ANALISIS KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE Z SCORE ALTMAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2010-2012.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh : ANGGA ADISTYA PATRA

1013015023/FEB/EA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana EKONOMI DAN BISNIS

Progdi Akuntansi

Oleh :

ANGGA ADISTYA PATRA 1013015023/FEB/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS

PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2014


(3)

PERUSAHAAN SEKTOR TRANSPORTASI YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

(BEI) PERIODE 2010-2012

Disusun Oleh :

ANGGA ADISTYA PATRA 1013015023/FEB/EA

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 23 Juli 2014

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks. Drs. Ec. Eko Riyadi, M.Aks. NIP. 19661011 199203 2001 NIP. 19570501 199303 1001

Sekretaris

Drs. Ec. R. Sjarief Hidajat, M. Si.

NIP. 19600614 198803 1001

Anggota

Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks.

NIP. 19661011 199203 2001 Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnin Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

Prof. Dr. Syamsul Huda, S.E. M.T, NIP.19590828 199003 1001


(4)

Assalamualaikum wr. wb

DenganmengucapkansyukurAlhamdulillah, kami panjatkankehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena atas rahmat, ridho dan hidayat-Nya saya dapat meyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE Z SCORE ALTMAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2010-2012” ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada program Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.

Selama proses penyusunan skripsi, penulis telah banyak mendapat bantuan dan dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak demi terselesaikannya skripsi ini.

Selanjutnya, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada:


(5)

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur;

3. Ibu Drs. Ec. Sari Andayani M.Aks. selaku dosen wali dan dosen pembimbing yang memberi nasihat dan dorongan, serta memberi banyak masukan dan bimbingan kepada penulis;

4. Ibu Drs. Ec. Endah Susilowati, M.Si. Yang telah memberi bimbingn dan membei motivasi kepada penulis, terimakasih;

5. Bapak dan Ibu dosen Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur;

6. Ayahanda Bambang Wuryanto dan Ibunda Heriaty yang tercinta, yang telah sabar mendidik, membimbing, memberidoa, memotivasi dan member kasih saying tanpa batas waktu;

7. Saudara-saudara saya kakak Wiwiek, Raka, Rega, dan Tuti yang telah memberi semangat dan mendampingi penulis;

8. Teman-teman Mahasiswa Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur Kelas H (Sore) Achmad Chafidz, Bu Yuni Siswati, Debra (Bunda), Tito Brama, mbak Ayu Ashari, Tante Maria Ulfa, Dessyta Priatasari (Mbak Sus), Kikie Adek, Ristyana, Nur Ika Febri


(6)

Shelly, Mbak reny, mbak Sila, Yunita, Satria dan semua teman-teman yang belum saya sebutkan, terima kasih.

Semoga Kebaikan kalian dibalas oeh ALLAH SWT dengan kebaikan dan kebahagiaan yang tak terhingga.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar laporan ini menjadi lebih baik. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati yang tulus, penulis berharap laporan ini dapat membantu dan memberikan manfaat bagi siapapun kedepannya.

Wassalamualaikum wr. wb

Sidoarjo, 25 Juni2014


(7)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Penelitian Terdahulu ... 10

2.2 Landasan Teori ... 16

2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan ... 16

2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan ... 17


(8)

2.2.7 Indikator Financial Distress ... 31

2.2.8 Diskriminan Altman (Z Score) ... 32

2.3 Kerangka Pemikiran ... 35

2.4 Hipotesis ... 37

BAB III. METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Definisi Operasional Variabel ... 38

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 40

3.2.1 Populasi ... 40

3.2.2 Sampel ... 40

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.3.1 Jenis Data ... 43

3.3.2 Sumber Data ... 43

3.3.3 Pengumpulan Data ... 43

3.4 Teknik Analisis Data ... 43

3.4.1 Teknik Analisis ... 43


(9)

4.1.1 PT. Arpeni Pratam Ocean Line Tbk ... 48

4.1.2 PT. Berlian Laju Tanker Tbk ... 48

4.1.3 PT. Centris Multipersada Pratama Tbk ... 49

4.1.4 PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk ... 50

4.1.5 PT. Humpus Internomoda Transportasi Tbk ... 51

4.1.6 PT. Indonesia Air Transport Tbk ... 51

4.1.7 PT. Tanah Laut Tbk ... 52

4.1.8 PT. Karwell Indonesia Tbk ... 52

4.1.9 PT. Mira Internasional Resources Tbk ... 53

4.1.10 PT. Rig Tenders Indonesia Tbk ... 53

4.1.11 PT. Steady Safe Tbk ... 54

4.1.12 PT. Samudra Indonesia Tbk ... 54

4.1.13 PT. Pelayaran Tempura Emas Tbk ... 55

4.1.14 PT. Trada Maritime Tbk ... 56

4.1.15 PT. Panorama Transportasi Tbk ... 56


(10)

4.3 Analisis Diskriminan ... 59

4.4 Pembahasan ... 69

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(11)

Tabel 4.2 Uji Normalitas Setelah Transformasi Data ... 59

Tabel 4.3 Uji Descriptive Statistic ... 60

Tabel 4.4. Persamaan Estimasi Fungsi Diskriminan ... 62

Tabel 4.5. Wilk’s Lambda ... 64

Tabel 4.6. Uji Struktur Matrix ... 65

Tabel 4.7. Nilai Cut Off ... 67


(12)

(BEI) PERIODE 2010-2012

Angga Adistya Patra

Abstrak

Kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Z–score pertama kali diperkenalkan oleh Edward Altman pada tahun 1968 yang dikembangkan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan perusahaan dan dapat juga digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan. Dalam penelitian tersebut, ia menemukan empat rasio yang dapat dikombinasikan dalam suatu rumus matematis yang akurat dalam mengestimasi kebangkrutan perusahaan. Tujuan dalam penelitian ini adalah memprediksi potensi kebangkrutan dengan menggunakan metode Altman Z-Score pada perusahaan sektor Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2012.

Populasi yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah 28 perusahaan sektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam penelitian ini teknik sample yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik purposive

sampling yaitu teknik penentuan sampel dilakukan dengan cara pengambilan

sampel berdasarkan atas tujuan tersebut, maka sampel yang ditemukan sebanyak 17 perusahaan selama 3 periode (tahun 2010 sampai dengan 2012). Teknik analisis dengan menggunakan teknik analisis Diskriminan.

Dari hasil yang telah dilakukan terdapat 35 data perusahaan diprediksi bangkrut dan 16 perusahaan yang di prediksi sehat. Ketepatan prediksi pengelompokan potensi kebangkrutan sebesar 84,3%, sehingga dapat diperoleh kesimpulan metode Z Score Altman dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan.


(13)

1.1. Latar Belakang

Setiap negara berkembang yang ingin mencapai perekonomian agar terus meningkat hingga menjadi negara maju membutuhkan perbaikan dan pengembangan dari berbagai sektor ekonomi. Untuk mencapainya diperlukan pembangunan dan pengendalian secara terintegritas atas subsektor dan sistem yang saling bersinergi.

Di Indonesia salah satu sektor yang sangat penting dalam pembangunan suatu negara adalah transportasi dan infrastruktur. Sektor ini sangat penting karena negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat membutuhkan adanya sarana transportasi dan infrastruktur yang memadai sebagai penghubung aktivitas ekonomi, distribusi kebutuhan hidup masyarakat luas dan distribusi pemerataan penduduk dengan adanya aktivitas transmigrasi dan urbanisasi.

Sektor transportasi dan infrastruktur menjadi sangat penting karena pembangunan negara didukung sepenuhnya oleh infrastruktur yang terkelola secara baik, tertata secara sistematis dan terpelihara secara berkelanjutan sehingga terdapat kemudahan untuk penyediaan sarana transportasi.


(14)

Sektor transportasi masih memiliki peluang investasi yang besar dengan permintaan akan transportasi darat, udara dan laut, disamping itu pasar domestik masih memiliki peluang yang cukup kuat. Walaupun sektor transportasi mengalami pertumbuhan pada tahun 2012, namun berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di BEI (www.idx.co.id) beberapa perusahaan jasa transportasi mengalami kerugian tidak hanya satu tahun tetapi juga beberapa tahun. Beberapa perusahaan jasa transportasi yang mengalami kerugian atau laba negatif selama 2 tahun berturut-turut adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Daftar Perusahaan Jasa Transportasi Yang Memiliki Laba Negatif 2 Tahun atau Lebih Pada Tahun 2010-2012

No

Nama Perusahaaan Tahun

Dalam Jutaan Rupiah

Kode Nama 2010 2011 2012

1 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.

(1.636.279) (2.098.336) (769.746)

2 HITS Humpuss Intermoda Transportasi Tbk

(662.275) (218.328) (9.839)

3 IATA Indonesia Air Transport Tbk.

(39.623) (33.546) (32.819)

4 SAFE Steady Safe Tbk

3.266 (8.392) (6.299)

5 ZBRA Zebra Nusantara Tbk

(9.423) (9.334) (8.699)


(15)

Berdasarkan Investasi Kontan Abdul Wahid Fauzie (www.investasi.kontan.co.id/2010), Kinerja perusahaan perkapalan ini rupanya masih belum juga membaik. Buktinya, rapor PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (APOL) di sepanjang kuartal I 2010 makin buruk. Berdasarkan laporan keuangan rugi bersih APOL pada Maret 2010 Rp 190,6 miliar naik 16,88% dibandingkan periode yang sama 2009. Dari laporan keuangan bisa dilihat beberapa penyebab utama rugi bersih ini yaitu adanya selisih kurs dengan terus menguatnya rupiah. Tahun ini, APOL menanggung rugi kurs sebanyak Rp 59,16 miliar. Sementara tahun lalu, APOL menangguk untung kurs Rp 38,8 miliar. Selain karena kurs, pendapatan APOL juga turun 15,82% dari Rp 446,2 miliar menjadi Rp 375,6 miliar.

Menurut informasi BEI dalam media Kabar Bisnis ET

(www.kabarbisnis.com/2011), kinerja keuangan PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS), perusahaan perkapalan internasional bagian dari Grup Humpuss, kurang menggembirakan. Pada kuartal I/2011, HITS mencatat mengalami kerugian sebesar Rp5,7 miliar, atau 142% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 mencapai Rp13,4 miliar. Kerugian ini disebabkan rugi usaha mencapai Rp1,57 miliar.

Menurut informasi dari Britama.com (www.britama.com/index.php/2012) PT Steady Safe Tbk (SAFE) membukukan Rugi bersih sebesar Rp 2,26 miliar atau Rp (5,79) per saham pada kuartal I 2012. Rugi bersih kuartal I 2012 menunjukan anjiloknya kinerja perseroan bila dibandingkan dengan Rugi bersih pada kuartal I


(16)

tahun lalu sebesar Rp 302,45 juta atau Rp (0,77) per saham. Hal ini disebabkan oleh Pendapatan perseroan mengalami penurunan dari Rp 10,45 miliar menjadi Rp 7,18 miliar. PT Steady Safe Tbk (SAFE) membukukan Rugi bersih sebesar Rp 3,33 miliar atau Rp (8,38) per saham pada Kuartal III 2012. Rugi bersih Kuartal III 2012 menunjukan peningkatan 26,14% bila dibandingkan dengan Rugi bersih pada Kuartal III tahun lalu sebesar Rp 2,64 miliar atau Rp (0,96) persaham. Hal ini disebabkan Pendapatan Pokok perseroan mengalami penurunan dari Rp 29,18 miliar pada Kuartal III tahun lalu menjadi Rp 22,44 miliar pada Kuartal III tahun ini. Beban Pokok perseroan mengalami penurunan dari Rp 15,83 miliar pada Kuartal III 2011 menjadi Rp 9,34 miliar pada kuartal III 2012, dan Beban Usaha menurun dari Rp 4,14 miliar menjadi Rp 5,28 miliar.

Berdasarkan Financeroll Sugeng Riyadi (http://financeroll.co.id/2013), Emiten maskapai penerbangan, PT Indonesia Air Transport Tbk (IATA) pada 2012 mencatat rugi bersih sebesar Rp 32,82 miliar, padahal pada 2011 meraih laba bersih hingga Rp 33,55 miliar. Merujuk laporan keuangan IATA yang disampaikan kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI), disebutkan pada 2012 pendapatan usaha perseroan mencapai Rp 269,28 miliar, naik hingga 21,39% dibanding 2011 yang sebesar Rp 221,83 miliar. Selain itu, EBITDA tahun lalu sebesar Rp 24,03 miliar, turun 3,73% dibanding 2011 yang sebesar Rp 24,96 miliar. Jumlat total aset tercatat sebesar Rp 730,93 miliar, naik 22,03% dibanding 2011 yang sebesar Rp 598,98 miliar. Sementara jumlah kewajiban perseroan pada 2012 mencapai Rp 557,08 miliar, naik 42% dibanding 2011 yang sebesar Rp 392,31 miliar, sedangkan


(17)

ekuitasnya turun 15,88% dari Rp 200,67 miliar tahun 2011 menjadi Rp 173,85 miliar pada 2012.

Menurut informasi dari Britama.com (www.britama.com/2012) PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA) membukukan Rugi bersih sebesar Rp 5,04 miliar atau Rp 8,02 per sahampada Kuartal III 2012. Rugi bersih Kuartal III 2012 menunjukan penurunan 30,77% bila dibandingkan dengan Rugi bersih pada Kuartal III tahun lalu sebesar Rp 7,28 miliar atau Rp 11,58 persaham. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya Pendapatan Lain-lain dari Rugi sebesar Rp 1,91 miliar pada kuartal III 2011 menjadi Untung Rp 529,1 juta pada kuartal III 2012. Pendapatan perseroan mengalami penurunan dari Rp 15,06 miliar pada Kuartal III tahun lalu menjadi Rp 14,38 miliar pada Kuartal III tahun ini, sedangkan Beban perseroan mengalami penurunan sedikit dari Rp 13,90 miliar menjadi Rp 13,74 miliar.

Ditahun 2012 perusahaan jasa transportasi memiliki kemungkinan mengalami kenaikan laba atau penurunan laba. Kenaikan laba di tahun 2012 mengindikasikan adanya pemulihan perusahaan untuk dapat tumbuh lebih baik, dimana laba tersebut dapat menutupi kewajiban dan biaya operasional perusahaan tahun sebelumnya. Namun jika ditahun 2012 beberapa perusahaan tersebut mengalami penurunana laba maka dapat diindikasikan kinerja perusahaan menurun. Penurunan kinerja dengan kerugian yang terus menerus dapat mempersulit perusahaan dalam memenuhi beban operasional, beban kewajiban hutang, pengelolaan aset dan sudah tentu berimbas kepada keuangan perusahaan secara


(18)

menyeluruh sehingga ada kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress) atau kebangkrutan.

Kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Menurut Foster, 1986, kesulitan keuangan menunjukkan adanya masalah likuiditas yang parah yang tidak dapat dipecahkan tanpa melalui penjadwalan kembali secara besar-besaran terhadap operasi dan struktur perusahaan. (Darsono dan Ashari, 2004:101)

Z–score pertama kali diperkenalkan oleh Edward Altman pada tahun 1968 yang dikembangkan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan perusahaan dan dapat juga digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan. Dalam penelitian tersebut, ia menemukan lima rasio yang dapat dikombinasikan dalam suatu rumus matematis yang akurat dalam mengestimasi kebangkrutan perusahaan. Adapun rasio-rasio yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas.

Kelebihan yang lainnya adalah bahwa model perhitungan diskriminan (Altman) ini juga bisa diterapkan untuk perusahaan-perusahaan yang go

public atau tidak go public seperti yang telah dijelaskan oleh Hanafi (2005)

dimana perusahaan di Indonesia lebih sedikit yang go public jika dibandingkan dengan di Amerika. Selain itu kelebihan dari analisis z-score ini adalah karena model diskriminan kebangkrutan ini termasuk kedalam analisis


(19)

dari neraca dan laporan laba/rugi perusahaan. Artinya bahwa adanya keterkaitan antara variabel-variabel dari z-score dengan analisis rasio keuangan.

Altman kembali memodifikasi formula Z score-nya pada tahun 1995 dengan mengubah beberapa indikator baru. Indikator tersebut antara lain Net Working Capital

to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to total Assets, dan Book Value of Equity to Total Liability. Beberapa penambahan

tersebut dimaksudkan untuk menutupi kekurangan dan juga untuk menambah tingkat akurasi yang lebih baik. Akan tetapi disisi lain masih sering ditemukan masih relevannya metode Altman z-score 1968 pada masa modern walaupun Altman sendiri telah melakukan penyempurnaan pada tahun 1995.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka peneliti ingin membahas lebih lanjut tentang analisis kebangkrutan dengan metode Z score. Penelitian ini meneliti tentang perusahaan Transportasi dari tahun 2010-2012. Maka dari permasalahan diatas penulis ingin melakukan penelitian dengan judul :

“ANALISIS KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE Z SCORE ALTMAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2010-2012”


(20)

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan yang berkaitan dengan pembahasan sebelumnya yaitu: Bagaimana memprediksi potensi kebangkrutan dengan menggunakan Metode Z score Altman pada perusahaan sektor Tranportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2012?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

Memprediksi potensi kebangkrutan dengan menggunakan metode Altman Z-Score pada perusahaan sektor Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2012.

1.4. Manfaat Penelitian

Penilitian yang dilakukan dapat bermanfaat bagi : 1. Manfaat Operasional (Praktis)

1) Sebagai kajian awal bagi pihak manajemen yang bisa dijadikan landasan dalam melakukan perbaikan bagi kemajuan perusahaan.

2) Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak kreditur dan pemegang saham untuk melakukan persiapan dalam mengatasi kegagalan bisnis yang akan terjadi pada perusahaan serta untuk meningkatkan kepercayaan.


(21)

2. Manfaat dalam Pengembangan Ilmu (akademis)

1) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperoleh informasi dalam rangka memecahkan masalah prediksi kebangkrutan perusahaan.

2) Sebagai bahan referensi dan perbandingan untuk menambah wawasan dan sumbangan pemikiran dalam bidang yang sama dimasa mendatang.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berikut ini beberapa penelitian tentang kinerja bank diukur dengan menggunakan rasio keuangan yang telah dilakukan oleh beberapa orang peneliti, antara lain:

ST. Ibrah Mustafa Kamal (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Public Di Bursa Efek Indonesia (dengan menggunakan model Altman Z-score)”. Dalam penelitian ini terdiri dari lima variabel, meliputi : (X1) Net Working Capital to Total Assets, (X2 )

Retained Earning to Total Assets, (X3) Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets, (X4 ) Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities,

(X5 ) Sales to Total Assets. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui prediksi kebangkrutan pada perusahaan perbankan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hipotesis Penelitiannya adalah Dengan menggunakan model Z-score dapat memprediksi kebangkrutan pada perusahaan perbankan go public di Bursa Efek Indonesia. Metode Analisis menggunakan Model prediksi kebangkrutan Altman Z-score. Hasil penelitian adalah Model Altman’s Z-score dapat memprediksi keadaan perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2008 ada satu perusahaan perbankan yang berada pada grey area atau sekitar 5% dan 95% diprediksi akan mengalami kebangkrutan. Ini ditandai dengan hasil nilai


(23)

Z-score yang di bawah 2,99. Hanya Bank Rakyat Indonesia Tbk. yang hasilnya 2,611 mendekati nilai 2,99 berada di grey area. Dilihat bahwa perbankan ada beberapa yang mulai memperbaiki kondisi keuangan dengan melihat bahwa pada tahun 2009 sebanyak 40% berada dalam keadaan sehat, 45% diprediksi akan mengalami kebangkrutan yang berkurang dibanding dengan tahun sebelumnya, dan 15% berada pada grey area.

Evi Wardhani (2007) Meneliti tentang Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Jakarta”. Tujuan penelitian untuk mengetahui bahwa laporan keuangan sebelum terjadi kebangkrutan dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan dengan Model Altman dan Foster, dan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kebangkrutan Model Altman dan Foster pada perusahaan textile dan garment.

Hipotesis Penelitian adalah Terdapat perbedaan tingkat kebangkrutan Model Altman dan Foster pada perusahaan textile dan garment. Metode analisis data menggunakan analisis Z score Altman dan Z-Score Foster. Hasil Penelitian bahwa laporan keuangan sebelum terjadi kebangkrutan dapat digunakan untuk mengukur tingkat kebangkrutan menggunakan Model Altman dan Foster. Terdapat perbedaan secara statistik hasil analisis Model Altman dan Foster tahun 2002, dan tidak terdapat perbedaan secara statistik hasil analisis Model Altman dan Foster tahun 2003 dan 2004. Sarannya manajemen perlu berhati-hati dalam mengelola dan menjalankan operasi perusahaan dengan melakukan tindakan perbaikan kinerja perusahaan guna menghindari gangguan terhadap kelangsungan usahanya, investor sebaiknya


(24)

berhati-hati dalam membeli saham perusahaan textile dan garment yang masuk kategori bangkrut.

Syamsul Hadi dan Atika Anggraeni (2008) judul penelitian “Pemilihan Prediktor Delisting Terbaik (Perbandingan Antara The Zmijewski Model, The Altman Model, Dan The Springate Model)”. Tujuan penelian adalah untuk mengetahui prediktor delisting terbaik dengan menggunakan model-model prediksi kebangkrutan yang ada. Metode Analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Linear. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Zmijewski tidak bisa memprediksi delisting. Sedangkan Model Altman dan Model Springate cukup mampu memprediksi delisting secara moderat. Penelitian ini menemukan bahwa model Altman merupakan prediktor delisting terbaik.

Ayu Suci Ramadhani dan Niki Lukviarman (2009) judul penelitian “Perbandingan Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi, Dan Altman Modifikasi Dengan Ukuran Dan Umur Perusahaan Sebagai Variabel Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbandingan antara model-model Altman dalam memprediksi kebangkrutan serta bagaimana ukuran dan umur perusahaan menjelaskan prediksi kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah Model prediksi yang digunakan adalah model Altman yaitu model Altman pertama, Altman revisi dan Altman modifikasi. Hasil Penelitaian adalah Perusahaan yang diprediksi bangkrut dengan menggunakan ketiga model


(25)

Altman, untuk kelompok perusahaan berumur dibawah 30 tahun memiliki persentase prediksi kebangkrutan yang paling tinggi dari pada kelompok perusahaan manufaktur berumur diatas 30 tahun. Dimana model Altman pertama memprediksi kebangkrutan paling tinggi untuk perusahaan manufaktur kelompok umur dibawah 30 tahun ini. Walaupun demikian perusahaan manufaktur yang diprediksi mengalami kebangkrutan dapat dialami perusahan yang telah lama berdiri maupun perusahaan baru.

Sinta Kartikawati (2012) dengan judul penelitian adalah “Analisis Z-Score Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Untuk Memprediksi Kebangkrutan Pada Tujuh Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi kebangkrutan serta kinerja keuangan perusahaan berdasarkan hasil analisis diskriminan dengan menggunakan model Altman berdasarkan rasio lima variable. Hipotesis Penelitian adalah dengan menggunakan model Altman berdasarkan rasio lima variabel dapat memprediksi kebangkrutan serta kinerja keuangan perusahaan berdasarkan hasil analisis diskriminan. Metode Analisis adalah analisis diskriminan Altman Z-Score. Hasil penelitian adalah PT. Gudang Garam Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk berada pada kondisi sehat, PT. Kalbe Farma Tbk berada pada kondisi sehat namun sempat berada pada kondisi bangkrut dan gray area. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk berada pada kondisi

gray area. PT. Ultrajaya Milk Tbk berada pada kondisi gray area dan sempat

dikatakan bangkrut. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berada pada kondisi


(26)

kondisi keuangan yang naik turun. Secara metodologi penggunaan metode Altman Z-Score dapat mengidentifikasi keadaan suatu perusahaan, namun secara faktual terkadang tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi saat ini.

Wijaya Adi Cahyono (2013) dengan judul penelitian “Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Pertambangan Batubara Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2012 Dengan Menggunakan Analisis Model Z-Score Altman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan analisis model Altman z-score pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan adalah lima rasio model Altman z-score. Metode analisis yang digunakan adalah analisis diskriminan

(z-score). Hasil penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model z-score

Altman tersebut dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Model z-score Altman dan analisis diskriminan mempunyai hasil tidak sama dalam memprediksi kebangkrutan pada 10 perusahaan pertambangan batubara karena terdapat miss classification sebanyak 3 perusahaan. Hasil z-score dari analisis diskriminan mampu mengelompokkan perusahaan pertambangan batubara pada dua kategori, yaitu sehat dan financial distress.

Firda Mastuti, Muhammad Saifi, Devi Farah Azizah (2013) judul

penelitian adalah Altman Z-Score Sebagai Salah Satu Metode Dalam Menganalisis Estimasi Kebangkrutan Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Plastik dan Kemasan yang Terdaftar (Listing) di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan


(27)

2012). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui klasifikasi perusahaan Plastik dan Kemasan yang terdaftar (listing) di BEI pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan kriteria kebangkrutan apabila dalam mengestimasi dianalisis menggunakan metode Altman (Z-Score) dan mengetahui gambaran secara utuh kondisi kinerja keuangan perusahaan Plastik dan Kemasan yang terdaftar (listing) di BEI selama tahun 2010 sampai dengan 2012 berdasarkan metode Altman (Z-Score). Metod analisis adalah model Altman Z-score dengan lima rasio. Hasil penelitian dari 5 sampel perusahaan plastik dan kemasan ini, adalah 1 perusahaan dinyatakan dalam estimasi kebangkrutan yaitu PT. Titan Kimia Nusantara Tbk., 2 perusahaan diantaranya dalam kondisi rawan yaitu PT. Sekawan Intipratama Tbk. dan PT. Trias Sentosa Tbk., dan 2 perusahaan lainnya yaitu PT. Yanaprima Hastapersada Tbk. dan PT. Champion Pacific Indonesia Tbk. dalam kondisi sehat.

Dari telaah pustaka diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu bahwa sama-sama menggunakan Descriminant Analysis (Analisis Diskriminan) sebagai alat

analisis data untuk menilai kebangkrutan atau financial distress perusahaan. Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan model Altman modifikasi 1996 yang menggunakan empat rasio. Peneliti menggunakan perusahaan sektor transportasi sebagai objek penelitian dan dengan periode pengamatan yaitu 3 periode (tahun 2010 sampai dengan tahun 2012).


(28)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Sofyan (2009:1) mendefinisikan Laporan Keuangan sebagai berikut :

“Laporan keuangan adalah media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan”

Menurut SAK dalam Sofyan (2009:4), laporan keuangan utama terdiri atas :

“1). Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada

tanggal tertentu, 2). Perhitungan laba/rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu, 3). Laporan sumber dan penggunaan dana, 4) Laporan arus kas.”

Subramanyam dkk (2010:79) mendefinisikan Laporan Keuangan merupakan produk proses pelaporan keungan yang diatur oleh standar dan aturan akuntansi, insentif manajer, serta mekanisme pelaksanaan dan pengawasan perusahaan.

Menurut Kieso, et.al (2008:2) laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak diluar korporasi. Laporan keuangan (financial statement) yang sering disajikan adalah neraca, laba rugi, laporan arus kas, laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham dan catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian intergral dari setiap laporan keuangan.

Laporan keungan menurut PSAK no. 1 revisi 2009 (2009:9) adalah Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain


(29)

yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonomi. Kelompok besar ini merupakan laporan keuangan .

2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan Laporan Keuangan menurut Sofyan (2010:134) adalah :

“Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakaidalam pengambilan keputusan ekonomi”

Dalam PSAK no. 1 Revisi 2009 paragraf 07 menyatakan:

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Menurut Sofyan,dkk (2009:105) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan yang akan menjadi bahan sarana informasi (screen) bagi analisis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat mengambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu


(30)

periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu. Dari laporan keuangan, akan tergambar kondisi keuangan suatu perusahaan khususnya untuk mengantisipasi sinyal financial distress.

Menurut Suwardjono (2005:157) tujuan utama pelaporan keuangan dalam rerangka konseptual FASB antara lain :

1. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang bermanfaat bagi para investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam membuat keputusan-keputusan investasi, kredit dan semacamnya yang rasional. Informasi harus terpahami bagi mereka yang mempunyai pengetahuan yang memadai tentang berbagai kegiatan bisnis dan ekonomik dan bersedia untuk mempelajari informasi dengan tekun.

2. Pelaporan keuangan harus menyediakan infromasi untuk membantu para investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam menilai (assessing) jumlah, saat terjadi dan ketidakpastian penerimaan kas mendatang (prospective cash

receipts) dari dividen atau bunga dan pemerolehan kas (proceeds)

mendatang dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya sekuritas atau pinjaman. Dengan cara lain, pelaporan keuangan harus menyediakan infromasi untuk membantu para investor dan kreditor dan pemakai lain dalam menilai (assessing) jumlah, saat terjadi dan ketidakpastian aliran kas bersih ke badan usaha bersangkutan.


(31)

3. Pelaporan keuangan harus menyediakan infromasi tentang sumber daya ekonomika suatu badan usaha, klaim terhadap simber-sumber tersebut (kewajiban badan usaha untuk mentransfer sumber daya ekonomik ke entitas lain dan ekuitas pemilik) dan akibat-akibat dari transaksi, kejadian dan keadaan yang mengubah sumber daya badan

usaha dan klaim terhadap sumber daya tersebut.”

2.2.3 Pengertian Rasio Keuangan

Menurut Widjaja (2010:12), pengertian Rasio dapat didefinisikan sebagai berikut :

“Rasio adalah satu angka yang dinyatakan dalam hubungannya dengan

yang lain. Banyak rasio yang dihitung dari satu kumpulan laporan keuangan, tetapi biasanya hanya sedikit yang bermanfaat dalam situasi

tertentu.”

Definisi Rasio Keuangan menurut Sofyan (2009:297) dinyatakan sebagai berikut :

“Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan

dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita


(32)

dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga dapat

memperoleh informasi dan memberikan penilaian.”

Subramanyam (2010:40), menyatakan bahwa :

Analisis rasio (rasio analysis) merupakan salah satu alat analisis keuanagn yang paling populer dan banyak digunakan. Namun, perannya disalahpahami dan sebagai konsekuensinya, kepentingan sering dilebih-lebihkan. Sebuah rasio menyatakan hubungan matematis antara dua

kuantitas”.

Sedangkan Weygandt, Kieso dan Kimmel dalam Adhariani dan Diyanti (2008:395), menyatakan bahwa :

“Rasio menyatakan hubungan matematik antara satu kuantitas dengan lainnya. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase, tingkat, atau proporsi sederhana. Dan Analisis rasio menyatakan hubungan diantara pos-pos tertentu dari data laporan keuangan”

Manfaat Rasio menurut Subramanyam dan Wild (2010:43) adalah :

“ Rasio bermanfaat bila di interpretasikan dalam perbandingan dengan : (1) Rasio sebelumnya, (2) Standar yang ditentukan sebelumnya, dan (3)

Rasio Pesaing.”

Menurut Keown, dkk (2010:74), adalah :

“Rasio keuangan membantu kita untuk mengidentifikasi beberapa kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan. Rasio tersebut memberikan dua cara bagaimana membuat perbandingan dan data keuangan yang


(33)

berarti: (1) kita dapat meneliti rasio antar-waktu (katakanlah untuk 5 tahun terakhir) untuk meneliti arah pergerakannya; (2) kita dapat membandingkan rasio perusahaan dengan rasio perusahaan lainnya.”

Menurut Keown, dkk (2010:91), beberapa kelemahan penting yang mungkin ditemukan dalam menghitung dan menginterprestasikan rasio keuangan:

1. Kadang-kadangsulit untuk mengindentifikasikan kategori industri, jika perusahaan berusaha dalam beberapa bidang usaha. Jika kita harus memiliki sendiri kumpulan perusahaan pembanding dam membuat norma khusus yang sesuai.

2. Angka rata-rata industri yang diterbitkan hanya merupakan perkiraan saja dan hanya memberikan petunjuk umum karena bukan merupakan hasil penelitian dari seluruh perusahaan dalam industri ataupun bahkan sekedar sampel yang diwakili dalam industri

3. Perbedaan praktik akuntansi antar-perusahaan dapat menghasilkan perbedaan dalam perhitungan rasio.

4. Suatu industri kebanyakan tidak menyediakan suatu target atau nilai rasio yang diinginkan.

5. Banyak perusahaan mengalami perubahan-perubahan dalam operasi mereka.


(34)

Faktor-faktor yang mempengaruhi rasio menurut Subramanyam (2010:42) adalah :

“Diluar aktivitas operasi internal yang mempengaruhi rasio perusahaan, kita harus menyadari dampak peristiwa ekonomi, faktor industri,

kebijakan manajemen, dan metode akuntansi.”

2.2.4 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Menurut Sofyan (2010:301) beberapa rasio yang sering digunakan adalah : 1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Beberapa rasio likuiditas ini adalah rasio lancar, rasio cepat (quick ratio), rasio kas atas aktiva lancar, rasio kas atas utang lancar, rasio aktiva lancar dan total aktiva, aktiva lancar dan total utang.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka


(35)

panjang. Rasio solvabilitas antara lain rasio utang atas modal, debt

service ratio (rasio pelunasan utang), dan rasio utang atas aktiva.

3. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas

Menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio. Beberapa jenis rasio rentabilitas ini antara lain Marjin Laba (Profit Margin), Asset Turn Over (Return On Asset),

Return on Investement (Return on Equity), Return on Total Asset, Basic Earning Power, Earning Per Share, Contribution Margin, dan

kemampuan karyawan (rasio produktivitas). 4. Rasio Laverage

Menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Rasio ini bisa juga dianggap bagian dari rasio Solvabilitas dan terdiri atas Leverage, Capital Adequency

Ratio (CAR) (Rasio Kecukupan Modal), dan Capital Formation.

5. Rasio Aktivitas

Menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan


(36)

kegiatan lainnya. Rasio in terdiri atas Inventory Turn Over, Receivable

Turn Over, Fixed Asset Turn Over, Total Asset Turn Over, dan Periode

Penagihan Piutang.

6. Rasio Pertumbuhan (Growth)

Menggambarkan persentase pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun. Rasio ini terdiri atas Kenaikan Penjualan, Kenaikan Laba Bersih, Earning per Share (EPS), dan Kenaikan Deviden per

Share.

7. Penilalian Pasar (Market Based Ratio)

Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. Tidak berarti rasio lainnya tidak terpakai. Rasio ini terdiri atas Price Earning Ratio (PER), dan Market to Book Value

Ratio.

8. Rasio Produktivitas

Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai, misalnya rasio karyawan atas penjualan, rasio biaya per karyawan, rasio penjualan terhadap space ruangan, rasio laba terhadap

karyawan, rasio laba terhadap cabang, dan rasio lainnya.”

Menurut Kieso dkk (2008:222) jenis-jenis utama rasio yaitu:

1. Rasio likuiditas (likuidity ratios). Mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo.


(37)

2. Rasio aktivitas (activity ratios). Mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva yang dimiliki.

3. Rasio profitabilitas (profitability ratios). Mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan perusahaan atau divisi tertentu sepanjang suatu periode. 4. Rasio cakupan (coverage ratios). Mengukur tingkat perlindungan bagi

kreditor dan investor jangka panjang.

2.2.5 Pengertian Kebangkrutan

Istilah “pailit” dijumpai dalam perbendaharaan bahasa Belanda, Perancis,

Latin dan Inggris. Dalam bahasa Perancis, istilah “failite” artinya pemogokan

atau kemacetan dalam melakukan pembayaran. Orang yang mogok atau macet atau berhenti membayar hutangnya disebut dengan Le falli. Di dalam bahasa

Belanda dipergunakan istilah faillit yang mempunyai arti ganda yaitu sebagai kata benda dan kata sifat. Sedangkan dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah

to fail, dan di dalam bahasa Latin dipergunakan istilah failire. Di Negara-negara yang berbahasa Inggris, untuk pengertian pailit dan kepailitan dipergunakan istilah “bankrupt” dan “bankruptcy”.

Menurut Toto (2011:332), kebangkrutan (bankcruptcy) merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan


(38)

keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan di perusahaan.

Definisi kebangkrutan lainnya dikemukakan oleh Weston & Copeland (1997:510), bahwa kebangkrutan adalah sebagai suatu kegagalan yang terjadi dalam perusahaan tersebut dapat dibedakan sebagai berikut :

a) Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)

Kegagalan dalam arti ekonomis bahwa pendapatan perusahaan tidak mampu lagi menutup biayanya, yang berarti bahwa tingkat labanya lebih kecil daripada biaya modalnya. Definisi yang berkaitan adalah bahwa nilai sekarang dari arus kas perusahaan itu lebih kecil dari kewajibannya.

b) Kegagalan Keuangan (Financial Distressed)

Insolvensi memiliki dua bentuk yakni Default teknis yang terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi didalam ketentuan hutangnya, seperti rasio aktiva lancar dengan hutang lancar yang ditetapkan, serta kegagalan keuangan atau ketidakmampuan teknik (technical insolvency) yang terjadi apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya pada waktu yang telah ditentukan walaupun harta totalnya melebihi hutangnya.


(39)

Definisi mengenai financial distress diungkapkan Fahmi (2012:158) sebagai berikut:

“Plat dan Plat mendefinisikan financial distress sebagai tahap penurunan

kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau

likuidasi.”

Sedangkan menurut Foster (1986:535), financial distress didefinisikan sebagai berikut :

Financial distress is used to mean servere liquidity problems that cannot bes

resolved without a sizable rescaling of the entity’s operations or structure

Dari kedua pengertian financial distress menurut Plat dan Plat (2002) dan Foster (1986), maka Ramadhani dan Lukviarman (2009:17) dalam jurnal penelitiannya menyimpulkan bahwa financial distress (Kesulitan keuangan) adalah :

“Situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi

kewajiban-kewajiban lancar (seperti hutang dagang atau beban bunga) dan perusahaan terpaksa melakukan tindakan perbaikan. Dan kesulitan keuangan adalah masalah likuidasi yang sangat parah yang tidak bisa dipecahkan tanpa perubahan ukuran dari operasi atau struktur perusahaan. Informasi Financial Distress ini dapat dijadikan sebagai peringatan dini atas kebangkrutan sehingga manajemen dapat melakukan tindakan secara cepat untuk mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan, dimana kebangkrutan suatu perusahaan ditandai dengan financial distress yaitu keadaan dimana


(40)

perusahaan lemah dalam menghasilkan laba atau perusahaan cenderung mengalami defisit.”

2.2.6 Faktor Penyebab Kebangkrutan

Menurut S.Munawir (2002:289) secara garis besar penyebab kebangkrutan biasa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal perusahaan maupun eksternal baik yang bersifat khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan maupun yang bersifat umum.

Menurut Darsono dan Ashari (2005:12) dalam Gabriella (2011), faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi: Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus-menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan, dan keahlian manajemen.

Menurut Darsono dan Ashari (2005:103-104) dalam Gabriella (2011), faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan yaitu:

Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Terlalu banyak piutang yang diberikan kepada debitur dalam jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva yang


(41)

menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur juga bisa berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh perusahaan. Ada beberapa indikator untuk melihat tanda-tanda kesulitan keuangan dapat diamati dari pihak eksternal, misalnya:

a) Penurunan jumlah deviden yang dibagikan kepada pemegang saham selama beberapa periode berturut-turut.

b) Penurunan laba secara terus-menerus bahkan perusahaan mengalami kerugian.

c) Ditutup atau dijualnya satu atau lebih unit usaha. d) Pemecatan pegawai secara besar-besaran.

e) Harga di pasar mulai menurun terus - menerus.

Penyebab terjadinya kesulitan keuangan (financial distress), dinyatakan Sudana (2011:249) sebagai berikut :

“Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan perusahaan mengalami

kegagalan, diantaranya adalah faktor ekonomi, kesalahan manajemen, dan bencana alam. Perusahaan yang mengalami kegagalan dalam operasinya akan berdampak pada kesulitan keuangan. Tapi kebanyakan penyebabnya,


(42)

baik langsung maupun tidak langsung adalah karena kesalahan manajemen yang terjadi berulang-ulang.”

Sedangkan menurut Fahmi (2012:105) penyebab terjadinya financial

distress adalah :

“Dimulai dari ketidakmampuan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya, terutama kewajiban yang bersifat jangka pendek termasuk kewajiban likuiditas dan juga termasuk kewajiban dalam kategori solvabilitas. Permasalahan terjadinya insolvency bisa timbul karena faktor berawal dari kesulitan likuiditas. Ketidakmampuan tersebut dapat ditunjukan dengan 2 (dua) metode, yaitu

Stock-based insolvency dan Flow-Stock-based insolvency. Stock-Stock-based insolvency adalah

kondisi yang menunjukkan suatu kondisi ekuitas negatif dari neraca perusahaan (negative net wort), sedangkan Flow-based insolvency ditunjukkan oleh kondisi arus kas operasi (operating cash flow) yang tidak dapat memenuhi

kewajiban-kewajiban lancar perusahaan.”

Menurut Darsono dan Ashari (2005:104), permasalahan keuangan bisa digolongkan ke dalam empat kategori, yaitu :

1. Perusahaan yang mengalami masalah keuangan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang sehingga mengalami kebangkrutan. 2. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan jangka pendek namun


(43)

3. Perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan jangka pendek tetapi mengalami kesulitan keuangan jangka panjang, sehingga ada kemungkinan mengalami kebangkrutan.

4. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dalam jangka pendek yang berupa kesulitan likuidasi ataupun kesulitan jangka panjang.”

2.2.7 Indikator Financial Distress

Darsono dan Ashari (2005:105) menjelaskan bahwa terdapat beberapa indikator yang dijadikan panduan untuk menilai kesulitan keuangan (financial

distress) yang akan diderita perusahaan, indikator tersebut antara lain:

1. Informasi arus kas sekarang dan arus kas untuk periode mendatang. Arus kas memberikan gambaran sumber-sumber dan penggunaan kas perusahaan.

2. Analisis posisi dan strategi perusahaan dibandingkan dengan pesaing. Informasi ini memberikan gambaran posisi perusahaan dalam persaingan bisnis yang merujuk pada kemampuan perusahaan dalam menjual produk atau jasanya untuk menghasilkan kas.

3. Penilaian kebangkrutan perusahaan adalah suatu formula yang dicetuskan oleh Edward Altman yang disebut sebagai rumus Altman Z-Score.”


(44)

2.2.8 Diskriminan Altman (Z Score)

Altman (1968) adalah orang yang pertama yang menerapkan Multiple

Discriminant Analysis. Analisa diskriminan ini merupakan suatu teknik statistik

yang mengidentifikasikan beberapa macam rasio keuangan yang dianggap memiliki nilai paling penting dalam mempengaruhi suatu kejadian, lalu mengembangkannya dalam suatu model dengan maksud untuk memudahkan menarik kesimpulan dari suatu kejadian. Analisa diskriminan ini kemudian menghasilkan suatu dari beberapa pengelompokan yang bersifat apriori atau mendasarkan teori dari kenyataan yang sebenarnya. Dasar pemikiran Altman menggunakan analisa diskriminan bermula dari keterbatasan analisa rasio yaitu metodologinya pada dasarnya bersifat suatu penyimpangan yang artinya setiap rasio diuji secara terpisah sehingga pengaruh kombinasi dari beberapa rasio hanya didasarkan pada pertimbangan para analis keuangan. Oleh karena itu untuk mengatasi kekurangan dari analisa rasio maka perlu kombinasikan berbagai rasio agar menjadi suatu model prediksi yang berarti (Ramadhani dan Lukviarman : 2009).

Dengan berdasarkan penelitian analisis diskriminan, Altman melakukan penelitian untuk mengembangkan model baru untuk memprediksikan kebangkrutan perusahaan. Model yang dinamakan z-score dalam bentuk aslinya adalah model linier dengan rasio keuangan yang diberi bobot untuk memaksimalkan kemampuan model tersebut dalam memprediksi. Model ini pada dasarnya hendak mencari nilai “Z” yaitu nilai yang menunjukkan kondisi


(45)

perusahaan, apakah dalam keadaan sehat atau tidak dan menunjukkan kinerja perusahaan yang sekaligus merefleksikan prospek perusahaan dimasa mendatang (Ramadhani dan Lukviarman : 2009).

Dalam menyusun model Z Altman mengambil sampel 33 perusahaan manufaktur yang bangkrut pada periode 1960 sampai 1965 dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut dengan lini industri dan ukuran yang sama. Dengan menggunakan data laporan keuangan dari 1 sampai 5 tahun sebelum kebangkrutan, Altman menyusun 22 rasio keuangan yang paling memungkinkan dan mengelompokkannya dalam 5 kategori: likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas dan kinerja. Lima macam rasio dari lima variabel yang terseleksi akan di kombinasikan bersama untuk memperoleh prediksi yang paling akurat tentang kebangkrutan.

Penggunaan model Altman sebagai salah satu pengukuran kinerja kebangkrutan tidak bersifat tetap atau stagnan melainkan berkembang dari waktu kewaktu, dimana pengujian dan penemuan model terus diperluas oleh Altman hingga penerapannya tidak hanya pada perusahaan manufaktur publik saja tapi sudah mencakup perusahaan manufaktur non publik, perusahaan non manufaktur, dan perusahaan obligasi korporasi.

Menurut (Ramadhani dan Lukviarman : 2009) seiring dengan berjalannnya waktu dan penyesuaian terhadap berbagai jenis perusahaan, Altman kemudian merevisi modelnya supaya dapat diterapkan pada semua perusahaan, seperti manufaktur, non manufaktur, dan perusahaan penerbit obligasi di negara


(46)

berkembang (emerging market). Dalam Z-score modifikasi ini Altman mengeliminasi variable X5 sales/total asset) karena rasio ini sangat bervariatif pada industri dengan ukuran asset yang berbeda-beda. Berikut persamaan Z-Score yang di modifikasi Altman dkk (1995) :

Z’ = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4

Keterangan:

Z = Bankruptcy Index

X1 = Net Working Capital/Total Asset X2 = Retained Earnings / Total Asset

X3 = Earning Before Interest And Taxes/Total Asset X4 = Book Value Of Equity/Total Liabilities

Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z-score model Altman Modifikasi yaitu:

a. Jika nilai Z” < 1,1 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.

b. Jika nilai 1,1 < Z” < 2,6 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan). c. Jika nilai Z” > 2,6 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.


(1)

Discriminant

Scores

p

df

P(G=g |

D=d)

Squared

Mahalanobis

Distance to

Centroid

Function 1

Case Number

Actual

Group

Highest Group

Second Highest Group

Predicted

Group

P(D>d | G=g)

P(G=g |

D=d)

Squared

Mahalanobis

Distance to

Centroid

Group

1

1

1

,554

4

,773

3,024

2

,227

5,470

2

1

1

,082

4

,959

8,260

2

,041

14,561

3

1

1

,140

4

,977

6,929

2

,023

14,431

4

1

1

,692

4

,565

2,238

2

,435

2,759

5

1

1

,719

4

,583

2,089

2

,417

2,756

6

1

1

,000

4

,975

39,249

2

,025

46,614

7

1

1

,888

4

,723

1,142

2

,277

3,057

8

1

1

,463

4

,513

3,602

2

,487

3,709

9

1

2

**

,668

4

,500

2,370

1

,500

2,372

10

1

1

,993

4

,665

,250

2

,335

1,621

11

1

2

**

,938

4

,534

,805

1

,466

1,073

12

1

2

**

,980

4

,621

,426

1

,379

1,410

13

2

2

,001

4

,956

19,411

1

,044

25,550

14

1

2

**

,684

4

,719

2,280

1

,281

4,157

15

1

1

,819

4

,527

1,541

2

,473

1,760

16

1

1

,980

4

,587

,431

2

,413

1,130

17

1

2

**

,938

4

,523

,801

1

,477

,987

18

1

1

,986

4

,590

,351

2

,410

1,082

19

2

1

**

,015

4

,559

12,277

2

,441

12,753

20

1

2

**

,813

4

,512

1,577

1

,488

1,672

21

2

1

**

,525

4

,553

3,200

2

,447

3,626

22

1

1

,012

4

,995

12,820

2

,005

23,354

23

1

2

**

,000

4

,538

20,534

1

,462

20,836

24

1

1

,208

4

,935

5,886

2

,065

11,216

25

1

1

,108

4

,968

7,578

2

,032

14,410

26

1

1

,002

4

,841

16,979

2

,159

20,314

27

1

2

**

,030

4

,513

10,695

1

,487

10,800

28

2

2

,744

4

,780

1,955

1

,220

4,481


(2)

Discriminant

Scores

p

df

P(G=g |

D=d)

Squared

Mahalanobis

Distance to

Centroid

Function 1

Case Number

Actual

Group

Highest Group

Second Highest Group

Predicted

Group

P(D>d | G=g)

P(G=g |

D=d)

Squared

Mahalanobis

Distance to

Centroid

Group

29

2

2

,726

4

,852

2,054

1

,148

5,556

30

2

2

,990

4

,683

,300

1

,317

1,837

31

1

1

,123

4

,994

7,265

2

,006

17,640

32

1

1

,091

4

,995

8,015

2

,005

18,692

33

1

1

,045

4

,997

9,716

2

,003

21,231

34

2

1

**

,635

4

,618

2,552

2

,382

3,511

35

1

1

,599

4

,523

2,757

2

,477

2,940

36

1

2

**

,845

4

,541

1,393

1

,459

1,722

37

1

1

,933

4

,675

,843

2

,325

2,302

38

1

1

,732

4

,615

2,021

2

,385

2,955

39

1

1

,726

4

,631

2,053

2

,369

3,125

40

2

2

,991

4

,762

,288

1

,238

2,616

41

2

2

,994

4

,724

,235

1

,276

2,163

42

1

1

,838

4

,588

1,435

2

,412

2,146

43

1

1

,928

4

,555

,876

2

,445

1,320

44

1

1

,864

4

,596

1,284

2

,404

2,058

45

1

1

,743

4

,512

1,962

2

,488

2,058

46

1

2

**

,940

4

,547

,787

1

,453

1,168

47

1

2

**

,931

4

,552

,857

1

,448

1,271

48

2

2

,853

4

,517

1,352

1

,483

1,484

49

1

1

,163

4

,591

6,526

2

,409

7,266

50

1

1

,352

4

,732

4,424

2

,268

6,430

51

1

1

,370

4

,820

4,274

2

,180

7,302

For the original data, squared Mahalanobis distance is based on canonical functions.

For the cross-validated data, squared Mahalanobis distance is based on observations.


(3)

DAFTAR LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN TRANSPORTASI Per Tahun 2010 sampai Tahun 2012

Current Asset Current Liabilities Retained Earning EBIT Book Value of Equity

Kode Nama Aset lancar kewajiban lancar laba ditahan laba sebelum bunga & pajak nilai buku

1 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 2010 5.505.204.979.660 691.494.609.627 3.462.646.515.863 (137.547.437.149) 649.268.053.946 749.651.000.000 2.883.903.161.442 6.346.549.677.305 2011 4.265.545.870.749 772.242.479.255 3.021.795.315.509 (1.773.827.085.478) (1.752.119.726.888) 749.651.000.000 4.067.941.012.462 7.089.736.327.971 2012 3.008.036.943.936 609.848.936.144 2.020.134.128.584 (3.843.918.973.470) (937.188.598.827) 1.316.838.500.000 3.901.215.174.514 5.921.349.303.098

2 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk. 2010 2.835.511 383.264 371.252 291.656 78.672 109.575 1.780.088 2.151.340 2011 3.054.213 448.766 490.009 285.675 59.373 109.575 1.581.815 2.071.824 2012 1.108.197 257.223 279.506 (807.556) (724.980) 109.575 2.015.580 2.295.086

3 CMPP Centris Multipersada Pratama Tbk. 2010 65.279.995.065 8.313.506.495 24.361.074.630 (57.103.146.126) (2.958.782.280) 54.000.000.000 10.227.948.588 34.589.023.218 2011 56.711.022.887 9.424.704.257 3.336.162.960 (56.875.135.592) (4.298.080.378) 54.000.000.000 22.567.134.992 25.903.297.952 2012 68.628.672.040 23.636.665.732 10.556.258.377 (56.713.651.377) 143.768.598 54.000.000.000 27.111.635.255 37.667.893.632

4 GIAA Garuda Indonesia (Persero) Tbk. 2010 13.666.017.921.179 3.897.022.328.518 5.241.275.472.939 (7.439.291.646.859) (67.159.351.704) 9.120.498.000.000 4.955.286.439.271 10.196.561.912.210 2011 18.009.967.083.110 6.784.091.688.298 5.866.977.928.724 (6.830.889.752.321) 1.011.727.449.580 11.320.498.000.000 4.595.855.640.546 10.462.833.569.270 2012 2.517.997.766 636.566.218 754.207.052 - 168.072.104 1.146.031.889 648.830.636 1.403.037.688

5 HITS Humpuss Intermoda Transportasi Tbk 2010 1.759.229.042.000 601.819.161.000 678.735.309.000 1.371.164.200.000 (206.785.229.000) 233.059.183.000 465.855.156.000 1.144.590.465.000 2011 1.478.872.391.000 334.468.877.000 635.028.894.000 708.889.119.000 (181.662.775.000) 233.059.183.000 439.115.314.000 1.074.144.208.000 2012 2.917.069.841.000 191.409.013.000 289.856.332.000 471.517.665.000 26.189.343.000 233.059.183.000 2.240.882.566.000 2.530.738.898.000

6 IATA Indonesia Air Transport Tbk. 2010 593.412.811.000 194.982.507.000 252.411.024.000 (73.051.310.000) (28.869.317.000) 232.272.342.000 160.035.609.000 412.446.633.000 2011 598.977.257.000 155.796.348.000 132.599.795.000 (112.674.640.000) (16.839.001.000) 325.573.887.000 259.705.633.000 392.305.428.000 2012 730.931.901.000 286.096.795.000 333.879.042.000 (146.220.284.000) (12.236.825.000) 325.573.887.000 223.199.890.000 557.078.932.000

7 INDX Tanah Laut Tbk. 2010 34.372.658.505 26.980.200.509 1.608.086.803 (43.127.098.121) 921.581.147 13.493.150.000 4.469.526.481 6.077.613.284 2011 100.008.779.077 14.851.958.437 3.750.113.117 1.048.371.113 332.631.977 15.636.668.150 65.810.662.605 69.560.775.722 2012 150.509.404.105 69.468.341.483 42.251.741.053 1.070.454.618 19.370.696.762 15.639.771.000 62.769.786.157 105.021.527.210

8 KARW ICTSI Jasa Prima Tbk. 2010 123.647.754.655 7.297.190.499 159.066.565.395 (387.880.374.590) (10.890.997.177) 293.576.350.000 13.380.985.216 172.447.550.611 2011 78.173.379.520 1.245.681.389 2.579.929.816 (397.980.827.290) 46.455.813.719 293.576.350.000 63.619.218.214 66.199.148.030 2012 56.784.634 6.271.691 57.936.034 (40.148.068) 5.590.858 32.299.115 147.627 58.083.661

9 MIRA Mitra International Resources 2010 7.903.772.141.202 1.530.347.791.998 8.948.107.812.410 (3.484.500.807.919) 375.314.392.459 495.181.495.375 2.657.414.413.306 11.605.522.225.716 2011 405.720.330.956 145.290.415.176 58.831.074.687 (4.137.023.443.690) 136.898.141.514 495.181.504.875 52.796.275.062 111.627.349.749 2012 405.042.661.229 65.731.628.662 53.683.460.860 (1.184.086.457.760) 3.927.769.943 495.181.504.875 44.858.111.628 98.541.572.488

10 RIGS Rig Tenders Indonesia Tbk. 2010 97.925.387 23.736.871 30.651.029 35.944.567 3.437.875 25.550.755 492.620 31.143.649 2011 89.083.460 25.547.960 18.635.160 36.114.079 (1.223.795) 25.550.755 8.060.877 26.696.037 2012 167.562.874 52.052.918 28.188.222 31.572.493 7.267.384 25.550.755 39.317.122 67.505.344

11 SAFE Steady Safe Tbk 2010 116.631.555.570 5.114.448.836 109.406.729.686 (575.931.181.540) 6.683.360.657 195.899.703.500 46.360.843.153 155.767.572.839 2011 96.506.882.053 5.147.104.165 88.547.996.795 (573.300.407.663) 9.127.094.000 195.899.703.500 49.495.134.163 138.043.130.958 2012 81.542.311.657 1.467.202.223 75.627.704.061 (573.300.407.663) 9.613.533.176 195.899.703.500 49.750.016.866 125.377.720.927

Total Liabilities


(4)

Current Asset Current Liabilities Retained Earning EBIT Book Value of Equity

Kode Nama Aset lancar kewajiban lancar laba ditahan laba sebelum bunga & pajak nilai buku Total Liabilities

No. Perusahaan Tahun Total Asset Kewajiban tidak lancar

12 SMDR Samudera Indonesia Tbk. 2010 5.673.217.221.000 1.543.872.253.000 1.317.096.425.000 1.171.122.159.000 177.815.265.000 81.878.000.000 1.912.959.573.000 3.230.055.998.000 2011 6.479.565.038.000 1.632.162.441.000 1.541.887.825.000 1.238.864.145.000 209.419.844.000 81.878.000.000 2.398.847.777.000 3.940.735.602.000 2012 704.379.549 185.934.241 180.965.713 136.732.261 22.910.575 47.460.340 239.389.480 420.355.193 13 TMAS Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 2010 1.287.714.020.323 202.021.836.689 420.647.145.431 29.311.379.750 (37.724.590.565) 142.628.750.000 647.722.254.240 1.068.369.399.671 2011 999.799.019.539 185.133.237.127 333.875.123.242 (85.146.028.758) 151.339.265.787 142.628.750.000 422.796.121.035 756.671.244.277 2012 1.533.856.918.547 222.755.282.668 438.384.167.795 (58.547.560.657) 189.556.251.640 142.628.750.000 746.568.673.192 1.184.952.840.987 14 TRAM Trada Maritime Tbk. 2010 2.184.537.656.953 620.410.207.812 197.476.366.252 141.453.934.499 159.620.356.091 874.904.375.000 709.342.196.727 906.818.562.979 2011 2.595.439.845.250 555.234.930.096 314.894.794.731 207.426.368.524 194.271.491.974 973.164.174.600 764.582.283.130 1.079.477.077.861 2012 335.791.468 68.593.121 181.361.252 29.452.875 (20.733.388) 105.147.893 19.325.688 200.686.940 15 WEHA Panorama Transportasi Tbk 2010 230.380.012.133 39.907.964.658 75.589.457.724 12.794.728.155 13.011.288.234 42.827.000.000 80.330.957.896 155.920.415.620 2011 262.754.334.731 41.654.519.477 103.094.703.054 12.075.944.548 23.912.746.114 42.827.000.000 80.724.330.189 183.819.033.243 2012 386.060.675.421 54.105.207.129 46.399.601.975 16.391.548.700 33.803.356.266 42.827.027.000 254.792.725.440 301.192.327.415 16 WINS Wintermar Offshore Marine Tbk. 2010 2.082.542.280.000 535.521.340.000 468.475.990.000 34.299.195.000 136.602.428.000 355.000.000.000 518.951.931.000 987.427.921.000 2011 2.385.532.900.000 398.348.405.000 374.379.907.000 124.281.946.000 186.438.791.000 355.000.082.000 732.919.523.000 1.107.299.430.000 2012 338.971.151 57.912.721 46.539.383 32.044.793 28.482.149 39.252.447 114.988.669 161.528.052 17 ZBRA Zebra Nusantara Tbk 2010 62.198.730.006 8.797.874.763 30.824.455.995 (38.926.640.026) (9.350.028.506) 81.599.619.400 3.197.479.365 34.021.935.360 2011 56.650.083.957 9.284.690.869 33.309.802.830 (48.870.464.006) (6.882.667.754) 81.599.619.400 4.833.024.367 38.142.827.197 2012 47.104.836.323 9.072.193.497 31.133.913.629 (57.816.825.535) (6.296.198.693) 81.599.619.400 6.163.345.151 37.297.258.780


(5)

Variabel Dan prediksi Kebangkrutan Perusahaan Transportasi

No

Kode

Nama

1 APOL

Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.

2010

-0,503

-0,025

0,118

0,118

1

2011

-0,527

-0,416

-0,411

0,106

1

2012

-0,469

-1,278

-0,312

0,222

1

2 BLTA

Berlian Laju Tanker Tbk.

2010

0,004

0,103

0,028

0,051

1

2011

-0,014

0,094

0,019

0,053

1

2012

-0,020

-0,729

-0,654

0,048

1

3 CMPP

Centris Multipersada Pratama Tbk.

2010

-0,246

-0,875

-0,045

1,561

1

2011

0,107

-1,003

-0,076

2,085

1

2012

0,191

-0,826

0,002

1,434

1

4 GIAA

Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

2010

-0,098

-0,544

-0,005

0,894

1

2011

0,051

-0,379

0,056

1,082

1

2012

-0,047

0,000

0,067

0,817

1

5 HITS

Humpuss Intermoda Transportasi Tbk

2010

-0,044

0,779

-0,118

0,204

2

2011

-0,203

0,479

-0,123

0,217

1

2012

-0,034

0,162

0,009

0,092

1

6 IATA

Indonesia Air Transport Tbk.

2010

-0,097

-0,123

-0,049

0,563

1

2011

0,039

-0,188

-0,028

0,830

1

2012

-0,065

-0,200

-0,017

0,584

1

7 INDX

Tanah Laut Tbk.

2010

0,738

-1,255

0,027

2,220

2

2011

0,111

0,010

0,003

0,225

1

2012

0,181

0,007

0,129

0,149

2

8 KARW

ICTSI Jasa Prima Tbk.

2010

-1,227

-3,137

-0,088

1,702

1

2011

-0,017

-5,091

0,594

4,435

1

2012

-0,910

-0,707

0,098

0,556

1

9 MIRA

Mitra International Resources

2010

-0,939

-0,441

0,047

0,043

1

2011

0,213

-10,197

0,337

4,436

1

2012

0,030

-2,923

0,010

5,025

1

10 RIGS

Rig Tenders Indonesia Tbk.

2010

-0,071

0,367

0,035

0,820

2

2011

0,078

0,405

-0,014

0,957

2

2012

0,142

0,188

0,043

0,378

2

11 SAFE

Steady Safe Tbk

2010

-0,894

-4,938

0,057

1,258

1

2011

-0,864

-5,941

0,095

1,419

1

2012

-0,909

-7,031

0,118

1,562

1

12 SMDR

Samudera Indonesia Tbk.

2010

0,040

0,206

0,031

0,025

2

2011

0,014

0,191

0,032

0,021

1

2012

0,007

0,194

0,033

0,113

1

13 TMAS

Pelayaran Tempuran Emas Tbk.

2010

-0,170

0,023

-0,029

0,134

1

2011

-0,149

-0,085

0,151

0,188

1

2012

-0,141

-0,038

0,124

0,120

1

14 TRAM

Trada Maritime Tbk.

2010

0,194

0,065

0,073

0,965

2

2011

0,093

0,080

0,075

0,902

2

2012

-0,336

0,088

-0,062

0,524

1

15 WEHA

Panorama Transportasi Tbk

2010

-0,155

0,056

0,056

0,275

1

2011

-0,234

0,046

0,091

0,233

1

2012

0,020

0,042

0,088

0,142

1

16 WINS

Wintermar Offshore Marine Tbk.

2010

0,032

0,016

0,066

0,360

1

2011

0,010

0,052

0,078

0,321

1

2012

0,034

0,095

0,084

0,243

2

17 ZBRA

Zebra Nusantara Tbk

2010

-0,354

-0,626

-0,150

2,398

1

2011

-0,424

-0,863

-0,121

2,139

1

2012

-0,468

-1,227

-0,134

2,188

1

Prediksi

Perusahaan


(6)

No

Kode

Nama

1 APOL

Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.

2010

-0,503

-0,044

0,118

0,344

-,394 1

Tidak Sehat

2011

-0,527

0,112

-0,411

0,325

-1,534 1

Tidak Sehat

2012

-0,469

0,334

-0,312

0,472

-1,881 1

Tidak Sehat

2 BLTA

Berlian Laju Tanker Tbk.

2010

0,004

-0,110

0,028

0,226

,236 1

Tidak Sehat

2011

-0,014

-0,105

0,019

0,230

,192 1

Tidak Sehat

2012

-0,020

0,206

-0,654

0,219

-1,567 1

Tidak Sehat

3 CMPP

Centris Multipersada Pratama Tbk.

2010

-0,246

0,244

-0,045

1,249

-,195 1

Tidak Sehat

2011

0,107

0,275

-0,076

1,444

,332 1

Tidak Sehat

2012

0,191

0,232

0,002

1,197

,402 1

Tidak Sehat

4 GIAA

Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

2010

-0,098

0,153

-0,005

0,946

,004 1

Tidak Sehat

2011

0,051

0,100

0,056

1,040

,531 2**

Sehat

2012

-0,047

-0,056

0,067

0,904

,759 2**

Sehat

5 HITS

Humpuss Intermoda Transportasi Tbk

2010

-0,044

-1,002

-0,118

0,451

3,017 2

Sehat

2011

-0,203

-0,398

-0,123

0,466

,946 2**

Sehat

2012

-0,034

-0,144

0,009

0,303

,354 1

Tidak Sehat

6 IATA

Indonesia Air Transport Tbk.

2010

-0,097

0,001

-0,049

0,750

,225 1

Tidak Sehat

2011

0,039

0,028

-0,028

0,911

,505 2**

Sehat

2012

-0,065

0,033

-0,017

0,764

,216 1

Tidak Sehat

7 INDX

Tanah Laut Tbk.

2010

0,738

0,329

0,027

1,490

1,137 2

Sehat

2011

0,111

-0,061

0,003

0,474

,454 1

Tidak Sehat

2012

0,181

-0,060

0,129

0,386

,589 2

Sehat

8 KARW

ICTSI Jasa Prima Tbk.

2010

-1,227

0,604

-0,088

1,305

-2,563 1

Tidak Sehat

2011

-0,017

0,776

0,594

2,106

,075 1

Tidak Sehat

2012

-0,910

0,200

0,098

0,746

-1,274 1

Tidak Sehat

9 MIRA

Mitra International Resources

2010

-0,939

0,121

0,047

0,207

-1,687 1

Tidak Sehat

2011

0,213

1,044

0,337

2,106

-,758 1

Tidak Sehat

2012

0,030

0,580

0,010

2,242

,218 1

Tidak Sehat

10 RIGS

Rig Tenders Indonesia Tbk.

2010

-0,071

-0,291

0,035

0,906

1,424 2

Sehat

2011

0,078

-0,325

-0,014

0,978

1,739 2

Sehat

2012

0,142

-0,161

0,043

0,615

,997 2

Sehat

11 SAFE

Steady Safe Tbk

2010

-0,894

0,765

0,057

1,121

-2,662 1

Tidak Sehat

2011

-0,864

0,834

0,095

1,191

-2,722 1

Tidak Sehat

2012

-0,909

0,898

0,118

1,250

-2,892 1

Tidak Sehat

12 SMDR

Samudera Indonesia Tbk.

2010

0,040

-0,172

0,031

0,159

,409 1**

Tidak Sehat

2011

0,014

-0,163

0,032

0,144

,331 1

Tidak Sehat

2012

0,007

-0,164

0,033

0,336

,530 2**

Sehat

13 TMAS

Pelayaran Tempuran Emas Tbk.

2010

-0,170

-0,067

-0,029

0,365

-,039 1

Tidak Sehat

2011

-0,149

-0,016

0,151

0,434

,107 1

Tidak Sehat

2012

-0,141

-0,038

0,124

0,347

,062 1

Tidak Sehat

14 TRAM

Trada Maritime Tbk.

2010

0,194

-0,089

0,073

0,982

1,260 2

Sehat

2011

0,093

-0,097

0,075

0,949

1,123 2

Sehat

2012

-0,336

-0,102

-0,062

0,724

,194 1

Tidak Sehat

15 WEHA

Panorama Transportasi Tbk

2010

-0,155

-0,084

0,056

0,524

,298 1

Tidak Sehat

2011

-0,234

-0,079

0,091

0,483

,177 1

Tidak Sehat

2012

0,020

-0,078

0,088

0,377

,382 1

Tidak Sehat

16 WINS

Wintermar Offshore Marine Tbk.

2010

0,032

-0,064

0,066

0,600

,565 2**

Sehat

2011

0,010

-0,083

0,078

0,566

,573 2**

Sehat

2012

0,034

-0,105

0,084

0,493

,604 2

Sehat

17 ZBRA

Zebra Nusantara Tbk

2010

-0,354

0,177

-0,150

1,549

,067 1

Tidak Sehat

2011

-0,424

0,241

-0,121

1,463

-,277 1

Tidak Sehat

2012

-0,468

0,324

-0,134

1,479

-,587 1

Tidak Sehat

Daftar Nilai Variabel Rasio Perhitungan Z-Score

Setelah Dilakukan Penelitian

Z-Score

Kategori

Kategori

Perusahaan


Dokumen yang terkait

Analisis Rasio Keuangan dengan Metode Altman Z-Score Untuk Mengukur Kebangkrutan Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

5 96 95

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Dengan Metode Altman Z-Score Pada Perusahaan Kontruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009

5 36 79

Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

9 104 86

Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Altman Z Score pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 91 91

ANALISIS KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE Z-SCORE ALTMAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 4 49

Analisis Kebangkrutan pada Perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di BEI dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score Periode 2009-2012.

0 1 19

PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2016

1 0 18

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

3 15 17

ANALISIS KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE Z SCORE ALTMAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2010-2012

0 0 21

ANALISIS PENGGUNAAN MODEL ALTMAN Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN JASA TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014

0 2 12