D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dapat dilihat pada lampiran 1. Prosedur penelitian secara ringkas dapat dilihat pada gambar 1:
Analisis Sifat Kimia Tanah
Analisis Sifat Biologi Tanah
Analisis Keberadaan Mikroba selulolitik
pH, C-Organik dan Kapasitas Tukar Kation KTK
Total mikroorganisme tanah dengan metode agar cawan
Sampel tanah diinkubasi dengan Media Selulosa Agar selama 2
minggu
Diisolasi pada Media Asparagine, diinkubasi selama 2 minggu,
diamati pertumbuhannya
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil A. Karakteristik Sifat Kimia Tanah Bekas Kebakaran
Keberadaan mikroorganisme di dalam tanah terutama dipengaruhi oleh sifat kimia tanah. Hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisi sifat kimia sampel tanah bekas kebakaran Sampel
pH Kritera
C-Organik Kriteria
KTK m.e100g
Kriteria
Kontrol 6,24
Agak masam 1,19
Rendah 4,20
Rendah 2010
5,80 Agak masam
1,22 Rendah
4,60 Rendah
2011 5,90
Agak masam 2,71
Sedang 7,80
Rendah 2012
4,98 Masam
3,29 Tinggi
11,00 Rendah
2013 7,52
Netral 2,03
Sedang 13,00
Rendah Sumber kriteria : Staf Pusat Penelitian Tanah-Bogor dan BPP-Medan
Hasil analisis menunjukkan bahwa pH tanah termasuk ke dalam kriteria agak masam. Kebakaran yang terjadi pada hutan dan lahan di Kabupaten Samosisr
bisa menyebabkan tanah mempunyai pH masam. Pada awal kebakaran tanah bersifat basa, karena disebabkan oleh pengaruh abu dari bahan-bahan organik
yang terbakar. Kemudian air hujan mencuci abu tersebut sehingga pH tanah menjadi masam. Curah hujan dan suhu tinggi di daerah ini menyebabkan proses
pencucian berjalan cepat. Menurut Daniel et al., 1987 dalam Marjenah 2007,
Universitas Sumatera Utara
pembakaran cenderung menaikkan pH tanah karena endapan abu yang bersifat basa, abu terdiri atas elemen-elemen kalsium, magnesium, kalium dan fosfor.
Keberadaan jasad renik sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Menurut Buckle 1987 setiap organisme memiliki kisaran pH tertentu yang masih
memungkinkan bagi pertumbuhannya dan juga mempunyai pH optimum. Pada umumnya, mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran pH 6,6-8,0.
Fungi cenderung lebih bisa beradaptasi pada berbagai pH, terutama pada pH yang rendah. Sedangkan bakteri tumbuh lebih baik pada pH yang lebih tinggi.
Karena itu, pada pH yang rendah ditemukan banyak fungi. Pada pH yang tinggi, fungi harus bersaing dengan keberadaan bakteri dalam memperebutkan makanan.
Dari hasil penelitian Susanti 2005 diperoleh data bahwa jumlah isolat jamur yang ditemukan pada pH yang rendah lebih banyak daripada bakteri. Faktor pH
mempunyai pengaruh penting dalam populasi mikroba yang berperan dalam proses dekomposisi selulosa. pH optimum bagi bakteri dalah mendekati netral,
yaitu 6,5 – 7,5, sedangkan bagi jamur kisaran pH nya lebih lebar dari bakteri yaitu 2,0 – 11,0 yang artinya jamur lebih toleran pada tempat yang masam daripada
bakteri. Dari hasil analisi pada Tabel 1 bisa dilihat bahwa persentase C-Organik
pada tanah sampel termasuk dalam kategori rendah sampai dengan tinggi. Pengaruh kebakaran terhadap sifat kimia dengan kesuburan tanah yaitu dengan
terjadinya penurunan kandungan bahan organik pada areal yang terbakar maka kesuburan tanah pada areal yang terbakar akan berkurang. Akibat areal yang
terbuka, maka pada saat terjadi hujan akan menimbulkan aliran permukaan yang
Universitas Sumatera Utara
besar, hal ini menyebabkan banyaknya bahan organik yang terbawa oleh aliran permukaan pada saat hujan. Keberadaan C-Organik pada tanah sangat
berpengaruh terhadap unsur-unsur kimia di dalam tanah, sekaligus keberadaan mikroorganisme di dalam tanah, khususnya mikroorganisme selulolitik. Menurut
Soepardi 1983, bahwa keberadaan bahan orgnaik pada suatu tanah dapat diindikasikan dengan populasi mikroorganisme yang tinggi karena populasi tinggi
menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup. Kapasitas tukar kation pada tanah bekas kebakaran mempunyai nilai KTK
lebih tinggi daripada nilai KTK tanah yang belum terjadi kebakaran kontrol. Hal ini bisa terjadi karena pengaruh dari perubahan pH pada tanah tersebut. Menurut
Hakim et al,. 1986, pada kebanyakan tanah ditemukan bahwa pertukaran kation berubah dengan berubahnya pH tanah.
Dari hasil analisis KTK pada Tabel 1, terlihat bahwa sampel tanah termasuk dalam kategori rendah. Perubahan pH pada
tanah bekas kebakaran mengakibatkan kation-kation yang dijerap atau dilepaskan dari permukaan koloid atau humus menjadi sedikit dibandingkan dengan kation-
kation yang dijerap atau dilepaskan dari permukaan humus tanah yang tidak mengalami kebakaran.
Kandungan bahan organik yang rendah pada tanah disebabkan oleh terbakarnya vegetasi pada permukaan tanah akibat kebakaran pada hutan dan
lahan mengakibatkan rendahnya KTK. Kapasitas tukar kation berkaitan erat dengan kadar organik, sebagaimana yang dinyatakan oleh Hardjowigeno 2003
yakni bahwa tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempuyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik rendah atau tanah—tanah berpasir.
Universitas Sumatera Utara
B. Total Mikroorganisme Tanah