

Menganalisis Estimasi Kebangkrutan Perusahaan. Administrasibisnis.studenjournal.ub.ac.id

Harahap, Sofyan syafri, 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2009. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

ICMD: Indonesian Capital Market Directory, 2011. Institute For Economic and Financial Research, Jakarta

Ikatan akuntan Indonesia, 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2011. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Ujian Komprehensip Program Strata Satu, Medan.

Kasmir, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Lutumaerissa, Julius R, 2011. Bank dan Lembaga Keuangan bukan Bank. Salemba Empat, Jakarta.

Lesmana, Rico, Surjanto, Rudy, 2003. Financial Performance Analyzing. Alex Media Komputindo, Jakarta.

Munawir.S, 2002. Analisis Informasi Keuangan. Liberty, Yogyakarta.

Munawir.S. 2004. Analisa Laporan Keuangan, edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Penilaian Kesehatan Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score

0 53 98

Analisis Rasio Keuangan dengan Metode Altman Z-Score Untuk Mengukur Kebangkrutan Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

5 96 95

Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Altman Z Score pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 91 91

ANALISIS AKURASI PREDIKSI KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 10 71

Analisis tingkat kebangkrutan model altman dan foster pada perusahaan textile dan garment go public di bursa efek Indonesia periode tahun 2007-2009

0 25 184

Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Dengan Menggunakan Model Altman Z-Score pada Subsektor Rokok yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4 12 29

Analisis Prediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Perbankan Go Public dengan Menggunakan Model Altman Z-Score (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011).

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebangkrutan 1. Pengertian Kebangkrutan - Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Yang Telah Go Publik Di Bursa Efek Indonesia (Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score)

0 0 35

Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Yang Telah Go Publik Di Bursa Efek Indonesia (Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score)

0 0 10

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

3 15 17