Pengaruh Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Operating Asset Turnover dan Inventory Turnover terhadap Return On Equity (ROE) pada perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2010-2013
SKRIPSI
PENGARUH MODAL KERJA, PERPUTARAN MODAL KERJA, OPERATING ASSET TURNOVER DAN INVENTORY TURNOVER TERHADAP RETURN ON EQUITY PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN
YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2013
OLEH
CINBON MARPAUNG 110522148
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
ABSTRAK
PENGARUH MODAL KERJA , PERPUTARAN MODAL KERJA, OPERATING ASSET TURNOVER DAN IVENTORY TURNOVER TERHADAP RETURN ON EQUITY PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN
PERIODE TAHUN 2010-2013.
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan keberhasilan suatu perusahaan dalam memanajemen dan melakukan tugasnya dengan baik untuk menghasilkan keuntungan (return) yang maksimal bagi para investor yang setiap tahunnya mengalami perubahan yang fluktuatif pada beberapa perusahaan sektor perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Usaha sektor perkebunan memegang peranan strategis dalam mendukung perekonomian Indonesia melalui kegiatan ekspor, hasil primer perkebunan yang memberikan kontribusi kepada negara berupa pemasukan pajak dan dividen. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, operating asset turnover, dan inventory turnover terhadap Return On Equity (ROE).
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010- 2013 yang berjumlah 15 perusahaan. Sampel dalam penelitian diambil dengan menggunakan purposive sampling method. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Variabel independen yang digunakan adalah Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, operating asset turnover, dan inventory turnover. Sedangkan variabel dependen adalah Return On Equity (ROE).
Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Secara parsial modal kerja berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity, (2) Perputaran Modal Kerja secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Equity, (3) secara parsial operating asset turnover berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Equity (4) inventory turnover secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE), (5) secara simultan modal kerja, perputaran modal kerja, operating asset turnover dan inventory turnover berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu Return On Equity (ROE).
Kata kunci: Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Operating Asset Turnover, Inventory Turnover dan Retur On Equity (ROE).
(3)
ABSTRACT
THE EFFECT OF WORKING CAPITAL, WORKING CAPITAL TURNOVER, OPERATING ASSET TURNOVER AND IVENTORY TURNOVER TO THE RETURN ON EQUITY IN THE PLANTATION
COMPANIES YEAR 2010-2013.
This research is based on the successfull of a company in managing and doing the assignment well to result the maximal profit for the investors who get the fluctuate changes annually in some plantation companies which are listed in Indonesia Stock Exchange. The plantation sector holds the strategic rolein supporting the economy of Indonesia by the export activity, the primary result of plantation that gives contributes to the country namely tax revenues and deviden. Based on the background above, this research purpose to know the effect of the Working Capital, Return of Working Capital, Operating Asset Turn Over, and Inventory Turnover to the Return on Equity (ROE).
The population in this research is the plantation companies which are registered in Indonesia Stock Exchange for 2010 - 2013 period and the total is 15 companies. The sample in this research taken by using the purposive sampling method. The kinds of data used is secondary data. The independent variables used are Working Capital, Return of Working Capital, Operating Asset Turnover, and Inventory Turnover. While the dependent variable used is Return on Equity (ROE).
The analysis technique used is multiple linear regression. The results of this research indicate that: (1) Partially, Working Capital effects to the Return on Equity significantly, (2) Partially, Working Capital Turnover effects to the Return on Equity significantly, (3) Partially, Operating Asset Turnover has a significant effect to the Return On Equity (4) Partially, the Inventory Turnover effects to the Return On Equity (ROE) significantly, (5) Simultaneously the Working Capital, Working Capital Turnover, Operating Asset Turnover and Inventory Turnover have a positive effect and significantly to the dependent variable (ROE).
Keywords: Working Capital, Working Capital Turnover, Operating Asset Turnover, Iventory Turnover and Return On Equity (ROE).
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Esa atas
limpahan berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan pengetahuan, kesehatan,
dan kesempatan untuk boleh menikmati masa- masa perkuliahan sampai akhirnya
dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini yang berjudul “ Pengaruh Modal Kerja,
Perputaran Modal Kerja, Operating Asset Turnover dan Inventory Turnover terhadap
Return On Equity (ROE) pada perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode tahun 2010-2013
Terima kasih penulis ucapkan teristimewa buat keluarga tercinta orang tua
penulis (P. Marpaung dan K. Sidabutar) serta kakak, abang dan adik (Torman,
Donron, Mery, Tuturan, Marsinta, Firman ) yang telah banyak memberikan dukungan
dan motivasi yang luar biasa melalui doa, kasih sayang yang selalu diberikan dengan
tulus selama ini.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari
berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr.Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, selaku Ketua Departemen
(5)
Jafar,MM,Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs.Firman Syarif ,M.Si,Ak, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dra. Mutia Ismail,MM,Ak,
selaku sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
4. Ibu Drs. Erwin Abubakar , MBA,.Ak selaku Dosen Pembimbing penulis yang
telah banyak memberikan masukan dan koreksi selama menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Rina Br. Bukit, SE., M.si., Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang
telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Kepada orang terkasih penulis Indah Lestari Tambunan buat doa dan motivasinya.
7. Sahabat- sahabat terkasih yang sudah membantu penulis dalam penyelesaian
skripsi ini Lopiani, Friska Brahmana, Ernita, Cenji,Gelora, Poltak Kristian dan
yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu.
8. Seluruh teman- teman pelayanan di YAKPM BPC-Medan dan juga KTB 2011.
Dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
dengan kerendahan hati dan tangan terbuka penulis menerima kritik dan saran guna
membangun penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat
bagi yang membacanya.
Medan, Januari 2015 Yang membuat pernyataan,
Cinbon Marpaung NIM: 110522148
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Tinjauan Pustaka 10
2.1.1 Pengertian Modal Kerja ... 10
2.1.2 Fungsi Modal Kerja... 10
2.1.3 Macam - Macam Modal Kerja ... 11
2.1.4 Unsur Modal Kerja ... 12
2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja ... 12
2.1.6 Peranan Modal Kerja... 13
(7)
2.1.8 Sumber – sumber Modal Kerja ... 16
2.1.9 Perputaran Modal Kerja ... 16
2.1.10 Operating Asset Turnover ... 17
2.1.11 Inventory Turnover ... 19
2.1.12 Return on Equtiy ... 20
2.2 Penelitian Terdahulu ... 23
2.3 Kerangka Konseptual ... 24
2.4 Hipotesis ... 27
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 30
3.1 Jenis Penelitian ... 30
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
3.3 Batasan Operasional ... 30
3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 31
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 34
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 37
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 37
3.8 Teknik Analisis Data ... 37
3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 37
3.8.2 Model Analisis Data ... 38
3.9 Uji Asumsi Klasik ... 38
3.9.1 Uji Normalitas ... 38
3.9.2 Uji Multikolinearitas... 41
3.9.3 Uji Autokorelasi ... 41
3.9.4 Uji Heteroskedatisitas ... 42
(8)
3.10.1 Uji Signifikasi Simultan (Uji- F) ... 44
3.10.2 Uji Signifikasi Parsial (Uji-t) ... 46
3.10.3 Uji Koefisien Determinasi ( R2) ... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 48
4.2 Hasil Penelitian ... 48
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 48
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 50
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 50
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 56
4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 57
4.2.2.4 Uji Heteroskedatisitas ... 58
4.2.3 Analisis Linear Berganda ... 60
4.2.4 Uji Hipotesis ... 62
4.2.4.1 Uji Signifikasi Parsial (Uji-t) ... 62
4.2.4.2 Uji Signifikasi Simultan (Uji- F)... 64
4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi ( R2) ... 66
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 66
4.3.1 Uji Simultan ... 66
4.3.2 Uji parsial ... 67
(9)
5.1 Kesimpulan ... 69
5.2 Saran ... 70
DAFTAR PUSTKA ... 71
(10)
ABSTRAK
PENGARUH MODAL KERJA , PERPUTARAN MODAL KERJA, OPERATING ASSET TURNOVER DAN IVENTORY TURNOVER TERHADAP RETURN ON EQUITY PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN
PERIODE TAHUN 2010-2013.
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan keberhasilan suatu perusahaan dalam memanajemen dan melakukan tugasnya dengan baik untuk menghasilkan keuntungan (return) yang maksimal bagi para investor yang setiap tahunnya mengalami perubahan yang fluktuatif pada beberapa perusahaan sektor perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Usaha sektor perkebunan memegang peranan strategis dalam mendukung perekonomian Indonesia melalui kegiatan ekspor, hasil primer perkebunan yang memberikan kontribusi kepada negara berupa pemasukan pajak dan dividen. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, operating asset turnover, dan inventory turnover terhadap Return On Equity (ROE).
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010- 2013 yang berjumlah 15 perusahaan. Sampel dalam penelitian diambil dengan menggunakan purposive sampling method. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Variabel independen yang digunakan adalah Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, operating asset turnover, dan inventory turnover. Sedangkan variabel dependen adalah Return On Equity (ROE).
Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Secara parsial modal kerja berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity, (2) Perputaran Modal Kerja secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Equity, (3) secara parsial operating asset turnover berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Equity (4) inventory turnover secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE), (5) secara simultan modal kerja, perputaran modal kerja, operating asset turnover dan inventory turnover berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu Return On Equity (ROE).
Kata kunci: Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Operating Asset Turnover, Inventory Turnover dan Retur On Equity (ROE).
(11)
ABSTRACT
THE EFFECT OF WORKING CAPITAL, WORKING CAPITAL TURNOVER, OPERATING ASSET TURNOVER AND IVENTORY TURNOVER TO THE RETURN ON EQUITY IN THE PLANTATION
COMPANIES YEAR 2010-2013.
This research is based on the successfull of a company in managing and doing the assignment well to result the maximal profit for the investors who get the fluctuate changes annually in some plantation companies which are listed in Indonesia Stock Exchange. The plantation sector holds the strategic rolein supporting the economy of Indonesia by the export activity, the primary result of plantation that gives contributes to the country namely tax revenues and deviden. Based on the background above, this research purpose to know the effect of the Working Capital, Return of Working Capital, Operating Asset Turn Over, and Inventory Turnover to the Return on Equity (ROE).
The population in this research is the plantation companies which are registered in Indonesia Stock Exchange for 2010 - 2013 period and the total is 15 companies. The sample in this research taken by using the purposive sampling method. The kinds of data used is secondary data. The independent variables used are Working Capital, Return of Working Capital, Operating Asset Turnover, and Inventory Turnover. While the dependent variable used is Return on Equity (ROE).
The analysis technique used is multiple linear regression. The results of this research indicate that: (1) Partially, Working Capital effects to the Return on Equity significantly, (2) Partially, Working Capital Turnover effects to the Return on Equity significantly, (3) Partially, Operating Asset Turnover has a significant effect to the Return On Equity (4) Partially, the Inventory Turnover effects to the Return On Equity (ROE) significantly, (5) Simultaneously the Working Capital, Working Capital Turnover, Operating Asset Turnover and Inventory Turnover have a positive effect and significantly to the dependent variable (ROE).
Keywords: Working Capital, Working Capital Turnover, Operating Asset Turnover, Iventory Turnover and Return On Equity (ROE).
(12)
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Usaha sektor perkebunan memegang peranan strategis dalam mendukung
perekonomian Indonesia melalui kegiatan ekspor hasil primer perkebunan yang
memberikan kontribusi kepada negara berupa pemasukan pajak dan dividen.
Perusahaan perkebunan mempunyai andil yang besar dalam menciptakan stabilitas
perekonomian nasional. Hal tersebut dapat dilihat pula dalam peran perusahaan
perkebunan dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Hadirnya perusahaan
perkebunan ditengah-tengah masyarakat memberikan kontribusi riil akan salah satu
permasalahan nasional yaitu pengangguran. Perusahaan perkebunan menggerakkan
masyarakat yang berada disekitar perusahaan untuk melakukan aktivitas yang bersifat
(13)
tingkat pengangguran di Indonesia. Dengan pertumbuhan yang cukup konsisten,
subsektor perkebunan mempunyai peran strategis, baik dalam pembangunan ekonomi
secara nasional maupun dalam menjawab isu-isu global. Subsektor perkebunan
berperan dalam penyediaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, sumber devisa,
pengentasan kemiskinan, dan konservasi lingkungan.
Keberadaan dan kecukupan modal kerja suatu perusahaan akan sangat
mempengaruhi proses operasionalnya. Modal kerja yang efektif dan efesien akan
mempengaruhi kegiatan operasional dan berpedoman pada rencana kerja yang telah
ditetapkan oleh kebijakan manajemen perusahaan tersebut, baik mengenai
pengolahan maupun pengadaan. Menurut Sawir, (2005:129) modal kerja adalah
keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan
sebagai dana yang yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan
sehari-hari. Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membiayai
kegiatan operasinya sehari hari, dimana modal kerja yang telah dikeluarkan itu
diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu
yang pendek melalui hasil penjualan produksinya.
Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali
dihadapi oleh perusahaan karena hampir semua perhatian untuk mengelola modal
kerja dan aktiva lancar yang merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva.
Menurut Munawir (2002:125), modal dibutuhkan oleh perusahaan untuk
(14)
pembelian bahan mentah, membiayai upah gaji pegawai dan lain- lain. Biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan diharapkan dapat kembali dalam waktu singkat melalui
hasil penjualan produksinya.
Adapun manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup menurut Jumingan
(2001:67) adalah sebagai berikut :
1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.
2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.
3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.
4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya.
5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.
6. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada pelanggan.
7. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan suplai yang dibutuhkan. 8. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.
Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi
kerjanya sehingga tujuan perusahaan untuk mencapai laba yang maksimal dapat
tercapai.
Kegagalan memperoleh modal kerja akan menimbulkan hambatan, meski hal
itu turut dipengaruhi oleh faktor pengolahan dalam meningkatkan mutu produksi dan
(15)
perusahaan, walaupun peranan tersebut selalu berbeda pada masing-masing
perusahaan. Dalam perusahaan industri misalnya, salah satu peranan modal kerja
adalah menjamin kontinuitas perusahaan. Namun pada dasarnya modal kerja dan
modal memiliki hubungan yang sangat erat. Modal, disamping kontinuitas, juga
menjaga likuiditas perusahaan. Faktor-faktor produksi yang termaksud pada
perkebunan menurut Yovita, Hetty dan Indriani (1992;62) adalah tanah, tenaga kerja,
modal dan pengelolaan manajemen
Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel, besar kecilnya modal kerja
dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Menetapkan modal kerja
yang terdiri dari kas, piutang, persediaan yang harus dimanfaatkan seefisien mungkin.
Besarnya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena baik
kelebihan atau kekurangan modal kerja sama- sama membawa dampak negatif bagi
perusahaan. Modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang berasal dari luar atau
ekstern dapat dibelanjai dari kombinasi sumber dana jangka panjang, menengah dan
jangka pendek. Menghubungkan salah satu unsur dari modal kerja dengan salah satu
bentuk sumber dana harus dilakukan dengan sangat hati- hati. Hal ini dapat dilihat
ketika perusahaan mengeluarkan obligasi pada pasar modal maka obligasi tersebut
mungkin kita gunakan untuk berbagai keperluan baik uang kas, piutang dagang
maupun persediaan bahan baku dan tidak untuk salah satu jenis unsur kebutuhan
modal kerja saja. Oleh karena itu sumber dana tersebut membentuk suatu kesatuan
(16)
Modal kerja dalam suatu perusahaan adalah sejumlah dana yang harus
berputar secara tetap atau permanen. Tingkat perputaran modal kerja yang tinggi akan
menyenangkan kreditor jangka pendek karena mereka memperoleh kepastian bahwa
modal kerja berputar dengan kecepatan yang tinggi dan utang akan segera dapat
dibayar meski dalam kondisi operasi yang sulit. Dalam perusahaan tingkat perputaran
modal kerja yang tinggi akibat adanya jumlah modal yang cukup dengan tingkat
penjualan yang tinggi sehingga modal cepat kembali kebentuk semula yaitu kas atau
piutang. Namun ada kalanya perputaran modal kerja yang tinggi akibat perusahaan
kekurangan modal kerja sedangkan tingkat penjualan dalam perusahaan tersebut juga
tinggi. Sedangkan tingkat perputaran modal kerja yang rendah disebabkan karena
banyaknya dana yang tidak dimanfaatkan dalam operasi perusahaan secara efektif
dan efisien dengan tingkat penjualan yang rendah.
Sehubungan dengan hal tersebut dapat diambil suatu cara dimana modal
kerja yang sifatnya permanen sebaiknya dibiayai dengan menggunakan kredit jangka
panjang sedangkan modal kerja yang berubah- ubah dibiayai dengan kredit jangka
cukup jumlahnya atau harus mampu membiayai pengeluaran- pengeluaran
perusahaan dalam kegiatan operasionalnya sehari- hari. Dengan adanya modal kerja
yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, karena disamping memungkinkan
bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efisien perusahaan juga tidak
mengalami kekurangan atau masalah keuangan. Pengelolaan keuangan yang baik
(17)
Operating asset turnover juga merupakan factor yang dapat
mempengaruhi return on equity. Dimana operating asset turnover merupakan rasio
aktivitas yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas
perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang tersedia yaitu berupa asset.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin efisien penggunaan asset dan semakin cepat
pengembalian dana dalam bentuk kas (Abdul Halim,2007). Total operating asset
turnover merupakan rasio antara penjualan dengan total aktiva yang mengukur
efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan. Apabila rasio ini rendah maka ini
merupakan indikasi bahwa perusahaan tidak beroperasi pada volume yang memadai
bagi kapasitas investasinya. Operating asset turnover merupakan rasio pengelolaan
aktiva terakhir, mengukur perputaran atau pemanfaatan dari semua aktiva perusahaan.
Apabila perusahaan tidak menghasilkan volume usaha yang cukup untuk ukuran
investasi sebesar total aktivanya, penjualan harus ditingkatkan. Dengan demikian
perusahaan diharapkan mampu menghasilkan return on equity secara maksimal dari
laba yang dihasilkan (Weston dan Brigham: 1989)
Selain modal kerja, perputaran modal kerja, operating assets turnover,
inventory turnover juga merupakan factor yang mempengaruhi ROE, Inventory
turnover adalah tingkat perputaran persediaan yang mengukur perusahaan dalam
memutar barang dagangannya dan menunjukan hubungan antara barang yang
diperlukan untuk mengimbangi tingkat penjualan yang ditentukan. Jika mengunakan
perbandingan lebih dari satu periode, maka nilai inventory turnover yang semakin
(18)
sehingga tidak terjadi penumpukan persediaan perusahaan digudang. Dalam hal ini
inventory turnover merupakan salah satu cara untuk mengontrol inventory agar tidak
terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak sehingga suatu perusahaan dapat menjalankan
usahanya dengan baik. Menurut Munawir (2007:77), inventory turnover adalah
merupakan ratio atau jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata
persediaan yang dimiliki perusahaan. Ratio ini menunjukan seberapa efisien
perusahaan mengatur inventorynya, yaitu dengan menunjukan berapakali inventory
turnover dilakukan dalam satu tahun. Jenis ratio ini tergantung pada jenis industri
dimana perusahaan berada.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang dilakukan oleh peneliti
terdahulu yaitu Apri Daryanti (2003) yang berjudul “ Pengaruh Modal Kerja dan
Total Turnover Asset terhadap Profitabilitas pada Perusahaan PT.Metrodata
Electronics” dimana dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Modal Kerja dan Total
Turnover operating asset secara simultan memiliki hubungan yang sangat kuat
dengan profitabilitas yaitu sebesar 64,2%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Astuti
(2005) yang berjudul “ Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap
Return On Equity (ROE) pada Perusahaan Makanan dan Minuman go public di Bursa
Efek Jakarta Studi empiris tahun 2000 sampai dengan 2003. Dari hasil penelitian
yang dilakukan diperoleh bahwa Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja secara
signifikan berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE). Sedangkan pada penelitian
(19)
menyimpulkan bahwa kedua variable independen tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen. Untuk membedakan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah dapat dilihat dari variabel independen yang digunakan,
objek atau perusahaan yang dijadikan sebagai bahan penelitian dan juga tahun
penelitian yang dijadikan sebagai objek penelitian.
Sehubungan dengan uraian latar belakang diatas dan juga melihat kembali dari
penelitian terdahulu bahwa perusahaan sektor perkebunan sangat jarang digunakan
sebagai bahan atau data penelitian maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “ Pengaruh Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Operating Asset Turnover
dan Inventory Turnover terhadap Return on Equity (ROE) pada Perusahaan
Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 sampai 2013”.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah: Apakah Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Operating
Assets Turnover dan Inventory Turnover berpengaruh terhadap Return on Equity
(ROE) pada perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara
simultan dan secara parsial?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini maka
yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh Modal
(20)
terhadap Return On Equity (ROE) pada perusahaan Perkebunan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia secara simultan dan secara parsial.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk sebagai bahan masukan atau bahan
pertimbangan untuk melihat aplikasi yang diterapkan dalam lapangan dengan teori
yang dipelajari peneliti.
2. bagi peneliti,sebagai bahan masukan dalam menambah wawasan khusunya tentang
Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Operating Asset TurnoverT dan Inventory
Turnover serta implikasinya terhadap Return On Equity ( Pengembalian Modal).
3. bagi perusahaan, manfaat penelitian ini adalah sebagai masukan atau evaluasi bagi
kebijakan dalam memahami kinerja suatu perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan.
4. bagi investor atau calon investor manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan untuk
menilai kredibilitas perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia khususnya
sektor perkebunan dan pembuatan kebijakan- kebijakan di Bursa Efek Indonesia
tersebut.
5. untuk peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Landasan Teoritis
Menurut Sugiyono (2012) teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi,
dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematis melalui
spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena. Selanjutnya pengertian teori menurut Kinayati dan Sumaryati
(2004), Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep.
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai dasar-dasar teoritis yang mendukung
(22)
adanya perbedaan hasil penelitian, adanya kekaburan konsep, adanya keterbatasan
penelitian sebelumnya dan adanya tatanan konsep yang perlu dilanjutkan yang
disebut metode analisis gap. Metode analisis gap perlu dibahas karena dipaparkan
mengenai cara dalam menganalisis gap diantara persepsi. Hal ini untuk memberikan
pemahaman mengenai bagaimana cara melaksanakan analisis ini karena terdapat
langkah-langkah yang perlu diikuti.
2.1.1 Pengertian Modal Kerja
Modal kerja adalah kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan
untuk menyelenggarakan kegiatan sehari- hari yang selalu berputar dalam periode
tertentu. Menurut Darsono (2006:115) Modal kerja adalah investasi dalam harta
jangka pendek atau investasi dalam harta lancar (Current Asset). Sedangkan menurut
Weston dan Brigham (2000) modal kerja secara umum dapat diartikan sebagai:
1. seluruh aktiva lancar atau modal kerja kotor (Gross Working Capital) atau konsep
kuantitatif.
2. aktiva lancar dikurangi utang lancar atau (Net Working Capital) atau konsep
kualitatif.
3. keseluruhan dana yang diperlukan untuk menghasilkan laba tahun berjalan atau
Functional Working Capital atau konsep fungsional. Termasuk dana yang bersal
(23)
Dari pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja adalah
investasi jangka pendek, aktiva lancar dan seluruh dana yang dibutuhkan untuk
menghasilkan laba perusahaan selama satu periode tertentu.
2.1.2 Fungsi Modal Kerja
Suatu dana yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan operasinya sehari-
hari dapat masuk kembali ke dalam perusahaan dalam jangka pendek dari hasil
penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Akan tetapi antara
pengeluaran dan penerimaan terdapat tenggang waktu. Oleh karena itu selama
tenggang waktu modal kerja itu dibutuhkan untuk membiayai kegiatan sehari- hari
perusahaan. Jadi fungsi sebenarnya dari modal kerja itu adalah untuk mengatur
pengeluaran dana operasional perusahaan sehari- hari.
2.1.3 Macam- Macam Modal Kerja
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
yaitu modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan agar dapat berfungsi
dengan baik dalam satu periode akuntansi. Modal kerja permanen terbagi dua
yaitu:
a. modal kerja primer (primary working capital) yaitu sejumlah modal kerja
minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kelangsungan
(24)
b. modal kerja normal (Normal working capital) yaitu sejumlah modal kerja
yang digunakan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan produksi pada
kapasitas normal.
2. Modal Kerja Variabel ( Variabel Working Capital)
yaitu modal kerja yang dibutuhkan saat- saat tertentu dengan jumlah yang
berubah- ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode. Modal
kerja variabel ini terdiri dari:
a. modal kerja musiman (seasonal working capital) yaitu sejumlah modal
kerja yang besarnya berubah- ubah disebabkan oleh perubahan musim.
b. modal kerja siklis (cyclical working capital) yaitu sejumlah modal kerja
yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan permintaan
produk.
c. modal kerja darurat( Emergency working capital) yaitu modal kerja yang
besarnya berubah- ubah yang penyebabnya tidak diketahui sebelumnya
(misalnya kebakaran, banjir, gempa bumi, buruh mogok dan sebagainya).
2.1.4 Unsur Modal Kerja
Unsur atau komponen modal kerja dapat dilihat pada setiap neraca
perusahaan, yaitu pada semua perkiraan aktiva lancar dan kewajiban lancarnya.
Perbedaan yang ada biasanya menyangkut perkiraan- perkiraan yang disebabkan
perbedaan jenis perusahaan. Misalnya persediaan, untuk perusahaan yang hanya
(25)
dagang) sedangkan perusahaan yang melakukan pembuatan barang persediaannya
akan terdiri dari bahan mentah, barang setengah jadi, dan barang jadi (Weston dan
Brigham).
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya modal kerja adalah sebagai
berikut:
1. volume penjualan yaitu faktor yang paling utama karena perusahaan memerlukan
modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya yang mana puncak dari aktivitasnya
itu adalah tingkat penjualan.
2. kebijakan kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan seperti : (1) Politik penjualan
kredit yaitu panjang pendeknya piutang akan mempengaruhi besar kecilnya modal
kerja dalam satu periode, (2) Politik penentu persediaan besi dimana jika
persediaan yang diinginkan tinggi,baik persediaan kas, persediaan bahan baku,
persediaan bahan jadi, maka diperlukan modal yang relatif besar dan sebaliknya
bila ditetapkan persediaan rendah maka diperlukan modal kerja yang relatif
rendah.
3. pengaruh musim yaitu dengan adanya pergantian musim, akan dapat
mempengaruhi besar kecilnya barang dan jasa serta tingkat penjualan. Fluktuasi
tingkat penjualan akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan
untuk menyelenggarakan kegiatan produksi.
4. kemajuan teknologi dimana perkembangan teknologi dapat mempengaruhi atau
(26)
demikian akan dapat mengurangi besarnya kebutuhan modal kerja. Tetapi dengan
perkembangan teknologi maka perusahaan perlu mengimbangi dengan membeli
alat- alat investasi baru sehingga diperlukan modal kerja yang relatif besar.
Sedangkan menurut kamaruddin (2002), faktor yang menentukan jumlah
modal kerja adalah:
1. besar kecilnya kegiatan usaha atau perusahaan (Produksi dan penjualan), dimana
semakin besar kegiatan perusahaan maka semakin besar modal kerja yang
diperlukan, apabila hal lainnya tetap. Selain besar kecilnya usaha , sifat perusahaan
juga mempengaruhi besarnya modal kerja.
2. kebijaksanaan tentang penjualan (kredit atau tunai). Persediaan (dengan EOQ =
Econimic Orde Quantity dan safety stock), dan saldo ke kas minimal, pembelian
bahan(tunai atau kredit).
2.1.6. Peranan Modal Kerja
Modal kerja pada hakikatnya merupakan jumlah yang terus- menerus harus ada
dalam menopang usaha perusahaan yang menjembatani antara saat pengeluaran untuk
memperoleh bahan atau jasa, dengan waktu penerimaan penjualan. Atau pengeluaran
untuk memperoleh bahan atau jasa, dengan waktu penerimaan penjualan. Atau
pengeluaran yang bersifat bukan untuk harta tetap. Bagi perusahaan yang sedang
berjalan, pembiayaan atau dana untuk melakukan pembelian bahan, membayar upah,
(27)
penjualan agar perusahaan dapat berjalan kontinue. Menurut Kamaruddin (2002),
Modal kerja mempunyai 2 fungsi yaitu:
1. menopang kegiatan produksi dan penjualan atau sebagai jembatan saat
pengeluaran pembelian persediaan dengan penjualan dan penerimaan kembali
hasil pembayaran.
2. menutup dana atau pengeluaran tetap dan dana yang tidak berhubungan secara
langsung dengan produksi dan penjualan.
Menurut Indriyono dan Basri :2002 ada tiga konsep modal kerja yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Dalam konsep kuantitatif modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam dalam
aktiva lancar yang berupa kas, piutang- piutang, persediaan, persekot biaya. Dana
yang tertanam dalam aktiva lancar akan mengalami perputaran dalam waktu yang
singkat. Jadi besarnya modal kerja adalah sejumlah aktiva lancar.
2. Konsep Kualitatif
Dalam konsep kualitatif modal kerja dikaitkan dengan besarnya hutang lancar atau
hutang yang harus dibayar segera dalam jangka pendek. Besarnya modal kerja
adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang benar- benar dapat
dipergunakan untuk membiayai operasinya perusahaan atau sesudah dikurangi
besarnya utang lancar.atau dengan kata lain besarnya modal kerja adalah kelebihan
aktiva lancar diatas utang lancar.
(28)
Dalam konsep Fungsional modal kerja adalah didasarkan pada fungsi dari dana
untuk menghasilkan pendapatan.pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan
dalam satu periode (Accounting Curretn income) bukan pada periode berikutnya
(future income).
2.1.7. Manajemen Modal Kerja
Manajemen modal kerja pada dasarnya meliputi Perencanaan besarnya
kebutuhan modal kerja Perubahan dari aktivitas usaha suatu perusahaan akan
mengakibatkan perubahan terhadap kebutuhan modal kerja. Kebutuhan modal kerja
dalam satu periode pada waktu yang akan datang diperhitungkan sebagai berikut:
Kebutuhan modal kerja = Periode perputaran modal kerja x rata- rata pengeluaran kas
per periode
Dimana:
1. periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan ke
dalam komponen- komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi
menjadi kas. Panjang pendeknya perputaran modal kerja tergantung dari
perputaran masing- masing komponen modal kerja. Semakin pendek tingkat
perputarannya berarti semakin tinggi rasio turn over-nya, dan sebaliknya semakin
panjang tingkat perputarannya berarti semakin rendah rate turn over-nya.
2. rata- rata pengeluaran kas per periode merupakan hasil perhitungan rata- rata
pengeluaran kas untuk melaksanakan kegiatan perusahaan sehari- hari baik berupa
(29)
pengeluaran kas harus disesuaikan dengan periode perputaran modal kerja yang
diperhitungkan. Apabila perputaran modal kerja tersebut diperoleh periode
bulanan maka periode dalam perhitungan rata- rata pengeluaran uang per bulan,
begitu juga dengan harian
2.1.8 Sumber – Sumber Modal Kerja
Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat dipenuhi dari dua sumber
yaitu:
1. sumber intern (Internal sources) yaitu modal kerja yang dihasilkan oleh
perusahaan sendiri- sendiri dari aktivitas operasional seperti laba ditahan,
penjualan aktiva tetap, keuntungan penjualan surat- surat berharga diatas harga
normal, cadangan penyusutan.
2. sumber ekstern (External sources) yaitu modal kerja yang berasal dari luar
aktivitas perusahaan seperti dari pihak supplier, bank- bank, dan pasar modal.
2.1.9 Perputaran Modal Kerja
Perputaran modal kerja adalah kemampuan modal kerja berputar dalam suatu
periode siklus kas dari perusahaan (Riyanto, 2011). Seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya, salah satu fungsi modal kerja adalah “menutup” jarak antara saat
dikeluarkan uang tunai (kas) untuk membayar atau membeli persediaan bahan baku
dan biaya lainnya pada saat diterimanya hasil penjualan. Jarak yang dimaksud adalah
periode perputaran modal kerja (Working capital Turnover period) atau suatu kas
diinvestasikan dalam komponen- komponen modal kerja sampai kembali lagi
(30)
(turnover) atau makin tinggi tinggi tingkat perputaran. Lamanya periode perputaran
tergantung sifat atau kegiatan operasi suatu perusahaan, lama atau cepatnya
perputaran ini akan menentukan besar kecilnya kebutuhan modal kerja. Dalam
menetukan perputaran modal kerja, banyak metode yang digunakan, dan metode yang
dimaksud adalah:
1. Metode Keterikatan atau Daur Dana
Metode ini digunakan untuk usaha baru dimulai yang pengalaman dari
pengelola yang masih dominan dipengaruhi keadaan internal perusahaan yang
mengikuti perkembangan kegiatan sehari- hari dalam jangka waktu lama. Faktor
yang mempengaruhi keterikan dana pada modal kerja adalah:
a. Periode terikatnya modal kerja yang merupakan waktu yang diperlukan, mulai
dari kas yang ditanamkan pada komponen modal kerja sampai kas kembali.
b. Proyeksi kebutuhan kas rata- rata per hari yang merupakan jumlah pengeluaran
kas setiap hari untuk pengeluaran pembelian bahan baku, upah karyawan dan
lain- lain.
2. Metode Perputaran Modal Kerja
Metode ini menggunakan analisis laporan keuangan perusahaan. Secara umum
modal kerja(Working Capital Turn Over) dapat dapat dihitung dengan rumus:
����= ��������������
����������������������������������������
(31)
Operating assets turnover adalah merupakan salah satu faktor yang ikut
menentukan tinggi rendahnya rentabilitas seluruh modal atau rentabilitas ekonomis di
mana dalam hal ini sebagai ukuran untuk mengetahui efisiensi perusahaan dalam
melihat kecepatan peraturan aktiva dalam suatu priode tertentu. Dari sini kita dapat
mengetahui bahwa apakah perusahaan berjalan lancer ataukah sebaliknya.
Untuk menghitung operating asets turnover maka dapat dilakukan dengan
membandingkan net sales di satu pihak degan operating assets di lain pihak, dimana
Riyanto (1999 : 27) secara metematis merumuskan sebagai berikut :
���������������������� = Penjualan
Aktiva Usaha
Jadi untuk mencapai Operating Assets Turnover yang tinggi berarti kita harus
memperhatikan ketergantungan terhadap variable yang lain, dalam hal ini adalah net
sales dan Operating Assets atau dengan kata bahwa kedua variable tersebut
merupakan penyebab terhadap keadaan Operating Assets Turnover. Dengan demikian
dapatlah dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efesiensi
perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran Operating Assets dalam
suatu periode tertentu.
Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi profit margin menentukan tinggi
rendahnya rentabilitas ekonomis. Oleh karena itu maka tinggi tingkat profit margin
(32)
mengakibatkan naiknya rentabilitasnya ekonomis atau earning power. Untuk dapat
dikatakan bahawa rentabilitas ekonomis/earning power akan meningkat apabila :
a. Profit margin meningkat, sedangkan turnover Operating Assets tetap
b. Operating Assets Turnover meningkat, sedangkan profit margin tetap
c. Kedua-duanya meningkat.
2.1.11 Inventory Turnover
Inventory adalah suatu teknik bagi manajemen material yang berkaitan dengan
persediaan. Manajemen material dalam inventory dilakukan dengan beberapa input
yang digunakan yaitu: permintaan yang terjadi dan biaya-biaya yang terkait dengan
penyimpanan serta biaya apabila kekurangan persediaan. Pengendalian persediaan
perlu diperhatikan karena berkaitan langsung dengan biaya yang harus ditanggung
perusahaan sebagai akibat adanya persediaan. Oleh sebab itu persediaan harus
seimbang dengan kebutuhan, karena persediaan yang banyak akan meyebabkan
perusahaan menanggung resiko kerusakan dan biaya penyimpanan yang tinggi
dismping biaya investasi yang besar. Tetapi jika kekurangan persediaan akan
berakibat terganggunya kelancaran dalam proses produksi. Oleh karena itu
diharapkan terjadi keseimbangan dalam pengadaan persediaan sehingga biaya dapat
ditekan seminimal mungkin dan dapat memperlanjar proses produksi. Pengertian
persediaan menurut Ristono (2009:1) menyatakan bahwa: persediaan dapat diartikan
sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau
(33)
bahwa persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, barang setengah jadi dan barang
jadi.
Persediaan menurut Alexandri (2009:135) menyatakan, persediaan adalah
suatu aktiva yang meliputi barang-barang suatu perusahaan dengan maksud untuk
dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih
dalam proses pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang
menunggu pengunaannya dalam suatu proses produksi.
Menurut Wild, Subramanyam dan Hasley (2005:265), “persediaan merupakan barang
yang dijual dalam aktivitas normal perusahaan”. Pengertian persediaaan menurut
Sjahrial (2007: 189), “persediaan merupakan unsur utama dalam modal kerja (aktiva
lancar). Persediaan merupakan investasi yang sangat berarti bagi banyak perusahaan.”
Dari uraian diatas inventory turnover adalah tingkat perputaran persediaan
pada suatu perusahaan yang ditunjukan melalui perbandingan atara penjualan dengan
persediaan dalam satu periode. Inventory turnover dapat dihitung dengan
mengunakan rumus sebagai berikut:
�����������������= �������������������
���������� 2.1.12 Return on Equity (ROE)
ROE adalah salah satu pengukuran terhadap suatu kinerja perusahaan, dimana
ROE (Profitabilitas) suatu perusahaan menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
dalam menghasilkan suatu laba dalam periode tertentu dengan tingkat penjualan, aset
(34)
berbagai cara tergantung pada aktiva dan modal yang akan diperbandingkan satu
dengan yang lainnya. Untuk menilai suatu profitabilitas perusahaan dapat dinilai
dengan profitabilitas ekonomi.
Profitabilitas ekonomi adalah kemampuan suatu perusahaan dalam mengelola
laba dari seluruh modal yang dioperasionalkan atau digunakan dalam perusahaan
tersebut. Modal yang diperhitungkan untuk mengukur profitabilitas ekonomi adalah
modal yang bekerja dalam perusahaan (operating capital asset). Dengan demikian
modal yang ditanamkan dalam perusahaan lain atau modal yang ditanamkan dalam
bursa efek (kecuali perusahaan kredit) tidak diperhitungkan dalam menghitung
profitabilitas ekonomi. Demikian juga laba yang diperhitungkan untuk menghitung
profitabilitas ekonomi hanya laba yang berasal dari operasional perusahaan atau yang
disebut dengan laba usaha perusahaan (net operating income). Profitabilitas ekonomi
atau Return On Equity (ROE) atau sering juga disebut Return On TotalAsset (ROA)
merupakan kemampuan pengukuran perusahaan secara keseluruhan dalam
menghasilkan keuntungan dengan sejumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka perusahaan akan semakin baik.
Dengan menggunakan analisis diatas maka perusahaan tidak hanya bekerja
untuk mencari laba namun untuk mempertinggi profitabilitas hal ini disebabkan
karena laba bukanlah ukuran tidak menjadi patokan atau ukuran bahwa perusahaan
itu telah beroperasi dengan efisien atau maksimal. Dengan demikian suatu perusahaan
(35)
Usaha- usaha untuk meningkatkan profitabilitas ekonomi: profitabilitas
ekonomi atau earning power mempunyai arti yang penting bagi perusahaan, maka
perlu diusahakan agar tingkat profitabilitas perusahaan meningkat.
Riyanto,(2001:37- 41) beberapa cara untuk meningkatkan profitabitas ekonomi:
1. menaikkan profit margin yaitu dengan menambah biaya usaha sampai tingkat
tertentu dan diusahakan tercapainya tingkat tambahan penjualan yang lebih besar
daripada tambahan operating expense dan mengurangi pendapatan dari sales
sampai tingkat tertentu atau mengurangi usaha relatif lebih besar dari
berkurangnya pendapatan dari sales.
2. menaikkan turnover of operating asset denga cara menambah modal usaha dan
mengurangi sales pada tingkat tertentu, penurunan operating aset sebesar-
besarnya.
3 profitabilitas sendiri
Profitabilitas modal sendiri atau sering dinamakan rentabilitas usaha atau
Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi
pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan
laba tersebut di lain pihak atau dengan kata lain profitabilitas modal sendiri adalah
kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk
menghasilkan keuntungan. Riyanto (2001:44) menyatakan laba yang diperhitungkan
untuk menghitung profitabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi
modal asing dan pajak perseorangan atau income tax (EAT= Earning After Tax).
(36)
perusahaan.Return On Equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income)
yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik para pemegang saham biasa
maupun saham preferen) atas modal yang diinvestasikan di dalam perusahaan
tersebut. Secara umum semakin tinggi return atas penghasilan yang diperoleh maka
semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. Return On equity (ROE) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
�������������� (���) =����� ������
������ x 100%
2.2 Penelitian Terdahulu
Apri Daryanti (2003) yang berjudul “ Pengaruh Modal Kerja dan Total Turn
Over Asset terhadap Profitabilitas pada Perusahaan PT. Metrodata Electronics”
dimana dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Modal Kerja dan Total Turnover
operating asset secara simultan memiliki hubungan yang sangat kuat dengan
profitabilitas yaitu sebesar 64,2%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2005)
yang berjudul “ Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Return
On Equity (ROE) pada Perusahaan Makanan dan Minuman go public di Bursa Efek
Jakarta Studi empiris tahun 2000 sampai dengan 2003. Dari hasil penelitian yang
dilakukan diperoleh bahwa Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja secara
signifikan berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE). Sedangkan pada penelitian
Hairuddin yang berjudul tentang Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran modal kerja
(37)
menyimpulkan bahwa kedua variable independen tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
Untuk lebih jelasnya kedua hasil penelitian diatas, dapat dilihat pada tabel 2.1
yaitu:
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama
peneliti
Variabel yang digunakan
Kesimpulan
1 Apri
Daryanti
2003
Modal kerja (X1), Total TurnOver Asset (X2),
Profitabilitas (Y1)
Modal Kerja dan Total Turnover
operating asset secara simultan
memiliki hubungan yang sangat kuat
dengan profitabilitas yaitu sebesar
64,2% pada Perusahaan PT. Metrodata
Electronics.
2 Astuti
2005
Modal Kerja (X1),
Perputaran Modal
Modal kerja dan perputaran modal kerja
(38)
Kerja (X2), dan
Return On Equity (Y1).
minuman go public di bursa efek jakarta
berpengaruh secara simultan terhadap
Return On Equity (ROE), namun secara
parsial pengaruh perputaran modal kerja
lebih besar dibanding modal kerja
terhadap Return On Equity (ROE).
3 Hairuddin
2003
Modal Kerja (X1),
Perputaran Modal
Kerja (X2), dan
Return On Equity (Y1).
Modal Kerja dan Perputaran modal
kerja pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di BEI menyimpulkan bahwa
kedua variable independen tidak
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.
2.3 Kerangka Konseptual
Return On Equity (ROE) atau profitabilitas merupakan suatu pengukuran dari
penghasilan atau income yang tersedia bagi pemilik modal yang mereka investasikan
dalam perusahaan. Tinggi rendahnya begitu juga dengan penjualan sehingga
perputaran modal kerjanya juga meningkat dan Return On Invesment juga
meningkat. Sedangkan tinggi rendahnya debt rasio Retun On Equity dapat berubah
(39)
Return On Invesment dapat berubah sesuai dengan perubahan profit margin dan
perputaran aktiva. Dengan menambah aktiva lancar dan aktiva lainnya sampai tingkat
tertentu diharapkan modal kerja yang diperusahaan bertambah ditentukan oleh besar
kecilnya total hutang. Pengauh variabel terhadap ROE dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pengaruh Modal Kerja terhadap ROE
Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang bisa dijadikan uang kas
yangdimiliki perusahaan, atau dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan
operasi perusahaan sehari-hari (sawir, 2008). Ketersedian dana yang cukup akan
menunjang tercapainya return on equty perusahaan, semakin tinggi tingkat
efektifitas modal kerja maka kinerja operasional perusahaan akan semakin baik
namun kesalahan dalam mengelola modal kerja mengakibatkan kegiatan usaha
dapat terhambat atau terheti sama sekali.
2. Pengaruh Perputan Modal Kerja Terhadap ROE
Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan
jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode
tertentu. Semakin besar rasio ini menunjukkan efektifnya pemanfaatan modal kerja
yang tersedia dalam meningkatkan return on equty perusahaan (Riyanto, 2011). Ini
berarti semakin besar rasio perputaran modal kerja maka semakin baik suatu
perusahaan dimana persentase modal kerja yang ada mampu menghasilkan jumlah
penjualan tertentu.
(40)
Turnover yang tinggi menunjukkan manajemen yang efektif tetapi dapat juga
turnover yang tinggi disebabkan aktiva perusahaan yang sudah tua dan sudah habis
disusut, jadi turnover yang tinggi ini karena keadaan perusahaan. Menurut Irawati
(2006:52) “ semakin besar perputaran aktiva, maka semakin efektif perusahaan
mengelola aktivanya”. Kecepatan perputaran operating assets atau aktiva usaha
dalam suatu periode tertentu tersebut, dengan melihat assets turnover dimaksud
untuk mengetahui efesiensi perusahaan dengan melihat pula kecepatan perputaran
operating assets atau aktiva usaha dalam suatu periode tertentu.
4. Pengaruh Inventory Turnover terhadap ROE
Tujuan kebijakan persediaan harus dipertahankan antara dua perbedaan besar
yaitu, tingkat persediaan berlebihan meyebabkan biaya penyimpanan, resiko dan
investasi yang berlebihan. Disilain tingkat yang tidak memadai untuk memenuhi
permintaan dan produksi dengan dengan cepat akan muncul biaya kehabisan
persediaan yang tinggi. Tujuan kebijakan persediaan menurut Adisaputro
(2007:163-164) sebagai berikut:” Tujuan kebijakan Persediaan adalah untuk merencanakan
tingkat optimal investasi persediaan dengan mempertahankan tingkat optimal tersebut
melalui pengembalian.” Dengan adanya manajemen dan kebijakan persediaan dalam
suatu perusahaan maka persediaan dalam perusahaan akan terjaga dengan baik.
Persediaan tersebut akan berputar secara normal tanpa ada hambatan dan tujuan
perusahaan dapat dicapai
(41)
modal kerja dan keuntungan lebih besar dari pada biaya bunga. Dengan kata lain
penambahan hutang untuk meningkatkan modal kerja dapat meningkatkan penjualan
sehingga perputaran modal kerja meningkat, dengan meningkatnnya perputaran
modal kerja serta perputan turnover operating assets maka modal kerja akan segera
kembali dalam perusahaan yang disertai peningkatan laba perusahaan. Perubahan
yang terjadi dalam modal kerja harus dibuatkan laporannya yang sering disebut
dengan nama laporan perubahan modal kerja.
Berdasarkan kerangka konseptual diatas, maka hubungan variabel penelitian
dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
RETURN ON QUITY (ROE)
Y1
MODAL KERJA (X1)
PERPUTARAN MODAL KERJA (X2)
OPERATING ASSET TURNOVER (X3)
INVENTORY TURNOVER (X4)
(42)
diturunkan melalui teori, serta suatu pernyataan yang masih diuji kebenarannya
secara empiris (Sekaran, 2006).
Hasil pengembalin ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal
sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi pengguna modal sendiri dimana semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin baik artinya posisi pemilik perusahaan semakin
kuat demikian pula sebaliknya.
Salah satu ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih.
Investor dan kreditor sangat berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan
perusahaan dalam mengahasilkan laba saat ini maupun dimasa yang akan datang.
Besarnya profitabilitas ini dilihat dari margin laba atas penjualan, pengembalian total
aktiva dan juga pengembalian equitas saham biasa.
Ketersedian dana yang cukup akan menunjang tercapainya return on equity
perusahaan, dimana semakin tinggi tingkat efektifitas modal kerja maka kinerja
operasional perusahaan akan semakin baik begitu juga dengan perputaran modal
kerja semakin besar rasio perputaran modal kerja maka semakin baik suatu
perusahaan dimana persentase modal kerja yang ada mampu menghasilkan jumlah
penjualan tertentu.
Kaitan profitabilitas dengan operating asset turnover adalah dimana jika
operating asset turnover tinggi maka akan menunjukkan manajemen yang efektif dan
(43)
memiliki tujuan kebijakan persediaan yaitu untuk merencanakan tingkat optimal
investasi persediaan dengan mempertahankan tingkat optimal tersebut melalui
pengembalian. Dengan adanya manajemen dan kebijakan persediaan dalam suatu
perusahaan maka persediaan dalam perusahaan akan terjaga dengan baik. Persediaan
tersebut akan berputar secara normal tanpa ada hambatan dan tujuan perusahaan
dapat dicapai
Berdasarkan uraikan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H1 = terdapat pengaruh modal kerja, perputaran modal kerja, Operating Asset Turnover dan Inventory Turnover terhadap Return On Equity pada perusahaan
Sektor Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan
(44)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang
menekankan pada pengujian teori- teori melalui pengujian variabel- variabel
penelitian dengan angka yang bertujuan untuk menguji hipotesis. Penelitian ini
menjelaskan pengaruh Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Operating Asset
Turnover dan Inventory Turnover terhadap Return On Equity (ROE)
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet
dengan situs
(45)
Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada
bulan april 2014 sampai dengan oktober 2014.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
a. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan perkebunan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas terdiri dari Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja,
Operating Asset Turnover dan Inventory Turnover. Variabel terikatnya adalah
Return On Equity (ROE).
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Return OnEquity (ROE) adalah variabel dependen atau variabel terikat dalam
penelitian ini . Dalam penelitian ini Return On Equity adalah suatu pengukuran dari
penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan perkebunan yang
terdaftar di Bursa efek Indonesia tahun 2010 sampai tahun 2013 (baik pemegang
saham biasa maupun saham preferen) atas modal yang di investasikan di dalam
perusahaan. ROE dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus:
�������������� =�����������
������ � 100%
Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari:
(46)
Modal kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modal kerja konsep
kualitatif kelebihan hutang lancar diatas aktiva lancar.Modal kerja dalam
penelitian ini merupakan variabel bebas pertama (X1).Variabel ini diukur dengan
menggunakan rumus:
Modal Kerja (MK) = Hutang Lancar – Aktiva Lancar
b. Perputaran Modal Kerja (PMK)
Modal kerja dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya modal kerja
perusahaan Perkebunan yang terdaftar di BEI berputar dalam satu
periode.Perputaran Modal Kerja (PMK) dalam penelitian ini merupakan variabel
bebas kedua (X2). Variabel ini diukur dengan menggunakan rumus:
��������������������= ��������������ℎ
����������
c. Operating Asset Turnover
Operating Asset Turnover dalam penelitian ini adalah perbadingan antara aktiva
yang digunakan dalam satu operasi terhadap jumlah penjualan yang diperoleh
selama periode tersebut. Operating asset turnover dalam penelitian ini merupakan
variabel bebas ketiga (X3). Variabel ini diukur dengan mengunakan rumus:
����������������������= �����������
�������������ℎ�
(47)
Inventory Turnover pada penelitian ini adalah perbandingan harga pokok penjualan
dengan rata-rata persedian. Inventory turnover dalam penelitian ini merupakan
variable bebas keempat (X4). Variabel ini diukur dengan mengunakan rumus:
�����������������=�������������������
����������
Untuk lebih jelasnya, operasional penelitian dalam penelitian ini terdaftar pada
tabel 3.1yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1
Defenisi Operasional Variabel N
o
Variabel Penelitian
Definisi Skala Pengukuran
1 Modal Kerja (X1)
Modal Kerja
merupakan konsep kualitatif kelebihan hutang lancar diatas aktiva lancar
Rasio MK= Aktiva Lancar – Hutang Lancar
2 Perputaran Modal Kerja (X2) Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai keefektifitasan Rasio
��=��������������ℎ
(48)
modal kerja dengan menggunakan rasio antara total
penjualan bersih dengan jumlah rata- rata modal kerja 3 Operating
Asset Turnover (X3) Merupakan perbadingan jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi terhadap jumlah penjualan yang diperoleh dalam periode tersebut Rasio ��� = ����������� �������������ℎ�
4 Inventory Turnover (X4) Merupakan rasio yang mengukur perbandingan harga pokok persediaan dengan rata- rata persediaan yang ada.
Rasio
���=�������������������
����������
5 Return On equity (Y)
Suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan(baik pemegang saham Rasio ��� =����������� ������
(49)
biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang
diinvestasikan dalam perusahaan tersebut.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1 Populasi
Populasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah seluruh perusahaan
Perkebunan yang terdaftar di BEI sejak tahun 2010 sampai dengan 2013 yang
berjumlah 15 perusahaan.
Populasi merupakan “Wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
menjadi kuantitas dan karakterisitk tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”Menurut Kuncoro (2008:55)
3.5.2 Sampel
Sampel adalah “Bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi, hasil penelitian yang menggunakan sampel, maka
kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi” Menurut Erlina (2011:82). Oleh
sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau
mewakili. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah penarikan sampel
secara purpose sampling yaitu penetapan sampel dengan didasar pada kriteria
(50)
1. perusahaan Perkebunan yang terdaftar di BEI selama periode penelitian (tahun
2010 sampai dengan 2013).
2. perusahaan Perkebunan yang menyediakan data laporan keuangan lengkap selama
kurun waktu penelitian (tahun 2010 sampai dengan 2013).
Berdasarkan kriteria yang dikemukakan di atas, maka diperoleh 11 sampel
yang diperlihatkan dalam tabel ini.
Tabel 3.2
Daftar Perusahaan Perkebunan
No Kode Nama Perusahaan Kriteria Keterangan I II
1 AALI PT. Astra Agro Lestari Tbk Sampel
2 ANJT PT. Austindo Nusantara Jaya Tbk
- Bukan
Sampel
3 BWPT PT. BW Plantion Tbk Sampel
4 DNSG PT. Dharma Satya Nusantara Tbk
- Bukan
Sampel
5 GZCO PT. Gozco Plantation Tbk - Sampel
6 JAWA PT. Jaya Agra Wattie Tbk Sampel
(51)
Indonesia Tbk
8 MAGP PT.Multi Agro Gemilang Plantation Tbk
- Bukan
Sampel
9 PALM PT. Provident Agro Tbk Sampel
10 SGRO PT. Sampoerna Agro Tbk Sampel
11 SIMP PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Sampel
12 SMAR PT. Sinar Mas Agro Resources and Tehcnology Tbk
Sampel
13 SSMS PT. Sawit Sumbermas Sarana Tbk
- Bukan
Sampel
14 TBLA PT. Tunas Baru Lampung Tbk Sampel
15 UNSP PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk
- Sampel
3.6Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan dari tahun
2010 - 2013. Data tersebut didapatkan melalui Website Bursa Efek Indonesia
3.7 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode data diperoleh dengan menggunakan metode
dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data sekunder dari
laporan keuangan Perusahaan Perkebunan yang telah dipublikasikan di Bursa Efek
Indonesia tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.
3.8 Teknik Analisis Data
(52)
Analisis statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
umum atau generalisasi (Sugiyono,2008:206). Analisis statistik deskriptif digunakan
untuk memberikan deskriptif tentang data setiap variabel- variabel penelitian yang
digunakan di dalam penelitian ini. Data yang dilihat adalah jumlah data, nilai rata-
rata, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum dari variabel dependen
ROE, dan variabel independen yaitu modal kerja, perputaran modal kerja, operating
asset turnover dan inventory turnover pada perusahaan Perkebunan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013.
3.8.2 Model Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Regression
Analysis). Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk menguji pengaruh
Modal kerja, perputaran modal kerja, operating asset turnover dan inventory turnover
terhadap ROE dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+b4X4 + e
Keterangan :
Y : Pertumbuhan Laba
a : Kontansta
b : Koefisien
(53)
X2 : Perputaran Modal Kerja
X3 : Operating Asset Turnover
X4 : Inventory Turnover
e : Error
3.9Uji Asumsi Klasik
Sehubungan dengan menggunakan data sekunder dalam penelitian ini maka
untuk mendapatkan ketepatan model yang akan dianalisi perlu dilakukan pengujian
atas beberapa persyaratan asumsi klasik yang mendasari model regresi diatas.
Pengujian asumsi klasik ini terdiri dari:
3.9.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik, memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Menurut
Priyatno (2008:28) jika analisis menggunakan metode parametric, maka persyaratan
normalitas harus dipenuhi, yaitu data berasal dari distribusi normal. Jika data tidak
berdistribusi normal atau jumlah sample sedikit dan jenis data adalah nominal atau
ordinal maka metode yang digunakan adalah statistic nonparametrik. Statitsik
parametrik merupakan metode analisis yang digunakan untuk jenis data skala interval
dan rasio dengan ukuran sample yang relative (Priyatno:2008).
Pengujian normalitas dilakukan untuk menghindari terjadinya bias pada model
(54)
mendekat normal.Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data
berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan metode
parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi yaitu data berasal dari
distribusi yang normal. Jika data tidak terdistribusi normal, atau jumlah sampel
sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan
adalah statistik non parametric.Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan
uji statistik. Test statistik yang digunakan antara lain: analisis grafik histogram,
normal probability plots dan Kolmogorov Smirnov test (Ghozali, 2005). Pengujian
normalitas ini dapat dilakukan melalui analisis grafik dan analisis statistik.
1. Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati normal. Namun demikian, hanya dengan melihat
histogram, hal ini dapat membingungkan, khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.
Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan
keputusan dari analisis normal probability plot adalah sebagai berikut:
a. jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
(55)
b. jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
2. Analisis Statistik
Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan pula melalui analisis
statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui Kolmogorov-Smirnovtest (K-S). Uji
K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:
Ho = Data residual terdistribusi normal
Ha = Data residual tidak terdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:
a. apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka
Ho ditolak, yang berarti data terdistibusi tidak normal.
b. apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan statistik maka
Ho diterima, yang berarti data terdistibusi normal.
3.9.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2005), uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
korelasi di antara variabel-variabel independen dalam model regresi tersebut. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika
terdapat korelasi antara variabel independen, maka variabel-variabel ini tidak
ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar
(56)
multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau
variance inflation factor (VIF). Sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan:
1. jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
2. jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada
multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
3.9.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka ada masalah autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
dengan yang lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak
bebas dari satu observasi ke observasi lainnya, biasanya dijumpai pada data deret
waktu (time series). Konsekuensi adanya autokorelasi dalam model regresi adalah
variance sample tidak dapat menggambarkan variance populasinya, sehingga model
regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen
pada nilai independen tertentu (Ghozali, 2005). Kriteria pengujian Autokorelasi
dengan menggunakan uji Run Test (Ghozali, 2006):
2.1.1 Apabila nilai Asymp. Sig pada output run test lebih besar dari 5% maka data
tidak mengalami autokorelasi.
(57)
3.9.4 Uji Heteroskedasitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedatisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedasitas.
Model regresi yang baik adalah yang homokedasitas atau tidak terjadi
heteroskedasitas. Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dilakukan dengan
melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya
(SRESID).
Dasar analisisnya:
1. jika ada pola tertentu ,seperti titik –titik yang membentuk suatu pola tertentu, yang
teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas.
2. jika tidak ada pola tertentu serta titik–titik menyebar diatas dan dibawah angka nol
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas. Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang
cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting.
Semakin sedikit jumlah pengamatan, semakin sulit untuk mengintepretasikan hasil
(58)
Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan
hasil, salah satunya dengan uji Glejser (Ghozali, 2005). Dasar pengambilan
keputusan uji heteroskedastisitas melalui uji Glejser dilakukan sebagai berikut.
1. apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi signifikan statistik, yang
berarti data empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas.
2. apabila probabilitas nilai test tidak signifikan statistik, maka berarti data empiris
yang diestimasi tidak terdapat heteroskedastisitas.
Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh
karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah
pengamatan, semakin sulit untuk mengintepretasikan hasil grafik plot. Oleh sebab itu
diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil, salah satunya
dengan uji Glejser (Ghozali, 2005). Dasar pengambilan keputusan uji
heteroskedastisitas melalui uji Glejser dilakukan sebagai berikut:
1. apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi signifikan statistik, yang
berarti data empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas.
2. apabila probabilitas nilai test tidak signifikan statistik, maka berarti data empiris
yang diestimasi tidak terdapat heteroskedastisitas.
3.10 Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan pengujian normalitas dan pengujian atas asumsi-asumsi
klasik, langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian atas hipotesis 1 (H1) sampai
(59)
suatu hipotesis (Gujarati, 1999) dengan alat analisis yaitu uji t, uji F dan nilai
koefisien determinansi (R2). Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik, apabila uji nilai statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak).
Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji nilai statistiknya berada dalam daerah
dimana Ho diterima.
3.10.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh Modal Kerja,
Perputaran Modal Kerja, Operating Asset Turnover dan Inventory Turnover terhadap
Return On Equity pada Perusahaan Perkebunan di Bursa Efek Indonesia secara
simultan. Apabila tingkat profitabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan
bahwa semua variabel independen secara bersama- sama berpengaruh terhadap
variabel dependen ( Ghozali, 2006).
Perumuskan Hipotesis:
a. H0 : bi = 0, artinya secara simultan modal kerja, perputaran modal kerja, operating asset turnover dan inventory turnover berpengaruh tidak signifikan terhadap
Return On Equity (ROE) pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2010-2013.
b. Ha : bi ≠ 0, artinya secara simultan modal kerja, perputaran modal kerja, operating asset turnover dan inventory turnover berpengaruh signifikan terhadap Return On
Equity (ROE) pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(1)
hubungan positif antara kedua variabel, atau semakin tinggi Inventory Turnover
kesempatan perusahaan memperoleh profit (keuntungan) akan semakin tinggi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji statistik dan pembahasan dalam penelitian ini, kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil Uji F, secara simultan diketahui bahwa modal kerja, perputaran modal kerja, operating asset turnover, dan inventory turnover berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel Return On Equity.
(2)
2. Berdasarkan hasil Uji t, secara parsial diketahui bahwa modal kerja, perputaran modal kerja, operating asset turnover, dan inventory turnover berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel Return On Equity.
3. Berdasarkan uji koefisien determinasi bahwa pengaruh modal kerja, perputaran modal kerja, operating asset turnover, dan inventory turnover terhadap return on equity 3,2%, sedangkan 96,8 % dipengaruhi oleh faktor- faktor lain diluar model.
5.2 Saran
Adapun saran- saran yang dapat diberikan sebagai hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi investor atau calon investor
Bagi investor atau calon investor dalam mengambil suatu keputusan untuk pembelian saham di pasar modal tidak hanya mempertimbangkan pendekatan nilai sekarang (present value approach) dalam mengestimasi nilai intrinsik (intrinsic value) suatu saham.
(3)
2. Bagi kalangan akademis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kontribusi untuk kajian akademik untuk mengetahui lebih lanjut pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap return on equity.
3. Bagi penelitian selanjutnya
Variabel modal kerja, perputaran modal kerja, operating asset turnover dan
inventory turnover di dalam mengestimasi return on equity (ROE) pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bernilai rendah dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model estimasi dalam penelitian ini. Hendaknya peneliti lebih lanjut mempertimbangkan variabel lain diluar modal kerja, perputaran modal, operating asset turnover dan inventory turnover kerja sebagai variabel yang mempengaruhi return on equity. Beberapa variabel yang mempengaruhi diantaranya adalah unsur resiko (risk) dan jumlah deviden yang dibayarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro, Gunawan. 2007. Anggaran Bisnis. UPP STIM YKPN : Yogyakarta. Apri Daryanti.2003. Pengaruh Modal Kerja dan Total Turn Over Asset terhadap
Profitabilitas pada Perusahaan PT. Metrodata Electronics. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.
Astuti. 2005. Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity (ROE) pada Perusahaan Makanan dan Minuman go public di Bursa Efek Jakarta Studi empiris tahun 2000 sampai dengan 2003.
Alexandri, Benny, Moh. 2009. Manajemen Keuangan Bisnis Teori dan Soal. Alfabeta: Bandung.
(4)
2. Bagi kalangan akademis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kontribusi untuk kajian akademik untuk mengetahui lebih lanjut pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap return on equity.
3. Bagi penelitian selanjutnya
Variabel modal kerja, perputaran modal kerja, operating asset turnover dan
inventory turnover di dalam mengestimasi return on equity (ROE) pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bernilai rendah dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model estimasi dalam penelitian ini. Hendaknya peneliti lebih lanjut mempertimbangkan variabel lain diluar modal kerja, perputaran modal, operating asset turnover dan inventory turnover kerja sebagai variabel yang mempengaruhi return on equity. Beberapa variabel yang mempengaruhi diantaranya adalah unsur resiko (risk) dan jumlah deviden yang dibayarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro, Gunawan. 2007. Anggaran Bisnis. UPP STIM YKPN : Yogyakarta. Apri Daryanti.2003. Pengaruh Modal Kerja dan Total Turn Over Asset terhadap
Profitabilitas pada Perusahaan PT. Metrodata Electronics. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.
Astuti. 2005. Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity (ROE) pada Perusahaan Makanan dan Minuman go public di Bursa Efek Jakarta Studi empiris tahun 2000 sampai dengan 2003.
Alexandri, Benny, Moh. 2009. Manajemen Keuangan Bisnis Teori dan Soal. Alfabeta: Bandung.
(5)
Darsono. 2006. Manajemen Keuangan Pendekatan Praktis: Kajian Pengambilan KeputusanBisnis Berbasis Analisis Keuangan. Diadit Media: Jakarta.
Dwi Priyanto. 2008. Mandiri Belajara SPSS. Mediacom : Yogyakarta.
Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Kedua, Penerbit USU PRESS, Medan.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Anlisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gujarati, Damodar,(1999). Ekonometrika Dasar, Jakarta: Erlangga.
Hairuddin. 2003. Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran modal kerja terhadap Return On Equity pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. STIE Nusa Megar Kencana. Yogyakarta.
Halim, Abdul. 2007. Manajemen Keuangan Bisnis, Ghalia Indonesia : Bogor.
Indriyono, Basri. 2002. Manajemen Keuangan, Edisi ke Empat. Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Irawati, Susan, 2006, Manajemen Keuangan, Cetakan Kesatu, Pustaka : Bandung.
Jumingan. 2001. “Analisis laporan Keuangan” PT. Bumi Aksara : Yogyakarta. Kamaruddin, Ahmad. 2002. Dasar - Dasar Manajemen Modal Kerja. Rineka Cipta,
Jakarta.
Kinayati,Djojosuroto& M.L.A Sumaryati.2004.Prinsip-prinsip Penelitian Bahasa dan Sastra.Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.
Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta.
(6)
Ristono, Agus. 2009. Manajemen Persediaan Edisi 1. Graham Ilmu: Yogyakarta. Riyanto, Bambang, 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi ke
Empat.Yayasan badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang, 2011. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat.
Penerbit: BPFE, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang. 1999, “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi Lima, BPFE : Yogyakarta.
Sawir, Agnes, 2005, Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Penerbit Gramedia, Jakarta.
___________, 2008. Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi Perusahaan. Penerbit Gramedia: Jakarta.
Sekaran, Uma, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4, Buku Satu, Salemba Empat : Jakarta.
Sjahrial, Dermawan. 2007. Manajemen Keuangan. Mitra Wacana Media : Jakarta. Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA.
Weston, fred J. dan Brigham, F. Eugene. 1989. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan. Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
Wild, Subramanyam, John J, K. R dan Halsey, Robert F. 2005. Financial Statement Analysis, Edisi 8, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.
Yovita, Hetty, Indriani. 1991. Pemilihan Taman dan Lahan Sesuai dengan Kondisi Lingkungan dan Pasar. Penabur Swadaya : Jakarta.