B. Total Mikroorganisme Tanah
Parameter yang diamati dalam karakteristik sifat biologi tanah adalah total mikroorganisme tanah. Untuk mengetahui populasi mikroorganisme di dalam
tanah sebagai salah satu acuan untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah dan pengaruhnya terhadap reaksi-reaksi kimia pada tanah. Pada analisis ini yang
dihitung adalah semua jenis mikroorganisme. Jumlah mikroorgansime pada tanah bekas kebakaran dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis Total Mikroorgansime x 10
3
SPKml Sampel
Jumlah Jamur Jumlah Bakteri
Kontrol P1 17,26
9,64 Kontrol P2
21,59 4,67
2010 P1 5,25
3,71 2010 P2
1,24 4,62
2011 P1 2,41
1,73 2011 P2
2,95 5,03
2012 P1 1,22
4,53 2012 P2
1,24 4,62
2013 P1 1,44
3,83 2013 P2
1,05 2,65
Total 55,65
45,03
Berdasarkan pengamatan di laboratorium, mikroorganisme pada tanah yang belum terjadi kebakaran Kontrol lebih banyak daripada tanah bekas
kebakaran. Hal tersebut diakibatkan karena matinya mikroorganisme yang ada pada daerah kebakaran dan hilangnya pasokan makanan bagi mikroorganisme
Universitas Sumatera Utara
yang masih hidup, sehingga persaingan makanan akan terjadi antar mikroorganisme. Dampak kebakaran pada periode 1 tahun setelah terjadi
kebakaran mengalami penurunan dari kondisi kebakaran pada periode 2-4 tahun. Tetapi penurunan yang terjadi tidaklah besar nilainya karena diduga nilai total
mikroorganisme tanah periode 2-4 tahun setelah kebakaran sudah mengalami peningkatan dari tanah periode 1 tahun setelah kebakaran. Hal ini disebabkan
karena populasi mikroorganisme kembali menjadi banyak lagi dengan diikutinya peningkatan pada bahan organik dalam beberapa tahun. Seperti diketahui bahwa
bahan organik dapat dijadikan sumber energi bahan makanan bagi mikroorganisme tanah. Menurut Pyne et al. 1996, kebakaran hutan
menyebabkan bahan makanan untuk mikroorganisme menjadi sedikit, kebanyakan mikroorganisme mudah mati oleh api dan hal itu dengan segera menyebabkan
perubahan dalam habitat, hal ini kemungkinan menyebabkan penurunan jumlah mikroorganisme di dalam tanah.
Menurut hasil penelitian Hatta 2008, jumlah mikroorganisme yang berada pada tanah hutan utuh lebih banyak daripada jumlah mikroorganisme yang
terdapat pada tanah bekas kebakaran. Total mikroorganisme tanah yang didapat pada penelitian ini adalah 100,68 x 10
3
SPKml. Hal ini bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya maka total mikroorganisme tanah pada penelitian ini
termasuk rendah. Rao 1994 menyebutkan bahwa populasi mikroorganisme dalam tanah subur adalah 119 x 10
3
selgr. Menurut Soepardi 1983 fungi tidak berklorofil sehingga
menggantungkan kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan organik, dan menurut Buckman dan Brady 1982 faktor yang paling penting untuk aktivitas
Universitas Sumatera Utara
fungi adalah persediaan makanan, maka jumlah cadangan makanan yang sedikit sangat besar dampaknya terhadap populasi fungi. Populasi mikroorganisme
perombak bahan organik yang berkurang menyebabkan terhambatnya berbagai siklus hara di dalam tanah. Sebagaimana pernyataan Saraswati et al., 2008
bahwa perombak bahan organik memegang peranan penting karena sisa organik yang telah mati diurai menjadi unsur-unsur yang dikembalikan ke dalam tanah
N, P, K, Ca, Mg, dll dan atmosfer CH
4
maupun CO
2
sebagai hara yang dapat digunakan kembali oleh tanaman. Karena populasinya menurun maka tanah
menjadi tidak subur. Efek negatif ini biasanya sementara dan populasi mikroorganisme tanah akhirnya kembali menjadi banyak lagi dalam beberapa
tahun.
C. Fungi Selulolitik