Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
Analisa Pertumbuhan
Data pengamatan rata-rata laju pertumbuhan relatif dan laju asimilasi bersih pada umur 35 sampai 77 hst terdapat pada Lampiran 21. Hasil sidik ragam pada
Lampiran 22 memperlihatkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata dari 35 ke umur 56 hst terhadap rata-rata laju pertumbuhan relatif tetapi terhadap laju
asimilasi bersih berpengaruh tidak nyata. Rata-rata laju pertumbuhan relatif dan laju asimilasi bersih pada umur 56 ke 77 hst berpengaruh tidak nyata.
Tabel 13. Rata-rata Laju Pertumbuhan Relatif dan Laju Asimilasi Bersih dari Umur 35 hst ke 56 hst dan umur 56 hst ke 77 hst Akibat Perlakuan Jarak Tanam
dan Umur Pindah Bibit
Perlakuan Laju Pertumbuhan Relatif
g.g
-1
d
-1
Laju Asimilasi Bersih g.m
-2
d
-1
56-35 hst 77-56 hst
56-35 hst 77-56 hst
Jarak Tanam J
J
1
J
2
J
3
Umur U U
1
U
2
U
3
U
4
0.06 b 0.06 b
0.08 a
0.08 a A 0.07 ab AB
0.06 ab AB 0.05 b B
0.04 0.04
0.04
0.03 0.04
0.04 0.04
0.13 0.10
0.15
0.16 aA 0.12 ab AB
0.14 a AB 0.08 b B
0.11 0.11
0.12
0.10 0.13
0.13 0.10
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil besar yang tidak sama
pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata sangat nyata pada taraf 5 1 dan yang tidak
bernotasi berdasarkan Uji Jarak Duncan
Perlakuan umur pindah berpengaruh sangat nyata dari umur 35 ke 56 tetapi dari umur 56 ke 77 berpengaruh tidak nyata. Kombinasi antar perlakuan berpengaruh
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
tidak nyata pada umur 35 sampai 77. Rata-rata dan hasil uji jarak Duncan untuk rata- rata laju pertumbuhan relatif dan laju asimilasi bersih akibat perlakuan jarak tanam,
umur pindah bibit dan Kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 13. Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam J
3
70 x 35 cm menunjukkan rata rata laju pertumbuhan tertinggi dan berbeda nyata dengan
perlakuan J
1
dan J
1
dari umur 35 ke umur 56 hst. Perlakuan umur pindah bibit U
1
umur 21 hst menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan relatif dan laju asimilasi bersih tertinggi dan berbeda sangat nyata
dengan perlakuan U
4
tetapi berbeda tidak nyata terhadap perlakuan U
2
dan U
3
dan antara perlakuan U
2
, U
3
dan U
4
berbeda tidak nyata.
Gambar 47. Hubungan Laju Pertumbuhan Relatif dengan Jarak Tanam cm
dari Umur 35 ke Umur 56 hst Pada Gambar 47 dapat dilihat bahwa hubungan laju pertumbuhan tanaman
kentang dengan jarak tanam bersifat linier positif yaitu semakin lebar jarak tanam maka laju pertumbuhan relatif semakin tinggi.
= 0,0067 + 0,002J R
2
= 0,75 0,01
0,03 0,05
0,07 0,09
25 30
35
Jarak Tanam 70 x X cm Laju Pert
um bu
h a
n Rela tif
dari 35 ke 5 6 hs
t
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
Gambar 48. Hubungan Laju Pertumbuhan Relatif dengan Umur Pindah Bibit
hari dari Umur 35 ke Umur 56 hst
Gambar 49. Hubungan Laju Asimilasi Bersih dengan Umur Pindah Bibit hari dari Umur 35 ke Umur 56 hst
Pada Gambar 48 dapat dilihat bahwa hubungan laju pertubuhan relatif tanaman kentang dengan umur pindah bibit bersifat linier negatif, yaitu semakin lama
bibit dipindahkan maka laju pertumbuhan semakin menurun.
=0,1325 - 0,0025U , r = 0,99 0,01
0,03 0,05
0,07 0,09
21 25
29 33
Umur Pindah Bibit hari Laju Per
tmbuh an R
e latif
dari 35 ke 56
hst
= 0,2735 - 0,0055U , r = 0,69
0,02 0,04
0,06 0,08
0,1 0,12
0,14 0,16
0,18
21 25
29 33
Umur Pindah Bibit hari Laju Assi
mila si Ber
s ih
d a
ri 35
ke 56
h s
t
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
Pada Gambar 49 dapat dilihat bahwa hubungan laju asimilasi bersih tanaman kentang dengan umur pindah bibit bersifat linier negatif, yaitu semakin lama bibit
dipindahkan maka laju asimilasi bersih tanaman semakin rendah.
Bobot dan Jumlah Umbi per Tanaman dan per Plot
Data pengamatan rata-rata bobot dan jumlah umbi per tanaman dan per plot terdapat pada Lampiran 23. Hasil sidik ragam pada Lampiran 24 memperlihatkan
bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap bobot dan jumlah umbi per plot tetapi terhadap bobot dan jumlah umbi per tanaman berpengaruh tidak
nyata. Perlakuan umur pindah bibit berpengaruh sangat nyata terhadap bobot umbi per tanaman dan per plot. Kombinasi antar perlakuan berpengaruh tidak nyata .
Rata-rata dan hasil uji jarak Duncan untuk rata-rata bobot dan jumlah umbi per tanaman dan per plot akibat perlakuan jarak tanam, umur pindah bibit dan Kombinasi
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 14. Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam J
1
70 x 25 cm menunjukkan bobot dan jumlah umbi per plot terbesar dan berbeda sangat nyata
dengan perlakuan J
3
dan berbeda tidak nyata dengan perlakaun J
2
. Perlakuan umur pindah bibit U
3
umur 29 hst menunjukkan bobot umbi per tanaman dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan U
1
dan U
2
tetapi terhadap perlakaun U
4
berbeda tidak nyata . Perlakuan umur pindah bibit U
3
umur 29 hst menunjukkan bobot umbi per plot terbesar berbeda sangat nyata dengan perlakaun U
2
dan berbeda nyata dengan perlakuan U
1
tetapi terhadap perlakuan U
4
berbeda tidak nyata , antara perlakuan U
1
, U
2
dan U
4
berbeda berbeda tidak nyata .
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
Tabel 14. Rata-rata Bobot dan Jumlah Umbi per Tanaman dan per Plot Umur 105 hst Bobot Umbi per
Jumlah Umbi per Perlakuan
Tanaman Plot Tanaman
Plot Jarak Tanam
J J
1
J
2
J
3
Umur U U
1
U
2
U
3
U
4
512.42 539.67
509.42
488.22 bc B 430.33 c B
625.33a A 538.11 ab AB
8007.92 a A 7904.17 a A
6370.00 b B
7056.67 bc AB 6721.67 c B
8107.22 aA 7823.89 ab AB
20.83 21.98
21.13
21.00 19.58
22.27 22.42
373.58 aA 341.42 a AB
258.83 b B
294.00 310.78
345.44 348.22
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil besar yang tidak sama
pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata sangat nyata pada taraf 5 1 dan yang tidak
bernotasi berdasarkan Uji Jarak Duncan
Gambar 50. Hubungan Bobot Umbi per Plot dengan Jarak Tanam cm Umur 105 hst
= 12341-163.79J, r = 0.817 6000
7000 8000
9000
25 30
35
Jarak Tanam 70 x X cm Bob
ot U mbi
pol t g
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
Pada Gambar 50 dapat dilihat bahwa pada umur 105 hst hubungan bobot umbi per plot dengan jarak tanam bersifat linier negatif, yaitu semakin lebar jarak tanam
maka bobot umbi per plot semakin rendah. Pada Gambar 51 dapat dilihat bahwa pada umur 105 hst hubungan jumlah
umbi per plot dengan jarak tanam bersifat linier negatif, yaitu semakin lebar jarak tanam maka bobot umbi per plot semakin rendah.
Gambar 51. Hubungan Jumlah Umbi per Plot dengan Beberapa Jarak Tanam
cm Umur 105 hst
Jumlah Umbi Berdasarkan Kelompok Bobot Umbi per Tanaman
Data pengamatan rata-rata jumlah umbi berdasarkan kelompok bobot umbi per tanaman terdapat pada Lampiran 25. Hasil sidik ragam pada Lampiran 26
memperlihatkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi berdasarkan kelompok bobot buah dari klas 7 5 g sampai klas 1 80
g . Perlakuan umur pindah bibit berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah umbi
= 668.86-11.475J, r = 0.9179 150
200 250
300 350
400
25 30
35
Jarak Tanam 70 x X cm Ju
mlah Umb
ip lo
t
helai
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
berbobot 41 – 59 g klas 3 dan jumlah umbi berbobot 30 – 40 g klas 4 dan berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi berbobot 60 – 80 g klas 2 tetapi terhadap
jumlah umbi klas 1,5 ,6 dan 7 berpengaruh tidak nyata. Kombinasi antar perlakuan berpengaruh nyata pada jumlah umbi berbobot 5-19 g klas 6, tetapi terhadap jumlah
umbi klas 1 – 5 dan 7 berpengaruh tidak nyata. Rata-rata dan hasil uji jarak Duncan untuk rata-rata jumlah umbi berdasarkan
kelompok bobot umbi per tanaman akibat perlakuan jarak tanam, umur pindah bibit dan Kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 15.
Perlakuan umur pindah bibit U
3
umur 29 hst menunjukkan jumlah umbi terbanyak berdasarkan kelompok bobot umbi per tanaman dan berbeda sangat nyata
dengan perlakuan U
1
dan U
2
tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakaun U
4
pada umbi klas 3 41-59 g dan berbeda nyata pada perlakuan U
4
pada umbi klas 4 30-40 g. Pada umbi klas 2 60-80g berbeda nyata dengan perlakuan U
2
tetapi terhadap perlakuan U
1
dan U
4
berbeda tidak nyata. Kombinasi antara perlakuan jarak tanam dengan umur pindah bibit pada
kombinasi J
1
U
2
menunjukkan jumlah umbi terbanyak berdasarkan kelompok bobot umbi per tanaman pada bobot umbi klas 6 5-19 g dan berbeda nyata terhadap
kombinasi perlakuan yang lainnya tetapi berbeda tidak nyata terhadap kombinasi perlakuan J
1
U
4
, J
2
U
1
, J
2
U
4
, J
3
U
3
dan J
3
U
4
.
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
Tabel 15. Rata-rata Jumlah Umbi Berdasarkan Kelompok Bobot Umbi per Tanaman Umur 105 hst
Jumlah UmbiTanaman Berdasarkan Kelompok Bobot Perlakuan
Klas 1 80g
Klas 2 60-80g
Klas 3 41-59 g
Klas 4 30-40 g
Klas 5 20-29 g
Klas 6 5-19 g
Klas 7 5 g
Jarak Tanam J
J
1
J
2
J
3
Umur Bibit U
U
1
U
2
U
3
U
4
Kombinasi J x U
J
1
U
1
J
1
U
2
J
1
U
3
J
1
U
4
J
2
U
1
J
2
U
2
J
2
U
3
J
2
U
4
J
3
U
1
J
3
U
2
J
3
U
3
J
3
U
4
0.47 0.57
0.43
0.44 0.29
0.58 0.64
0.60 0.27
0.47 0.53
0.40 0.33
0.67 0.87
0.33 0.27
0.60 0.53
1.28 1.18
1.13
1.07ab 0.76 b
1.69a 1.29ab
1.07 0.80
1.60 1.67
1.20 0.73
1.53 1.27
0.93 0.73
1.93 0.93
1.92 1.55
1.78
1.49bcB 1.27cB
2.27aAB 1.98abA
1.67 1.27
2.47 2.27
1.27 1.40
1.73 1.80
1.53 1.13
2.60 1.87
2.9 3.67
3.48
3.42abAB 2.71bcB
4.11aA 3.16bcAB
2.80 2.27
3.60 2.93
4.67 2.47
4.20 3.33
2.80 3.40
4.53 3.20
3.47 4.02
3.52
3.56 4.20
3.64 3.28
2.93 4.27
3.47 3.20
5.20 4.27
3.33 3.27
2.53 4.07
4.13 3.33
6.72 7.13
6.45
6.84 6.96
6.18 7.09
5.07 c 9.60 a
5.53 bc 6.67 abc
9.20 ab 5.73 bc
5.33 c 8.27 abc
6.27 bc 5.53 bc
7.67 abc 6.33 abc
5.9 6.38
5.27
6.13 5.19
5.38 5.98
5.20 7.87
5.00 5.53
7.60 5.53
5.27 7.13
5.60 4.33
5.87 5.27
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil besar yang tidak sama
pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata sangat nyata pada taraf 5 1 dan yang tidak
bernotasi berdasarkan Uji Jarak Duncan
Pada Gambar 52 dapat dilihat bahwa pada umur 105 hst hubungan jumlah umbi terbanyak berdasarkan kelompok bobot umbi per tanaman dengan umur
pindah bibit bersifat bersifat kubik dimana jumlah umbi berbobot 30-40 g per
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
tanaman maksimum diperoleh pada umur pindah bibit 22.68 hst yaitu sebesar 3.75 buah . Sedangkan jumlah umbi berbobot 30-40 g per tanaman yang minimum
diperoleh pada 29.99 hst yaitu sebesar 2.99 buah. Regresi untuk jumlah umbi berbobot 5-19 g pertanaman menunjukkan tidak nyata.
Gambar 52. Hubungan Jumlah Umbi Berbobot 5-19 g per Tanaman dengan Umur Pindah Bibit hari pada Umur 105 hst
Jumlah Umbi Berdasarkan Kelompok Bobot Umbi per Plot
Data pengamatan rata-rata jumlah umbi berdasarkan kelompok bobot umbi per plot terdapat pada Lampiran 27. Hasil sidik ragam pada Lampiran 28
memperlihatkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi berdasarkan kelompok bobot buah pada klas 7 5 g tetapi berpengaruh tidak
nyata pada umbi klas 1 sampai 6. Perlakuan umur pindah bibit dan interaksi antar perlakuan berpengaruh tidak
nyata terhadap jumlah umbi berbobot klas 1 sampai klas 7.
= - 63.791+ 7.9621U- 0.3082U
2
+0.0039U
3
,R
2
= 0.5024 puncak = 3.75 pada U = 22.68 hari
lembah = 2.99 pada U = 29.99 hari
1 2
3 4
21 25
29 33
Umur Pindah Bibit hari Juml
ah U
m b
i be rbobot 30-40
g buah
tan
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
Rata-rata dan hasil uji jarak Duncan untuk rata-rata jumlah umbi berdasarkan kelompok bobot umbi per plot akibat perlakuan jarak tanam, umur pindah bibit dan
Kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Rata-rata Jumlah Umbi Berdasarkan Kelompok Bobot Umbi per Plot
Umur 105 hst
Jumlah Umbi Plot Berdasarkan Kelompok Bobot Perlakua
n Klas 1
80g Klas 2
60-80g Klas 3
41-59
g Klas 4
30-40
g Klas 5
20-29
g Klas 6
5-19 g
Klas 7 5 g
Jarak Tanam
J J
1
J
2
J
3
Umur Bibit U
U
1
U
2
U
3
U
4
4.17 5.25
4.25
4.00 2.56
5.67 6.00
11.00 13.42
11.42
10.00 7.00
15.67 15.11
18.42 18.50
19.25
16.33 13.78
23.11 21.67
47.08 43.67
36.42
46.33 34.22
45.44 43.56
85.42 79.33
59.92
61.11 83..33
78.11 77.00
126.50 112.50
80.58
100.11 106.33
100.33 119.33
81.00aA 68.75aA
47.00 bB
56.11 63.56
77.11 65.56
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil besar yang tidak sama
pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata sangat nyata pada taraf 5 1 dan yang tidak
bernotasi berdasarkan Uji Jarak Duncan
Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam J
2
70 x 29 cm menunjukkan jumlah umbi terbanyak berdasarkan kelompok bobot umbi per plot dan
berbeda sangat nyata dengan perlakuan J
3,
tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan J
2
.
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
Pada Gambar 53 dapat dilihat bahwa pada umur 105 hst menunjukkan hubungan jumlah umbi berdasarkan kelompok bobot umbi per plot dengan jarak
tanam bersifat linier negatif, yaitu semakin lebar jarak tanam maka jumlah umbi berbobot lebih kecil dari 5 g per plot semakin sedikit.
Gambar 53. Hubungan Jumlah Umbi Berbobot 5 g per Plot dengan Beberapa Jarak Tanam cm dari Umur 105 hst
= 167.58-3.4J, r = 0.689
40 60
80 100
120
25 30
35
Jarak Tanam 70 x X cm Jumla
h B
u ah B
e rbob
ot 5 g
bua h
p lo
t
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
Pembahasan A. Perkecambahan Benih di Persemaian
Pengaruh Pupuk Kandang
Dosis pupuk kandang yang berbeda yang digunakan dalam penelitian ini memberikan pengaruh terhadap laju perkecambahan, persentase tumbuh, tinggi
tanaman, jumlah daun, bobot segar tanaman, jumlah akar dan panjang akar Tabel 2, 3, 4, 5, 6 dan 7. Hal ini disebabkan karena dengan pemberian pupuk kandang ayam
sebagai bahan organik tanah selain menyumbangkan unsur hara juga memperbaiki sifat fisik tanah dan biologi tanah. Pupuk kandang yang diberikan ke dalam tanah
akan dimanfaatkan mikrooraganisme tanah sebagai bahan makanan. Peningkatan pemberian bahan organik akan meningkatkan aktifitas mikroorganisme tanah
sehingga tanah menjadi gembur dan memiliki aerasi yang baik Soepardi, 1983. Hal ini juga dikatakan Kusumo dan Marpaung 1974 dari hasil penelitian bahwa
pemberian pupuk kandang disamping menambah unsur hara juga mempertahankan keadaan tanah tetap gembur. Tanah yang gembur akan menyediakan banyak O
2
yang dibutuhkan akar. Oksigen digunakan akar untuk melakukan respirasi. Respirasi
menghasilkan energi yang dibutuhkan akar dalam proses menyerapan unsur hara. Penyerapan unsur hara yang baik dapat membantu meningkatkan pertumbuhan
tanaman dalam pembibitan. Gunadi, et.al., 1992 dalam Anwar, 1993 menyatakan bahwa sumber bahan orgnanik mempengaruhi hasil kentang dari TPS.
Hubungan laju perkecambahan bibit tanaman kentang dengan pupuk kandang bersifat kuadratik positif. Hal ini disebabkan pemberian pupuk kandang 0,5 kgkg
98
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
tanah mempertinggi kadar humus dimana sifat humus dapat mengikat air dalam jumlah banyak dan cepat. Bila air tersedia dalam jumlah yang cukup maka akan
mendukung laju perkecambahan. Namun pada pemberian pupuk kandang 0,75 dan 1 kgkg tanah menurunkan kadar humus, pori-pori tanah meningkat dan kadar air
menurun sehingga laju perkecambahan pun menurun. Hubungan persentase tumbuh bibit tanaman kentang dengan pupuk kandang
bersifat kuadratik positif. Hal ini disebabkan pemberian pupuk kandang 0,5 kgkg tanah menyumbang banyak unsur hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi,
meningkatkan aktifitas mikroorganisme sehingga tanah menjadi gembur dan aerasi baik. Ini akan mengakibatkan oksigen cukup tersedia, proses respirasi berjalan
dengan baik yang akan menghasilkan energi yang digunakan tanaman untuk menyerap unsur hara sehingga persentase tumbuh meningkat. Namun pada
peningkatan pemberian pupuk kandang 0,75 dan 1 kgkg tanah menyebabkan penurunan persentase tumbuh. Hal ini disebabkan adanya zat inhibotor yang
dihasilkan oleh mikroorganisme dari pupuk kandang tersebut yang akan menghambat persentase tumbuh.
Bahwa peningkatan dosis pupuk kandang yang semakin tinggi cenderung menurunkan laju perkecambahan biji dan persentase tumbuh, mungkin disebabkan
kurangnya O
2
atau adanya sat inhibitor yang dihasilkan oleh mikroorganisme dari pupuk kandang tersebut. Dalam proses perkecambahan kebutuhan unsur hara
tanaman pada umumnya relatif rendah bahkan cadangan makanan dari benih tersebut masih mencukupi untuk kebutuhan tanaman. Sebagaimana yang dikatakan Sutopo
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
1998 bahwa syarat-syarat penting proses perkecambahan biji adalah air, temperatur, oksigen dan cahaya.
Demikian pula pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 21 dan 25 hss, disebabkan belum adanya
pengaruh pupuk kandang yang diberikan terhadap parameter yang diamati pada umur tersebut. Karena pada awal proses perkecambahan kebutuhan unsur hara tanaman
pada umumnya relatif rendah bahkan cadangan makanan dari benih tersebut masih mencukupi untuk kebutuhan tanaman. Pengaruh sangat nyata terhadap tinggi
tanaman baru terlihat pada umur 29 dan 33 hss. Hal ini sesuai dengan penelitian Anwar 1993 bahwa pemberian pupuk kandang mempengaruhi tinggi tanaman pada
tiga progeni kentang yang diteliti. Pertumbuhan tinggi bibit terjadi karena adanya aktifitas meristimatik di titik tumbuh, aktifitas tersebut membutuhkan senyawa
organik dari dalam tanah. Terjadi pembelahan dan pembesaran sel serta pemanjangan sel di titik tumbuh sehingga tanaman bertambah tinggi Salisbury dan Ross, 1995.
Kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang ayam digunakan tanaman untuk membentuk senyawa-senyawa organik guna mendukung pertumbuhan tinggi
tanaman. Nitrogen yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan tinggi tanaman memang sedikit disumbangkan pupuk kandang ayam namun dapat membantu
menyumbangkan unsur hara yang diduga terbatas jumlahnya di dalam tanah Rinsema , 1986. Unsur nitrogen terutama dibutuhkan untuk pembentukan asam
amino dan protein yang merupakan komponen dari sel. Disamping itu, unsur-unsur
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
lain yang juga menjadi tersedia turut memberikan andil bagi bertambah tingginya tanaman.
Sedangkan menurut Sutedjo dan Kartasapoetra 1990, penguraian-penguraian yang terjadi mempertinggi kadar humus tanah. Dengan banyaknya humus, maka
ketersediaan air juga lebih banyak dimana air merupakan unsur penting untuk berlangsungnya proses perkecambahan benih dan perkembangan awal sistem
perakaran Sutopo, 1985. Adanya humus sebagai bahan organik diharapkan pada peranannya terhadap sifat fisik tanah yaitu untuk memperbaiki struktur tanah,
sehingga nantinya akan mempengaruhi aerasi dan drainase tanah. Humus juga mempunyai sifat menyerap air lebih cepat dalam jumlah yang banyak Stevenson,
1982. Kita ketahui bahwa tanaman kentang menghendaki tanah yang gembur untuk pertumbuhan dan produksinya Asandhi dan Gunadi, 1989. Dengan tersedianya air
yang cukup dan terciptanya sistem perakaran yang bagus maka penyerapan unsur hara dari dalam tanah pun menjadi lebih baik, sehingga selain meningkatkan tinggi
tanaman juga meningkatkan jumlah daun, bobot segar tanaman, jumlah akar dan panjang akar.
Pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman pada umur 25 dan 33 hss. Hal ini disebabkan pupuk kandang ayam
tidak mampu mendukung pertumbuhan jumlah daun pada umur tersebut. Dan pemberiannya berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada umur 21 dan 29
hss. Meningkatnya jumlah daun akibat pemberian pupuk kandang pada penelitian ini erat kaitannya dengan semakin membaiknya kondisi tanah dan tersedianya unsur-
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
unsur yang dibutuhkan tanaman. Seperti diterangkan oleh Ahmad 1993, pemberian pupuk kandang selain memperbaiki struktur tanah, juga dapat meningkatkan
ketersediaan unsur hara dalam tanah. Salah satu unsur yang sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman adalah nitrogen. Nitrogen ini, menurut Rinsema 1986,
apabila diambil tanaman kentang dalam jumlah yang banyak menyebabkan daunnya bertambah lebat dan jumlah daun pun meningkat.
Pemberian pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot segar tanaman pada umur 21, 25 dan 29 hss, hal ini disebabkan belum adanya
pengaruh pupuk kandang yang diberikan terhadap parameter yang diamati pada umur tersebut. Sedangkan pada umur 33 hss pemberian pupuk kandang berpengaruh
sangat nyata. Pemberian pupuk kandang ayam mengakibatkan tanah mengandung lebih banyak air, karena pupuk kandang ayam sebagai bahan organik meningkatkan
kemampuan tanah mengikat air. Air tersebut diserap bibit dan meningkatkan bobot segar tanaman. Menurut Lakitan 1996 kadar air dalam tanaman dipengaruhi
kondisi lingkungan. Pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah
akar tanaman pada umur 21 dan 25 hss. Pemberian pupuk kandang ayam menyebabkan tanah mengandung lebih banyak humus yang mengakibatkan
ketersediaan air menjadi lebih banyak sehingga proses perkecambahan benih dan perkembangan awal sistem perakaran menjadi baik serta memacu peningkatan jumlah
akar. Sedangkan pemberian pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar tanaman pada umur 29 dan 33 hss, hal ini disebabkan pada umur
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
tersebut perlakuan pupuk kandang yang diberikan terhadap parameter yang diamati tidak lagi memberikan pengaruh.
Pemberian pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar tanaman pada umur 29 hss dan 33 hss, hal ini disebabkan perlakuan pupuk
kandang yang diberikan tidak lagi berpengaruh terhadap parameter yang diamati pada umur tersebut. Sedangkan pada umur 21 hss pemberian pupuk kandang berpengaruh
sangat nyata, hal ini disebabkan pemberian pupuk kandang ayam selain menyebabkan peningkatan jumlah akar juga meningkatkan panjang akar tanaman kentang.
Lebih rendahnya komponen-komponen pertumbuhan vegetatif tanaman pada M3, diduga disebabkan kandungan pupuk kandang yang lebih tinggi pada M3
menyebabkan komponen humus terlalu banyak sehingga pori-pori terlalu besar akibatnya ketersediaan air menjadi berkurang dan tidak lagi mencukupi kebutuhan
tanaman. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Naibaho 2001 yang melaporkan bahwa kandungan humus yang lebih tinggi pada media penelitian ternyata tidak
menghasilkan komponon-kompon pertumbuhan yang lebih tinggi.
Pengaruh Kerapatan Tabur Benih
Perlakuan kerapatan tabur benih tidak berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan dan persentase tumbuh, ini disebabkan karena tidak adanya pengaruh
perlakuan yang diberikan terhadap parameter yang diamati. Dimana dalam hal ini laju perkecambahan dan persentase tumbuh benih sangat tergantung pada viabilitas
benih itu sendiri.
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
Demikian juga perlakuan kerapatan tabur benih tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada semua umur, jumlah daun pada umur 29 dan 33 hss,
bobot segar tanaman pada umur 21, 25 dan 29 hss, jumlah akar pada umur 21 hss, 29 hss dan 33 hss dan panjang akar pada umur 21 hss. Hal ini disebabkan belum adanya
pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap parameter yang diamati pada umur tersebut Tabel 2, 3, 4, 5, 6 dan 7.
Selanjutnya, perlakuan kerapatan tabur benih berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada umur 21 dan 25 hss, bobot segar tanaman pada umur 33
hss dan jumlah akar pada umur 25 hss. Hal ini disebabakan bahwa dengan kerapatan tabur benih yang berbeda-beda akan mengakibatkan kondisi lingkungan mikro yang
berbeda dimana jarak tanam mempengaruhi jumlah populasi tanaman, keefisienan cahaya, mempengaruhi kompetisi antar tanaman dalam menggunakan air dan unsur
hara Wattimena, 1995. Kerapatan tabur benih yang semakin jarang cenderung menurunkan
pertumbuhan bibit tanaman kentang. Hal ini diduga dengan kerapatan tabur benih yang semakin lebar maka terjadi peningkatan suhu tanah yang mengakibatkan proses
kehilangan air tanah yang semakin besar dimana suhu dan kadar air tanah serta kelembaban tanah merupakan syarat esensial untuk perkecambahan. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Naibaho 2001 bahwa jarak tanam yang semakin lebar menghasilkan nilai komponen pertumbuhan vegetatif yang lebih rendah. Diduga
bahwa pada jarak tanam yang lebih lebar pertumbuhan akar tanaman kurang dalam,
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
karena pada keadaan persaingan yang kurang ketat akar tumbuh cenderung kurang jauh ke dalam tanah.
Seperti yang dikatakan Donald, 1963 dalam Garner, Pearce dan Michell 1991 jarak tanam menentukan kepadatan populasi tanaman persatuan luas yang
berpengaruh terhadap lingkungan fisik, efisiensi dalam menggunakan cahaya matahari serta kompetisi dalam memanfaatkan unsur hara dan air.
Lebih baiknya komponen-komponen pertumbuhan vegetatif tanaman pada ini di duga bahwa persaingan akar dalam memperoleh air dan nutrisi maupun persaingan
cahaya matahari dalam batas wajar. Ini disebabkan pertumbuhan tanaman masih dalam tahap awal dan dalam proses perkecambahan, kebutuhan nutrisi tanaman
masih dapat terpenuhi dari cadangan makanan yang ada dalam benih tersebut.
Pengaruh Interaksi Antar Pupuk Kandang dan Kerapatan Tabur Benih
Interaksi antara pupuk kandang dan kerapatan tabur benih berpengaruh tidak nyata terhadap laju perkecambahan dan persentase tumbuh selama pembibitan.
Interaksi antara pupuk kandang dan kerapatan tabur benih berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa respon tinggi bibit
terhadap perlakuan tanpa pupuk kandang, pupuk kandang 0.5 kg, pupuk kandang 0.75 kg dan pupuk kandang 1 kg pada berbagai kerapatan tabur benih tidak sama
Gambar 5, 6, 7, 8. Pada Gambar 7 menunjukkan tanpa pupuk kandang mempunyai hubungan kuadrat positif, dimana tinggi tanaman maksimum diperoleh pada
kerapatan tabur benih 10 x 4,64 cm yaitu sebesar 3,78 cm. Terjadinya penurunan
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
tinggi tanaman dengan semakin lebarnya kerapatan tabur benih pada perlakuan tanpa pupuk kandang. Hal ini diduga dengan semakin jarang kerapatan tabur benih terjadi
peningkatan suhu tanah yang mengakibatkan proses kehilangan kadar air tanah semakin tinggi sehingga akan menghambat proses metabolisme tanaman, karena
salah satu peranan bahan organik tanah adalah menjaga kelembaban tanah. Sedangkan dengan bertambahnya dosis pupuk kandang menjadi 0,5 kg dan 1 kg
dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dengan hubungan linier positif dimana tinggi tanaman semakin meningkat walaupun kerapatan tabur benih semakin
lebar. Dengan semakin meningkatnya dosis pupuk kandang pertumbuhan tinggi
tanaman akan semakin tertekan hal ini diduga dengan semakin tingginya kandungan bahan organik tanah maka jumlah dan aktivitas mikroorganisme meningkat, dengan
demikian terjadi immobilisasi unsur hara di dalam tanah sehingga unsur hara yang bersumber dari pupuk kandang dan unsur hara ada di dalam tanah dalam bentuk
tersedia menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Interaksi antara pupuk kandang dan kerapatan tabur benih berpengaruh sangat
nyata terhadap jumlah daun. Semakin tinggi dosis pupuk kandang yang diberikan jumlah daun semakin banyak hal ini disebabkan semakin meningkatnya kandungan
unsur hara di dalam tanah akibat penambahan pupuk kandang dan juga sifat fisik tanah yang semakin baik.
Interaksi antara pupuk kandang dan kerapatan tabur benih berpengaruh sangat nyata terhadap bobot segar tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa respon bobot segar
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
tanaman terhadap perlakuan pupuk kandang mempunyai hubungan kubik, dimana bobot segar tanaman maksimum diperoleh pada kerapatan tabur benih 10 x 4.72 cm
dan bobot segar tanaman minimum pada kerapatan tabur benih 10 x 2.37. Gambar 17. Pemberian pupuk kandang 0.5 kg dan pupuk kandang 1 kg mempunyai
hubungan kuadratik negatif dimana bobot segar tanaman terendah masing- masing
diperoleh pada jarak tanam 10 x 4.22 cm dan 10 x 5.02 cm. Pemberian pupuk kandang 0.75 kg mempunyai hubungan
linier negatif dimana bobot segar tanaman semakin menurun dengan semakin lebarnya kerapatan tabur benih. Hal ini
disebabkan jumlah populasi tanaman semakin berkurang dengan semakin lebarnya kerapatan tabur benih mengakibatkan bobot tanaman semakin menurun.
Respon bobot segar tanaman terhadap kerapatan tabur benih 10 x 1.5 cm, 10 x 3 cm, 10 x 4.5 cm dan 10 x 6 cm pada berbagai dosis pupuk kandang tidak sama
Gambar 18. Pada perlakuan kerapatan tabur benih 10 x 1.5 cm, 10 x 3 cm dan 10 x 6 cm menunjukkan hubungan kubik dimana bobot segar tanaman maksimum
diperoleh pada masing- masing dosis pupuk kandang 0.32 kg untuk K
1
dan K
2
dan 0.31 kg untuk K
4
dan bobot segar tanaman minimum diperoleh pada masing- masing dosis pupuk kandang 0.89 kg, 0.92 kg dan 0.88 kg. Pada perlakuan kerapatan tabur
benih 10 x 4.5 cm menunjukkan hubungan kuadratik dimana bobot segar tanaman tertinggi diperoleh pada dosis pupuk kandang 0.49 kg.
Interaksi antara pupuk kandang dan kerapatan tabur benih berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar. Hal ini menunjukkan bahwa respon jumlah akar terhadap
perlakuan tanpa pupuk kandang, pupuk kandang 0.5 kg, pupuk kandang 0.75 kg dan
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
pupuk kandang 1 kg pada berbagai kerapatan tabur benih tidak sama Gambar 21. Hal ini menunjukkan tanpa pupuk kandang dan pupuk kandang 0.75 kg mempunyai
hubungan kubik, dimana jumlah akar maksimum diperoleh pada kerapatan tabur benih tanam masing-masing 10 x 2.31 cm dan 10 x 2.09 cm dan jumlah akar paling
minimum pada kerapatan tabur benih masing-masing 10 x 3.87 cm dan 10 x 5.31 cm. Pemberian pupuk kandang 0.5 kg dan pupuk kandang 1 kg mempunyai hubungan
kuadratik negatif dimana jumlah akar minimum diperoleh pada kerapatan tabur benih 10 x 3.59 cm. dan 10 x 4.4 cm.
Respon jumlah daun, bobot segar tanaman dan jumlah akar terhadap perlakuan pupuk kandang dan kerapatan tabur benih mempunyai hubungan kubik
seperti dijelaskan di atas. Perlakuan pupuk kandang dan kerapatan tabur benih mempengaruhi dalam peningkatan jumlah daun, bobot segar tanaman dan jumlah
akar sampai mencapai titik maksimum. Selanjutnya dengan bertambahnya dosis pupuk kandang dan kerapatan tabur benih menyebabkan penurunan ketiga parameter
tersebut. Tetapi semakin dosis pupuk kandang dan kerapatan tabur benih ditingkatkan lagi akan menyebabkan peningkatan kembali ketiga parameter tersebut.
Hal ini diduga disebabkan pupuk kandang yang digunakan belum benar-benar matang, sehingga masih terjadi penguraian-penguraian oleh jasad renik tanah, dimana
aktifitas jasad renik tersebut mempengaruhi respon tanaman terhadap perlakuan- perlakuan yang diberikan.
Respon jumlah akar terhadap kerapatan tabur benih 10 x 1.5 cm, 10 x 3 cm, 10 x 4.5 cm dan 10 x 6 cm pada berbagai dosis pupuk kandang tidak sama Gambar
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
22. Pada semua perlakuan kerapatan tabur benih menunjukkan hubungan linier negatif dimana semakin tinggi dosis pupuk kandang yang diberikan jumlah akar
semakin menurun. Interaksi antara pupuk kandang dan kerapatan tabur benih berpengaruh sangat
nyata terhadap panjang akar. Hal ini menunjukkan bahwa respon panjang akar terhadap perlakuan tanpa pupuk kandang, pupuk kandang 0.5 kg, pupuk kandang
0.75 kg dan pupuk kandang 1 kg pada berbagai kerapatan tabur benih tidak sama Gambar 25. Hal ini menunjukkan tanpa pupuk kandang mempunyai hubungan
kuadratik negatif, dimana panjang akar minimum diperoleh pada kerapatan tabur benih 10 x 3.59 cm dan 10 x 4.44.
Pemberian pupuk kandang 0.5 kg dan pupuk kandang 0.75 mempunyai hubungan kuadratik negatif dimana panjang akar minimum diperoleh pada masing-
masing kerapatan tabur benih 10x3,92 cm dan 10 x 3,46 cm Gambar 27. Respon panjang akar terhadap kerapatan tabur benih 10 x 1.5 cm, 10 x 3 cm,
10 x 4.5 cm dan 10 x 6 cm pada berbagai dosis pupuk kandang tidak sama Gambar 28. Pada perlakuan K
1
dan K
4
dosis pupuk kandang menunjukkan hubungan kuadratik negatif dimana panjang akar minimum diperoleh pada masing –
masing dosis pupuk kandang 0.46 kg dan 0.29 kg. Pada perlakuan K
2
dan K
3
menunjukkan hubungan linier negatif.
Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum
L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008
B. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman di Lapangan Pengaruh Jarak Tanam