Pengaruh Efektivitas Modal Kerja dan Total Assets Turnover terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Industri Makanan dan Minuman Di Bursa Efek Indonesia.
MEDAN
PENGARUH EFEKTIVITAS MODAL KERJA DAN
TOTAL ASSETS TURNOVER TERHADAP TINGKAT
RENTABILITAS PADA INDUSTRI MAKANAN DAN
MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA
DRAFT SKRIPSI DIAJUKAN OLEH :
HERIYANTO SIANTURI 040502151
MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Medan
(2)
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala kasih, berkat, dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini dengan baik sebagai sakah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, telah banyak mendapat bimbingan, nasehat, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof.Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera utara.
4. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Dosen Pembimbing yang telah begitu sabar dalam memberikan banyak bimbingan, arahan, saran, kritik dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan banyak saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Magdalena L.L Sibarani, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan banyak saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
(3)
8. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.
9. Orang tua tercinta DJ. Sianturi dan H. Sirait yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, bimbingan, motivasi, nasehat, bantuan dan dan material serta doa yang selalu menyertai peneliti. Kakak dan adik tercinta : Kak Riris Eviyani, Adik Donni Semiawan, dan Adik Michael Gusman yang selalu memberikan motivasi dan dukungan doa dalam penulisan skripsi ini.
10.Seseorang yang sangat berarti bagiku, Marina Novely Sihaloho, yang telah memberikan perhatian, cinta dan kasih sayang serta menjadi motivator penulis dalam membantu penulisan skripsi ini.
11.Sahabat-sahabat dan Teman-teman di Manajemen 2004 : Fery Z Banzarnahor (Bro), Maria Rossellina Ginting, Novalina Tarigan, Rike Santy Situmorang, Rebbeca Sitinjak, Lintang Silalahi, Lusiana Siahaan, Eka Susanti, Eviliyani, Nita Harianja, Ester, Anne (sister), Lusiana Manalu, Reagen, Gomgom, Rosdiana, Ganjang (Jengs), Budiman, Whitetop, Prettina, Theresia, Eka Sihite, Ari, Popy, Yohanna, Nesly, Rara (ketua), Eva Juwita, Florida, Arbina, Runggu, Rahmad Suciadi, M. Iqbal Harahap (Ketua PEMA), Anto Fariadi, Sidqi, Sumarfin, Dini, Lamtiar, Dasa Putra, dan anak-anak manajemen 2004 lainnya. Abang-abang senior : Bang Rejeki, Bang Salom, Bang Pesta, Bang Lampranto, Bang Evan (Appara), Bang Jonris, Bang Rizkan, Bang Toga, Bang David. Adik-adik junior : Martin, Clara, Alicia, Nia, Denny, Leo, Risda
(4)
Evarini (T.Kimia 2004). Terima kasih atas motivasi, semangat, dukungan, perhatian dan persahabatan yang diberikan kepada peneliti.
12.Teman-teman Kost Gitar 3A : Dodi, Jerry, Koko, Alex, Remon, Roy, Ganda, Ribet, Edy, Arhtur, Mangatur, Eka, Juni, Reni, Santi, Mega, Nelly, Pita, Rusmina, Rina, dan Erni yang memberi motivasi dan dukungannya dalam penulisan skripsi ini.
13.Teman-teman mantan Kost Berdikari 26 : Winardi (appara), Bang Jan, Bang Deco, Sonky (appara gaul), Hendry (bess), Philip, Dermawan, dan Robby yang memberi motivasi dan dukungannya dalam penulisan skripsi ini.
Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
Medan, Agustus 2008 Peneliti
(5)
Halaman
Tabel 1.1 Kontribusi Sektor Makanan dan Minuman Terhadap PDB ... 3
Tabel 1.2 Nama-Nama Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman ... 12
Tabel 4.1 Efektivitas Modal Kerja (Working Capital Turnover/ WCT) Pada Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Periode 2002-2006... 51
Tabel 4.2 Total Assets Turnover (TATO) Pada Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006 ... 57
Tabel 4.3 Rentabilitas Ekonomis (Basic Earning Power) Pada Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006 ... 61
Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi ... 63
Tabel 4.5 Casewise Diagnosticsa I ... 65
Tabel 4.6 Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test (sebelum perbaikan) ... 67
Tabel 4.7 Casewise Diagnosticsa II ... 68
Tabel 4.8 Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test (perbaikan I) ... 70
Tabel 4.9 Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test (perbaikan II) ... 73
Tabel 4.10 Collinearity Statistics ... 73
Tabel 4.11 Model Summaryb (masalah autokorelasi I) ... 74
Tabel 4.12 Casewise Diagnosticsa I ... 75
Tabel 4.13 Model Summaryb (masalah autokorelasi II) ... 75
Tabel 4.14 Casewise Diagnosticsa II ... 76
Tabel 4.15 Model Summaryb (masalah autokorelasi III) ... 76
Tabel 4.16 Run Test (pemilihan uji autokorelasi I) ... 77
Tabel 4.17 Coefficientsa (The Breuch-Godfrey (BG) Test / pemilihan uji autokorelasi II) ... 78
Tabel 4.18 Uji Glejser ... 80
Tabel 4.19 Hasil Uji Regresi ... 81
(6)
Halaman Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 7 Gambar 4.1 Rata-Rata Keseluruhan WCT Periode 2002-2006 ... 52 Gambar 4.2 Rata-Rata Keseluruhan TATO Periode 2002-2006 ... 57 Gambar 4.3 Rata-Rata Keseluruhan Rentabilitas Ekonomis (Basic Earning
Power) Periode 2002-2006 ... 61
Gambar 4.4 Histogram (sebelum perbaikan) ... 65 Gambar 4.5 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual (sebelum
perbaikan) ... 66 Gambar 4.6 Histogram (perbaikan I) ... 68 Gambar 4.7 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual (perbaikan I)
... 69 Gambar 4.8 Histogram (perbaikan II) ... 71 Gambar 4.9 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual (perbaikan II)
... 72 Gambar 4.10 Scatterplot ... 79
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Kerangka Konseptual ... 6
D. Hipotesis ... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
1. Tujuan Penelitian ... 8
2. Manfaat Penelitian ... 8
F. Metode Penelitian ... 9
1. Batasan Operasional ... 9
2. Definisi Operasional ... 9
3. Populasi dan Sampel ... 10
4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 12
5. Jenis Data ... 13
6. Teknik Pengumpulan Data ... 13
7. Metode Analisis Data ... 13
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 18
B. Modal Kerja ... 18
1. Pengertian Modal Kerja ... 19
2. Pentingnya Modal Kerja yang Cukup ... 20
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja ... 22
4. Jenis-jenis Modal Kerja... 23
5. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja ... 24
6. Working Capital Turnover ... 24
C. Aktiva ... 25
1. Pengertian Aktiva ... 25
2. Unsur-unsur Aktiva ... 26
3. Total Assets Turnover ... 29
D. Rentabilitas Ekonomis (Basic Earning Power) ... 30
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia... 34
B. Gambaran Umum Perusahaan Industri Makanan dan Minuman ... 38
(8)
3. PT Aqua Golden Mississippi Tbk ... 39
4. PT Cahaya Kalbar Tbk ... 40
5. PT Davomas Abadi Tbk ... 40
6. PT Delta Djakarta Tbk ... 41
7. PT Indofood Sukses Makmur Tbk ... 42
8. PT Mayora Indah Tbk ... 43
9. PT Multi Bintang Indonesia Tbk ... 43
10.PT Prasidha Aneka Niaga Tbk ... 44
11.PT Sari Husada Tbk ... 45
12.PT Sekar Laut Tbk ... 46
13.PT Sinar Mas Agro Resources Tbk ... 47
14.PT Siantar Top Tbk ... 47
15.PT Suba Indah ... 48
16.PT Tunas Baru Lampung Tbk ... 49
17.PT Ultrajaya Milk Tbk ... 49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskripsi Variabel Penelitian ... 51
1. Deskripsi Efektivitas Modal Kerja (WCT) ... 51
2. Deskripsi Total Assets Turnover (TATO) ... 56
3. Deskripsi Rentabilitas Ekonomis (Basic Earning Power) ... 60
B. Regresi Linear Berganda ... 63
C. Pengujian Asumsi Klasik ... 64
D. Pengujian Hipotesis ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA
(9)
Assets Turnover terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Industri Makanan dan
Minuman Di Bursa Efek Indonesia. Dibimbing oleh Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, Dra. Nisrul Irawati, MBA sebagai Sekretaris Departemen Manajemen, Drs. Syahyunan, M.Si sebagai dosen penguji I, dan Dra. Magdalena L.L Sibarani, M.Si sebagai dosen penguji II.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Efektivitas
Modal Kerja (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO) terhadap tingkat
Rentabilitas Pada Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analsis statisitik; Analisis regresi berganda, Uji F-hitung, dan Uji t-hitung dengan bantuan SPSS 12.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Adjusted R Square sebesar 0,100.
yang berarti 10% variabel terikat (Rentabilitas Ekonomis / Basic Earning Power) mampu dijelaskan oleh variasi variabel bebas yaitu Efektivitas Modal Kerja
(WCT) sebagai X1, Total Assets Turnover (TATO) sebagai X2 dan 90% lagi
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Berdasakan pengujian hipotesis dengan Uji Fhitung sebesar 5,405 dan Ftabel sebesar
3,18 sehingga Fhitung > Ftabel (5,405 > 3,18) pada α = 5 %. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Efektivitas Modal Kerja (WCT) dan Total Assets
Turnover (TATO) secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat Rentabilitas Ekonomis (Y) pada Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia. Melalui Uji t, variabel Efektivitas Modal Kerja (X1) tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat Rentabilitas Ekonomis / Basic Earning Power. Sedangkan Total Assets Turnover (TATO) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat Rentabilitas Ekonomis / Basic Earning Power.
Keywords : Efektivitas Modal Kerja (WCT), Total Assets Turnover (TATO), dan Rentabilitas Ekonomis (Basic Earning Power).
(10)
Assets Turnover terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Industri Makanan dan
Minuman Di Bursa Efek Indonesia. Dibimbing oleh Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, Dra. Nisrul Irawati, MBA sebagai Sekretaris Departemen Manajemen, Drs. Syahyunan, M.Si sebagai dosen penguji I, dan Dra. Magdalena L.L Sibarani, M.Si sebagai dosen penguji II.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Efektivitas
Modal Kerja (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO) terhadap tingkat
Rentabilitas Pada Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analsis statisitik; Analisis regresi berganda, Uji F-hitung, dan Uji t-hitung dengan bantuan SPSS 12.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Adjusted R Square sebesar 0,100.
yang berarti 10% variabel terikat (Rentabilitas Ekonomis / Basic Earning Power) mampu dijelaskan oleh variasi variabel bebas yaitu Efektivitas Modal Kerja
(WCT) sebagai X1, Total Assets Turnover (TATO) sebagai X2 dan 90% lagi
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Berdasakan pengujian hipotesis dengan Uji Fhitung sebesar 5,405 dan Ftabel sebesar
3,18 sehingga Fhitung > Ftabel (5,405 > 3,18) pada α = 5 %. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Efektivitas Modal Kerja (WCT) dan Total Assets
Turnover (TATO) secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat Rentabilitas Ekonomis (Y) pada Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia. Melalui Uji t, variabel Efektivitas Modal Kerja (X1) tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat Rentabilitas Ekonomis / Basic Earning Power. Sedangkan Total Assets Turnover (TATO) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat Rentabilitas Ekonomis / Basic Earning Power.
Keywords : Efektivitas Modal Kerja (WCT), Total Assets Turnover (TATO), dan Rentabilitas Ekonomis (Basic Earning Power).
(11)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah
Perkembangan dunia usaha saat ini sangat cepat, sehingga persaingan yang ketat tidak dapat dihindarkan lagi terutama diantara perusahaan sejenis. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan yang begitu pesat tersebut, maka diperlukan suatu penanganan dan pengelolaan sumber daya yang dilakukan manajemen dengan baik. Bagi pihak manajemen, selain dituntut untuk mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efisien dan efektif, juga dituntut untuk dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan di masa yang akan datang.
Kinerja perusahaan secara historis seringkali diukur dari besar kecilnya laba yang dihasilkan. Laba juga menunjukkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sebagian besar tertanam dalam modal kerja. Modal kerja digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran operasional rutin seperti pembayaran upah dan gaji pegawai, pembelian bahan baku dan lain-lain. Adanya modal kerja yang cukup memungkinkan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya tidak mengalami kesulitan dan hambatan yang mungkin akan timbul. Adanya modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dalam hal ini memberikan kerugian karena dana yang tersedia tidak dipergunakan secara
(12)
efektif dalam kegiatan perusahaan. Sebaliknya, kekurangan modal kerja merupakan sebab utama kegagalan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya.
Efektivitas modal kerja ditunjukkan dengan perputaran modal kerja (Working Capital Turnover). Sejumlah dana yang telah dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut diharapkan dapat masuk kembali keperusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang atau hasil produksinya guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian dana tersebut akan berputar terus menerus setiap periodenya sepanjang hidup perusahaan (Djarwanto, 2004:87).
Perusahaan memerlukan sejumlah aktiva usaha untuk menghasilkan
volume penjualan yang dikehendaki, yang harus dioperasikan secara efisien. Untuk mengukur pendayagunaan aktiva usaha dalam menghasilkan penjualan
sering dilihat dari rasio Total Asset Turnover. Dengan jumlah total aktiva
tertentu, diharapakan dapat meningkatkan penjualan yang akhirnya dapat mempercepat Total Asset Turnover. Semakin cepat perputaran total aktiva berarti semakin efektif penggunaan total aktiva perusahaan tersebut (Djarwanto, 2004:91).
Industri makanan dan minuman belakangan ini memang menjadi daya tarik yang dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Apalagi di beberapa pasar utama seperti makanan ringan, minuman energi, minuman isotonik hingga air minum dalam kemasan. Dalam catatan Gabungan pengusaha makanan dan minuman, total pasar bisnis makanan dan minuman di atas Rp.120 triliun, di luar bisnis rokok. Akan tetapi, persaingan di industri ini juga semakin ketat dengan
(13)
semakin banyaknya pemain asing yang masuk dalam industri ini (Swa Majalah, 2006).
Kondisi iklim investasi di sektor makanan dan minuman tahun 2007 ini jauh lebih baik meskipun belum 100 % dapat mendorong minat investasi jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Dengan insentif perpajakan yang dituangkan melalui PP No.1/2007 mengenai fasilitas PPh untuk penanaman modal bidang usaha tertentu dan atau di daerah tertentu, PP No.7/2007 mengenai penghapusan PPn untuk komoditi primer yang bersifat strategis serta suku bunga BI/ BI rate yang sudah turun, semua kondisi tersebut sebenarnya sudah membantu walaupun masih banyak hambatan. Salah satu hambatan yang sering dikeluhkan yaitu mengenai regulasi yang tumpang tindih sehingga perlu dilakukan deregulasi
dan debirokratisasi akibat regulasi yang terlalu banyak (GAPMMI Newslatter,
Edisi 44, Januari-Maret 2007).
Kontribusi sektor makanan dan minuman terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari tahun 2004-2006 cenderung menguat. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1
Kontribusi Sektor Makanan dan Minuman Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
(Dalam Miliar Dolar AS)
Tahun 2004 2005 2006
Kontribusi 3,94 4,01 5,60
Sumber:rmexpose.com, 2007 (diolah)
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa kontribusi sektor makanan dan minumnan pada tahun 2004 sebesar 3,94 miliar dollar AS. Kemudian mengalami peningkatan sebesar 0,07 miliar dollar AS pada tahun 2005. Tahun 2006 kembali meningkat
(14)
menyimpulkan bahwa kinerja industri makanan dan minuman domestik telah membaik.
Ketua GAPMMI (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia) memperkirakan bahwa tahun 2007 industri makanan dan minuman akan tumbuh 5,5 %. Disamping itu, masalah yang sangat rentan yang dihadapi oleh industri ini adalah masalah isu zat kimia. Misalnya isu penggunaan bahan pengawet dalam minuman yang langsung menurunkan permintaan minuman kemasan dalam bebarapa minggu. Hal tersebut semakin diperparah dengan menurunnya daya beli masyarakat sekitar -3%. Selain kendala isu zat kimia dan penggunaan bahan pengawet pada makanan dan minuman, industri makanan dan minuman juga mengalami kendala-kendala lainnya seperti ongkos energi yang masih mahal, bea masuk gula terlalu tinggi (20%), dan terlalu rendahnya bea masuk (impor) produk makanan jadi yang hanya sebesar 5%, menyebabkan industri makanan dan minuman dalam negeri sulit berkompetisi (www.kontan-online.com, 2007 (diolah).
Kegiatan operasional industri makanan dan minuman akan terganggu akibat kendala-kendala diatas. Volume penjualan akan menurun sehingga akan mempengaruhi perputaran modal kerja dan perputaran dari aktiva perusahaan. Perputaran modal kerja dan Total Assets Turnover perusahaan pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
Alasan mengapa topik ini menarik untuk diteliti yakni karena selama ini para peneliti lebih tertarik untuk meneliti tingkat laba perusahaan, bukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba tersebut dengan sumber daya yang dimilikinya. Padahal efektivitas dan efisiensi dapat dilihat dari bagaimana
(15)
perusahaan mengelola sumber daya yang dimilikinya untuk meningkatkan kemampuan memperoleh laba. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba dapat dilihat dari tingkat rentabilitasnya yakni membandingkan laba dengan aktiva dan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas Ekonomis
atau disebut juga Basic Earning Power dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba usaha dengan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dengan judul “ Pengaruh Efektifitas Modal Kerja dan
Total Assets Turnover Terhadap Tingkat Rentabilitas Ekonomis Pada
Industri Makanan dan Minuman Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah Efektivitas modal kerja (WCT) dan Total Assets Turnover(TATO) berpengaruh secara simultan terhadap tingkat Rentabilitas Ekonomis pada perusahaan industri makanan dan minuman terbuka di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah Efektivitas modal kerja (WCT) dan Total Assets Turnover(TATO) berpengaruh secara parsial terhadap tingkat Rentabilitas Ekonomis pada perusahaan industri makanan dan minuman terbuka di Bursa Efek Indonesia?
(16)
C. Kerangka Konseptual
Modal kerja merupakan titik sentral dari kelangsungan hidup perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Pada hakekatnya modal kerja sama dengan aktiva lancar, yaitu aktiva-aktiva yang jangka paling lama satu tahun dapat dicairkan menjadi uang kas. Modal kerja bersih merupakan aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya tanpa mengganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar dengan hutang lancarnya (Net Working Capital).
Penjualan dengan modal kerja memiliki hubungan yang erat. Bila volume penjualan naik investasi dalam persediaan dan piutang juga meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Untuk menguji efesiensi penggunaan modal kerja, dapat digunakan rasio perputaran modal kerja (Working Capital Turnover), yaitu rasio antara penjualan dengan modal kerja. Dari hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja tersebut dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah (Djarwanto, 2004: 159)
Perputaran total aktiva menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Semakin cepat perputaran aktiva, semakin efisien penggunaan aktiva tersebut. Total Assets Turnover(TATO) diukur dengan rasio yang menghubungkan penjualan dengan aktiva yang digunakan. Kemungkinan turunnya volume penjualan akan mempengaruhi rasio ini.
(17)
Volume penjualan yang dicapai suatu perusahaan akan mempengaruhi perputaran modal kerja dan juga akan mempengaruhi perputaran dari aktiva perusahaan tersebut. Perputaran modal kerja dan perputaran aktiva pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kemampuan perusahaan menghasilkan laba (Keown, 2004:194).
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan model atau bagan kerangka konseptual dalam Gambar 1.1 berikut ini.
Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual
Sumber : Riyanto (2001) dan Sawir (2005) (diolah)
D. Hipotesis
Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Efektivitas modal kerja (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO)
berpengaruh secara simultan terhadap tingkat rentabilitas pada perusahaan industri makanan dan minuman terbuka di Bursa Efek Indonesia.
2. Efektivitas modal kerja (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO)
berpengaruh secara parsial terhadap tingkat rentabilitas pada perusahaan industri makanan dan minuman terbuka di Bursa Efek Indonesia.
Efektivitas Modal Kerja (WCT) (X1)
Total Assets Turnover (TATO)
(X2)
Rentabilits Ekonomis
(Basic Earning Power)
(18)
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh efektifitas modal kerja, dalam hal ini Working Capital Turnover (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO) terhadap Tingkat Rentabilitas Ekonomis pada perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah : a. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis melalui analisis dan pengujian pengaruh
efektifitas modal kerja, dalam hal ini Working Capital Turnover (WCT)
dan Total Assets Turnover(TATO) terhadap tingkat Rentabilitas Ekonomis perusahaan terbuka.
b. Bagi perusahaan
Penelitian ini bermanfaat sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi pihak perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya.
c. Bagi kalangan akademis lainnya
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya khususnya mengenai pengaruh efektifitas modal kerja, dalam
hal ini Working Capital Turnover (WCT) dan Total Assets Turnover
(TATO) terhadap Rentabilitas Ekonomis dengan ruang lingkup yang lebih luas, sehingga hasilnya lebih sempurna untuk kedepannya.
(19)
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional
Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan, maka penulis menetapkan batasan operasional penelitian dalam dua bagian yaitu :
a. Data laporan keuangan perusahaan industri makanan dan minuman terbuka di Bursa Efek Indonesia periode 2002-2006.
b. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua bagian yaitu :
1) Variabel independennya (bebas) adalah Working Capital Turnover(WCT)
dan Total Assets Turnover(TATO).
2.) Variabel dependennya (terikat) adalah Rentabilitas Ekonomis (Basic
Earning Power).
2. Definisi Operasional Variabel
Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Efektivitas Modal Kerja (X1)
Efektivitas modal kerja ditunjukkan dengan Working Capital Turnover
(WCT) yaitu rasio yang memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Riyanto (2001;335) merumuskan formula untuk menghitung Working Capital Turnover (WCT) sebagai berikut :
kali x s Liabilitie Current
Assets Current
Sales
WCT 1
(20)
b. Total Assets Turnover (X2)
Total Assets Turnover (TATO) mengukur perputaran dari semua aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan efisiensi dimana perusahaan menggunakan seluruh aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Menurut
Martono (2001:58), Total Assets Turnover (TATO) dapat dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut :
Total Assets Turnover = x kali Assets Total
Sales 1
c. Rentabilitas Ekonomis (Y)
Rentabilitas Ekonomis atau disebut juga Basic Earning Power
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba usaha dengan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Menurut Sawir (2005:19), Rentabilitas Ekonomis dapat ditentukan dengan mengalikan Operating Profit Margin dengan Total Assets Turnover. Rentabilitas Ekonomis = Operating profit margin x Total assets turnover
Rentabilitas Ekonomis=
Assets Total
Sales x
Sales EBIT Operasi
Laba ( )
Rentabilitas Ekonomis = ( )x100%
Assets Total
EBIT Operasi Laba
3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan industri makanan dan
minuman yang terdaftar (Listing) selama periode 2002 sampai 2006 yang
berjumlah 17 emiten. Penarikan sampel yang dilakukan oleh penulis adalah
(21)
Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005 : 78).
Adapun kriteria penarikan sampel yang digunakan oleh penulis adalah :
a. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan industri makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2002-2006.
b. Periode laporan keuangan berakhir pada tanggal 31 Desember.
c. Laporan Keuangan di audit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dan telah
di publikasikan di situs Bursa Efek Indonesia.
d. Laporan keuangan dinyatakan dalam rupiah.
Setelah dilakukan kriteria penarikan sampel, maka semua emiten industri makanan dan minuman yang berjumlah 17 emiten dapat dijadikan sampel. Adapun sampel-sampel tersebut antara lain :
(22)
Tabel 1.2
Nama-Nama Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman
No Kode Nama Emiten
1 ADES Ades Waters Indonesia Tbk
2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
3 AQUA Aqua Golden Mississi Tbk
4 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
5 DAVO Davomas Abadi Tbk
6 DLTA Delta Djakarta Tbk
7 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
8 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
9 MYOR Mayora Indah Tbk
10 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk
11 SHDA Sari Husada Tbk
12 SKLT Sekar Laut Tbk
13 SMAR Smart Tbk
14 STTP Siantar Top Tbk
15 SUBA Suba Indah Tbk
16 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk
17 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk
Sumber : www.idx.co.id (diolah)
4. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan menggunakan situs www.idx.co.id dan situs-situs lain bila diperlukan dalam pengumpulan data.
b. Waktu Penelitian
(23)
5. Jenis Data
Data yang digunakan penulis dalam menyusun penelitaian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui situs www.bei.co.id, laporan keuangan, jurnal, surat kabar, serta buku-buku referensi yang berkaitan dengan topik penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi. Peneliti mengumpulkan berbagai data yang relevan dengan penelitian melalui buku-buku, jurnal, surat kabar, dan data-data internet.
7. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regrsi berganda dengan terlebih dahulu menguji berbagai macam asumsi klasik. Dengan metode analisis tersebut akan dijelaskan pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk memperoleh hasil yang lebih terarah, maka
peneliti menggunakan bantuan program Software 12.0 for windows (Statistical
Program for Social Science). Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana :
Y = Rentabilitas Ekonomi (Basic Earning Power)
a = konstanta
(24)
X2 = Total Assets Turnover(TATO)
b1,2 = Koefisien regresi variabel X1,2.
e = Kesalahan Pengganggu (standard error)
Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005:110). Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis grafik dan Kolmogorov Smirnov.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen) (Ghozali, 2005: 91). Hubungan linier antara variabel independen inilah yang disebut dengan multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Uji multikolinieritas menggunakan kriteria variance inflation factor (VIF) dengan ketentuan bila VIF > 5 terjadi masalah multikolinearitas yang serius.
c. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya) (Ghozali, 2005:95).
(25)
Autokorelasi terjadi jika observasi yang berturut-turut sepanjang waktu mempunyai korelasi antara satu dengan yang lainnya (Nachrowi, 2006: 185). Jika terjadi autokorelasi maka dikatakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi menggunakan uji Run Test dan The Breusch-Godfrey (BG) Test.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005:105). Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan grafik Scatterplot dan uji Glejser Test.
Model regresi yang sudah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis sebagai berikut :
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinan ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel-variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel terikat. Koefisien determinan (R2) ini berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2 ≤ 1), dimana
semakin tinggi R2 (mendekati 1), berarti variabel-variabel bebas memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat dan apabila R2 = 0 menunjukkan variabel bebas secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel terikat.
(26)
b. Uji Signifikan Simultan ( Uji-F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujiannya adalah :
H0 : b1 = b2 = 0, artinya secara bersamaan, tidak terdapat pengaruh yang signifikan
dari Working Capital Turnover (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO)
terhadap Rentabilitas Ekonomis.
Ha : b1≠ b2 ≠ 0, artinya secara bersamaan terdapat pengaruh yang signifikan dari
Working Capital Turnover (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO) terhadap Rentabilitas Ekonomis.
Kriteria pengambilan keputusan :
Ho diterima jika F hitung≤ F tabel pada α = 5 %
Ha diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5 % c. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara parsial (individual) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujiannya adalah :
Ho : b1 = 0, artinya secara parsial (individual) tidak terdapat pengaruh yang
signifikan dari Working Capital Turnover (WCT) dan Total Assets Turnover
(TATO) terhadap Rentabilitas Ekonomis.
Ha : b1 ≠ 0, artinya secara parsial (individual) terdapat pengaruh yang signifikan
(27)
terhadap Rentabilitas Ekonomis. Pengujian menggunakan Uji-t dengan tingkat pengujian (Level of Test) pada α = 5 % dan derajad kebebasan (n-k).
Kriteria pengambilan keputusan :
Ho diterima jika : –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
Ha diterima jika : t hitung > t tabel
(28)
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Yuliafitri, Koesmawan, dan Amilin (2005) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Efektivitas Modal Kerja dan Operating Assets Turnover Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Sektor Industri Dasar dan Kimia Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan sampel 48 perusahaan yang bergerak di sektor industri dasar dan kimia yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, selama 3 tahun (2001-2003) dengan menggunakan Purposive Sampling
method dan model analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pengujian secara parsial (individual) terhadap perputaran modal kerja dan
Operating Assets Turnover tidak bepengaruh secara signifikan terhadap tingkat
rentabilitas.
Nainggolan (2007) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Return On Investment (ROI) Pada PT Hutan Baruman Perkasa Medan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data laporan keuangan selama 12 tahun (1995-2006). Variabel bebas yang digunakan oleh peneliti adalah rasio aktivitas (Inventory Turnover, Average Collection Period, Working Capital
Turnover, Fixed Assets Turnover, dan Total Assets Turnover). Sedangkan variabel
terikatnya adalah Return On Investment (ROI). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengujian secara simultan (Uji-F) keseluruhan rasio aktivitas (Inventory Turnover, Average Collection Period, Working Capital Turnover,
Fixed Assets Turnover, dan Total Assets Turnover) memiliki pengaruh yang
(29)
parsial (Uji-t), Average Collection Period, Working Capital Turnover, Fixed
Assets Turnover, dan Total Assets Turnover yang mempunyai pengaruh signifikan
terhadap ROI. Sedangkan Inventory Turnover tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROI.
B. Modal Kerja
1. Pengertian Modal Kerja
Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja, yaitu aktiva lancar yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, dimana dana yang diharapkan dapat kembali masuk ke dalam perusahaan dalam jangka pendek melalui usaha perusahaan. Dana tersebut akan digunakan kembali untuk membiayai operasi selanjutnya, sehingga dana tersebut akan terus berputar setiap periodenya selama perusahaan beroperasi.
Menurut Wild, dkk, (2004:259), Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Hal senada diungkapkan oleh Keown (2004:190), Modal kerja bersih merupakan selisih antara asset lancar dan kewajiban lancar, menyediakan gambaran yang sangat berguna dalam menentukan kebijaksanaan pembiayaan jangka pendek. Jika modal kerja bersih rendah, keuntungan perusahaan cenderung meningkat, tetapi peningkatan keuntungan ini disaat yang sama juga meningkatkan resiko likuiditas perusahaan. Akibatnya kebijakan pembiayaan jangka pendek perusahaan berpengaruh pada modal kerja bersih.
Burton A. Kolb dalam Sawir (2005:129) menyatakan modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek atau lancar, termasuk di dalammnya kas, sekuritas, piutang, persediaan, dan dalam beberapa perusahaan,
(30)
biaya dibayar di muka. Sedangkan Riyanto (2001:57), mengemukakan tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu :
a. Konsep Kuantitatif
Konsep kuantitatif mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Atau sering juga disebut sebagai modal kerja kotor (gross working capital).
b. Konsep Kualitatif
Modal kerja menurut konsep kualitatif adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, atau disebut modal kerja bersih (net working capital). c. Konsep Fungsional
Konsep fungsional mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan.
2. Pentingnya Modal Kerja yang Cukup
Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dalam menutup kerugian-kerugian dan dapat mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan.
(31)
Menurut Djarwanto (2004:89), manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup, antara lain:
a. Memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan.
b. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar.
c. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya tepat waktu.
d. Menjamin perusahaan mamiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian dan sebagainya.
e. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.
f. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada para langganan.
g. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan
supplies yang dibutuhkan.
h. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.
(32)
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja
Menurut Syahyunan (2004:40), Kebutuhan modal kerja dalam perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Volume Penjualan
Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhn modal kerja. Apabila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerjapun akan meningkat, demikian pula sebaliknya. 2) Besar Kecilnya Skala Usaha Perusahaan
3) Aktivitas Perusahaan
Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dagangan, sedangkan perusahaan yang menjual barang secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu perusahaan.
4) Perkembangan Teknologi
Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal.
5) Sikap Perusahaan Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas.
Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai kecenderungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi-transaksi yang dilakukan dan resiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.
(33)
4. Jenis-Jenis Modal Kerja
Menurut Syahyunan (2004:39), Modal kerja dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
a. Modal Kerja Tetap (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk menjalankan operasional perusahaan sehari-hari. fungsinya. Tanpa adanya modal kerja ini mengakibatkan operasi perusahaan akan berhenti. Modal kerja tetap dibedakan atas :
1) Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
2) Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai kapasitas produksi normal secara dinamis.
b. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Perubahan tersebut dikarenakan fluktuasi musim, fluktuasi konjungtur, dan perubahan yang sifatnya darurat, sehingga modal kerja variabel dibedakan atas :
1) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
2) Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.
3) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.
(34)
5. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Perubahan-perubahan dari unsur-unsur Non Current Account (aktiva tetap, utang jangka panjang, dan modal sendiri) yang mempunyai efek memperbesar modal kerja disebut sebagai sumber modal kerja (Sources of Working Capital). Sebaliknya perubahan-perubahan dari unsur-unsur Non Current Account yang mempunyai efek memperkecil modal kerja disebut sebagai penggunaan modal kerja (Application of Working Capital). Apabila sumber lebih besar daripada penggunaan, berarti ada kenaikan modal kerja. Sebaliknya apabila penggunaan lebih besar dari pada sumber, berarti terjadi penurunan modal kerja.
Menurut Syahyunan (2003:11), perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh efek memperbesar modal kerja (Netto) adalah : Berkurangnya aktiva tidak lancar, Bertambahnya utang jangka panjang, Bertambahnya modal saham, dan Adanya keuntungan dari operasi perusahaan. Sedangkan perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh memperkecil modal kerja (Netto) adalah : Bertambahnya aktiva lancar, Bekurangmya utang jangka panjang, Berkurangnya modal saham, Pembayaran deviden tunai, dan Adanya kerugian dalam organisasi perusahaan.
6. Working Capital Turnover (WCT)
Pada setiap perusahaan kemampuan manajemen modal kerjanya tidak sama, maka ada kebutuhan untuk mengukur efektivitasnya. Efektivitas modal kerja mempengaruhi tingkat penjualan perusahaan dan akhirnya akan mempengaruhi perputaran dari Operating Asset (Riyanto, 2001:62). Efektivitas modal kerja ditunjukkan dengan rasio perputaran modal kerja, yang
(35)
memperlihatkan adanya keefektivan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Tingkat Working Capital Turnover dihitung sebagai berikut:
kali x s Liabilitie Current
Assets Current
Sales
WCT 1
Perputaran modal kerja ini menunjukkan jumlah rupiah penjualan netto yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Dari hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja tersebut dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah. Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan rendahnya modal kerja yang ditanam dalam persediaan dan piutang atau dapat juga menggambarkan tidak tersedianya modal kerja yang cukup dan adanya perputaran persediaan dan piutang yang tinggi. Tidak cukupnya modal kerja mungkin disebabkan banyaknya hutang jangka pendek yang sudah jatuh tempo sebelum persediaan dan piutang dapat diubah menjadi uang kas. Perputaran modal kerja yang rendah dapat disebabkan karena besarnya modal kerja netto, rendahnya tingkat perputaran persediaan dan piutang atau tingginya saldo kas dan investasi modal kerja dalam bentuk surat-surat berharga.
C. Aktiva
1. Pengertian Aktiva
Aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan yang bentuknya dapat berupa hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan. Harta kekayaan tersebut harus dinyatakan secara jelas, diukur dalam satuan uang dan diurutkan berdasarkan lamanya waktu atau kecepatannya
(36)
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:2) dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan: “Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.”
2. Unsur-Unsur Aktiva.
Aktiva dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, lancar dan tidak lancar. a. Aktiva Lancar
Menurut Wild, dkk (2004:186): “Aktiva Lancar adalah kas dan aktiva lain yang secara wajar dapat direalisasi sebagai kas dan dijual serta digunakan selama satu tahun (atau dalam siklus normal perusahaan jika lebih dari satu tahun).” Akun neraca biasanya memasukkan efek-efek yang telah jatuh tempo dalam satu tahun fiskal kedepan, kas, piutang, persediaan dan beban dibayar dimuka sebagai aktiva lancar.
Munawir (2004: 14) menyatakan bahwa aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal).
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan (2004:42), suatu aktiva diklasifikasikan sabagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut:
1) Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(37)
2) Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca; atau
3) Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi
Aktiva lancar termasuk persediaan dan piutang dagang yang dijual, dikonsumsi dan direalisasi sebagai bagian dari siklus normal operasi perusahaan walaupun aktiva tersebut tidak diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca. Surat berharga diklasifikasikan sebagai aktiva lancar apabila surat berharga tersebut diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca dan jika lebih dari 12 bulan diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar.
Djarwanto (2004:25) mengemukakan bahwa yang termasuk dalam aktiva lancar (current asset) adalah: Kas (Cash), Investasi Jangka Pendek (Temporary
Investment), Wesel Tagih (Notes receivable), Piutang dagang (Account Receivable), Penghasilan yang masih akan diterima (Accrual Receivable),
Persediaan barang (Inventories), dan Biaya yang dibayar dimuka (Prepaid
expenses).
b. Aktiva Tidak Lancar
Menurut Wild, dkk (2004: 257), Aktiva tidak lancar merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan selama periode melebihi periode kini. Aktiva tidak lancar meliputi: investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, beban biaya yang ditangguhkan dan aktiva tidak lancar lainnya.
(38)
1) Investasi jangka panjang
Investasi jangka panjang dapat berupa saham dan obligasi dari dan pinjaman kepada perusahaan lain; harta kekayaan yang tidak digunakan dalam operasi rutin perusahaan seperti gedung yang disewakan kepada pihak lain; dana yang diperuntukkan untuk tujuan khusus selain pembayaran utang jangka pendek dan pinjaman kepada anak perusahaan. 2) Aktiva Tetap
Djarwanto (2004:27) mengatakan bahwa Aktiva tetap (Fixed cost) merupakan harta kekayaan yang berwujud, yang bersifat relatif permanen, digunakan dalam operasi reguler lebih dari satu tahun, dibeli dengan tujuan untuk tidak dijual kembali. Yang termasuk dalam aktiva tetap adalah : Tanah (Land), Bangunan atau gedung (Building), Mesin-mesin (Machinery), Perabot dan peralatan kantor (Office furniture and fixtures), Perabot dan peralatan toko (Store furniture and fixtures), Alat pengangkutan (Delivery Equipment), dan Sumber-sumber alam (Natural
resources).
3) Aktiva tidak berwujud
Aktiva tidak berwujud berupa hak-hak yang dimiliki perusahaan. Hak-hak ini diberikan kepada penemunya, penciptanya, atau penerimanya. Pemilikan hak ini dapat karena menemukan sendiri atau diperoleh dengan jalan membeli dari penemunya, misalnya hak cipta, leashold, franchises, hak patent, good will, trademark, biaya organisasi.
(39)
4) Beban biaya yang ditangguhkan
Beban biaya yang ditangguhkan adalah pengeluaran-pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang dimana pembebanannya sebagai biaya usaha berlangsung untuk beberapa tahun atau periode misalnya biaya pemasaran, biaya penelitian.
5) Aktiva tidak lancar lainnya
Misalnya uang kas pada bank tertutup atau dinegara asing, investasi lain-lain yang tidak termauk investasi jangka panjang atau jangka pendek.
3. Total Assets Turnover (TATO)
Sawir (2005:17) mengemukakan bahwa Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover) menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih (Net Sales) yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Jika perputarannya lambat, ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual.
Menurut Djarwanto (2004:203), rasio Total Asset Turnover bertujuan untuk mengukur pendayagunaan aktiva usaha (Operating Asset) yakni apakah misalnya terjadi kecederungan kelebihan investasi dalam aktiva dalam kaitannya dengan volume penjualan yang dicapai. Pada umumnya semakin tinggi perputaran aktiva, semakin efisien penggunaan aktiva tersebut. Perhitungan Total Assets
Turnover dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut (Brigham, 2001:83) :
kali Sales
Net Turnover
Assets
(40)
D. Rentabilitas Ekonomis (Basic Earning Power)
Rentabilitas pada umumnya diartikan sebagai suatu perbandingan antara laba yang diperoleh dalam operasi perusahaan dengan modal. Riyanto (2001:35), mengemukakan bahwa rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Harahap (2004:304) mengemukakan bahwa rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga
Operating Ratio.
Rentabilitas dalam suatu perusahaan umumnya lebih penting daripada laba, karena laba yang besar bukanlah merupakan ukuran bahwa perusahaan telah bekerja secara efisien. Efisiensi perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan menghitung rentabilitasnya.
Penilaian rentabilitas perusahaan bermacam-macam, caranya tergantung laba dan aktiva mana yang akan dibandingkan, apakah yang dibandingkan itu laba yang berasal dari operasi perusahaan atau laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan seluruh aktiva yang digunakan ataukah membandingkan laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
(41)
Rentabilitas hanya terjadi apabila penggunaan sumber-sumber dana dapat memberikan hasil lebih tinggi terhadap nilai input yang dipergunakan. Dengan kata lain, semakin tinggi hasil yang diperoleh dari penggunaan sumber-sumber dana dibandingkan input yang digunakan, maka rentabilitaspun akan tinggi. Dalam praktik, rentabilitas dipakai sebagai ukuran untuk menilai kondisi dan potensi suatu perusahaan.
Rentabilitas Ekonomis atau disebut juga Daya Laba Dasar (Basic Earning
Power) dimaksudkan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan seluruh sumber dayanya, yang menunjukkan Rentabilitas Ekonomis perusahaan. Semakin besar rasio ini, semakin baik. Perhitungan Rentabilitas Ekonomis (Basic Earning Power) dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut (Brigham, 2001: 90):
Rentabilitas Ekonomis = ( )x100%
Aktiva Total
EBIT Pajak
dan Bunga Sebelum Laba
Menurut Sawir (2005:19), bahwa tinggi rendahnya Rentabilitas Ekonomis (Basic Earning Power) ditentukan oleh dua faktor, yaitu :
1. Operating Profit margin, yaitu perbandingan antara laba usaha (EBIT) dan
penjualan (sales). Rasio ini dapat dicari dengan rumus berikut :
Operating Profit Margin =
Sales
EBIT Operasi
Laba ( )
Besar kecilnya operating profit margin ditentukan oleh dua faktor yaitu
net sales dan laba usaha (EBIT). Besar kecilnya laba usaha tergantung
pada pendapatan dari Sales dan besarnya biaya usaha (Operating
(42)
2. Total Assets Turnover (Tingakat Perputaran Aktiva)
Yaitu tingkat perputaran aktiva dalam satu periode, biasanya satu tahun, berapa kali perputaran aktiva usaha dalam satu tahun. Total Assets
Turnover mengukur sampai seberapa jauh kemampuan semua aktiva
menciptakan penjualan. Semakin cepat perputaran rasio ini, akan semakin baik. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus berikut:
Total Assets Turnover = x kali Aktiva Total
Sales Net
1
Operating Profit Margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi
perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan Sales, sedangkan Total Assets Turnover dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi relatif penggunaan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan pada suatu periode tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi
Operating Profit Margin dengan Total Assets Turnover menentukan tinggi
rendahnya Rentabilitas Ekonomis (Basic Earning Power). Oleh karena itu, makin tingginya Tingkat Profit Margin atau Total Assets Turnover masing-masing atau kedua-duanya akan mengakibatkan naiknya Basic Earning Power. Hubungannya antara Operating Profit Margin atau Total Assets Turnover dengan Basic
Earning Power dapat digambarkan sebagai berikut
Operating Profit Margin x Total Assets Turnover = Basic Earning Power
Assets Total Sales x Sales EBIT Operasi
Laba ( )
= Basic Earning Power
% 100 ) ( x Aktiva Total EBIT Pajak dan Bunga Sebelum Laba
(43)
Menurut (Riyanto, 2001:39), Ada beberapa cara untuk meningkatkan Rentabilitas Ekonomis antara lain sebagai berikut:
1. Menaikkan Profit Margin yaitu dengan jalan menambah biaya usaha
(Operating Expenses) sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya
tambahan Sales sebesar-besarnya, atau dengan kata lain, tambahan Sales harus lebih besar daripada tambahan Operating Expenses.
2. Menaikkan Profit Margin dengan mengurangi pendapatan dari Sales sampai tingkat tertentu diusahakan adanya pengurangan Operating
Expenses yang sebesar-besarnya.
3. Menaikkan Turnover of Operating Assets dengan menambah modal usaha
(Operating Assets) sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya
tambahan Sales yang sebesar-besarnya.
4. Menaikkan Turnover of Operating Assets dengan mengurangi Sales sampai tingkat tertentu diusahakan penurunan atau pengurangan Operating
(44)
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. GAMBARAN UMUM BURSA EFEK INDONESIA
Bursa Efek Indonesia adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan Ekonomi Nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang stabil.
Bursa Efek Indonesia berawal dari berdirinya Bursa Efek di Batavia, yang dikenal sebagai Jakarta pada saat ini, oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912. Sekuritas yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda dan sekuritas lainnya.
Perkembangan Bursa Efek di Batavia sangat pesat sehingga mendorong pemerintah Belanda membuka Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Kedua bursa ini kemudian ditutup karena terjadinya gejolak politik di Eropa awal tahun 1939. Bursa Efek di Jakarta pun akhirnya ditutup juga akibat terjadinya perang dunia ke dua tahun 1942, sekaligus menandai berakhirnya aktivitas pasar modal di Indonesia.
Pasar modal di Indonesia kembali digiatkan dengan dibukanya kembali Bursa Efek di Jakarta pada tanggal 3 Juni 1952. Pada tahun 1958 kegiatan Bursa Efek di Jakarta kembali dihentikan karena adanya inflasi dan resesi ekonomi. Hal ini tak berlangsung lama sebab Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali dan
(45)
akhirnya mengalami kebangkitan pada tahun 1970. Kebangkitan ini disertai dengan dibentuknya Tim Uang dan Pasar Modal, disusul tahun 1976 berdirinya BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal) serta berdirinya perusahaan dan investasi PT Danareksa. Kebangkitan ini didukung dengan diresmikannya aktivitas perdagangan di Bursa Efek Jakarta oleh Presiden Soeharto pada tahun 1977.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan Paket Deregulasi Desember 1987 dan Desember 1988 tentang diperbolehkannya swastanisasi Bursa Efek. Paket Deregulasi ini kemudian mendorong Bursa Efek Jakarta berubah menjadi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 13 Juli 1992. Pada tahun itu juga BAPEPAM yang awalnya Badan Pelaksana Pasar Modal berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.
Bursa Efek Jakarta berkembang dengan pesat sehingga kegiatannya semakin ramai dan kompleks. Hal ini menyebabkan sistem perdagangan manual yang selama ini dilakukan di Bursa Efek Jakarta tidak lagi memadai. Pada tanggal 22 Mei 1995 diterapkanlah suatu sistem otomatis yang dinamakan JATS (Jakarta Automatic Trading System). Sistem yang baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang adil dan transparan dibanding dengan sistem perdagangan manual.
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) kemudian bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007. Penggabungan kedua bursa ini diharapkan dapat menciptakan kondisi perekonomian Indonesia yang lebih baik.
(46)
Dewan Direksi BEI
Erry Firmansyah : Direktur Utama
M. S. Sembiring : Direktur Perdagangan Saham, Penelitian dan Pengembangan Usaha
Guntur Pasaribu : Direktur Perdagangan Fixed Income dan Derivatif, Keanggotaan dan Partisipan
Justitia Tripurwasani : Direktur Pengawasan Eddy Sugito : Direktur Pencatatan
Bastian Purnama : Direktur Teknologi Informasi Sihol Siagian : Direktur Administrasi
Dewan Komisaris BEI
Bacelius Ruru : Komisaris Utama Panda Putu Raka : Komisaris
Fathiah Helmi : Komisaris Mochamad Aswin : Komisaris Lily Widjaja : Komisaris
Mustofa : Komisaris
Mardiasme : Komisaris
Kepala Divisi / Kepala Satuan BEI Direktorat Utama
1. Sekretaris Perusahaan : Friderica Widyasari Dewi 2. Satuan Manajemen Resiko : Windiarti S. Choesin 3. Satuan Pemeriksa Internal : Widodo
Direktorat Pengawasan
4. Pengawasan Transaksi : Hamdi Hassyarbaini
5. Hukum : Dewi A. Prasetyaningtyas
(47)
Direktorat Pencatatan
7. Pencatatan Sektor Riil : Ignatius Girendroheru
8. Pencatatan Sektor Jasa : Umi Kulsum
9. Pencatatan Surat Hutang : Saptono Adi Junarso Direktorat Perdagangan Fixed Income dan Derivatif
10.Perdagangan Fixed Income : Erna Dewayani 11.Perdagangan Derivatif : Hari Purnomo Direktorat Keanggotaan dan Partisipan
12.Keanggotaan : Bambang Widodo
Direktorat Perdagangan Saham
13.Perdagangan Saham : Supandi
Direktorat Penelitian dan Pengembangan Usaha
14.Riset dan Pengembangan Produk : Kandi Sofia S. Dahlan
15.Pemasaran : Wan Wei Yiong
Direktorat Administrasi
16.Keuangan : Yohanes A. Abimanyu
17.Umum : Isharsaya
18.Sumber Daya Manusia : Mirna Kurniawati (Pjs) Direktorat Teknologi Informasi
19.Operasi Teknologi Informasi : Yohanes Liauw 20.Pengembangan Solusi Bisnis Teknologi Informasi : Didit Agung Laksono Specialist Setingkat Kepala Divisi
21.Chief Economist : Edison Hulu
(48)
B. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.
1. PT Ades Waters Indonesia Tbk
PT Ades Waters Indonesia Tbk didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia di tahun 1985 dengan status PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 13 Juni 1994 dengan kode saham ADES. Perseroan bergerak dalam pengolahan dan distribusi air minum dalam kemasan. Perusahaan berdomisili di Indonesia dengan Kantor Pusat di Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. TB. Simatupang Kav.88, Jakarta.
Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Ades Waters Indonesia Tbk sebagai berikut:
Presiden Komisaris : Blair Richard Glass
Komisaris : Emil Salim dan Peter Vogt Presiden Direktur : Etienne Andre Maria Benet
Direktur : Natali Ngadani, Patrick Leomine, Amrit Kumar Shrestha, Agustinus Gunadharma, dan Jean Philippe Gourdon.
2. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang bisnis makanan berupa mie instant (Instant Noodle). Perusahaan ini berdiri pada tahun 1953 dengan status PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan resmi menjadi emiten pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Juni
(49)
1997 dengan kode saham AISA. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Wisma Alun Graha, Jl. Prof. Dr. Soepomo No.233 Jakarta.
Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk sebagai berikut:
Komisaris Utama : Priyo Hadi Sutanto Wakil Komisaris Utama : Kang Hongkie Widjaja
Komisaris : Budhi Istanto Suwito dan Hans Moniaga.
Komisaris Independen : Woerjatmoko dan Prof. Dr. Ir. Haryadi, MApp.Sc Direktur Utama : Stefanus Joko Mogoginto
Wakil Direktur : Herry Beng Koestanto
Direktur : Marsono
3. PT Aqua Golden Mississippi Tbk
PT Aqua Golden Mississippi Tbk merupakan industri yang berstatus PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) yang didirikan tahun 1974. perusahaan ini bergerak sepenuhnya pada bidang bisnis minum air mineral kemasan botol. PT Aqua merupakan Pioneer industri air meineral di Indonesia. Perusahaan ini mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek indonesai (BEI) pada tanggal 1 Maret 1990 dengan kode saham AQUA.
Perusahaan ini berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di jalan Pulo Lentut No.3, kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Aqua Golden Mississippi Tbk sebagai berikut :
Komisaris Utama : Lisa Tirta Utomo Komisaris Independen : R. Soekardi
(50)
Komisaris : Janto Utomo Direktur Utama : Willy Shidarta
Direktur : John Abdi dan Parmanangsih,SE.
4. PT Cahaya Kalbar Tbk
PT Cahaya Kalbar Tbk dahulu bernama CV Tjahaja Kalbar, didirikan di Pontianak pada tanggal 3 Pebruari 1968. Perusahaan bergerak dalam bidang industri makanan berupa industri minyak nabati dan minyak nabati spesialitas. Perusahaan ini terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Juli 1996 dengan kode saham CEKA.
Kantor pusat perusahaan ini berada di Jl.Raya Pluit Selatan Blok S/6 Jakarta-14440. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Cahaya Kalbar Tbk sebagai berikut :
Komisaris Utama : Hardy Sunarcia Komisaris : Martua Sitorus Komisaris Independen : Soedjiman
Direktur Utama : Hendri Saksti
Direktur : Thomas Tonny Muksim, Erik Tjia, dan Max Pancaka Ramajaya.
5. PT Davomas Abadi Tbk
PT Davomas Abadi Tbk bergerak dalam bidang industri biji Coklat
(Cocoa). Perusahaan ini terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 22
(51)
di Tanggerang, Jawa Barat. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Davomas Abadi Tbk sebagai berikut :
Presiden Komisaris : Berliana Sukarmadidjaja Komisaris Independen : Achmad Setiawan
Komisaris : Husin Ramelan
Direktur Utama : Anthonius Azer Unawekta Direktur : Suhanih dan Ariyanto Wibowo.
6. PT Delta Djakarta Tbk
PT Delta Djakarta Tbk didirikan pada tahun 1932 dengan status PMA (Penanaman Modal Asing) dan sepenuhnya bergerak dibidang produksi minuman
(Beverages). Produk minuman yang dihasilkan adalah produk minuman
beralkohol dan non-alkohol. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 8 Juli 1985 dengan kode saha, DLTA. Perusahaan dan pabriknya berlokasi di Jalan Inspeksi Barat, Desa Setiadharma, Kec. Tambun Bekasi Timur Bekasi-17510. Hasil produksi dipasarkan di dalam dan di luat negeri. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Delta Djakarta Tbk sebagai berikut :
Komisaris Utama : Ir. Tubagus Muhammad Rais
Komisaris : Faustino F. Galang, Minera Laudes Borga Bibonia, Mario M.Aguas, dan Jaendar Sagala
Direktur Utama : Roberto D. De Leon
Direktur : Eddie Priyono, Willy A. Adipradhana, dan Monico C.Sagala.
(52)
7. PT Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1990. Perusahaan ini terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 14 Juli 1994. Saat ini, perusahaan terutama bergerak dalam bidang pembuatan mie dan penggilingan tepung terigu.
Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Gedung Ariobimo Sentral, Lantai 12, Jl.H.R. Rasuna Said X-2, Kav.5, Jakarta, Indonesia, sedangkan pabriknya berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Indofood Sukses Makmur Tbk sebagai berikut :
Komisaris Utama : Manuel V. Pangilian
Komisaris : Benny Setiawan Santoso, Edward A. Tortorici, Ibrahim Risjad, Albert del Rosario, Robert Charles Nicholson, dan Graham L. Pickles.
Komisaris Independen : Utomo Josodirjo, Torstein Stephansen, dan Wahjudi Prakarsa.
Direktur Utama : Anthani Salim
Wakil Direktur Utama : Fransiscus Welirang, Cesar Manikan dela Cruz, dan Dermawan Sarsito.
Direktur : Aswan Tukiaty, Tjhie The Fie, Taufik
Wiraatmadja, Philip Suwardi Purnama, Mulyawan Tjandra, dan Honggo Widjojo Kangmasto.
(53)
8. PT Mayora Indah Tbk
PT Mayora Indah Tbk berdiri sejak tanggal 17 Februari 1977 dengan status PMDN. Perusahaan memulai usahanya secara komersial pada bulan Mei 1978. Saat ini perusahaan menjalankan bidang usaha industri makanan, kembang gula, dan biskuit. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 4 Juli 1990. Kantor pusat Perusahaan terletak di Gedung Mayora, Jl. Tomang Raya No.21-23, Jakarta, sedangkan pabrik Perusahaan terletak di Tangerang dan Bekasi. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Mayora Indah Tbk sebagai berikut :
Komisaris Utama : Jogi Hendra Atmadja
Komisaris : Hendrawan Atmadja
Komisaris Independen : Agustian Widjonarko Direktur Utama : Gunawan Atmadja
Direktur : Hermawan Lesmana, Andre Sukendra Atmadja, dan Ongkie Tedjasurya.
9. PT Multi Bintang Indonesia Tbk
PT Multi Bintang Indonesia Tbk didrikan pada tanggal 3 Juni 1929 berdasarkan Akta Notaris No.8 dari Tjeerd Dijkstra, notaris di Medan, dengan nama N.V. Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen. Perseroan berdomisili di Indonesia dengan Kantor Pusat berlikasi di Ratu Plaza Building Lantai 24, Jl. Jenderal Sudirman Kav.9, Jakarta 10270, dan pabrik berlokasi di Jl. Daan Mogol KM. 19, Tangerang 15122 dan Jl. Raya Mojosari-Pacet KM. 50, Simpang Agung,
(54)
Jawa Timur. Perseroan adalah bagian dari kelompok Heineken, dimana pemegang saham utama adalah Heineken International B.V.
PT Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan produsen bir terbesar di Indonesia yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham MLBI pada tanggal 15 Desember 1981. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Multi Bintang Indonesia Tbk sebagai berikut :
Presiden Komisaris : Cosmas Batubara Komisaris Independen : Subarto Zaini
Komisaris : Sri Hartina, Urip Simeon, Theodore Permadi Rachmad, Bobby Hendry Noya, dan Sijbe Hiemstra.
Presiden Direktur : Frederik Willem Kurt Linck
Direktur : Bambang Britomo, Jasper Christian Hamaker, Herman Josep Maria, dan Antonius Gerardus Van de Bergh.
10. PT Prasidha Aneka Niaga Tbk
PT Prasidha Aneka Niaga Tbk didirikan dengan nama PT Aneka Bumi Asih pada tanggal 16 April 1974. Perusahaan ini bergerak dibidang pengolahan sumber daya alam dan perusahaan manajemen industri. Perusahaan ini memproduksi kopi, karet, coklat, dan vanilla. Pada tanggal 18 Oktober 1994 perusahaan ini pertama kali di perdagangkan di Bursa Efek Indonesia dengan status PMDN dengan kode saham PSDN. Perusahaan bedomisili di Jl. Ki Kemas Rindho, Kertapati, Palembang. Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya
(55)
pada tahun 1974. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Prasidha Aneka Niaga Tbk sebagai berikut :
Presiden Direktur : Jeffry Sanusi Soedargo Wakil Presiden Direktur : Didik Tandiano
Direktur : H. Syamsul Bachri Uding, Budi Pringgosusanto, Lie Sukiantono Budinarta, dan Moenardji Soedargo.
11. PT Sari Husada Tbk
PT Sari Husada Tbk didirikan pada tahun 1954 oleh Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam rangka membantu Pemerintah Indonesia dalam swasembada protein dengan nama NV Saridele. Perusahaan ini bergerak di bidang bisnis makanan dan minuman bernutrisi. Pada tanggal 1 Maret 1990 perusahaan ini pertama kali di perdagangkan di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham SHDA.
Perusahaan memliki Kantor Pusat di Jl. Kusumanegara 173, Yogyakarta serta kantor pemasaran dan kantor cabang di Jakarta. Pabrik perusahaan berlokasi di Yogyakarta dan Kemudo, Jawa Tengah. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 1 Oktober 1972.
Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Sari Husada Tbk sebagai berikut :
Komisaris Utama : Johnny Widjaja Wakil Komisaris Utama : Peter Kroes
(56)
Komisaris : Christoper P. Britton, Ajal Puri, dan Gerrit Keyaerts
Komisaris Independen : Suad Husnan dan Marzuki Usman. Direktur Utama : Soeloeng Hamonangan Nasoetion Wakil Direktur Utama : Felix Purwadi Mulis.
Direktur : Setyanto, Rahmat Suhappy, dan Jenny Go Jenny Setiawati.
12. PT Sekar Laut Tbk
PT Sekar Laut Tbk didirikan pada tanggal 19 Juli 1976 dengan status perusahaan PMDN. Perusahaan ini memproduksi makanan berupa kerupuk, mie instant, dan hasil laut yang dikeringkan. Pertama kali terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 8 September 1993 dengan kode saham SKLT.
Kantor Pusat Perusahaan di Jalan Raya Darmo No.23-25, Surabaya, Jawa Timur. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Sekar Laut Tbk sebagai berikut :
Presiden Komisaris : Loddy Gunadi
Komisaris Independen : Catherine Ong Soen Bie, SE Komisaris : Drs. Renatus Asnadi
Presiden Direktur : Harry Sunogo
(57)
13. PT Sinar Mas Agro Resources Tbk
PT Sinar Mas Agro Resources Tbk didirikan pada tanggal 18 Juni 1962 yang berstatus PMDN. Perusahaan ini memproduksi hasil olahan Kelapa Sawit. Pertama kali terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 20 November 1992 dengan kode saham SMAR.
Perusahaan berkedudukan di Plaza BII Menara II Lt.30, Jl. M.H.Thamrin No.51, Jakarta. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Sinar Mas Agro Resources Tbk sebagai berikut :
Komisaris Utama : Franky Oesman Widjaja Wakil Komisaris Utama : Gandi Sulistiyanto Soeherman Komisaris : Arthur Tahya dan Rachmat Gobel
Komisaris Independen : Teddy Prawitra, Letjen TNI (Purn), Soetedjo, dan Hajjah Ryani Soedirman.
Direktur : Haji Oeminto, Budi Wijana, dan Edy Saputra Suradja.
14. PT Siantar Top Tbk
PT Siantar Top Tbk didirikan pada tanggal 12 Mei 1987. Perusahaan bergerak dalam bidang industri makanan ringan, yaitu : mie (Snack Noodle), kerupuk (Crackers), dan kembang gula (Candy. Pertama kali terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 16 Desember 1996 dengan kode saham STTP.
Kantor Pusat Perusahaan beralamat di Jalan Tambak Sawah No.21-23 Waru, Sidoarjo. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Siantar Top Tbk sebagai berikut :
(58)
Komisaris Utama : Agus Susanto Komisaris Independent : Hariono Adi Direktur Utama : Shindo Sumidomo Direktur : Pitoyo dan Armin.
15. PT Suba Indah Tbk
PT Suba Indah Tbk merupakan perusahaan bersatatus PMDN yang didirikan pada tanggal 26 Juni 1975. Perusahaan ini bergerak pada bidang bisnis manufaktur dan distribusi makanan dan minuman. Pertama kali terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 9 Desember 1991 dengan kode saham SUBA. Perusahaan berdomisili di Cilegon.
Kantor pusat Perusahaan beralamat di Mayapada Tower Lantai 20 Suite 01, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 28, Jakarta. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Suba Indah Tbk sebagai berikut :
Komisaris Utama : Benny Tjokrosaputro
Komisaris Independen : Insanial Burhamzah dan Soepeno Sumardjo Direktur Utama : Teddy Tjokrosaputro
Direktur : Ibnu Sutowo, Kuswadi Murdiyanto dan Haji Nurdin Nawas.
(59)
16. PT Tunas Baru Lampung Tbk
PT Tunas Baru Lampung Tbk didirikan pada tanggal 22 Desember 1973. Perusahaan bergerak dalam bidang bisnis minyak goreng sawit, minyak goreng kelapa, minyak kelapa, minyak sawit (CPO) dan sabun. Pertama kali terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 14 Pebruari 2000 dengan kode saham TBLA.
Perusahaan berdomisili di Jakarta, Kantor Pusat Perusahaan terletak di Wisma Budi, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-6, Jakarta. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Tunas Baru Lampung Tbk sebagai berikut :
Presiden Komisaris : Santoso Winata
Komisaris : Oey Albert
Komisaris Independen : Richtter Pane Presiden Direktur : Widarto
Wakil Presiden Direktur : Sudarmo Tasmin
Direktur : Djunaidi Nur, Oey Alfred, dan Winoto Prajitno.
17. PT Ultrajaya Milk Tbk
PT Ultrajaya Milk Tbk, didirikan pada tanggal 2 Nopember 1971 dengan status perusahaan PMDN. Perusahaan bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman, khususnya minuman aseptik yang dikemas dalam kemasan karton yang diolah dengan teknologi UHT (Ultra High Temperature) seperti minuman susu, minuman sari buah, minuman tradisional dan minuman kesehatan. Perusahaan juga memproduksi rupa-rupa mentega, teh celup, konsentrat buah-buahan tropis, susu bubuk dan susu kental manis.
(1)
Syamsuddin, Lukman. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan : Konsep
Aplikasi dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan
Keputusan. Edisi Baru. Cetakan kedelapan. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Wild, Jhon J.Submanyam, K.R.. Halsey, Robet F. 2004. Analisis Laporan
Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.
Yuliafitri, Indra, Koesmawari dan Amilin. 2005. Analisis Pengaruh Efektifitas
Modal Kerja Dan Operating Assets Turnover Terhadap Tingkat
Rentabilitas Pada Sektor Industri Makanan Dan Minuman Di
Bursa Efek Jakarta, Jurnal Ekonomi, Volume XV No.39 Sept / Okt .
2005, Fakultas Ekonomi Universitas Petra, Jakarta.
Nainggolan, Hiras M. 2007. Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Return On
Investment (ROI) Pada PT Hutan Baruman Perkasa Medan. Skripsi
USU. (Tidak dipublikasikan).
Syahyunan, 2003. Analisis Modal Kerja. USU Digital Library ( Diakses oleh
Heriyanto Sianturi, Senin, 26 Mei 2008 Pukul 20.00).
Sudarmadi. 2006. Bisnis yang Menjanjikan di 2006. Swa Majalah, Cetak hari
Kamis tanggal 12 Januari 2006. Jakarta ( Diakses oleh Heriyanto
Sianturi, Jumat, 27 April 2007 Pukul 21.05 WIB).
GAPMMI Newslatter, Edisi 44, Januari-Maret 2007, (Diakses oleh Heriyanto
Sianturi, Rabu, 6 Februari 2008 Pukul.15.00 WIB).
www.idx.co.id
. Laporan Keuangan, Sejarah BEI dan Gambaran Umum Industri
Makanan dan Minuman, 2008. Diakses oleh Heriyanto Sianturi, Senin, 14
Januari 2008, 16:30 WIB.
www.rmexpose.com
. Diakses oleh Heriyanto Sianturi, Sabtu, 9 Februari 2008,
Pukul.20.00 WIB.
www.kontan-online.com
. Prospek dan Peluang Sektor Rill Tahun 2007-
No.13.Thn, XI, 1 Januari 2007. Diakses oleh Heriyanto Sianturi, Senin,
5 Mei 2008, Pukul 17.30 WIB.
(2)
1. Hasil Pengolahan SPSS Sebelum Perbaikan (Regression 1)
Variables Entered/Removed b
TATO,
WCT a . Enter
Model 1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Rentabilitas_Ekonomi b.
Model Summaryb
.283a .080 .058 .1712814 2.343
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), TATO, WCT a.
Dependent Variable: Rentabilitas_Ekonomi b.
ANOVAb
.209 2 .105 3.563 .033a
2.406 82 .029
2.615 84
Regression Residual Total Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), TATO, WCT a.
Dependent Variable: Rentabilitas_Ekonomi b.
Casewise Diagnostics a
-4.423 -.6784 .079216 -.7575910
-3.397 -.5601 .021787 -.5819053
-3.252 -.5467 .010397 -.5570741
Case Number 35
52 69
Std. Residual
Rentabilitas_ Ekonomi
Predicted
Value Residual
Dependent Variable: Rentabilitas_Ekonomi a.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
85 .0000000 .16923006 .173 .134 -.173 1.594 .012 N
Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b
Absolute Positive Negative Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
(3)
2. Hasil
Pengolahan
SPSS Perbaikan I (Regression 2)
Variables Entered/Removed b
TATO,
WCTa . Enter
Model 1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Rentabilitas_Ekonomi b.
Model Summary
b.338
a.115
.092
.1195800
2.472
Model
1
R
R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), TATO, WCT
a.
Dependent Variable: Rentabilitas_Ekonomi
b.
ANOVAb
.146 2 .073 5.111 .008a
1.130 79 .014
1.276 81
Regression Residual Total Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), TATO, WCT a.
Dependent Variable: Rentabilitas_Ekonomi b.
Coefficientsa
-.009 .033 -.284 .777
.000 .000 .009 .081 .936 .967 1.034
.091 .029 .340 3.157 .002 .967 1.034
(Constant) WCT TATO Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Rentabilitas_Ekonomi a.
Casewise Diagnostics a
3.608 .4846 .053151 .4314323 3.667 .5932 .154724 .4385206 Case Number
71 75
Std. Residual
Rentabilitas_ Ekonomi
Predicted
Value Residual
Dependent Variable: Rentabilitas_Ekonomi a.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
82 .0000000 .11809450 .135 .135 -.101 1.220 .102 N
Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b
Absolute Positive Negative Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
(4)
3.
Hasil Pengolahan SPSS Perbaikan II (Regression 3)
Variables Entered/Removed b
TATO,
WCTa . Enter
Model 1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Rentabilitas_Ekonomi b.
Model Summary
b.351
a.123
.100
.0979676
2.404
Model
1
R
R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), TATO, WCT
a.
Dependent Variable: Rentabilitas_Ekonomi
b.
ANOVAb
.104 2 .052 5.405 .006a
.739 77 .010
.843 79
Regression Residual Total Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), TATO, WCT a.
Dependent Variable: Rentabilitas_Ekonomi b.
Coefficientsa
-.008 .027 -.283 .778
.000 .000 .013 .124 .902 .965 1.036
.078 .024 .353 3.251 .002 .965 1.036
(Constant) WCT TATO Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: Rentabilitas_Ekonomi a.
Charts
5 10 15 20
Freque
nc
y
Mean = -2.76E-16 Std. Dev. = 0.987
Dependent Variable: Rentabilitas_Ekonomi Histogram
(5)
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Ex
pected
Cu
m P
rob
Dependent Variable: Rentabilitas_Ekonomi Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
-4 -2 0 2 4
Regression Standardized Predicted Value -3
-2 -1 0 1 2 3
Reg
ress
ion Studen
tized Residu
al
Dependent Variable: Rentabilitas_Ekonomi Scatterplot
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
80 .0000000 .09671959 .106 .090 -.106 .950 .328 N
Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b
Absolute Positive Negative Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
(6)
Uji Autokorelasi
a. Uji Run Test
Runs Test
.00884
40
40
80
35
-1.350
.177
Test Value
aCases < Test Value
Cases >= Test Value
Total Cases
Number of Runs
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Median
a.
b. Uji The Breusch-Godfrey (BG) Test)
Coefficientsa
-.003 .027 -.101 .920
.000 .000 -.017 -.151 .880 .961 1.041
.004 .024 .020 .176 .861 .947 1.056
-.212 .114 -.213 -1.866 .066 .976 1.025 (Constant)
WCT TATO Auto Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: Unstandardized Residual a.