menjadi patil yang besar dan bergerigi di belakangnya sedangkan jari-jari lunak paa sirip ini ada 6-7 buah, sirip perut terdapat 6 jari-jari lunak, sirip dubur agak
panjang dan mempunyai 30-33 jari-jari lunak sedangkan sirip ekor bercagak dan bentuknya simetris Kordi, 2010 Gambar 2.1..
Gambar 2.1. Morfologi ikan patin Pangasius djambal 1. Mulut; 2. Mata; 3. Sirip dada; 4. Patil; 5. Sirip punggung;
6. Sirip perut; 7. Sirip anal; 8. Gurat sisik; 9. Sirip ekor.
2.2. Siklus Hidup
Ikan patin dalam menjalani hidupnya mengalami perkembangan atau fase yang akan dijalaninya selama beberapa waktu sampai akhirnya dapat dikonsumsi
ataupun dijadikan induk untuk menghasilkan benih-benih yang berkualitas. Menurut Amri 2010, ikan patin memiliki fase kehidupan yaitu telur, larva, benih
juvenil dan berkembang menjadi induk dewasa atau dapat dilihat seperti skema dibawah ini:
Skema 1. Siklus hidup ikan patin Pangasius djambal 2. Telur
3. Larva
4. Benih Juvenil 1.Induk
Dewasa
1 2 3
4 5 6
7 9
10
2.3. Sifat dan Habitat Alami
Ikan patin merupakan jenis ikan dasar perairan demersal. Hal ini dibuktikan dengan bentuk mulutnya yang melebar dan menghadap ke bawah serta
kebiasaan hidupnya yang lebih suka menetap di dasar dari pada muncul di permukaan perairan. Pada habitat aslinya ikan patin hidup di sungai yang dalam,
agak keruh dan dasar yang berlumpur. Ikan ini bersifat nocturnal, keluar dari persembunyiannya dan melakukan aktivitas pada malam hari. Ikan patin hidup
secara berkelompok atau bergerombol. Hal ini merupakan faktor yang dapat merangsang nafsu makannya Puhanda, 2012.
Ikan patin termasuk jenis omnivora pemakan segala. Ikan ini biasa memakan ikan–ikan kecil, cacing, serangga, biji–bijian, udang kecil dan moluska.
Namun pada stadium larva, ikan lebih bersifat karnivora dan memakan Brachionus sp., Crustacea dan Cladocera. Sementara itu ikan yang dalam
stadium larva yang baru habis kuning telurnya mempunyai sifat kanibal yang tinggi Susanto, 2009.
Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang cukup tahan dengan kekurangan oksigen dan memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap pH
derajat keasaman air lingkungannya, sehingga dapat bertahan hidup pada pH rendah atau yang agak asam sampai pH tinggi atau yang agak basa, yaitu berkisar
antara pH 5–9. Ikan ini membutuhkan kadar oksigen terlarut sebesar 4 mgliter air untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuhnya terhadap oksigen.
Lingkungan dengan kadar karbondioksida sebesar 5 mgliter masih sesuai dengan kondisi tubuh ikan patin. Amri
Khairuman, 2013.
2.4. Parasit Cacing pada Ikan Air Tawar