Parameter Fisika Kualitas Air
Standar yang ditetapkan oleh U.S Public Health Service mengenai kekeruhan ini adalah batas maksimal 10 ppm dengan skala silikat, tetapi dalam
praktek angka standar ini umumnya tidak memuaskan. Kebanyakan bangunan pengolahan air yang modern menghasilkan air dengan kekeruhan 1 ppm atau
kurang. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan menyulitkan
dalam usaha penyaringan dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi. Dari
tinjauan tentang standar kualitas fisis ini, secara umum dapat dilihat bahwa: a. Penyimpangan terhadap standar yang telah ditetapkan akan mengurangi
penerimaan masyarakat terhadap air tersebut, yang selanjutnya dapat mendorong masyarakat untuk mencari sumber air lain yang kemungkinan
tidak “safe” b. Terdapatnya suhu, intensitas bau, rasa dan kekeruhan yang melebihi
standar yang ditetapkan, dapat menimbulkan kekhawatiran terkandungnya bahan-bahan kimia yang dapat mengakibatkan efek toksis terhadap
manusia Sutrisno, 1996.
Kekeruhan mengurangi kejernihan air dan diakibatkan oleh pencemar- pencemar yang terbagi halus, dari mana pun asalnya, yang ada di dalam air.
Tingkat kekeruhan tergantung pada kehalusan partikel-partikel dan konsentrasinya. Di waktu yang lalu, standar untuk perbandingan adalah
turbidimeter Jackson. Dengan alat ini, kekeruhan ditetapkan sebagai ukuran kedalaman air yang dibutuhkan untuk menghilangnya bahaya cahaya lilin.
Sekarang, kekeruhan di ukur dengan suatu turbidimeter yang mengukur gangguan
lintasan cahaya melalui suatu contoh air. Air permukaan yang mengalami kenaikan tingkat kekeruhan yang besar setelah terjadinya hujan sering disebut
sebagai “air yang mengkilat”. Air semacam ini lebih sulit untuk diolah daripada
air yang tingkat kekeruhannya hamper tetap Linsley, 1986. 2.4.2
Warna
Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi, misalnya air di rawa- rawa berwarna kuning, coklat atau kehijauan, air sungai biasanya berwarna
kuning kecoklatan karna mengandung lumpur dan air buangan yang mengandung besi tanin dalam jumlah tinggi berwarna coklat kemerahan. Warna air yang tidak
normal biasanya menunjukkan adanya polus. Warna air yang berbeda atas dua macam yaitu warna sejati true color yang di sebabkan bahan-bahan terlarut, dan
warna semu apperent color, yang selain disebabkan oleh adanya bahan-bahan terlarut juga karena adanya bahan-bahan tersuspensi, termasuk diantaranya yang
bersifat koloid Kanisius, 1992. 2.4.3
Rasa
Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai rasa. Timbulnya rasa yang menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya polusi dan rasa yang menyimpang
tersebut biasanya dihubungkan dengan baunya karena pengujian terhadap rasa air jarang dilakukan. Air yang mempunyai bau tidak normal juga dianggap
mempunyai rasa yang tidak normal. Sebagai contoh, bau fenol, dari air buangan, yang berasal dari pabrik gas, petroleum dan plastik juga diaggap mempunyai rasa
fenol dan bau khlor karena adanya senyawa khoramin R-NH-C atau R-N-Cl
2
juga dianggap mempunyai rasa klor Kanisius, 1992.