Cacing Parasitik Gyrodactyus sp. Cacing Parasitik Camallanus sp.

6 Terdapat bintik mata dan 4 lobe pada bagian anterior………….....Dactylogyrus Menurut Kabata 1985, Dactylogyrus sp. diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Animalia Filum: Platyhelminthes Kelas: Trematoda Ordo: Monogenea Family: Dactylogyridae Genus: Dactylogyrus Spesies: Dactylogyrus sp

b. Cacing Parasitik Gyrodactyus sp.

Gyrodactylus sp. yang ditemukan diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri tidak terdapatnya spot mata pada bagian kepala tetapi memiliki prohaptor, adanya embrio, uterus dan bagian opisthaptor gambar 4.5.a. Menurut Kabata 1985 dan Dana et al., 1994, Gyrodactylus sp. memiliki tubuh yang memanjang, kecil, dengan anterior bifida atau anterior yang terbelah dua. Memiliki ophisthaptor dengan 16 kait marginal dan satu pasang jangkar dihubungkan oleh satu punggung dan satu bar ventral. Tidak mempunyai mata. Memiliki esofagus yang pendek. Memiliki usus yang kurang jelas ukurannya. Memiiliki submedian genital, pada bagian posterior hingga ke faring. Tidak memiliki organ kelamin. Uterus mengandung embrio tunggal, pada gilirannya embrio itu akan memiliki generasi selanjutnya. Cacing Parasit ini terdapat pada ikan air tawar dan air laut Gambar 4.4. b dan c c Kunci determinasi Kelompok Cacing parasit Gyrodactylus sp. Dana et al., 1994: 1 Bentuk tubuh pipih, lunak, dan simetri bilateral…………….....Platyhelminthes 2 Tubuh tidak bersegmen, bentuk tubuh pipih sampai fusiform……....Trematoda 3 Ektoparasit, memiliki satu organ penempel posterior dengan satu pasang atau lebih median hook beberapa marginal hook……………………….Monogenea 4 Memiliki opisthaptor dengan 16 kait marginal hook……………………….…..5 5 Memiliki Haptor……..………………………………………..…Gyrodactylidae 6 Haptor tidak dilengkapi struktur khitin sebagai tambahan pada marginal hook dan median hook dan tidak memiliki bintik mata………….…….Gyrodactylus Menurut Kabata 1985, Gyrodactylus sp. diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Animalia Filum: Platyhelminthes Kelas: Trematoda Ordo: Monogenea Family: Gyrodactylidae Genus: Gyrodactylus Spesies: Gyrodactylus sp

c. Cacing Parasitik Camallanus sp.

Camallanus sp. yang ditemukan pada organ saluran pencernaan usus diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri adanya rongga kapsul, otot esofagus, usus, dan spikulum Gambar 4.6.. Gambar 4.5.Cacing Parasitik Camallanus sp. yang menginfeksi saluran pencernaan ikan patin dalam larutan NaCl fisiologis 0,85 dengan perbesaran 40 x 10 lensa objektif a. Bagian anterior tubuh b. Bagian posterior tubuh dan c. Bagian tubuh cacing secara keseluruhan Menurut Kabata 1985 umumnya Camallanus sp. ini menyerang organ usus dan saluran anus. Parasit ini memiliki ciri khas yaitu memiliki suatu buccal kapsul yang dilapisi kutikula yang tebal dan sepasang lekukan pada buccal kapsul. Mulutnya seperti penjepit yang kuat, berbingkai yang dikelilingi oleh buku-buku semacam tanduk. Bentuk seperti ini akan membuat parasit ini dapat memegang dengan kuat ke dinding usus dan tidak dapat lepas. Tempat berkaitnya cacing ini pada usus dapat terjadi pendarahan. Mulut sampai esofagus memiliki dinding otot yang tebal, biasanya esofagus dilapisi kutikula Gambar 4.6. Gambar 4.6. Morfologi Camallanus maculatus Martin et al. 2007 1. Rongga kapsul; 2. Otot esofagus; 3. Cincin syaraf ; 3. Kelenjar esofagus;4. Usus; 5. Spikulum Kunci determinasi kelompok cacing parasit Camallanus sp. Kabata 1985 : 1 Bentuk tubuh Silindris…………………………………….Nemathelminthes 2 Tubuh ramping, memanjang dan memiliki lapisan kutikula yang tebal……………………………………………………………......Nematoda 3 Endoparasit. Esoagus terbagi menjadi dua bagian. Ditemukan di usus………………………………………………………………....Spirurida 4 Mulut memanjang secara dorsoventral, tanpa bibir, dan memiliki buccal capsule yang dilapisi dengan kutikula yang tebal…………..…Camallanidae 5 Memiliki buccal capsule yang terdiri dari dua katub masing-masing pada sisi lateral, dan bagian dalam terdapat seperti batanganpalang yang letaknya membujur………………………………………………………...Camallanus Menurut Kabata 1985, Camallanus sp. diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Anuimalia Filum: Nemathelminthes Kelas: Nematoda Ordo: Spirurida Family: Camallanidae Genus: Camallanus Spesies: Camallanus 4.1.2. Jumlah Cacing Parasitik yang Ditemukan Menyerang Pada Organ Insang dan Saluran Pencernaan usus Ikan Patin Pangasius djambal Di Kolam Budidaya Daerah Tanjung Morawa Hasil penelitian tentang jumlah cacing parasitik yang ditemukan pada organ insang dan saluran pencernaan ikan patin dapat dilihat pada beberapa tabel dibawah ini: Tabel 4.1. Jenis dan jumlah parasit yang ditemukan pada organ insang dan saluran pencernaan usus ikan patin Pangasius djambal umur 1-2 bulan Ikan Organ yang diperiksa Jenis dan Jumlah Parasit Insang n 1-2 bulan Usus n 1-2 bulan 1 - - - - 2 - - - - 3 - - - - 4 Dactylogyrus sp. 1 - - 5 Dactylogyrus sp. 6 Camallanus sp. 1 6 Dactylogyrus sp. 8 - - 7 Dactylogyrus sp. 11 - - 8 Dactylogyrus sp. 6 - - 9 Dactylogyrus sp. 3 - - Gyrodactylus sp. 7 10 Dactylogyrus sp. 5 Camallanus sp. 2 11 Dactylogyrus sp. 7 - - Gyrodactylus sp. 11 12 Dactylogyrus sp. 12 Camallanus sp. 1 Gyrodactylus sp. 9 13 Dactylogyrus sp. 3 - - 14 Dactylogyrus sp. 7 - - 15 Dactylogyrus sp. 6 Camallanus sp. 6 16 Dactylogyrus sp. 1 - - 17 Dactylogyrus sp. 9 Camallanus sp. 3 18 Dactylogyrus sp. 5 Camallanus sp. 8 19 Dactylogyrus sp. 8 - - 20 Dactylogyrus sp. 12 Camallanus sp. 7 Gyrodactylus sp. 5 21 Dactylogyrus sp. 5 Camallanus sp. 3 22 Dactylogyrus sp. 7 - - 23 Dactylogyrus sp. 17 - 24 Dactylogyrus sp. 15 Camallanus sp. 1 25 Dactylogyrus sp. 14 - - 26 Dactylogyrus sp. 16 Camallanus sp. 3 Gyrodactylus sp. 11 27 Dactylogyrus sp. 18 - - 28 Dactylogyrus sp. 14 Camallanus sp. 7 29 Dactylogyrus sp. 15 - - 30 Dactylogyrus sp. 12 Camallanus sp. 8 Keterangan: n = Jumlah parasit yang menginfeksi ikan Berdasarkan Tabel 4.1. terlihat bahwa jenis cacing parasitik yang ditemukan pada organ insang dan saluran pencernaan ikan patin Pangasius djambal umur benih 1-2 bulan adalah Dactylogyrus sp., Gyrodactylus sp.dan Camallanus sp. Cacing Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp. merupakan cacing parasitik yang ditemukan pada organ insang sedangkan Camallanus sp. merupakan cacing parasitik yang ditemukan pada organ saluran pencernaan usus. Cacing parasitik Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp. merupakan ektoparasit yang biasanya terdapat pada organ insang ikan sedangkan Camallanus sp. merupakan endoparasit yang biasanya terdapat pada usus ikan. Menurut Yuliartati 2011, parasit Dactylogyrus sp. biasanya ditemukan pada organ insang karena parasit ini merupakan cacing insang atau habitat hidupnya di insang ikan serta siklus hidupnya terjadi secara langsung. Cacing parasitik Gyrodactylus sp. termasuk ektoparasit, hal ini sesuai dengan pernyataan Nurdiyanto Sumartona 2006, Gyrodactylus merupakan salah satu genus monogenea yang termasuk subkelas Monopisthocotylea dan merupakan parasit eksternal atau ektoparasit yang sering terdapat pada ikan air tawar. Penelitian Tiuria 2013 yang menunjukkan bahwa adanya cacing parasitik yang ditemukan pada insang ikan mujair di kolam Kecamatan Dramaga kota Bogor yang terdiri dari 2 sub kelas yaitu sub kelas Monogenea dan sub kelas Digenea. Cacing parasitik yang didapat berasal dari kelas Trematoda sub kelas Monogenea yang terdiri dari cacing Dactylogyrus sp, Discocotyle sp, dan Gyrodactylus sp. Hal ini terbukti bahwa cacing parasitik Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp. merupakan ektoparasit yang terdapat pada jenis ikan air tawar dan ditemukan pada organ insang ikan. Pada organ saluran pencernaan usus, jenis cacing parasitik yang menyerang ikan adalah Camallanus sp. Hal ini juga disebabkan karena organ saluran pencernaan cocok untuk pertumbuhan cacing parasitik Camallanus sp. Menurut Kabata 1985, Camallanus sp. biasanya menyerang organ usus dan saluran anus. Parasit ini memiliki ciri khas yaitu buccal capsule yang dilapisi kutikula yang tebal dan sepasang lekukan pada buccal capsul. Mulutnya seperti penjepit yang kuat, berbingkai yang dikelilingi oleh buku-buku semacam tanduk. Bentuk ini yang membuat parasit dapat memegang dengan kuat pada dinding usus dan tidak lepas. Dari 30 sampel ikan patin P. djambal umur benih 1-2 bulan yang diperiksa, jumlah benih ikan yang terserang cacing parasitik Dactylogyrus sp. sebanyak 27 ekor, Gyrodactylus sp. sebanyak 5 ekor dan Camallanus sp. sebanyak 20 ekor Tabel 4.1.. Data tersebut diketahui bahwa Dactylogyrus sp. lebih banyak menyerang benih ikan pada bagian organ insang dibandingkan dengan Gyrodactylus sp. sedangkan pada bagian organ saluran pencernaan usus benih ikan patin hanya terserang satu cacing parasitik yaitu Camallanus sp. Hal ini disebabkan karena setiap jenis cacing parasitik tersebut biasanya memiliki habitat hidup yang berbeda-beda pada setiap bagian-bagian tubuh ikan. Menurut Kabata 1985, Dactylogyrus sp. merupakan parasit dalam kelas monogenea yang sering menempel pada permukaan lamela insang ikan dengan menggunakan opistaptor. Menurut Nurdiyanto Sumartono 2006, Gyrodactylus sp. biasanya banyak menyerang kulit dan sirip ikan, sehingga populasinya di insang ikan berada dalam jumlah yang sedikit. Ditambah pendapat Reed et., al 1996, bahwa Dactylogyrus merupakan parasit monogenea yang lebih dikenal juga dengan istilah parasit insang, karena parasit ini hanya akan teramati pada insang sedangkan Gyrodactylus biasanya terdapat pada kulit dan sirip. Pertumbuhan Gyrodactylus sp. disebabkan karena adanya pengaruh kualitas air yang kurang baik seperti suhu dan BOD pada ikan sehingga terjadi penyebaran parasit dengan cara kontak langsung dengan ikan sedangkan menurut penelitian Adji 2008, pada saluran pencernaan usus ikan gurami yang diambil dari tambak Desa Carangpulang Kelurahan Karawaci Bogor ditemukan Procamallanus sp. dan Camallanus sp. Pernyataan tersebut menujukkan bahwa usus ikan air tawar ada terdapat cacing parasitik Camallanus sp. Pada Tabel 4.1. tersebut juga dapat dilihat bahwa ada beberapa individu ikan pada umur benih yang tidak terserang cacing parasitik pada organ insang maupun organ saluran pencernaan. Hal ini disebabkan karena individu ikan memiliki sistem imunitas yang berbeda-beda terhadap serangan jenis cacing parasit. Nurdiyanto Sumartono 2006 menyatakan bahwa tingkat imunitas atau ketahanan tubuh suatu hospes akan berpengaruh terhadap distribusi suatu parasit. Tabel 4.2. Jenis dan Jumlah Parasit yang ditemukan pada organ insang dan saluran pencernaan Ikan Patin Pangasius djambal Umur 3-4 Bulan Ikan Organ yang diperiksa Jenis dan Jumlah Parasit Insang n3-4 bulan Usus n3-4 bulan 1 Dactylogyrus sp. 125 Camallanus sp. 4 Gyrodactylus sp. 11 2 Dactylogyrus sp. 213 - - 3 Dactylogyrus sp. 128 Camallanus sp. 2 Gyrodactylus sp. 9 4 Dactylogyrus sp. 156 - - Gyrodactylus sp. 12 5 Dactylogyrus sp. 231 Camallanus sp. 7 Gyrodactylus sp. 6 6 Dactylogyrus sp. 212 Camallanus sp. 3 7 Dactylogyrus sp. 352 Camallanus sp. 3 8 Dactylogyrus sp. 143 - - 9 Dactylogyrus sp. 125 Camallanus sp. 6 10 Dactylogyrus sp. 124 Camallanus sp. 4 Keterangan: n = Jumlah parasit yang menginfeksi ikan Berdasarkan Tabel 4.2. terlihat bahwa jenis cacing parasitik yang ditemukan pada organ insang dan saluran pencernaan ikan patin P. djambal umur 3-4 bulan adalah Dactylogyrus sp., Gyrodactylus sp., dan Camallanus sp. Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp. merupakan cacing parasitik yang ditemukan pada organ insang sedangkan Camallanus sp. merupakan cacing parasitik yang ditemukan pada organ saluran pencernaan usus ikan. Pada tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa dari 10 sampel ikan yang diperiksa pada bagian organ insang, semuanya positif terserang cacing parasitik Dactylogyrus sp. sementara Gyrodactylus sp. hanya menyerang 4 ekor ikan. Pada bagian organ saluran pencernaan usus ada 7 ikan yang terserang cacing parasitik. Genus Dactylogyrus sp selalu dominan bila dibandingkan dengan genus lainnya, hal ini disebabkan karena Dactylogyrus sp. memiliki penyebaran yang luas pada jenis ikan air tawar. Menurut Tiuria 2013 penyebaran Dactylogyrus sp terlihat dari siklus hidupnya yang bersifat ovivar. Dactylogyrus sp dewasa akan menghasilkan telur yang banyak ke dasar air, kemudian berkembang menjadi larva dan bergerak bebas mencari inang definitif untuk perkembangannya. Selain itu, suhu lingkungan yang tinggi akan mengakibatkan perkembangbiakan Dactylogyrus sp semakin cepat. Tabel 4.3. Jenis dan Jumlah Parasit yang ditemukan pada organ insang dan saluran pencernaan usus Ikan Patin Pangasius djambal Umur 5-6 Bulan Ikan Organ yang diperiksa Jenis dan Jumlah Parasit Insang n5-6 bulan Usus n5-6 bulan 1 Dactylogyrus sp. 376 Camallanus sp. 7 Gyrodactylus sp. 9 2 Dactylogyrus sp. 277 Camallanus sp. 6 Gyrodactylus sp. 12 3 Dactylogyrus sp. 129 - - Gyrodactylus sp. 16 4 Dactylogyrus sp. 237 Camallanus sp. 5 5 Dactylogyrus sp. 213 Camallanus sp. 6 6 Dactylogyrus sp. 224 - - 7 Dactylogyrus sp. 221 - - 8 Dactylogyrus sp. 215 - - 9 Dactylogyrus sp. 231 Camallanus sp. 5 Gyrodactylus sp. 9 10 Dactylogyrus sp. 241 Camallanus sp. 4 Gyrodactylus sp. 16 Keterangan: n = Jumlah parasit yang menginfeksi ikan Berdasarkan Tabel 4.3. terlihat bahwa jenis cacing parasitik yang ditemukan pada organ insang dan saluran pencernaan ikan patin P. djambal umur 5-6 bulan adalah Dactylogyrus sp., Gyrodactylus sp., dan Camallanus sp. Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp. merupakan cacing parasitik yang ditemukan pada organ insang sedangkan Camallanus sp. merupakan cacing parasitik yang ditemukan pada organ saluran pencernaan usus ikan. Pada bagian organ insang semua ikan positif terserang cacing parasitik Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp hanya menyerang 5 ekor ikan sedangkan pada organ usus hanya terdapat 6 ikan yang terserang cacing parasitik Camallanus sp. Pada tabel tersebut terlihat juga bahwa cacing parasitik Dactylogyrus sp. memiliki jumlah serangan yang paling banyak pada bagian organ insang dibandingkan dengan cacing yang lain pada organ yang lain, hal ini disebabkan karena keberadaan jumlah cacing parasitik dapat dipengaruhi oleh faktor umur dan berat badan ikan. Menurut Noble Noble 1989, semakin besar tubuh ikan maka ukuran insang pun akan semakin besar sehingga memungkinkan semakin banyaknya cacing parasitik yang menempel. Selain itu, umur ikan yang tua dapat menjadi toleran untuk mengadaptasikan cacing parasitik dalam jumlah yang besar. Berdasarkan data dari ketiga Tabel 4.1.,4.2. dan 4.3. dapat dilihat bahwa jenis cacing parasitik yang ditemukan pada organ insang dan saluran pencernaan usus ikan patin P. djambal mulai dari tahapan umur benih 1-2 bulan, umur 3-4 bulan dan umur 5-6 bulan adalah sama yaitu Dactylogyrus sp., Gyrodactylus sp. dan Camallanus sp. Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp. ditemukan pada organ insang sedangkan Camallanus sp. ditemukan pada organ saluran pencernaan usus ikan patin P. djambal. Dactylogyrus dapat dikelompokkan dalam kingdom Animalia filum Platyhelminthes kelas Trematoda ordo Monogenea famili Dactylogiridae genus Dactylogyrus, dan Gyrodactylus sp. berasal dari Kingdom Animalia Filum Platyhelminthes, Kelas Trematoda, Ordo Monogenea, Famili Gyrodactylidae sedangkan Camallanus sp. dapat dikelompokkan dalam kingdom Animalia filum Nemathelminthes kelas Nematoda ordo Spirurida famili Camallanidae genus Camallanus. Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, Dactylogyrus sp., Gyrodactylus sp. dan Camallanus juga ditemukan pada ikan yang lain. Pada penelitian Puhanda 2012, jenis cacing parasitik yang ditemukan organ insang ikan patin adalah Dactylogyrus sp dan Pseudodactylogyrus sp. sedangkan pada penelitian Adji 2008, jenis cacing parasit yang menginfeksi ikan air tawar dan air laut ikan mas dan ikan tongkol pada organ saluran pencernaannya adalah Camallanus sp. dan Procamallanus sp. Selanjutnya hasil Tiuria 2013, menemukan bahwa jenis cacing parasit yang menginfeksi organ insang ikan mujair adalah berasal dari kelas Trematoda sub kelas Monogenea yaitu Dactylogyrus sp., Discocotyle sp., Gyrodactylus sp., Tetraonchus sp. dan jenis yang berasal dari sub kelas Digenea. Berdasarkan data dari ketiga tabel juga terlihat bahwa jenis cacing yang ditemukan berdasarkan perbedaan tingkatan umur pada organ insang dan saluran pencernaan ikan patin adalah sama yaitu pada organ insang terdapat Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp dan pada organ usus Camallanus sp. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh tidak berbeda, substrat habitat kolam yang sama dan dipengaruhi oleh faktor makanan yang sama serta berada dalam perairan air tawar, sehingga cacing tersebut sama. Menurut Tiuria 2013, cacing parasitik yang termasuk kedalam kelas Trematoda sub kelas Monogenea dan Sub kelas Digenea, merupakan jenis cacing parasitik yang sering menyerang ikan-ikan air tawar pada semua fase pertumbuhan mulai dari benih sampai dengan fase dewasa, selain itu keberadaan cacing parasitik yang sama juga dipengaruhi oleh kepadatan populasi ikan yang tinggi sehingga memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi parasit, adanya pintu masuk parasit melalui luka terbuka, kualitas air yang buruk.Dari ketiga tabel tersebut juga terlihat bahwa organ yang paling dominan diserang cacing parasitik adalah insang ikan. Insang ikan yang terserang cacing parasitik memiliki perbedaan morfologi. Pada organ insang yang sehat memiliki warna yang lebih cerah dan merah Gambar 4.1.a sedangkan organ insang yang terserang parasit berwarna pucat Gambar 4.1.b. Menurut Dogiel et al., 1961 yang menyatakan bahwa ciri ikan yang terserang parasit diantaranya tutup insang akan mengembang sehingga sulit untuk ditutup dengan sempurna dan lembaran-lembaran insang akan terlihat lebih pucat apabila lokasi infeksinya meluas. Jika pada insang terlihat adanya bintik putih, kemungkinan besar disebabkan oleh adanya cacing parasitik yang menempel pada insang. Menurut Yuliartati 2011, insang yang terserang parasit mengalami kerusakan yaitu warna dari insang tersebut yang berubah dari warna merah menjadi kehitaman di seluruh bagiannya. Banyaknya produksi lendirmucus pada insang yang terinfeksi. Menurut Untergasser 1989, insang yang sehat akan terlihat berwarna merah cerah dan lembaran-lembaran insang tidak menyatu antara yang satu dengan yang lain. Gambar 4.1. Perbedaan insang ikan patin yang sehat dan terserang parasit a.Insang ikan yang sehat; b.Insang ikan yang terserang a b Tabel 4.4. Jenis Dan Jumlah Rata-Rata Parasit Yang Ditemukan Pada Ikan Patin Umur 1-2 Bulan, 3-4 Bulan Dan 5-6 Bulan Umur Ikan Jenis Parasit Jumlah rata-rata Parasit Pada Insang Usus 1-2 bulan Dactylogyrus sp. 8,1 - Gyrodactylus sp. 1,4 - Camallanus sp. - 1,6 3-4 bulan Dactylogyrus sp. 180,9 - Gyrodactylus sp. 3,8 - Camallanus sp. - 2,9 5-6 bulan Dactylogyrus sp. 236,4 - Gyrodactylus sp. 6,2 - Camallanus sp. - 3,3 Berdasarkan Tabel 4.4. terlihat bahwa jenis parasit yang paling tinggi menyerang organ insang adalah Dactylogyrus sp. umur 5-6 bulan dengan jumlah 236,4 dan yang paling rendah adalah Gyrodactylus sp. umur 1-2 bulan dengan jumlah 1,4 sedangkan pada organ usus, Camallanus sp.yang paling tinggi menyerang adalah umur 5-6 bulan dengan jumlah 3,3 dan yang paling rendah adalah umur 1-2 bulan dengan jumlah 1,6. Hal ini disebabkan karena adanya faktor lingkungan ekstrinsik dan instrinsik serta faktor umur yang dapat berpengaruh terhadap jumlah parasit yang ditemukan. Menurut Tiuria 2013 menyatakan bahwa tingginya jumlah cacing parasitik dapat disebabkan karena adanya faktor-faktor lingkungan seperti kontak langsung dengan dengan ikan yang terinfeksi parasit, adanya pintu masuk parasit, melalui luka terbuka, kualitas air yang buruk, adanya perubahan suhu, masuknya jenis ikan yang baru bisa mengakibatkan masuknya parasit baru, predator yang bisa sebagai inang penular, serta sistem budidaya dengan menggunakan kolam tanah yang merupakan media bagi sebagian siklus hidup parasit sedangkan menurut Yuliartati 2011, tingginya tingkat serangan parasit disebabkan tidak terdapat sirkulasi air dan tingkat kepadatan yang tinggi.Menurut Talunga 2007, parasit monogenea dapat berkembang dengan cepat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kepadatan yang tinggi, nutrisi kurang baik, kualitas air yang kurang baik, yang dapat menyebabkan stress sehingga memungkinkan perkembangan parasit dengan cepat. Padat penebaran yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya suatu kompetisi terhadap ruang, makanan, dan oksigen. 4.2. Prevalensi dan Intensitas Cacing Parasitik Pada Insang Dan Saluran Pencernaan Usus Ikan Patin Umur Benih 1-2 Bulan, 3-4 Bulan Dan 5-6 Bulan 4.2.1.Prevalensi Cacing Parasitik Pada Insang Dan Saluran PencernaanUsus Ikan Patin Umur Benih 1-2 Bulan, 3-4 Bulan Dan 5-6 Bulan Prevalensi cacing parasitik pada insang dan saluran pencernaan usus ikan patin umur benih 1-2 bulan, 3-4 bulan dan 5-6 bulan dapat dilihat pada Tabel 4.5. Pada Tabel 4.5. terlihat bahwa prevalensi cacing parasitik Dactylogyrus sp. pada organ insang ikan patin P. djambal umur benih sebesar 90 , umur 3-4 bulan sebesar 100, dan umur 5-6 bulan sebesar 100 dan prevalensi cacing parasitik Gyrodactylus sp.yang menyerang pada umur benih sebesar 16,6, umur 3-4 bulan sebesar 40, dan umur 5-6 bulan sebesar 50. Tabel 4.5. Prevalensi cacing parasitik pada insang dan saluran pencernaan usus Ikan Patin Pangasius djambal umur benih 1-2 bulan, umur 3-4 bulan dan umur 5-6 bulan Umur ikan patin Organ Prevalensi Dactylogyrus sp. Gyrodactylus sp. Camallanus sp. 1-2 bulan benih Insang 90 16,6 - Usus - - 43,3 3-4 bulan Insang 100 40 - Usus - - 70 5-6 bulan Insang 100 50 - Usus - - 60 Pada Tabel 4.5 juga terlihat bahwa prevalensi cacing parasitik Camallanus sp. pada organ saluran pencernaan usus ikan patin umur benih sebesar 40, umur 3- 4 bulan sebesar 70 dan umur 5-6 bulan sebesar 60. Menurut William bunkley- William dalam Hariyadi 2006 prevalensi cacing parasitik Dactylogyrus sp. pada insang ikan patin Pangasius djambal umur benih sebesar 90 masuk dalam kategori almost always cacing parasit hampir selalu menginfeksi ikan dan tingkat infeksi kecacingan yang ditimbulkan parah, umur 3-4 bulan sebesar 100 masuk dalam kategori always cacing parasit selalu menginfeksi ikan dan tingkat infeksi kecacingan yang ditimbulkan sangat parah dan umur 5-6 bulan sebesar 100 masuk dalam kategor always cacing parasit selalu menginfeksi ikan dan tingkat infeksi kecacingan yang ditimbulkan sangat parah, prevalensi cacing parasitik Gyrodactylus sp. pada insang ikan patin Pangasius djambal umur benih sebesar 16,6 masuk dalam kategori often cacing parasit tersebut sering menginfeksi ikan, umur 3-4 bulan sebesar 40 masuk dalam kategori commonly cacing parasit tersebut biasa menginfeksi ikan dan umur 5-6 bulan sebesar 50 masuk dalam kategori frequently cacing parasit tersebut sering kali menginfeksi ikan sedangkan prevalensi cacing parasitik pada saluran pencernaan usus ikan patin umur benih sebesar 40 masuk dalam kategori commonly Cacing parasit tersebut biasa menginfeksi ikan,umur 3-4 bulan sebesar 70 masuk dalam kategori usually cacing parasit biasanya menginfeksi ikan, dan umur 5-6 bulan sebesar 60 masuk dalam kategori frequently Cacing parasit tersebut sering kali menginfeksi ikan. Pada Tabel 4.5. terlihat bahwa pada organ insang prevalensi Dactylogyrus sp. yang menyerang ikan patin pada beberapa tingkatan umur tertentu lebih tinggi daripada Gyrodactylus sp. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan cacing parasitik dapat dipengaruhi oleh adanya kesesuaian habitat dan suhu air pada kolam ikan. Menurut hasil pengukuran faktor fisik kimia yang dilakukan, suhu air tempat pengambilan sampel untuk ikan patin umur benih 1-2 bulan yaitu 25 C, ikan patin umur 3-4 bulan yaitu 25 C dan ikan patin umur 5-6 bulan yaitu 26 o C. Suhu tersebut sesuai untuk pertumbuhan cacing parasitik yakni Dactylogyrus sp. Hal ini sesuai dengan pernyataan Williams dan Joanes 1994, bahwa puncak intensitas Dactylogyrus sp. terjadi pada suhu 20 o C-26 o C, namun untuk perkembangan telur sampai dewasa membutuhkan suhu 24 o C-28 o C. Ditambahkan pendapat Kabata 1985, bahwa tingginya nilai prevalensi Dactylogyrus sp. disebabkan karena adanya juga karena dipengaruhi oleh faktor kualitas air. Jumlah telur yang dihasilkan tergantung pada kadar oksigen terlarut dalam air. Pada kadar oksigen terlarut rendah, maka telur yang dihasilkan tinggi, sebaliknya jika kadar oksigen terlarut dalam air tinggi, maka jumlah telur yang dihasilkan sedikit. Kadar oksigen terlarut DO pada ketiga air kolam lokasi pengambilan sampel ikan patin tersebut tergolong rendah khususnya kolam ikan patin umur 5-6 bulan Lampiran 5 sehingga pertumbuhan Dactylogyrus sp. tersebut lebih cepat. Pada Tabel 4.5. tersebut juga terlihat bahwa prevalensi cacing parasitik yang menginfeksi saluran pencernaan usus ikan tergolong tinggi. Tingginya prevalensi pada usus dapat ditentukan oleh faktor kualitas pakan yang diberikan pada kolam budidaya ikan patin P.djambal berupa pelet dan pakan berupa cacing. Salah satu penyebab tingginya prevalensi parasit pada bagian usus dapat disebabkan karena adanya kualitas pakan yang tidak baik yang dapat menjadi pembawa parasit pada kolam budidaya. Tingginya prevalensi cacing parasitik pada usus juga dapat disebabkan karena usus tersebut merupakan habitat yang cocok untuk perkembangbiakan cacing Camallanus sp. Menurut Noble Noble 1989, tingginya prevalensi kecacingan dapat ditentukan oleh faktor diantaranya yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor ekstrinsik dapat dipengaruhi oleh habitat ikan itu sendiri seperti kualitas air, sumber air kolam, sanitasi kolam yang buruk, pakan ikan yang kurang, serta populasi ikan yang terlalu padat. Faktor instrinsik seperti kekebalan individu ikan, jenis kelamin, umur ikan serta ukuran tubuh ikan. Menurut Abdulgani Arifuddin 2011, bahwa usus dapat menyediakan sumber nutirisi bagi nematoda antara lain darah, sel, jaringan, cairan tubuh dan sari-sari makanan yang terkandung dalam lumen usus, sehingga cacing Camallanus sp. tersebut dapat hidup dalam usus ikan karena termasuk dalam golongan nematoda yang dapat memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dalam tubuh ikan. 4.2.2. Intensitas cacing parasitik pada insang dan saluran pencernaan usus Ikan patin Pangasius djambal umur benih, umur 3-4 bulan dan umur 5-6 bulan Intensitas cacing parasitik pada insang dan usus ikan patin umur benih 1-2 bulan, umur 3-4 bulan dan umur 5-6 bulan dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Intensitas cacing parasitik pada insang dan saluran pencernaan usus Ikan Patin P. djambal umur benih, umur 3-4 bulan dan umur 5-6 bula Ikan Patin bulan Organ Intensitas Dactylogyrus sp. kategori Gyrodactylus sp. kategori Camallanus sp.kategori 1-2 Insang Usus 9,11sedang - 8,6sedang - - 4ringan 3-4 Insang Usus 180,9 sangat berat - 9,5 sedang - - 4,14 ringan 5-6 Insang Usus 236,4 sangat berat - 12,4 sedang - - 5,5ringan Berdasarkan Tabel 4.6. terlihat bahwa organ yang lebih banyak diserang oleh cacing parasitik adalah insang dibandingkan dengan usus ikan. Hal ini disebabkan karena organ insanf bersentuhan langsung dengan lingkungan perairan sehingga peluang masuk parasit akan lebih banyak. Menurut Yuliartati 2011, diantara bagian ektoparasit dan endoparasit, yang sering diserang parasit adalah insang. Di mana insang merupakan alat pernapasan yang langsung berhubungan dengan lingkungan hidupnya. Berdasarkan Tabel 4.6. juga dapat dilihat bahwa pada organ insang nilai intensitas ektoparasit yang paling tinggi adalah Dactylogyrus sp. dan yang paling rendah adalah Gyrodactylus sp. Tingginya nilai intensitas Dactylogyrus sp. disebabkan karena ektoparasit ini dapat berkembang biak dengan cepat sedangkan rendahnya intensitas Gyrodactylus sp. disebabkan karena ektoparasit ini berkemban gbiak secara lambat dan dapat menghasilkan keturunan yang sedikit. Menurut Huent 1979, menyatakan bahwa tingginya nilai intensitas Dactylogyrus sp. disebabkan karena perkembangbiakan ektoparasit tersebut sangat cepat. Dactylogyrus sp. dapat berkembangbiak dengan cara bertelur dan ratusan ektoparasit dapat menginfeksi satu ekor ikan. Menurut Sachlan 1972, menyatakan bahwa intensitas Gyrodactylus sp. rendah karena ektoparasit tersebut berkembangbiak dengan cara menghasilkan embrio dan dalam satu kali berkembangbiak hanya menghasilkan keturunan 1-3 ekor. Berdasarkan Tabel 4.6. juga dapat dilihat bahwa intensitas cacing parasitik pada insang ikan patin P. djambal umur benih 1-2 bulan , umur 3-4 bulan dan umur 5-6 bulan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah pada saluran pencernaan. Hal ini terjadi karena saluran pencernaan memiliki kondisi yang berbeda dengan insang. Parasit yang mampu hidup pada saluran pencernaan memiliki kemampuan untuk resisten terhadap mekanisme pencernaan baik fisik maupun proses kimiawi, tahan melawan respon imunitas dari inang, dan mampu bertahan di dalam usus yang memperoleh suplai oksigen sedikit Bryant dan Carolyn 1989. Keberadaan dan jumlah cacing parasitik juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik berasal dari kondisi tubuh ikan seperti kekebalan tubuh ikan dan umur ikan. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan ikan. 4.3. Data Kualitas Air Kolam Budidaya Ikan Patin Pangasius djambal Umur benih 1-2 bulan, 3-4 bulan dan 5-6 bulan di Daerah Tanjung Morawa Data kualitas air kolam budidaya ikan patin P. djambal umur benih 1-2 bulan, 3-4 bulan dan 5-6 bulan di daerah Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel 4.7. Pada tabel 4.7. parameter kualitas air yang diukur pada kolam budidaya ikan patin P. djambal adalah Suhu, pH, DO dan BOD. Tabel 4.7. Data Kualitas Air Kolam Budidaya Ikan Patin Pangasius. djambal Umur benih 1-2 bulan, 3-4 bulan dan 5-6 bulan di Daerah Tanjung Morawa Parameter Satuan Baku mutu Ikan patin Pangasius djambal Umur 1-2 bulan Umur 3-4 bulan Umur 5-6 bulan Suhu C 23-32 25 25 26 Ph - 6.0-9.0 7,9 6,5 6,0 DO mgL min 6 7,5 7,81 2,72 BOD mgL 2 14,2 17,4 40,0 Dari Tabel 4.7. dapat dilihat bahwa suhu kolam pada benih ikan patin P. djambal adalah 25 C, umur 3-4 bulan 25 C, dan umur 5-6 bulan adalah 26 C. Parameter suhu ikan patin pada umur 1-2 bulan dan umur 3-4 bulan adalah sama yaitu 25 C sedangkan umur 5-6 bulan adalah 26 C. Pada tabel tersebut terlihat bahwa, rata-rata nilai parameter suhu adalah 25,3. Nilai tersebut rendah dan cocok untuk pertumbuhan cacing parasitik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Williams dan Joanes 1994 dalam Nurdiyanto Sumartono 2006 yang menyatakan bahwa puncak intensitas Dactylogyrus sp. terjadi pada suhu 20 o C- 26 o C, namun untuk perkembangan telur sampai dewasa membutuhkan suhu 24 o C- 28 o C. Hasil pengukuran pH pada kolam ikan patin umur 1-2 bulan yaitu 7,9, umur 3-4 bulan yaitu 6,5 dan umur 5-6 bulan yaitu 6,0. Rata-rata ukuran pH pada ketiga kolam ikan tersebut adalah 6,8. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pH relatif mendekati netral dan cocok untuk pertumbuhan ikan patin. Menurut Susanto 2009 menyatakan bahwa pH adalah indikasi air yang bersifat asam, basa alkali, atau netral. Air sumur atau air tanah umumnya agak asam karena mengandung banyak karbonat CO. Kisaran pH optimum yang cocok untuk ikan patin adalah 6,7-8,6. Hasil pengukuran DO Disollved Oxygen pada kolam ikan patin umur 1-2 bulan adalah 7,5 mgl, umur 3-4 bulan adalah 7,81 mgl dan umur 5-6 bulan adalah 2,72mgl. Nilai parameter DO rendah dan cocok untuk pertumbuhan cacing parasitik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto 2009, yang menyatakan bahwa kandungan oksigen O 2 digunakan oleh ikan untuk pernapasan. Oksigen yang diserap akan digunakan untuk aktivitas tubuh seperti bergerak, bertumbuh dan berkembang biak sehingga tidak boleh kekurangan agar aktivitas terus berlangsung. Kandungan oksigen O 2 optimum 5-6 ppm. Dari data tersebut terlihat bahwa pada umur ikan patin 5-6 bulan kandungan DO nya sangat rendah yaitu 2,72 mgl. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan parasit semakin tinggi pada kolam tersebut. Menurut Effendi 2000, Rendahnya kadar oksigen di suatu perairan dapat menyebabkan ikan menjadi stress, sehingga sistem imun tubuh ikan menurun.Pada kondisi yang demikian, ikan akan sangat mudah terinfeksi oleh patogen, baik bakteri maupun parasit. Hasil pengukuran BOD Biological Oxygen Disollved pada kolam ikan patin umur 1-2 bulan adalah 14,2 mgL, umur 3-4 bulan adalah 17,4 mgL dan umur 5-6 bulan adalah 40,0 mgL. Nilai parameter tersebut melebihi baku mutu air. Hal ini disebabkan karena kolam ikan tersebut mengandung banyak bahan organik yang cocok untuk pertumbuhan parasit. Menurut Irianto 2005 mengemukakan bahwa, pengaruh bahan organik di perairan terhadap ikan dapat menyebabakan penurunan resistensi tubuh ikan. Penurunan resistensi tubuh ikan dipicu disebabkan partikel-partikel dari bahan organik mengganggu insang atau merusak insang ikan. Morfologi ikan akan terlihat lebih rusak dan menghasilkan mukus yang berlebih. Ditambahkan pendapat Djawad dalam Yuliartati 2011, bahwa dengan adanya produksi mukus yang berlebihan dapat menyebabkan bertambahnya jarak difusi oksigen dengan lapisan air yang tidak bercampur dengan baik disekitar permukaan lamella sehingga menghambat proses respirasi. Insang ikan akan terbuka sehingga parasit akan lebih mudah masuk kedalam tubuh ikan dan melakukan penyebaran secara luas.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Jenis dan Tingkat Serangan Cacing Parasitik Berdasarkan Perbedaan Tingkatan Umur Pada Insang dan Saluran Pencernaan (Usus) Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Pada Kolam Budidaya Di Tanjung Morawa

3 51 70

Identifikasi Bakteri dan Cacing Parasitik pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus)

2 20 129

Bakteri dan cacing parasitik pada insang dan saluran pencernaan ikan patin (Pangasius sp.)

0 5 101

Jenis dan Tingkat Serangan Cacing Parasitik Berdasarkan Perbedaan Tingkatan Umur Pada Insang dan Saluran Pencernaan (Usus) Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Pada Kolam Budidaya Di Tanjung Morawa

2 27 70

Jenis Dan Tingkat Serangan Cacing Parasitik Berdasarkan Perbedaan Tingkatan Umur Pada Insang Dan Saluran Pencernaan Ikan Patin (Pangasius djambal) Pada Kolam Budidaya Di Tanjung Morawa

3 141 72

Cover Jenis Dan Tingkat Serangan Cacing Parasitik Berdasarkan Perbedaan Tingkatan Umur Pada Insang Dan Saluran Pencernaan Ikan Patin (Pangasius djambal) Pada Kolam Budidaya Di Tanjung Morawa

0 0 13

Chapter I Jenis Dan Tingkat Serangan Cacing Parasitik Berdasarkan Perbedaan Tingkatan Umur Pada Insang Dan Saluran Pencernaan Ikan Patin (Pangasius djambal) Pada Kolam Budidaya Di Tanjung Morawa

0 0 3

Chapter II Jenis Dan Tingkat Serangan Cacing Parasitik Berdasarkan Perbedaan Tingkatan Umur Pada Insang Dan Saluran Pencernaan Ikan Patin (Pangasius djambal) Pada Kolam Budidaya Di Tanjung Morawa

0 0 13

Reference Jenis Dan Tingkat Serangan Cacing Parasitik Berdasarkan Perbedaan Tingkatan Umur Pada Insang Dan Saluran Pencernaan Ikan Patin (Pangasius djambal) Pada Kolam Budidaya Di Tanjung Morawa

0 0 4

Appendix Jenis Dan Tingkat Serangan Cacing Parasitik Berdasarkan Perbedaan Tingkatan Umur Pada Insang Dan Saluran Pencernaan Ikan Patin (Pangasius djambal) Pada Kolam Budidaya Di Tanjung Morawa

0 0 11