diharapkan masalah deprivasi tidur klien teratasi. Kriteria hasil :
1. Jumlah jam tidur dalam batas normal.
2. Pola tidur, kualitas dalam batas normal.
3. Perasaan fresh sesudah tiduristirahat.
4. Terjaga pada waktu yang tepat.
5. Melaporkan peningkatan rasa sehat dan merasa
dapat istirahat. Rencana tindakan
Rasional 1.
Kaji adanya gejala deprivasi tidur seperti:
konfusi akut, agitasi, ansietas, gangguan
perseptual, reaksi lambat dan iritabilitas.
Untuk menentukan beratnya masalah
deprivasi tidur pada pasien.
2. Jelaskan pentingnya
tidur yang adekuat pendidikan kesehatan
kebutuhan tidur Pasien lebih dapat
mengetahui pentingnya tidur yang adekuat.
3. Ciptakan lingkungan
yang nyaman Pasien akan mampu
istirahat lebih baik bila merasa aman.
4. Batasi masukan
makananminuman yang mengandung
kafein. Kafein dapat
memperlambat pasien untuk tidur dan
mempengaruhi tidur tahap REM,
megakibatkan pasien tidak merasa segar saat
bangun.
5. Kaji kepuasan tidur
klien. Kepuasan tidur -
menentukan gangguan pada pola tidur.
6. Dukung kelanjutan
ritual sebelum tidur, seperti : Berdo’a
sebelum tidur. Meningkatkan relaksasi
dan kesiapan untuk tidur.
7. Tangani gejala
deprivasi tidur, sesuai dengan kebutuhan
misalnya: ansietas, gelisah, paranoia
sementara, ketidakmampuan untuk
konsentrasi. Agar gangguan
deprivasi tidur klien dapat teratasi.
19
5. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan perencanaan keperawatan yang telah dibuat. Adapun faktor yang mendukung dengan
masalah penurunan curah jantung pada Ny. A yaitu: memantau tanda-tanda vital, memantau tanda dan gejala penurunan curah jantng, mengkaji adanya
kelebihan cairan, melakukan pengkajian penyebab yang mendasari penurunan curah jantung,
Anjurkan klien untuk menurunkan stress dengan tekhnik relaksasi dan distraksi yaitu meditasi, bayangkan sesuatu yang rileks, bernapas dalam, minum
teh hangat, memijat diri sendiri, berhenti sejenak dari aktivitas time-out, mendengar musik, mengatur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan, dan memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang: peningkatan tekanan darah hipertensi, tekhnik relaksasi, aktivitas pengalihan
distraksi. Adapun implementasi untuk masalah deprivasi tidur pada Ny. A yaitu :
mengkaji adanya gejala deprivasi tidur seperti: konfusi akut, agitasi, ansietas, gangguan perseptual, reaksi lambat dan iritabilitas, menjelaskan pentingnya
tidur yang adekuat pendidikan kesehatan kebutuhan tidur, menciptakan lingkungan yang nyaman, membatasi masukan makananminuman yang
mengandung kafein, nebgkaji kepuasan tidur klien, memberikan dukungan kelanjutan ritual sebelum tidur, seperti : Berdo’a sebelum tidur, dan
menangani gejala deprivasi tidur, sesuai dengan kebutuhan seperti: ansietas, gelisah, paranoia sementara, ketidakmampuan untuk konsentrasi.
6. Evaluasi
Setelah penulis membahas asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan prioritas masalah oksigenasi, penulis akan membandingkan dengan
konsep keperawattan oksigenasi dan masalah-masalah yang penulis temukan pada pasien saat pengkajian maupun intervensi yang perawat berikan, serta
evaluasi akhirnya.
Pada saat pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan dalam pengambilan data, karena data yang tersedia lengkap dan keluarga pasien
dapat diajak kerja sama dalam pengumpulan data yang diperlukan. Pada
20
pengkajian penulis menemukan kesamaan dari data yang ada pada konsep dan
data yang diperoleh langsung darri pasien.
Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan penulis pada kasus, maka dilakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan dasar pasien. Pada
diagnosa pertama penulis memantau tanda-tanda vital, memantau tanda dan gejala penurunan curah jantng, mengkaji adanya kelebihan cairan, melakukan
pengkajian penyebab yang mendasari penurunan curah jantung,
Anjurkan klien untuk menurunkan stress dengan tekhnik relaksasi dan distraksi yaitu meditasi,
bayangkan sesuatu yang rileks, bernapas dalam, minum teh hangat, memijat diri sendiri, berhenti sejenak dari aktivitas time-out, mendengar musik, mengatur
periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan, dan memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang: peningkatan tekanan darah
hipertensi, tekhnik relaksasi, aktivitas pengalihan distraksi
. Setelah diberikan intervensi klien mengatakan adanya sedikit perubahan seperti, tekanan darah
menurun dari sebelumnya, jantung tidak terasa berdebar cepat lagi, dan klien
sudah dapat melakukan tekhnik relaksasi dan distrakssi.
Pada diagnos kedua penulis melakukan intervensi seperti mengkaji adanya gejala deprivasi tidur seperti: konfusi akut, agitasi, ansietas, gangguan
perseptual, reaksi lambat dan iritabilitas, menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat pendidikan kesehatan kebutuhan tidur, menciptakan lingkungan
yang nyaman, membatasi masukan makananminuman yang mengandung kafein, nebgkaji kepuasan tidur klien, memberikan dukungan kelanjutan ritual
sebelum tidur, seperti : Berdo’a sebelum tidur, dan menangani gejala deprivasi tidur, sesuai dengan kebutuhan seperti: ansietas, gelisah, paranoia
sementara, ketidakmampuan untuk konsentrasi. Dari hasil pengkajian perawat menemukan bahwa klien mengatakan ada gangguann pada pola tidur dan klien
mengatakan tidak puas dengan tidurnya dengan ditandai terdapat lingkaran hitam pada mata klien, mata tampak berair, sehingga penulis memberikan
pendidikan kesehatan tentang kebutuhan tidur yang adekuat dan memberikan dukungan sebelum tidur seperti berdo’a sebelum tidur. Dari evaluasi hasil
didapatkan adanya perubahan yang positif seperti perubahan pada tanda-tanda
vital, kualitas tidur yang meningkat.
21
Dalam melakukan implementasi tidak ada ditemukan hambatan yang dialami penulis, pasien dan keluarga sangat kooperative sehingga pada saat
implementasi hanya berfokus kepada komunikasi dan tindakan terapeutik. Dari dua masalah yang ditemukan masalah sebagian dapat teratasi pada saat
dilakukan evaluasi maka intervensi dilanjutkan oleh keluarga pasien.
22