Pertumbuhan dan Produksi Tanaman di Lapangan Pengaruh Jarak Tanam

Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008

B. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman di Lapangan Pengaruh Jarak Tanam

Jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, laju pertumbuhan relatif, laju asimilasi bersih, bobot umbi per tanaman, jumlah umbi per tanaman dan jumlah umbi berdasarkan bobot per tanaman dan jumlah umbi berdasarkan bobot per plot pada umbi kriteria klas satu sampai klas enam. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Fatullah dan Asandhi 1992 dalam Napitupulu, Nur dan Edison 1997 yaitu pengaturan jarak tanam tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah batang utama, jumlah umbi per sampel dan berat umbi per plot. Hal ini disebabkan perlakuan jarak tanam belum menyebabkan terjadinya persaingan sinar matahari, kompetisi hara dan air, serta iklim mikro atau belum terjadi pengaruh naungan sesama tanaman. Apabila sudah terjadi pengaruh naungan sesama tanaman, maka tanaman akan beradaptasi yang ditandai dengan perubahan struktur daun, penambahan tinggi tanaman, penurunan jumlah daun dan jumlah cabang. Jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun, jumlah klorofil, laju pertumbuhan relatif, bobot umbi per plot, jumlah umbi per plot dan jumlah umbi berbobot lebih kecil dari 5 g per plot. Jarak tanam yang semakin lebar berpengaruh sangat nyata menurunkan luas daun, jumlah klorofil, bobot umbi per plot, jumlah umbi per plot dan jumlah umbi berbobot lebih kecil dari 5 g. Hal ini diduga bahwa dengan semakin lebarnya jarak tanam maka intensitas matahari yang diterima pada areal pertanaman akan semakin besar yang mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu tanah, dimana suhu yang Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 tinggi dapat menyebabkan kerusakan tanaman karena dehidrasi, denaturasi protein yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan proses metabolisme tanaman. Disamping itu terjadi proses penguapan yang cukup besar, dengan demikian kehilangan air tanah lebih banyak sehingga akan menghambat dalam proses metabolisme tanaman terutama dalam adsorbsi unsur hara dan proses fotosintesis. Dalam penelitian ini jarak tanam yang semakin lebar menghasilkan komponen pertumbuhan vegetatif yang lebih rendah, mungkin pada jarak tanam yang lebih lebar pertumbuhan akar tanaman kurang dalam, karena pada keadaan persaingan yang kurang ketat akar tanaman cenderung tumbuh kurang jauh ke dalam tanah. Namun demikian tanaman yang tinggi dan luas daun yang semakin lebar tidak menjamin terbentuknya umbi yang lebih banyak . Menurut Splittoesser 1993 dalam Sinaga 1998 dan hasil penelitian Naibaho, D 2001 bahwa, batang yang lebih tinggi akan menyebabkan tanaman lebih mampu berkompetisi untuk mendapatkan cahaya, namun fotosintat tersebut tidak dirubah menjadi cadangan makanan dalam tempat penyimpanan seperti umbi, karena dipakai oleh sel-sel yang meristematis untuk pertumbuhan vegetatifnya seperti tinggi dan jumlah daun, sehingga tanaman tinggi dapat menurunkan jumlah umbi yang terbentuk. Lebih lanjut Karjadi 1990 dalam Napitupulu, Nur dan Edison 1997 melaporkan bahwa segi agronomis lainnya yang mempengaruhi jumlah umbi dan produksi umbi adalah kerapatan tanaman. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jarak tanam yang semakin rapat memberikan jumlah umbi per plot dengan bobot 5 g yang paling banyak J 1 , Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 sedangkan pada jarak tanam yang semakin lebar meskipun kompetisi tidak begitu kuat, namun dalam hal ini fotosintat yang ditransfer ke umbi lebih dipergunakan dalam hal pembesaran umbi sehingga terlihat jumlah umbi 5 g lebih banyak pada J 2 dan J 3 . Pengaruh Umur Pindah Bibit Umur pindah bibit berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah klorofil, laju pertumbuhan relatif dari umur 35 sampai umur 56 hst, bobot umbi per tanaman dan per plot, jumlah umbi berbobot : 60-80g, 45-59 g dan 30-40g tanaman tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi per tanaman dan per plot, jumlah umbi ber bobot 80 g tan dan per plot. Umur pindah bibit pada perlakuan U 4 33 hari dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah klorofil serta cenderung meningkatkan jumlah umbi per tanaman dan per plot, jumlah umbi pertanaman berbobot 80 g dan 5 – 19 g, jumlah umbi per plot berbobot 80 g, 41 – 59 g dan 5 – 19 g. Adanya pengaruh umur pindah bibit tanaman terhadap parameter yang diamati hal ini diduga bahwa semakin bertambah umur bibit untuk dipindah ke lapangan pada batas umur tertentu akan mengakibatkan perakaran tanaman yang bertambah dan semakin kokoh yang mana hal tersebut sangat mendukung pertumbuhan tanaman sebagai pengadsorbsi unsur hara dan air dari dalam tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Gunadi 1996 bahwa Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 tanaman semaian umur 5 mss nampaknya merupakan ukuran tanaman semaian yang optimum karena mempunyai 4 – 5 daun. Pada awal penelitian ini, tanaman semaian umur 5 mss diasumsikan akan terlalu tua dan terlalu besar untuk ditransplantansi ke lapangan. Pada umumnya tanaman semaian yang besar nampaknya akan lebih peka terhadap cekaman lingkungan terutama cekaman air, karena evaporasi yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman semaian yang lebih kecil. Ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan awal tanaman kentang. Namun penelitian ini dilakukan pada musim hujan dan air tidak merupakan faktor pembatas, sehingga tanaman semaian umur 5 mss pada penelitian ini tidak dipengaruhi oleh cekaman air. Terjadinya penurunan laju pertumbuhan relatif dan laju asimilasi bersih dari 35 hst ke 56 hst hal ini diduga pada awal pemindahan bibit ke lapangan masih dalam tahap beradaptasi terhadap lingkungan baru bahkan dapat mengakibatkan tanaman stres transplanting shock tetapi setelah tahap tersebut dilalui maka pertumbuhan akan normal kembali. Hal ini dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan relatif dan laju asimilasi bersih dari 56 hst ke 75 hst cenderung meningkat. Pengaruh Interaksi Antara Jarak Tanam dan Umur Pindah Bibit Respon jumlah daun terhadap jarak tanam 70 x 25 cm, 70 x 30 cm dan 70 x 35 cm pada berbagai umur pindah bibit hampir sama Gambar 34. Pada perlakuan jarak tanam 70 x 25 cm, 70 x 30 cm dan 70 x 35 cm menunjukkan hubungan linier positif dimana semakin bertambah umur pindah bibit maka jumlah daun semakin banyak. Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Interaksi antara jarak tanam dengan umur pindah bibit berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun. Hal ini menunjukkan bahwa respon luas daun pada umur pindah bibit 21 hari, 25 hari , 29 hari dan 33 hari pada beberapa jarak tanam berbeda Gambar 38. Hal ini menunjukkan pada umur pindah bibit 21 hari menunjukkan hubungan kuadratik positif dimana luas daun maksimum diperoleh pada masing- masing jarak tanam 70 x 29.50 cm. Pada umur pindah bibit 33 hari menunjukkan hubungan kuadratik negatif dimana luas daun minimuml diperoleh pada jarak tanam 70 x 31.28 cm. Respon luas daun terhadap jarak tanam 70 x 25 cm, 70 x 30 cm, dan 70 x 35 cm, pada berbagai umur pindah bibit berbeda Gambar 39. Pada perlakuan jarak tanam 70 x 35 cm menunjukkan hubungan kubik dimana luas daun maksimum diperoleh pada umur pindah bibit 24.50 hari, dan luas daun minimum diperoleh pada umur pindah bibit 28.92 hari. Pada umur pindah bibit 21-25 hst luas daun mengalami peningkatan dan pada umur pindah bibit 25-29 hst luas daun mengalami penurunan, tetapi pada umur pindah bibit 29-33 hst luas daun mengalami peningkatan kembali. Interaksi antara jarak tanam dengan umur pindah bibit berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah klorofil. Ini menunjukkan respon luas daun pada umur pindah bibit 21 hari, 25 hari, 29 hari dan 33 hari pada berbagai jarak tanam hampir sama Gambar 45. Hal ini menunjukkan pada umur pindah bibit 21 hari, dan 29 hari menunjukkan hubungan kuadratik positif dimana jumlah klorofil maksimum diperoleh pada masing- masing jarak tanam 30.97cm, dan 29.67 cm. Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Respon jumlah klorofil terhadap jarak tanam 70 x 25 cm, 70 x 30 cm, dan 70 x 35 cm, pada berbagai umur pindah bibit hampir sama Gambar 46. Pada perlakuan jarak tanam 70 x 25 cm, 70 x 30 cm, dan 70 x 35 cm menunjukkan hubungan kubik dimana jumlah klorofil maksimum diperoleh pada masing – masing umur pindah bibit 32.85 hari, 30.64 hari dan 15.69 hari dan jumlah klorofil minimum diperoleh pada masing – masing umur pindah bibit 24.98 hari, 24.5 hari dan 29.70 hari. Pada umur pindah bibit 21-25 hst jumlah klorofil mengalami penurunan dan pada umur pindah bibit 25-29 hst jumlah klorofil mengalami peningkatan, tetapi pada umur pindah bibit 29-33 hst jumlah klorofil mengalami penurunan kembali. Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

A. Perkecambahan Benih di Persemaian