Evaluasi Fasilitas Kerja dan Sikap Kerja pada Bagian Pengupasan 105–114 Eka Lestari Mahyuni
110 Rekomendasi dari rancangan fasilitas
kerja yang diperbaiki meliputi: a. Tinggi meja P 5
th
dan P 50
th
: 58 cm b. Sandaran kaki di bawah meja: 25 cm dari
sisi luar kaki meja c. Tinggi sandaran kaki meja: 10 cm dari
lantai d. Tinggi kaki kursi P 5
th
: 37 cm e. Tinggi footrest dari lantai: 10 cm
f. Lebar alas kursi P 95
th
: 41 cm g. Panjang alas kursi P 50
th
: 40,5 cm h. Lebar sandaran P 50
th
: 37 cm i. Tinggi sandaran P 5
th
: 51 cm j. Tinggi kursi P 50
th
: 98 cm k. Panjang gagang pisau P 50
th
: 7.7 cm l. Lebar gagang pisau: 3 cm
m. Besar gagang pisau: 5 cm
B. Sikap Kerja
Dalam proses kerja pengupasan, terdapat beberapa sikap kerja yang terbentuk
dari interaksi antara fasilitas kerja dengan pekerja. Hal ini ditunjukkan melalui gerak-
gerik alamiah pekerja dan posisi atau postur- postur yang dibentuk tubuh pekerja. Sikap-
sikap kerja tersebut meliputi: 1. Sikap duduk
Pekerja yang bekerja pada bagian pengupasan peeling bekerja dengan posisi
duduk. Dari hasil observasi yang dilakukan, sikap duduk yang dialami oleh para pekerja
tidaklah ergonomis dimana mereka bekerja dengan posisi duduk yang statis selama bekerja,
dengan postur tubuh yang membungkuk dan leher dalam posisi menunduk ke depan. Postur
ini terbentuk akibat objek kerja yang berada di bawah, yaitu ubi yang dikupas dan
dipegang oleh tangan kiri dengan sudut siku ± 40
- 65 di depan ataupun agak ke samping
kiri dari tubuh bagian depan pekerja. Selain itu kursi kerja yang tidak
mempunyai sandaran punggung semakin membuat tubuh pekerja cenderung
membungkuk karena tubuh secara alami akan beradaptasi dengan fasilitas yang
digunakan. Faktor kebiasaan duduk pekerja juga mempengaruhi postur yang salah ini.
Akibatnya pekerja cepat merasakan lelah pada bagian punggung dan pinggang ke
bawah. Postur membungkuk ini semakin terlihat pada saat pekerja harus mengupas
kulit ubi yang keras karena ketidaksempurnaan dalam proses pemanggangan. Agar dapat
mengupas kulit ubi tersebut, pekerja harus menekan ubi ke bawah dengan lebih kuat
dengan cara meletakkan ubi tersebut di atas pangkuan paha mereka bahkan terkadang
ke bagian perut dan dada kiri atas sehingga tangan akan memberikan tekanan yang lebih
besar untuk mengupas kulit ubi tersebut. Akibatnya dengan cara ini terbentuk postur
tubuh yang cenderung salah. Cara duduk selain membungkuk, pada umumnya pekerja
juga duduk dengan posisi kaki terbuka dimana paha ke bawah menahan krat tempat
mereka mengumpulkan hasil kerja berupa kulit ubi yang dikupas. Kaki disandarkan di
kaki kursi ataupun diletakkan di atas lantai. Dan hal ini berlangsung sekitar 30-45 menit
kemudian adakalanya pekerja merubah posisi duduk tersebut.
Samara 2003 menyatakan bahwa duduk dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan nyeri pinggang bawah dan ini merupakan masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan. Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot
pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Dan bila ini
berlanjut terus, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang
mengakibatkan hernia nukleus pulposus. Setelah duduk selama 15-20 menit, otot-otot
punggung biasanya mulai letih. Maka mulai dirasakan nyeri pinggang bawah. Namun,
orang yang duduk tegak lebih cepat lelah karena otot-otot punggungnya lebih tegang.
Sementara orang yang duduk membungkuk kerja otot lebih ringan, namun tekanan pada
bantalan saraf lebih besar.
2. Sikap mengupas Pekerja
peeling yang terbagi atas 2 bagian memiliki metode kerja yang berbeda
dalam mengupas ubi. Untuk bagian first peeling pengupasan, ubi dikupas sekedar
menghilangkan kulit ubi dan masih dibolehkan meninggalkan sisa kulit yang
belum terkupas namun dalam frekuensi yang kecil. Cara mengupas ubi pada bagian ini
dari bawah ke atas dengan gerak lurus yang disesuaikan dengan bentuk ubi. Dengan
ukuran ubi yang berbeda-beda maka untuk tiap ubi dapat diselesaikan dalam waktu yang
berbeda pula. Untuk ubi yang berukuran besar, biasanya dapat diselesaikan ±1.5-2
menit sedangkan untuk ubi berukuran kecil ataupun sedang dapat diselesaikan selama ±
0.7-1.3 menit. Pada proses kerja ini tangan
Universitas Sumatera Utara
Evaluasi Fasilitas Kerja dan Sikap Kerja pada Bagian Pengupasan 105–114
Eka Lestari Mahyuni 111
kanan yang memegang pisau kerja lebih berperan penting karena harus memberikan
tekanan dan gaya pada saat mengupas ubi. Di samping itu jari-jari tangan kiri juga berperan
besar dimana telapak tangan harus mampu menggenggam ubi dan menjaga keutuhannya
pada saat dikupas.
Sedangkan bagian second peeling sortir 1, mempunyai cara potong yang
berbeda. Tangan kiri mereka berfungsi lebih banyak untuk mempertahankan keutuhan ubi
yang telah dikupas. Sedangkan cara mereka mengupas lebih hati-hati dimana pisau
digunakan ditempat-tempat tertentu khususnya pada bagian ubi yang masih dijumpai sisa
kulit yang belum terkupas dan kotoran berupa bintik hitam pada ubi. Dalam proses
kerja ini membutuhkan tingkat ketelitian yang cukup tinggi dalam mencari ataupun
menemukan kotoran yang masih terdapat di dalam ubi yang akan dibuang dengan
mengupasnya hingga ubi tampak bersih.
Sebagian besar cara mengupas menggunakan bagian ujung dan tengah pisau
dengan gerak dari kanan ke kiri atau sebaliknya dan hanya ditujukan pada bagian-
bagian tertentu. Bahkan terkadang ubi dikupas dari atas ke bawah atau dengan
menekan pisau kea rah telapak tangan kiri sehingga jari tangan dapat mempertahankan
keutuhan ubi. Ubi yang dikupas akan ditahan oleh jari-jari tangan kiri khususnya telapak
tangan sekitar ibu jari yang lebih banyak berperan sehingga dapat tetap menjaga
keutuhan ubi yang dikupas.
Waktu yang dibutuhkan dalam menyortir kotoran ubi untuk tiap ubi
berbeda-beda dan juga dipengaruhi oleh bentuk pisau yang digunakan. Untuk ubi
besar dapat memakan waktu 2-3 menit bila menggunakan pisau pendek dengan mata
pisau melengkung, sedangkan bila menggunakan pisau dengan mata pisau
panjang dapat diselesaikan dalam waktu 2.5- 4 menit. Hal ini disebabkan karena
lengkungan ubi tidak begitu sesuai dengan bentuk pisau yang digunakan dan tangan kiri
ataupun tangan kanan pekerja sedikit lebih sulit dalam mempertahankan keutuhan ubi
dibandingkan bila menggunakan pisau pendek yang didesain melengkung.
3. Sikap angkatangkut Dalam proses kerja peeling juga
dijumpai sikap mengangkat dan mengangkut. Hal ini dijumpai pada saat mereka
menimbang ubi yang akan dikupas ataupun menimbang hasil kupasan mereka setelah
selesai bekerja. Beban yang diangkat berkisar dari 5 kg sampai dengan 19 kg bahkan
adakalanya mencapai 20 kg. Beban angkat ini tidak sesuai dengan standar yang
diharuskan dimana seharusnya untuk pekerja wanita diperbolehkan mengangkat 15-16 kg.
Sikap tubuh yang dibentuk pada saat mengangkat cukup baik. Namun pada saat
mengangkut beban, ada kecendrungan membentuk postur tubuh yang membungkuk
dan hal ini sering dijumpai pada saat mereka menimbang hasil kerja Khususnya pada saat
istirahat siang dan selesai kerja, dimana masing-masing pekerja mengangkat hasil
kerjanya dan satu persatu menimbang hasil kerja mereka. Dengan padatnya pekerja dan
timbangan hanya satu buah membuat pekerja berbaris hingga menunggu gilirannya tiba
sambil mengangkat krat ataupun trayer yang berisi hasil kupasan mereka. Ada kalanya
mereka menunggu dalam waktu yang cukup lama sehingga merasakan ketegangan pada
otot tangan mereka akibat mengangkat beban secara statis dalam jangka waktu yang lama.
Bila seorang pekerja mengangkat barang sambil membungkuk, tekanan yang
besar sekali terjadi pada daerah pinggang sebagai akibat gaya pengungkit. Sebaliknya
dengan posisi mengangkat yang benar dimana punggung dalam keadaan tegak,
tekanan terhadap pinggang pada saat mengangkut beban tidak mengalami tekanan
yang besar bahkan lebih rendah daripada dengan sikap yang membungkuk.
C. Body Map Quesioner Data