Perkecambahan Benih di Persemaian Laju Perkecambahan per hari

Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

A. Perkecambahan Benih di Persemaian Laju Perkecambahan per hari

Data pengamatan rata-rata laju perkecambahan terdapat pada Lampiran 1. Hasil sidik ragam pada Lampiran 2 memperlihatkan bahwa perlakuan pupuk kandang berpengaruh sangat nyata, tetapi perlakuan kerapatan tabur benih dan interaksi antar perlakuan berpengaruh tidak nyata. Rata-rata dan hasil uji jarak Duncan laju perkecambahan akibat perlakuan pupuk kandang terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Laju Perkecambahan dan Persentase Tumbuh Akibat Perlakuan Pupuk Kandang Perlakuan Laju Perkecambahan hari Persentase Tumbuh Pupuk Kandang M M M 1 M 2 M 3 4.95 a A 5.12 a A 3.99 b B 3.54 b B 82.33 c C 97.00 a A 90.00 b B 84.17 c C Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil besar yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata sangat nyata pada taraf 5 1 berdasarkan Uji Jarak Duncan Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk kandang M 1 0.5 kg menunjukkan laju perkecambahan tertinggi dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan M 2 dan M 3 , tetapi terhadap perlakuan M berbeda tidak nyata. 33 Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa hubungan laju perkecambahan bibit tanaman kentang dengan pupuk kandang bersifat kuadratik positif. Pemberian pupuk kandang 0.21 kgkg tanah memberikan laju perkecambahan maksimum yaitu sebesar 5.22 persen per hari. Y = 4,9872 + 1,1297M -2,69393M 2 R 2 = 0,829 Ymax = 5,22 pada M = 0,21 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 0,25 0,5 0,75 1 Pupuk Kandang kgkg tanah L aj u P er kecam b ah an h a ri Gambar 1. Hubungan Laju Perkecambahan hari dengan Beberapa Dosis Pupuk Kandang kgkg tanah Persentase Tumbuh Data pengamatan rata-rata persentase tumbuh terdapat pada Lampiran 1. Hasil sidik ragam pada Lampiran 2 memperlihatkan bahwa perlakuan pupuk kandang berpengaruh sangat nyata, tetapi perlakuan kerapatan tabur benih dan interaksi antar perlakuan berpengaruh tidak nyata. Rata-rata dan hasil uji jarak Duncan untuk persentase tumbuh akibat perlakuan pupuk kandang terdapat pada Tabel 2. Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk kandang M 1 0.5 kg menunjukkan persentase tumbuh tertinggi dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan M 2, M 3 , dan M 0. Y = 63,12+101,91M -824M 2 , R 2 = 0,80 Y max =94,18 pada M=0,61 77 80 83 86 89 92 95 0,25 0,5 0,75 1 Pupuk Kandang kgkg tanah P er sen tase T u m buh Gambar 2. Hubungan Persentase Tumbuh dengan Beberapa Dosis Pupuk Kandang kgkg tanah Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa hubungan persentase tumbuh bibit tanaman kentang dengan pupuk kandang bersifat kuadratik positif. Pemberian pupuk kandang 0.61 kgkg tanah memberikan persentase tumbuh maksimum yaitu sebesar 94.18 persen. Tinggi Bibit cm Data pengamatan rata-rata tinggi bibit pada umur 21, 25, 29 dan 33 hari setelah semai hss terdapat pada Lampiran 3. Hasil sidik ragam pada Lampiran 4 memperlihatkan bahwa perlakuan pupuk kandang berpengaruh sangat nyata pada umur 33 hss, tetapi pada umur 21, 25 dan 29 hss berpengaruh tidak nyata. Perlakuan Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 kerapatan tabur benih dan interaksi antar perlakuan berpengaruh sangat nyata pada umur 29 dan 33 hss tetapi pada umur 21 dan 25 berpengaruh tidak nyata. Grafik perkembangan tinggi bibit tanaman kentang umur 21 – 33 hss dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4. Gambar 3 dan 4 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan, perkembangan tinggi bibit menunjukkan pola yang sama bagi kedua perlakuan, yaitu bertambah dengan pesat dari umur 21- 25 hss. Gambar 3. Perkembangan Tinggi Bibit Tanaman Kentang cm Umur 21-33 hss pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang kgkg tanah Gambar 3 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kandang 0.5 kgkg tanah M 1 menunjukkan tinggi bibit tertinggi diikuti oleh perlakuan M 2 0.75 kgkg tanah. Tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan M 3 1 kgkg tanah pada umur 21 – 25 hss dan pada perlakuan M tanpa pupuk kandang pada umur 29 – 33 hss. Pertambahan tinggi tanaman kentang pada berbagai dosis pupuk kandang berlangsung cepat pada umur 21 – 25 hss dan pada umur 29 – 33 hss, melambat pada umur 25 – 29 hss. 1 2 3 4 5 6 7 21 25 29 33 Umur Bibit hss M M 1 M 2 M 3 Ting gi Bi bit c m Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Gambar 4. Perkembangan Tinggi Bibit Tanaman Kentang cm Umur 21-33 hss pada Beberapa Kerapatan Tabur Benih cm Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa antar perlakuan kerapatan tabur benih pada umur 21 hss tidak menunjukkan perbedaan tinggi tanaman, tetapi pada umur 25 – 29 hss perlakuan K 4 10 x 6 cm menunjukkan tinggi bibit tertinggi diikuti oleh perlakuan K 1 dan K 2 dan terendah pada perlakuan K 3 , tetapi pada umur 33 hss tinggi bibit tertinggi diperolah pada perlakuan K 3 dan K 4 , diikuti oleh perlakuan K 2 dan terendah pada perlakuan K 1 . Pertambahan tinggi tanaman kentang pada berbagai kerapatan tabur benih menunjukkan pola yang sama yaitu berlangsung cepat umur 21 – 25 hss dan 29- 33 hss, tetapi lambat umur 25-29 hss. Rata-rata dan hasil uji jarak Duncan untuk jumlah daun akibat perlakuan pupuk kandang, kerapatan tabur benih dan interaksi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3. 1 2 3 4 5 6 7 21 25 29 33 Umur Bibit hss Ting gi Bi bit c m K 1 K 2 K 3 K 4 Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Tabel 3. Rata-rata Tinggi Bibit umur 21 sampai 33 hss Akibat Perlakuan Pupuk Kandang dan Kerapatan Tabur Benih serta Kombinasi Perlakuan Tinggi Bibit pada Umur hss Perlakuan 21 25 29 33 Pupuk Kandang M M M 1 M 2 M 3 Kerapatan Tabur Benih K K 1 K 2 K 3 K 4 Kombinasi MxK M K 1 M K 2 M K 3 M K 4 M 1 K 1 M 1 K 2 M 1 K 3 M 1 K 4 M 2 K 1 M 2 K 2 M 2 K 3 M 2 K 4 M 3 K 1 M 3 K 2 M 3 K 3 M 3 K 4 1.35 1.44 1.36 1.12 1.35 1.26 1.36 1.28 1.21 1.42 1.50 1.27 1.64 1.32 1.26 1.53 1.39 1.39 1.38 1.27 1.17 0.93 1.31 1.05 2.59 3.17 2.83 2.48 2.86 2.59 2.52 3.10 2.30 2.45 2.60 2.99 3.43 2.69 2.51 4.05 3.00 2.84 2.65 2.85 2.68 2.38 2.34 2.51 3.14 4.09 3.49 3.41 3.81 3.39 3.40 3.54 2.96 d B 2.95 d B 3.44bcd AB 3.20 bcd AB 4.57 a A 3.94 abc AB 3.82 abcd AB 4.06 ab AB 4.01 ab AB 3.40 bcd AB 3.10 cd AB 3.46 bcd AB 3.69 abcd AB 3.26 bcd AB 3.23 bcd AB 3.46 bcd AB 4.19 5.52 5.04 4.40 4.38 4.70 5.11 5.06 3.75 g G 4.74 de E 4.36 f F 3.92 g G 5.03 cd DE 5.26 c C D 6.01 ab AB 6.18 a A 4.70 de EF 4.52 def F 5.39 c C 5.54 bc BC 4.05 fg G 4.29 ef F 4.68 de EF 4.59 de EF Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil besar yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata sangat nyata pada taraf 5 1 dan yang tidak bernotasi berdasarkan Uji Jarak Duncan cm Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa kombinasi antara perlakuan pupuk kandang dengan kerapatan tabur benih umur 29 hss pada kombinasi M 1 K 1 menunjukkan tinggi tanaman tertinggi yang berbeda sangat nyata dengan kombinasi perlakuan M K 1 dan M K 2 dan berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan lainnya tetapi berbeda tidak nyata dengan kombinasi M 1 K 2 , M 1 K 3 , M 1 K 4 , M 2 K 1 dan M 3 K 1 . Sedangkan kombinasi M K 2 menunjukkan tinggi tanaman terendah yang berbeda sangat nyata dengan kombinasi M 1 K 1 dan berbeda nyata dengan M 1 K 2 , M 1 K 4 dan M 2 K 1 tetapi berbeda tidak nyata dengan kombinasi yang lainnya. Hubungan antara tinggi bibit tanaman kentang umur 29 hss dengan berbagai perlakuan kerapatan tabur benih dan media disajikan pada masing-masing Gambar 5 dan 6 dan tinggi bibit pada umur 33 hss disajikan pada Gambar 7 dan 8. Pada Gambar 5 perlakuan M 1 , M 2 dan M 3 hubungan tinggi bibit tanaman kentang dengan kerapatan tabur benih bersifat kuadratik negatif, pada perlakuan kerapatan tabur benih masing-masing 10 x 4.31 cm dan 10 x 4.35 cm diperoleh tinggi bibit minimum yaitu sebesar 3.79 cm dan 3.15 cm. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa pada umur 29 hss perlakuan kerapatan tabur benih K 1 , K 2, K 3 dan K 4 mempunyai hubungan tinggi bibit tanaman kentang dengan pupuk kandang yang bersifat kuadratik positif dimana dengan pemakaian pupuk kandang masing-masing 0.56, 0.53, 0.33 dan 0,52 kgkg tanah diperoleh tinggi bibit tanaman kentang yang maksimum yaitu masing-masing sebesar 4.40, 3.76, 3.61 dan 3.85 cm. Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Gambar 5. Hubungan Tinggi Bibit Tanaman Kentang dengan Kerapatan Tabur Benih pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang pada Umur 29 hss Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa pada umur 33 hss perlakuan tanpa pupuk kandang M mempunyai hubungan tinggi bibit tanaman kentang dengan kerapatan tabur benih yang bersifat kuadratik positif dimana dengan pemakaian kerapatan tabur benih 10 x 4.64 cm diperoleh tinggi bibit tanaman kentang maksimum yaitu sebesar 3.78 cm. Pada perlakuan M 1 M 2 dan M 3 hubungan tinggi bibit tanaman kentang dengan kerapatan tabur benih bersifat linier positif dimana semakin meningkat kerapatan tabur benih maka tinggi bibit tanaman juga semakin meningkat. Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa pada umur 33 hss perlakuan kerapatan tabur benih K 1 , K 2 , K 3 dan K 4 mempunyai hubungan tinggi bibit tanaman kentang dengan pupuk kandang yang bersifat kuadratik positif dimana pemakaian pupuk kandang masing-masing 0.53 ,0.34, 0.52 dan 0.53 kgkg tanah diperoleh tinggi bibit tanaman kentang maksimum yaitu sebesar 4.98, 5.12, 5.87 dan 6.05 cm. M = 2,5475 + 0,2723K - 0,0256K 2 , R 2 = 0.530 maks = 3,27 pada K = 5,31 M 1 = 5,5975 - 0,835K + 0,0967K 2 , R 2 = 0.990 min = 3,79 pada K = 4,31 M 2 = 5,1925 - 0,9383K + 0,1078K 2 , R 2 = 0.980 min = 3,15 pada K = 4,35 1 2 3 4 5 1,5 3 4,5 6 Kerapatan Tabur Benih 10 x X cm M M 1 M 2 M 3 Ting g i Bibit cm M 3 = 4,133 – 1,101K +0,230K 2 , R 2 = 0.990 min = 2,82 pada K = 2,39 Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Gambar 6. Hubungan Tinggi Bibit Tanaman Kentang dengan Dosis Pupuk Kandang pada Beberapa Kerapatan Tabur Benih pada Umur 29 hss Gambar 7. Hubungan Tinggi Bibit Tanaman Kentang cm dengan Kerapatan Tabur Benih cm pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang kgkg tanah pada Umur 33 hss K 1 =2,991 + 4,9573M - 4,3527M 2 , R 2 = 0.920 maks = 4,40 pada K=0,56 kg K 2 = 2,9797 + 2,9365M - 2,7455M 2 , R 2 = 0.810 maks = 3,76 pada K = 0,53 kg K 3 = 3,4797 + 0,7765M - 1,1455M 2 , R2 = 0.610 maks = 3,61 pada K =0,33 kg K 4 = 3,2351+ 2,3378M - 2,2182M 2 , R 2 = 0.660 maks = 3,85 pada K = 0,52 kg 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 0,25 0,5 0,75 1 Pupuk Kandang kgkg tanah K 1 K 2 K 3 K 4 Ting g i Bibit cm M 3 = 4.5717+0.2802K, r = 0.943 M 1 = 3.4758 + 0.4154K , r = 0.691 M 2 = 4.1867+ 0.2271K, r= 0.819 M = 2.3675 + 1.205K - 0.1596K 2 , R 2 = 0.697 max = 3.78 pada K = 4.64 cm 3 4 5 6 7 1.5 3 4.5 6 Kerapatan Tabur Benih 10 x X cm M M 1 M 2 M 3 Tinggi Bibit cm Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Gambar 8. Hubungan Tinggi Bibit Tanaman Kentang cm dengan Dosis Pupuk Kandang kgkg tanah pada Beberapa Kerapatan Tabur Benih cm pada Umur 33 hss Jumlah Daun helai Data pengamatan rata-rata jumlah daun pada umur 21, 25, 29 dan 33 hss terdapat pada Lampiran 5. Hasil sidik ragam pada Lampiran 6 memperlihatkan bahwa perlakuan pupuk kandang berpengaruh sangat nyata pada umur 21, 29 dan 33 hss, tetapi pada umur 25 hss berpengaruh tidak nyata. Perlakuan kerapatan tabur benih berpengaruh sangat nyata pada umur 33 hss dan berpengaruh nyata pada umur 21 dan 25 hss tetapi pada umur 29 berpengaruh tidak nyata. Interaksi antar perlakuan berpengaruh sangat nyata pada umur 33 hst tetapi pada umur 21 sampai 29 hst berpengaruh tidak nyata. Grafik perkembangan jumlah daun bibit tanaman kentang umur 21 – 33 hss dapat dilihat pada Gambar 9 dan 10. K 1 = 3.7458 + 4.6578M - 4.3842M 2 , R 2 = 0.943 max = 4.98 pada M = 0.53 kg K 2 = 4.8681+ 1.4851M - 2.1576M 2 , R 2 = 0.685 max = 5.12 pada M = 0.34 kg K 4 = 3.9998 + 7.6577M - 7.137M 2 , R 2 = 0.931 max = 6.05 pada M = 0.53 kg K 3 = 4.36336 + 9.7733M - 16.44M 2 + 0 .9867M 3 , R 2 = 0.959 max = 5.87 pada M = 0.52 kg 3 4 5 6 7 0.25 0.5 0.75 1 Pupuk Kandang kgkg tanah Tinggi Bibit cm K 1 K 2 K 3 K 4 Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Gambar 9 dan 10 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan, perkembangan jumlah daun menunjukkan pola yang sama bagi kedua perlakuan, perkembangan jumlah daun meningkat dengan cepat dari umur 21-25 hss. Gambar 9. Perkembangan Jumlah Daun Bibit Tanaman Kentang helai Umur 21-33 hss pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang kgkg tanah Gambar 9 memperlihatkan bahwa pada umur 21-33 hss pemberian pupuk kandang M 1 menunjukkan jumlah daun terbanyak diikuti diikuti oleh perlakuan M 2 dan M 3 serta terendah pada perlakaun M . Pertambahan jumlah daun tanaman kentang pada berbagai dosis pupuk kandang berlangsung cepat pada umur 21 – 33 hss, tetapi pada perlakuan M 1 melambat pada umur 29-33 hss. Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa perlakuan kerapatan tabur benih pada perlakuan K 1 menunjukkan jumlah daun terbanyak kecuali pada umur 29 hss jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan K 4 dan terendah dijumpai pada perlakuan K 2 pada umur 21 dan 33 hss, sedangkan pada umur 25 dan 29 hss terendah pada perlakuan K 3 . Pertambahan jumlah daun berlangsung cepat pada umur 21 – 29 hss 1 2 3 4 5 6 17 21 25 29 33 Umur Bibit hss Ju mlah Dau n h elai M M 1 M 2 M 3 Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 pada perlakuan kerapatan tabur benih K 4 10 x 6 cm kemudian lambat pada umur 29 - 33 hss, tetapi pada perlakuan K 1 , K 2 dan K 3 pertambahan jumlah daun berlangsung cepat pada umur 21 – 25 hss kemudian lambat pada umur 29 - 33 hss. Gambar 10. Perkembangan Jumlah Daun Bibit Tanaman Kentang helai Umur 21-33 hss pada Beberapa Kerapatan Tabur Benih cm Rata-rata dan hasil uji jarak Duncan untuk jumlah daun akibat perlakuan pupuk kandang, kerapatan tabur benih dan interaksi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada umur 21 hss perlakuan pupuk kandang M 2 0.75 kgkg tanah menunjukkan jumlah daun terbanyak dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan M dan berbeda nyata terhadap perlakuan M 3 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan M 1 . Pada umur 29 hss perlakuan pupuk kandang M 1 0.50 kgkg tanah menunjukkan jumlah daun terbanyak dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan M dan M 3 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan M 2 . 1 2 3 4 5 6 17 21 25 29 33 Umur Bibit hss Ju mlah Dau n h elai K 1 K 2 K 3 K 4 Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun umur 21 sampai 33 hss Akibat Perlakuan Pupuk Kandang dan Kerapatan Tabur Benih serta Kombinasi Perlakuan Jumlah Daun pada Umur hss Perlakuan 21 25 29 33 Pupuk Kandang M M M 1 M 2 M 3 Kerapatan Tabur Benih K K 1 K 2 K 3 K 4 Kombinasi MxK M K 1 M K 2 M K 3 M K 4 M 1 K 1 M 1 K 2 M 1 K 3 M 1 K 4 M 2 K 1 M 2 K 2 M 2 K 3 M 2 K 4 M 3 K 1 M 3 K 2 M 3 K 3 M 3 K 4 2.32 c B 2.76 ab A 2.83 a A 2.63 b AB 2.75 a A 2.55 b B 2.68 ab AB 2.57 b AB 2.37 2.33 2.40 2.17 2.93 2.67 2.63 2.80 2.90 2.83 2.87 2.73 2.80 2.37 2.80 2.57 3.08 3.62 3.68 3.45 3.61 a A 3.45 ab AB 3.34 b B 3.43 ab AB 3.10 2.90 3.27 3.03 3.87 3.63 3.50 3.50 3.83 3.73 3.57 3.60 3.63 3.53 3.03 3.60 3.70 c B 4.82 a A 4.38 ab AB 3.87 bc B 4.29 4.07 3.98 4.43 3.73 3.47 3.87 3.73 4.70 4.50 4.30 4.80 4.63 4.37 4.30 4.23 4.10 3.93 3.47 3.97 4.38 5.24 5.03 4.50 4.96 4.68 4.72 4.80 4.30 gh FG 4.17 h G 4.60 efg DEF 4.43 fgh EFG 5.50 a A 5.03 bc BC 5.27 ab AB 5.17 b ABC 5.27 ab AB 5.17 b ABC 4.70 def DEF 5.00 bcd BCD 4.77 cde CDE 4.33 gh FG 4.30 gh FG 4.60 efg DEF Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil besar yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata sangat nyata pada taraf 5 1 dan yang tidak bernotasi berdasarkan Uji Jarak Duncan Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Pada umur 21 hss perlakuan kerapatan tabur benih K 1 10 x 1.5 cm menunjukkan jumlah daun terbanyak dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan K 2 dan berbeda nyata dengan perlakuan K 4 , tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan K 3 . Pada umur 25 hss perlakuan K 1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan K 3 tetapi berbeda tidak nyata terhadap perlakuan dan K 2 dan K 4 . Pada umur 33 hss kombinasi antara perlakuan pupuk kandang dengan kerapatan tabur benih pada kombinasi M 1 K 1 menunjukkan jumlah daun terbanyak berbeda sangat nyata hingga nyata dengan semua kombinasi perlakuan lainnya, kecuali dengan kombinasi M 2 K 1 dan M 1 K 3 berbeda tidak nyata. Jumlah daun paling sedikit pada M K 2 yang berbeda tidak nyata dengan M K 1 , M K 4 , M 3 K 2 dan M 3 K 3 . Gambar 11. Hubungan Jumlah Daun Bibit Tanaman Kentang helai dengan Kerapatan Tabur Benih cm pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang kgkg tanah pada Umur 33 hss M 1 = 5.55- 0.6467K+0.0815K 2 , R 2 = 0.603 lembah = 4.27 pada K = 3.97cm M = 6.1667- 2.0815K+ 0.6444K 2 -0.0576K 3 ,R 2 = 0.570 puncak = 4.67 pada K = 5.09cm lembah = 4.09 pada K = 2.36 cm M 2 = 3.8667+ 1.6852K - 0.5852K 2 +0.056K 3 R 2 = 0.856 puncak = 5.34 pada K = 2.03cm lembah = 4.66 pada K = 4.93 cm M 3 = 7.7- 2.2741K+ 0.6148K 2 -0.051K 3 , R 2 = 0.814 puncak = 5.33 pada K = 5.15cm lembah = 5.03 pada K = 2.88 cm 2 3 4 5 6 1.5 3 4.5 6 Ju mlah Dau n he la i M M 1 M 2 M 3 Kerapatan Tabur Benih 10 x X cm Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa pada umur 33 hss perlakuan tanpa pupuk kandang M , M 2 0.75 kgkg tanah dan M 3 1.0 kgkg tanah hubungan jumlah daun tanaman kentang dengan kerapatan tabur benih bersifat kubik dimana dengan pemakaian kerapatan tabur benih masing-masing 10 x 5.09 cm , 10 x 2.03 cm dan 10 x 5.15 cm diperoleh jumlah daun tanaman kentang maksimum yaitu sebanyak 4.67, 5.34 dan 5.33 helai. Dan pada pemakaian kerapatan tabur benih masing-masing 10 x 2.36 cm , 10 x 4.93 cm dan 10 x 2.88 cm diperoleh jumlah daun tanaman kentang minimum yaitu sebanyak 4.09, 5.03 dan 4.66 helai. Pada perlakuan M 1 0.5 kgkg tanah hubungan jumlah daun tanaman kentang dengan kerapatan tabur benih bersifat kuadratik negatif dimana dengan pemakaian kerapatan tabur benih 10 x 3.97 cm diperoleh jumlah daun tanaman kentang minimum yaitu sebanyak 4.27 helai. Gambar 12. Hubungan Jumlah Daun Bibit Tanaman Kentang helai dengan Pupuk Kandang kgkg tanah pada Beberapa Kerapatan Tabur Benih cm pada Umur 33 hss Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa pada umur 33 hss perlakuan kerapatan tabur benih K 3 hubungan jumlah daun tanaman kentang dengan pupuk kandang K 3 = 4.5945 - 1.7358M + 2.4242M 2 , R 2 = 0.926 min = 4.28 pada M = 0.36 kg K 2 = 4.1029+1.0171M, r = 0.805 K 4 = 4.3714+0.7619M, r = 0.906 K 1 = 4.2619+1.2381M, r = 0.971 3 4 5 6 0.25 0.5 0.75 1 Ju mlah Dau n h elai K 1 K 2 K 3 K 4 Pupuk Kandang kg kg tanah Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 bersifat kuadratik negatif. Jumlah daun minimum diperoleh pada pupuk kandang 0.36 kgkg tanah yaitu sebesar 4.28 helai. Pada perlakuan K 1 K 2 dan K 4 diperoleh hubungan yang linier positif. Bobot Segar Tanaman g Data pengamatan rata-rata bobot segar tanaman pada umur 21 sampai 33 hss terdapat pada Lampiran 7. Hasil sidik ragam pada Lampiran 8 memperlihatkan bahwa perlakuan pupuk kandang berpengaruh nyata pada 25 hss, sangat nyata pada umur 29 dan 33 hss, tetapi pada umur 21 hss berpengaruh tidak nyata. Perlakuan kerapatan tabur benih berpengaruh sangat nyata pada umur 29 dan 33 hss tetapi pada umur 21 dan 25 hss berpengaruh tidak nyata . Interaksi antar perlakuan berpengaruh sangat nyata pada umur 29 hss tetapi pada umur 21, 25 dan 33 hss berpengaruh tidak nyata. Grafik perkembangan bobot segar tanam umur 21 – 33 hss dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14. Gambar 13 dan 14 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan, perkembangan bobot segar tanaman menunjukkan pola yang sama bagi kedua perlakuan, perkembangan bobot segar tanaman meningkat dengan cepat dari umur 29-33 hss. Gambar 13 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kandang M 1 menunjukkan bobot segar tanaman tertinggi diikuti oleh perlakuan M 2 dan M 3 dan terendah pada perlakuan M pada umur 25-33 hss, tetapi pada umur 21 hss bobot segar tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan M 3 diikuti oleh perlakuan M 1 dan M dan terendah pada perlakuan M 2 . Pertambahan bobot segar tanaman kentang pada berbagai dosisi pupuk kandang berlangsung lambat dari umur 21 – 29 hss, kemudian Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 berlangsung cepat dari umur 29 – 33 hss. Antar perlakuan M 2 dan M 3 tidak terlihat perbedaan yang jelas. 0,4 0,8 1,2 1,6 2 2,4 2,8 3,2 17 21 25 29 33 Um ur hs s B o b o t S e g a r g M0 M1 M2 M3 Gambar 13. Perkembangan Bobot Segar Tanaman Tanaman Kentang g Umur 21-33 hss pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang kgkg tanah 0,4 0,8 1,2 1,6 2 2,4 2,8 17 21 25 29 33 Um ur hss B obot S e ga r g K1 K2 K3 K4 Gambar 14. Perkembangan Bobot Segar Tanaman Kentang g Umur 21-33 hss pada Beberapa Kerapatan Tabur Benih cm Pada Gambar 14 dapat dilihat bahwa perlakuan kerapatan tabur benih pada perlakuan K 1 menunjukkan bobot segar tanaman tertinggi diikuti oleh perlakuan K 2 dan terendah pada perlakuan K 3 dan K 4 pada umur 29-33hss , tetapi pada umur 21-25 hss bobot segar tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan K 3 diikuti oleh perlakuan K 4 dan K 3 , terendah dijumpai pada perlakuan K 1 . Pertambahan bobot segar tanaman kentang berlangsung lambat pada umur 21 – 29 hss, berlangsung cepat pada umur 29 Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 – 33 hss. Antar perlakuan K 2 , K 3 dan K 4 tidak terlihat perbedaan yang jelas pada umur 25-33 hss. Tabel 5. Rata-rata Bobot Segar Tanaman 21 sampai 33 hss Akibat Perlakuan Pupuk Kandang dan Kerapatan Tabur Benih serta Kombinasi Perlakuan Bobot Segar Tanaman pada Umur hss Perlakuan 21 25 29 33 Pupuk Kandang M M M 1 M 2 M 3 Kerapatan Tabur Benih K K 1 K 2 K 3 K 4 Kombinasi MxK M K 1 M K 2 M K 3 M K 4 M 1 K 1 M 1 K 2 M 1 K 3 M 1 K 4 M 2 K 1 M 2 K 2 M 2 K 3 M 2 K 4 M 3 K 1 M 3 K 2 M 3 K 3 M 3 K 4 0.19 0.22 0.18 0.39 0.18 0.20 0.18 0.20 0.19 0.18 0.20 0.19 0.18 0.27 0.17 0.26 0.19 0.19 0.18 0.18 0.17 0.16 0.17 0.16 0.48 b 0.72 a 0.55 b 0.58 ab 0.56 0.56 0.62 0.58 0.45 0.46 0.49 0.52 0.69 0.77 0.70 0.72 0.57 0.56 0.50 0.56 0.53 0.48 0.74 0.53 0.70 1.14 0.85 0.80 0.93 0.86 0.85 0.85 0.70 fg F 0.69 fg F 0.73 fg E 0.67 g F 1.24 a A 1.15 b AB 1.08 b B 1.10 b B 0.89 c C 0.85 cd CD 0.86 cd C 0.81 de CDE 0.90 c C 0.76 ef F 0.77 efg EF 0.81 de CDE 1.90 c C 2.77 a A 2.21 b B 2.12 b B 2.39 a A 2.22 b B 2.21 b B 2.19 b B 1.91 1.88 1.95 1.84 2.99 2.76 2.67 2.68 2.33 2.19 2.21 2.12 2.32 2.04 2.00 2.12 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil besar yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata sangat nyata pada taraf 5 1 dan yang tidak bernotasi berdasarkan Uji Jarak Duncan g Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Rata-rata dan hasil uji jarak Duncan untuk bobot segar tanaman akibat perlakuan pupuk kandang, kerapatan tabur benih dan interkasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk kandang M 1 0.50 kg menunjukkan bobot segar tanaman tertinggi dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan M o , M 2 dan M 3 pada umur 33 hss dan pada umur 25 hss berbeda nyata dengan perlakuan M o dan M 2 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan M 1 . Perlakuan kerapatan tabur benih K 1 10 x 1.5 cm menunjukkan bobot tanaman segar tertinggi dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan K 2 ,K 3 , dan K 4 pada umur 33 hss. Kombinasi antara perlakuan pupuk kandang dengan kerapatan tabur benih pada kombinasi M 1 K 1 menunjukkan bobot tanaman segar tertinggi sangat nyata berbeda dengan semua kombinasi perlakuan kecuali pada kombinasi M 2 K 2 nyata berbeda. Gambar 15. Hubungan Bobot Segar Tanaman g dengan Beberapa Dosis Pupuk Kandang kgkg tanah pada Umur 33 hss = 1.895 + 7.8249M - 16.674M 2 +9.0728M 3 ,R 2 = 0.978 puncak = 2.99 pada M = 0.32 kg lembah = 2.04 pada M = 0.91 kg 1 2 3 4 0.25 0.5 0.75 1 Pupuk Kandang kgkg tanah Bobot Se ga r Ta na ma n g Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Pada Gambar 15 dapat dilihat bahwa pada umur 33 hss hubungan bobot segar tanaman kentang dengan pupuk kandang bersifat kubik. Bobot segar tanaman maksimum diperoleh pada dosis pupuk kandang 0.32 kgkg tanah yaitu sebesar 2.99 g dan minimum pada dosis pupuk kandang 0.91 kgkg tanah yaitu sebesar 2.04 g. Pada Gambar 16 dapat dilihat bahwa pada umur 33 hss hubungan bobot segar tanaman kentang dengan kerapatan tabur benih bersifat kuadratik negatif. Bobot segar minimum diperoleh pada kerapatan tabur benih 10 x 4.93 cm yaitu sebesar 2.18 g. Gambar 16. Hubungan Bobot Segar Tanaman g dengan Beberapa Kerapatan Tabur Benih cm pada Umur 33 hss Pada Gambar 17 dapat dilihat bahwa pada umur 29 hss perlakuan tanpa pupuk kandang M hubungan bobot segar tanaman kentang dengan kerapatan tabur benih bersifat kubik. Bobot segar maksimum diperoleh pada kerapatan tabur benih 10 x 4.72 cm yaitu sebesar 1.96 g dan bobot segar minimum diperoleh pada kerapatan tabur benih 10 x 2.37cm yaitu seberat 1.87 g. Pada perlakuan M 1 0.50 kgkg tanah dan M 3 1kgkg tanah hubungan bobot segar tanaman kentang dengan kerapatan tabur benih bersifat kuadratik negatif. Bobot segar minimum diperoleh masing- = 2.596 - 0.1695K+0.0172K 2 , R 2 = 0.655 min = 2.18 pada K = 4.93 cm 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 1.5 3 4.5 6 Kerapatan Tabur Benih 10 x X cm Bob o t Se gar Ta nama n g Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 masing pada kerapatan tabur benih 10 x 4.22 cm dan 10 x 5.02 cm yaitu masing- masing sebesar 1.98 dan 2.65 g. Pada perlakuan M 2 diperoleh hubungan yang linier positif. Gambar 17. Hubungan Bobot Segar Tanaman g dengan Beberapa Kerapatan Tabur Benih cm pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang kgkg tanah pada Umur 29 hss Pada Gambar 18 dapat dilihat bahwa pada umur 29 hss perlakuan kerapatan tabur benih K 1 , K 2 dan K 4 hubungan bobot segar tanaman kentang dengan pupuk kandang bersifat kubik. Bobot segar maksimum diperoleh pada masing-masing pupuk kandang 0.32 kgkg tanah pada K 1 dan K 2 , 0.31 kgkg tanah pada K 4 yaitu sebesar 3.26, 2.97 dan 2.92 g dan bobot segar minimum diperoleh pada masing-masing pupuk kandang 0.89 kgkg tanah, 0.92 kgkg tanah dan 0.88 kgkg tanah yaitu sebesar 2.18,1.98 dan 1.99 g. Pada perlakuan kerapatan tabur benih K 3 hubungan bobot segar tanaman kentang dengan pupuk kandang bersifat kuadratik positif dimana bobot M =2.32 - 0.4591K+ 0.1456K 2 -0.0137K 3 , R 2 = 0.768 puncak = 1.96 pada K = 4.72 cm lembah = 1.87 pada K = 2.37 cm M 1 = + 2.7819- 0.378K + 0.0447K 2 , R 2 = 0.721 min = 1.98 pada K = 4.22cm M 2 = 2.3671 -0.0413K , r = -0.641 M 3 =3.3365 - 0.2723K+ 0.0271K 2 ,R 2 = 0.746 min = 2.65 pada K = 5.02 cm 1 2 3 4 1.5 3 4.5 6 Kerapatan Tabur Benih 10 x X cm Bo bot Se gar T anama n g M M 1 M 2 M 3 Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 segar maksimum diperoleh pada pupuk kandang 0.49 kgkg tanah yaitu sebesar 2.54 g. Gambar 18. Hubungan Bobot Segar Tanaman g dengan Pupuk Kandang kgkg tanah pada Beberapa Kerapatan Tabur Benih cm pada Umur 29 hss Jumlah Akar Data pengamatan rata-rata jumlah akar tanaman kentang pada umur 21 sampai 33 hss terdapat pada Lampiran 9. Hasil sidik ragam pada Lampiran 10 memperlihatkan bahwa perlakuan pupuk kandang sebagai media tumbuh berpengaruh sangat nyata pada umur 21 sampai umur 33 hss. Perlakuan kerapatan tabur benih berpengaruh sangat nyata pada umur 25, 29 dan 33 hss tetapi pada umur 21 berpengaruh tidak nyata. Interaksi antar perlakuan berpengaruh sangat nyata pada umur 29 dan 33 hss tetapi pada umur 21 dan 25 hss berpengaruh tidak nyata. Grafik perkembangan jumlah akar bibit tanaman kentang umur 21 – 33 hss dapat dilihat pada gambar 19 dan 20. Gambar 19 dan 20 memperlihatkan bahwa K 1 = 1.9125 + 9.6811M - 20.817M 2 + 11.542M 3 , R 2 = 0.960 puncak = 3.26 pada M = 0.32 kg lembah = 2.18 pada M = 0.89 kg K 2 = 1.8817 + 7.7269M - 16.345M 2 + 8.7756M 3 , R 2 = 0.953 puncak = 2.97 pada M = 0.32 kg lembah = 1.98 pada M = 0.92 kg K 3 = 1.9705 + 2.3163M - 2.3533M 2 , R 2 = 0.764 max = 2.54 pada M = 0.49kg K 4 = 1.8367 + 7.9344M - 17.367M 2 + 9.7156M 3 , R 2 = 0.937 puncak = 2.92 pada M = 0.31 kg lembah = 1.99 pada M = 0.88 kg 1 2 3 4 0.25 0.5 0.75 1 Pupuk Kandang kgkg tanah Bobot Se rga r Ta na ma n g K 1 K 2 K 3 K 4 Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 secara keseluruhan, perkembangan jumlah akar menunjukkan pola yang sama bagi kedua perlakuan, perkembangan jumlah akar meningkat dengan cepat dari umur 21- 25 hss dan dari umur 29-33 hss dan lambat pada umur 25- 29 hss . Gambar 19. Perkembangan Jumlah Akar Tanaman Kentang Umur 21-33 hss pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang kgkg tanah Gambar 19 memperlihatkan bahwa tanpa pemberian pupuk kandang M pada umur 21-33 hss, menunjukkan jumlah akar terbanyak diikuti oleh perlakuan M 1 dan M 2 dan terendah pada perlakuan M 3 . Gambar 20. Perkembangan Jumlah Akar Tanaman Kentang Umur 21-33 hss pada Beberapa Kerapatan Tabur Benih cm 1 2 3 4 5 6 21 25 29 33 Umur Bibit hss M M 1 M 2 M 3 1 2 3 4 5 21 25 29 33 Umur hss Ju mlah Aka r K 1 K 2 K 3 K 4 Ju mlah Aka r Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Tabel 6. Rata-rata Jumlah Akar 21 sampai 33 hss Akibat Perlakuan Pupuk Kandang dan Kerapatan Tabur Benih serta Kombinasi Perlakuan Jumlah Akar pada Umur hss Perlakuan 21 25 29 33 Pupuk Kandang M M M 1 M 2 M 3 Kerapatan Tabur Benih K K 1 K 2 K 3 K 4 Kombinasi MxK M K 1 M K 2 M K 3 M K 4 M 1 K 1 M 1 K 2 M 1 K 3 M 1 K 4 M 2 K 1 M 2 K 2 M 2 K 3 M 2 K 4 M 3 K 1 M 3 K 2 M 3 K 3 M 3 K 4 1.62 a A 1.14 b AB 1.23 b AB 1.04 b B 1.35 1.33 1.12 1.23 1.58 1.92 1.25 1.75 1.08 1.08 1.00 1.00 1.33 1.25 1.17 1.17 1.42 1.08 1.08 1.00 2.48 a A 2.50 a A 2.39 a AB 1.77 b B 2.60 a A 2.27 b AB 1.96 c B 2.31 a A 2.83 2.75 2.08 2.25 2.17 1.50 1.33 2.08 2.67 2.50 2.08 2.25 2.75 2.33 2.25 2.67 3.21 3.04 2.67 2.19 3.10 2.92 2.21 2.88 3.50 ab A 3.58 a A 2.50 e D 3.25 bc A 3.42 ab A 3.00 d BC 2.50 e DE 3.25 bc AB 3.00 c BC 2.83 d CD 2.17 g E 2.75 de CD 2.50 ef D 2.25 f E 1.75h F 2.25 f E 4.85 4.46 3.67 3.44 4.50 4.33 3.31 4.27 5.08 b AB 5.42 a A 4.00 ef DE 4.92 bc BC 5.00 b BC 4.67 cd C 3.58 g FG 4.58 d C 4.17 e D 4.00 ef DE 2.58 i I 3.92 efDE 3.75 fg EF 3.25 h GH 3.08 h H 3.67 g EF Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil besar yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata sangat nyata pada taraf 5 1 dan yang tidak bernotasi berdasarkan Uji Jarak Duncan Pada Gambar 20 dapat dilihat bahwa perlakuan kerapatan tabur benih pada perlakuan K 1 pada umur 21-33 hss menunjukkan jumlah akar terbanyak diikuti oleh Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 perlakuan K 2 dan K 4 dan terendah pada perlakuan K 3 . Antar perlakuan K 1 , K 2 dan K 4 tidak terlihat perbedaan yang jelas pada umur 29 – 33 hss. Rata-rata dan hasil uji jarak Duncan untuk jumlah akar akibat perlakuan pupuk kandang, kerapatan tabur benih dan interaksi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan tanpa pupuk kandang M menunjukkan jumlah akar terbanyak dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan M 3 dan berbeda nyata terhadap perlakuan M 2 dan M 1 pada umur 21 hss. Pada umur 25 hss perlakuan pupuk kandang M 1 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan M 1 dan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M dan M 2 . Perlakuan kerapatan tabur benih K 1 10 x 1.5 cm menunjukkan jumlah akar terbanyak dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan K 3 dan berbeda nyata pada perlakuan K 2 tetapi berbeda tidak nyata terhadap pelakuan K 4 pada umur 25 hss. Kombinasi antara perlakuan pupuk kandang dengan kerapatan tabur benih pada kombinasi M K 2 menunjukkan jumlah akar terbanyak dan berbeda sangat nyata dengan semua kombinasi perlakuan kecuali pada kombinasi M K 4 berbeda nyata dan berbeda tidak nyata pada kombinasi M K 1 dan M 1 K1 4 pada umur 29 hss. Pada umur 33 hss pada kombinasi M K 2 menunjukkan jumlah akar terbanyak dan berbeda sangat nyata dengan semua kombinasi perlakuan dan pada kombinasi M K 1 berbeda nyata. Pada Gambar 21 dapat dilihat bahwa pada umur 33 hss perlakuan tanpa pupuk kandang M dan M 2 0.75kg hubungan jumlah akar tanaman kentang dengan Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 kerapatan tabur benih bersifat kubik. Jumlah akar maksimum diperoleh pada kerapatan tabur benih masing-masing 10 x 2.31 cm dan 10 x 2.09 cm yaitu masing- masing sebesar 5.72 dan 4.42 dan jumlah akar paling minimum diperoleh pada kerapatan tabur benih masing-masing 10 x 3.87 cm dan 10 x 5.31 cm yaitu masing- masing sebesar 4.97 dan 2.23. Pada perlakuan M 1 0.5 kg dan M 3 1 kg hubungan jumlah akar tanaman kentang dengan kerapatan tabur benih bersifat kuadratik negatif dimana jumlah akar minimum diperoleh pada kerapatan tabur benih masing-masing 10 x 4.82 cm 10 x 3.86 cm dan yaitu masing-masing sebesar 3.52 dan 3.09. Gambar 21. Hubungan Jumlah Akar Tanaman Kentang dengan Kerapatan Tabur Benih cm pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang kgkg tanah pada Umur 33 hss M = -1.0833+6.96K- 2.2037K 2 +0.2016K 3 , R 2 = 0.964 puncak = 5.72 pada K = 2.31 cm lembah = 4.97 pada K = 3.87 cm M 1 = 1.75 + 3.9907K + 1.4259K2 2 , R 2 = 0.899 min = 3.52 pada K = 4.82 M 2 = 0.41670+4.3981K -1.463K 2 +0.1317K 3 , R 2 = 0.965 puncak = 4.42 pada K = 2.09 cm lembah = 2.23 pada K = 5.31 cm M 3 = 4.8958 – 0.9306K + 0.1204K 2 , R 2 = 0.795 min = 3.09 pada K = 3.86 cm 1 2 3 4 5 6 7 1.5 3 4.5 6 Kerapatan Tabur Benih 10 x X cm Ju mlah Akar M M 1 M 2 M 3 Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Perlakuan kerapatan tabur benih K 1 10 x 1.5 cm menunjukkan jumlah akar terbanyak dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan K 3 dan berbeda nyata pada perlakuan K 2 tetapi berbeda tidak nyata terhadap pelakuan K 4 pada umur 25 hss. Gambar 22. Hubungan Jumlah Akar Tanaman Kentang dengan Pupuk Kandang kgkg tanah pada Beberapa Kerapatan Tabur Benih cm pada Umur 33 hss Pada Gambar 22 dapat dilihat bahwa pada umur 33 hss perlakuan kerapatan tabur benih hubungan jumlah akar tanaman kentang dengan pupuk kandang bersifat linier. Pada perlakuan K 1 , K 2, K 3 dan K 4 hubungan jumlah akar tanaman kentang dengan pupuk kandang bersifat linier negatif dimana jumlah akar semakin sedikit dengan semakin tingginya dosis pupuk kandang. Panjang Akar cm Data pengamatan rata-rata panjang akar tanaman pada umur 21 sampai 33 hss terdapat pada Lampiran 11. Hasil sidik ragam pada Lampiran 12 memperlihatkan bahwa perlakuan pupuk kandang sebagai media tumbuh berpengaruh sangat nyata pada umur 29 dan 33 hss dan berpengaruh tidak nyata pada umur 21 dan 25 hss. K 1 = 5,271 - 1,3714M , r = 0,81 K 4 = 5,004 - 1,3048M,r= 0,92 K 2 = 5,533 - 2,133M ,r = 0,97 K 3 =3,971 -1,1714M ,r = 0,66 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 0,25 0,5 0,75 1 Pupuk Kandang kgkg tanah Ju mlah Akar K 1 K 2 K 3 K 4 Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Perlakuan kerapatan tabur benih berpengaruh sangat nyata pada umur 25, 29 dan 33 hss tetapi pada umur 21 hss berpengaruh tidak nyata. Sedangkan interaksi antar perlakuan berpengaruh nyata pada umur 25 dan 29 hss serta berpengaruh sangat nyata pada umur 33 hss tetapi pada umur 21 hss berpengaruh tidak nyata. Grafik perkembangan panjang akar tanaman kentang umur 21 – 33 hss dapat dilihat pada Gambar 23 dan Gambar 24. Gambar 23. Perkembangan Panjang Akar Tanaman Kentang cm Umur 21-33 hss pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang kgkg tanah Gambar 23 dan 24 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan, perkembangan panjang akar menunjukkan pola yang sama bagi kedua perlakuan, perkembangan panjang akar meningkat dengan cepat dari umur 21-33 hss. Gambar 23 memperlihatkan bahwa tanpa pemberian pupuk kandang M pada umur 21-33 hss, menunjukkan panjang akar terpanjang diikuti oleh perlakuan M 1 dan M 2 dan terendah pada perlakuan M 3 . Penurunan panjang akar terbesar terjadi pada perlakuan M 3 dari umur 25 ke umur 29 hss. Antar perlakuan M , M 1 , M 2 dan M 3 tidak terlihat perbedaan yang jelas dari umur 21-25 hss, tetapi dari 29– 33 hss terdapat perbedaan yang jelas antar ke empat perlakuan tersebut. 3 4 5 6 7 21 25 29 33 Umur hss Pa nja ng Ak a r c m M M 1 M 2 M 3 Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Gambar 24. Perkembangan Panjang Akar Tanaman Kentang cm Umur 21- 33 hss pada Beberapa Kerapatan Tabur Benih cm Pada Gambar 24 dapat dilihat bahwa perlakuan kerapatan tabur benih pada perlakuan K 1 pada umur 25-33 hss menunjukkan panjang akar terpanjang diikuti oleh perlakuan K 2 dan K 3 dan terendah pada perlakuan K 4 pada umur 25 hss, tetapi pada umur 29 hss diikuti oleh perlakuan K 2 dan K 4 dan terendah pada perlakuan K 3 . Pada umur 33 hss perlakuan K 1 menunjukkan panjang akar terpanjang diikuti oleh perlakuan K 4 dan K 2 dan terendah pada perlakuan K 3 . Penurunan panjang akar terbesar terjadi pada perlakuan K 3 dari umur 25 ke umur 29 hss diikuti oleh perlakuan K 1 . Rata-rata dan hasil uji jarak Duncan untuk panjang akar akibat perlakuan pupuk kandang, kerapatan tabur benih dan interkasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan tanpa pupuk kandang M menunjukkan panjang akar terpanjang dan berbeda nyata terhadap perlakuan M 1, M 2 dan M 3 pada umur 21. Kombinasi antara perlakuan pupuk kandang dengan kerapatan tabur benih pada kombinasi M 1 K 1 menunjukkan panjang akar terpanjang dan berbeda sangat nyata dengan semua kombinasi perlakuan pada umur 25 hss dan 33 hss. 1 2 3 4 5 6 7 21 25 29 33 Umur hss Pa nja ng Ak a r c m K 1 K 2 K 3 K 4 Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Sedangkan pada umur 29 hss kombinasi M K 4 menunjukkan panjang akar terpanjang dan berbeda sangat nyata dengan semua kombinasi perlakuan. Tabel 7. Rata-rata Panjang Akar 21 sampai 33 hss Akibat Perlakuan Pupuk Kandang dan Kerapatan Tabur Benih serta Kombinasi Perlakuan Panjang Akar pada Umur hss Perlakuan 21 25 29 33 Pupuk Kandang M M M 1 M 2 M 3 Kerapatan Tabur Benih K K 1 K 2 K 3 K 4 Kombinasi MxK M K 1 M K 2 M K 3 M K 4 M 1 K 1 M 1 K 2 M 1 K 3 M 1 K 4 M 2 K 1 M 2 K 2 M 2 K 3 M 2 K 4 M 3 K 1 M 3 K 2 M 3 K 3 M 3 K 4 3.43 a 3.06 ab 2.74 b 2.78 b 2.83 2.87 3.05 3.25 2.88 3.19 3.94 3.72 2.85 3.25 3.28 2.85 2.76 2.50 2.35 3.34 2.83 2.55 2.64 3.09 3.94 3.99 3.74 4.09 4.53 3.84 3.93 3.47 3.87 bcde 3.43 de 4.20 abcd 4.28 abcd 4.63 ab 3.85 bcde 3.64 abcd 3.35 de 4.62 abc 3.55 cde 3.67 bcde 3.11 e 4.84 a 3.24 abc 3.24 bcde 3.15 e 5.90 4.77 4.25 3.72 5.22 4.57 4.08 4.77 5.99 ab AB 5.87 abc AB 5.36abcdABC 6.38 a A 5.78 abc AB 4.88abcdeABC 4.14 de BC 4.81abcdeABC 4.65abcdeABC 4.29bcdeABC 4.09 cde ABC 4.00 cde ABC 4.98 bcdeABC 4.53 e C 3.70 e C 3.91 de AC 6.61 6.56 6.26 4.27 6.49 5.56 5.34 6.31 6.02 de 6.78 bc B 6.52 bcd 7.13 ab AB 7.81 a A 5.52 cf 5.89 ef 7.03 b B 6.35 bcd 6.04 de 5.86 ef 6.80 be B 5.79 ef 4.55cdefBC 4.57cdefBC 4.57cdefB Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil besar yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata sangat nyata pada taraf 5 1 dan yang tidak bernotasi berdasarkan Uji Jarak Duncan cm Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Pada Gambar 25 dapat dilihat bahwa pada umur 29 hss perlakuan pupuk kandang M dan M 1 hubungan panjang akar tanaman kentang dengan kerapatan tabur benih bersifat kuadratik negatif dimana panjang akar minimum diperoleh pada masing-masing kerapatan tabur benih 10x3,59 cm dan 10x4,44 cm yaitu sebesar 5,53 cm dan 4,32 cm. Pada perlakuan M 2 dan M 3 hubungan panjang akar tanaman kentang dengan kerapatan tabur benih bersifat linier negatif. Gambar 25. Hubungan Panjang Akar cm dengan Kerapatan Tabur Benih cm pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang kgkg tanah pada Umur 29 hss Pada Gambar 26 dapat dilihat bahwa pada umur 29 hss perlakuan K 1, K 2, K 3 dan K 4 menunjukkan hubungan panjang akar tanaman kentang dengan pupuk kandang bersifat linier negatif dimana panjang akar semakin sedikit dengan semakin banyaknya dosis pupuk kandang. Pada Gambar 27 dapat dilihat bahwa pada umur 33 hss perlakuan M dan M 3 menunjukkan hubungan panjang akar tanaman kentang dengan kerapatan tabur benih M =7,16 - 0,906K + 0,1267K 2 , R 2 = 0,65 min=5,53 pada K= 3,59 M 1 =7,7658 - 1,5457K + 0,1737K 2 , R 2 = 0,94 min = 4,32 pada K=4,44 M3 = 5,29 - 0,2693K , r = 0,80 M 2 = 4,7967 - 0,1438K , r = 0,93 0,00 2,00 4,00 6,00 1,5 3 4,5 6 Kerapatan Tabur 10 x X cm Panjang Akar cm M M 1 M 2 M 3 Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 bersifat linier. Pada perlakuan M 2 dan M 4 hubungan panjang akar tanaman kentang dengan kerapatan tabur benih bersifat kuadratik negatif dimana panjang akar minimum diperoleh pada kerapatan tabur benih 10 x 3,92 cm dan 10 x 3,46 cm yaitu sebesar 5,47 cm dan 5,86 cm. Gambar 26. Hubungan Panjang Akar Tanaman cm dengan Pupuk Kandang kgkg tanah pada Beberapa Kerapatan Tabur Benih cm pada Umur 29 hss Gambar 27. Hubungan Panjang Akar cm dengan Kerapatan Tabur Benih cm pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang kgkg tanah pada Umur 33 hss M 1 = 11,343 - 2,9897K + 0,3811K 2 , R 2 = 0,95 min = 5,47 pada K=3,92 M = 5,845 + 0,2047K , r = 0,72 M 3 = 5,78 - 0,2427K , r = 0,59 M 2 = 7,5325 - 0,9637K + 0,1389K 2 , R 2 = 0,90 min= 5,86 padaK= 3,46 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 1,5 3 4,5 6 Kerapatan Tabur Benih 10 x X cm Pan jan g Akar cm M M 1 M 2 M 3 K 1 = 6,049 -1,2457M , r = 0,70 K 2 = 5,735 - 1,4964M , r = 0,85 K 3 = 5,2362 - 1,6229M , r = 0,93 K 4 = 6,2442 - 2,6149M , r = 0,95 0,00 2,00 4,00 6,00 0,25 0,5 0,75 1 Pupuk Kandang kgkg tanah Panjang Akar cm K 1 K 2 K 3 K 4 Lanna Reni Gustianty : Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Solanum Tuberosum L. Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan, 2008 Gambar 28. Hubungan Panjang Akar Tanaman cm dengan Pupuk Kandang kgkg tanah pada Beberapa Kerapatan Tabur Benih cm pada Umur 33 hss Pada Gambar 28 dapat dilihat bahwa pada umur 33 hss perlakuan K 2 dan K 3 , hubungan panjang akar tanaman kentang dengan pupuk kandang bersifat linier. Pada perlakuan K 1 dan K 4 hubungan panjang akar tanaman kentang dengan pupuk kandang bersifat kuadratik positif dimana panjang akar maksimum diperoleh pada dosis pupuk kandang 0.46 dan 0.29 kgkg tanah yaitu sebesar 7.41 cm dan 7.57cm.

B. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman di Lapangan Tinggi Tanaman cm