Hasil Estimasi Model Regressi

Model regressi tersebut digunakan untuk memprediksi dan menguji perubahan yang terjadi pada profitabilitas yang dapat diterangkan atau dijelaskan oleh perubahan kedua variabel independen modal kerja dan total asset turnover. Berdasarkan hasil pengolahan data modal kerja dan total asset turnover terhadap profitabilitas pada PT. Metrodata Electronics Tbk di peroleh hasil regressi sebagai berikut. Tabel 4.4 Hasil Estimasi Model Regressi Uji t Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -40.670 16.216 -2.508 .041 MK .043 .018 1.429 2.381 .049 TATO 17.771 5.562 1.917 3.195 .015 a. Dependent Variable: ROE Melalui hasil pengolahan data seperti diuraikan pada tabel 4.4 maka dapat dibentuk model prediksi variabel modal kerja dan total asset turnover terhadap profitabilitas sebagai berikut. Y = -40,670 + 0,043 X 1 + 17,771 X 2 Berdasarkan persamaan prediksi tersebut, maka dapat diinterpretasikan koefisien regressi dari masing-masing variabel independen sebagai berikut:  Koefisien modal kerja sebesar 0,043 menunjukkan bahwa setiap kenaikan modal kerja sebesar satu milliar rupiah diprediksi akan meningkatkan return on equity sebesar 0,043 persen dengan asumsi total asset turnover tidak mengalami perubahan.  Koefisien total asset turnover sebesar 17,771 menunjukkan bahwa setiap kenaikan total asset turnover sebesar satu kali diprediksi akan meningkatkan return on equity sebesar 17,771 persen dengan asumsi modal kerja tidak berubah.  Nilai konstanta sebesar -40,670 persen menunjukan nilai prediksi rata-rata return on equity PT. Metrodata Electronics Tbk apabila modal kerja dan total asset turnover sama dengan nol. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk menguji kesahihan atau keabsahan hasil estimasi model regressi. Beberapa asumsi klasik yang harus terpenuhi agar kesimpulan dari hasil regressi tersebut tidak bias, diantaranya adalah uji normlitas, uji multikolinieritas untuk regressi linear berganda, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi untuk data yang berbentuk deret waktu. Pada penelitian ini keempat asumsi yang disebutkan diatas tersebut diuji karena variabel independen yang digunakan pada penelitian ini ada dua dan data yang dikumpulkan mengandung unsur deret waktu 10 tahun pengamatan. 1 Uji Asumsi Normalitas Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan signifikansi koefisien regressi, apabila model regressi tidak berdistribusi normal maka kesimpulan dari uji F dan uji t masih meragukan, karena statistik uji F dan uji t pada analisis regressi diturunkan dari distribusi normal. Pada penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas model regressi. Tabel 4.5 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 10 Normal Parameters a,b Mean 0E-7 Std. Deviation 4.51305664 Most Extreme Differences Absolute .116 Positive .089 Negative -.116 Kolmogorov-Smirnov Z .367 Asymp. Sig. 2-tailed .999 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Pada tabel 4.5 dapat dilihat nilai signifikansi asymp.sig. yang diperoleh dari uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,999. Karena nilai probabilitas pada uji Kolmogorov-Smirnov masih lebih besar dari tingkat kekeliruan 5 0.05, maka disimpulkan bahwa model regressi berdistribusi normal. 2 Uji Asumsi Multikolinieritas Multikolinieritas berarti adanya hubungan yang kuat di antara beberapa atau semua variabel independen pada model regresi. Jika terdapat Multikolinieritas maka koefisien regresi menjadi tidak tentu, tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan biasanya ditandai dengan nilai koefisien determinasi yang sangat besar, tetapi pada pengujian parsial koefisien regresi, tidak ada ataupun kalau ada sangat sedikit sekali koefisien regresi yang signifikan. Pada penelitian ini digunakan nilai variance inflation factors VIF sebagai indikator ada tidaknya multikolinieritas diantara variabel independen. Tabel 4.6 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF MK milliar .142 7.043 TATO .142 7.043 a. Dependent Variable: ROE Melalui nilai VIF yang diperoleh seperti pada tabel 4.6 diatas menunjukkan tidak ada korelasi yang cukup kuat antara sesama variabel independen. Hal ini dtunjukkan oleh nilai VIF dari kedua variabel bebas masih lebih kecil dari 10 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas diantara kedua variabel independen. 3 Uji Asumsi Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan indikasi varian antar residual tidak homogen yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak lagi efisien. Untuk menguji apakah varian dari residual homogen digunakan uji rank Spearman, yaitu dengan mengkorelasikan variabel independen terhadap nilai absolut dari residual error. Apabila ada koefisien korelasi yang signifikan pada tingkat kekeliruan 5, mengindikasikan terjadinya heteroskedastisitas. Pada tabel 4.7 berikut dapat dilihat nilai signifikansi masing-masing koefisien korelasi variabel independen terhadap nilai absolut dari residual. Tabel 4.7 Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas Correlations absolut_residual Spearmans rho MK Correlation Coefficient .139 Sig. 2-tailed .701 N 10 TATO Correlation Coefficient .200 Sig. 2-tailed .580 N 10 Berdasarkan koefisien korelasi yang diperoleh seperti dapat dilihat pada tabel 4.7 diatas memberikan suatu indikasi bahwa residual error yang muncul dari persamaan regresi mempunyai varians yang sama tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi masing-masing korelasi kedua variabel independen dengan absolut residual yaitu 0,701 dan 0,580 masih lebih besar dari 0,05. 4 Uji Asumsi Autokorelasi Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur berdasarkan deret waktu. Dalam model regresi autokorelasi adalah korelasi antara reidual dari observasi tahun berjalan dengan residual dari observasi tahun sebelumnya. Pada pengujian autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regressi dan berikut nilai Durbin-Watson yang diperoleh melalui hasil estimasi model regressi. Tabel 4.8 Nilai Durbin-Watson Untuk Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 1 .801 a .642 .540 5.11733 1.265 a. Predictors: Constant, TATO, MK b. Dependent Variable: ROE Berdasarkan hasil pengolahan diperoleh nilai statistik Durbin-Watson D- W = 1,265, sementara dari tabel d pada tingkat kekeliruan 5 untuk jumlah variabel bebas = 2 dan jumlah pengamatan n = 10 diperoleh batas bawah nilai tabel d L = 0,697 dan batas atasnya d U = 1,641. Karena nilai Durbin-Watson model regressi 1,265 berada diantara d L 0,697 dan d U 1,641, yaitu daerah tidak ada keputusan maka belum dapat disimpulkan apakah terjadi massalah autokorelasi pada model regressi. Gambar 4.4 Daerah Kriteria Pengujian Autokorelasi 4 Terdapat Autokorelasi Positif Terdapat Autokorelasi Negatif Tidak Terdapat Autokorelasi Tidak Ada Keputusan Tidak Ada Keputusan d L =0,697 d U =1,641 4 - d U =2,359 4 - d L =3,303 D-W =1,265 Untuk memastikan ada tidaknya autokorelasi maka pengujian dilanjutkan menggunakan runs test Gujarati,2003;465. Hasil pengujian menggunakan runs test dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini. Tabel 4.9 Hasil Runs Test Untuk Memastikan Ada Tidaknya Autokorelasi Runs Test absolut_residual Test Value a 3.24 Cases Test Value 5 Cases = Test Value 5 Total Cases 10 Number of Runs 8 Z 1.006 Asymp. Sig. 2-tailed .314 a. Median Melalui hasil runs test pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi uji Z yaitu sebesar 0,314 masih lebih besar dari 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala autokkorelasi pada model regressi. Karena keempat asumsi regressi sudah terpenuhi, maka dapat disimpulkan bahwa hasil estimasi model regressi sudah memenuhi syarat BLUE best linear unbias estimation sehingga dapat dilanjutkan pada pengujian hipotesis.

4.1.3.2 Pengaruh Modal kerja Terhadap Profitabilitas

a. Korelasi Modal kerja Terhadap Profitabilitas

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas dihitung korelasi parsial. Koefisien korelasi parsial antara modal kerja dengan profitabilitas ketika total asset turnover tidak berubah dapat dihitung secara komputerisasi menggunakan SPSS 17 for windows yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.10 Koefisien Korelasi Parsial Modal kerja Dengan Profitabilitas Correlations Control Variables ROE MK TATO ROE Correlation 1.000 .669 Significance 2-tailed . .049 df 7 MK Correlation .669 1.000 Significance 2-tailed .049 . df 7 Korelasi antara modal kerja dengan profitabilitas ketika total asset turnover tidak berubah adalah sebesar 0,669 dengan arah positif. Artinya modal kerja memiliki hubungan yang kuaterat dengan profitabilitas ketika total asset turnover tidak mengalami perubahan. Arah hubungan positif menunjukkan bahwa ketika modal kerja meningkat, sementara total asset turnover tidak berubah maka return on equity akan naik.

b. Koefisien Determinasi

Besar pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas ketika total asset turnover tidak berubah adalah 0,669 2  100 = 44,8.. Dan faktor lain yang mempengaruhi profitabilitas yaitu seperti tingkat perputaran kas dan tingkat perputaran persediaan Jumingan 2009.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Likuiditas (Current Ratio), Profitabilitas (Return On Equity, Return On Investment, Earning Per Share), dan Inventory Turnover Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 110 99

Pengaruh Stres Kerja, Konflik, Dan Gaji Terhadap Turnover Karyawan Pada Choco Bakery

9 123 120

Makna Tato pada Anggota Komunitas Tato (Studi Fenomenologi Makna Tato Pada Anggota Komunitas Black Cat Tattoo)

8 82 130

Pengaruh Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Operating Asset Turnover dan Inventory Turnover terhadap Return On Equity (ROE) pada perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2010-2013

1 50 91

Pengaruh leverage, Ukuran Perusahaan, dan Total Asset Turnover (TATO) terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Periode 2011-2013)

0 68 89

Analisis Pengaruh Related Party Transaction (RPT) dan Total Asset Turnover (TATO) terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI

10 109 88

Pengaruh Efektivitas Modal Kerja dan Total Assets Turnover terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Industri Makanan dan Minuman Di Bursa Efek Indonesia.

0 50 104

Analisis Pengaruh Receivable Turnover Ratio, Inventory Turnover Ratio, dan Total Assets Turnover Ratio Terhadap Earning Power pada Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia

2 48 75

Pengaruh Financial Leverage dan Total Assets Turnover Terhadap Earning Per Share (EPS) Pada Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006 - 2009

12 60 81

Analisis Hubungan Receivable Turnover Ratio, Inventory Turnover Ratio, dan Total Asset Turnover Ratio Dengan Kemampulabaan Perusahaan Pada PTPN III (Persero) Medan

3 138 91