perlu menghukum anggota keluarganya. Ini berhubungan erat dengan isu ketidak setaraan jender dan adanya budaya patriarki dalam masyarakat yang
menempatkan posisi laki-laki lebih tinggi dari posisi perempuan. Dari aspek sikap, laki-laki diharapkan dapat memberi kontribusi positif
terhadap kesehatan reproduksi sangat berpengaruh terhadap kesehatan perempuan. Keputusan penting seperti siapa yang akan menolong istri
melahirkan, memilih metoda kontrasepsi yang dipakai istri masih banyak ditentukan oleh suami. Dilain pihak banyak laki-laki tidak mendapatkan
pelayanan dan informasi yang memadai tentang kesehatan reproduksi misalnya dalam hal hubungan seksual sebelum nikah, berganti-ganti pasangan, kesetaraan
ber-KB serta sikap lainnya sehingga membahayakan perempuan yang menjadi pasangannya. Saroha, 2009
3. Suami
Suami adalah seseorang yang memiliki istri dan merupakan kepala keluarga yang bertugas memimpin keluarga namun memiliki kedudukan yang sama dengan istri,
sehingga suami juga dapat membantu istri dalam melakukan pekerjaan dalam rumah tangga. Poerwadarminta, 1976. Peran dan partisipasi suami juga sangat dibutuhkan
oleh istri dalam memelihara kesehatan reproduksinya.
Universitas Sumatera Utara
4. Kesehatan Reproduksi 4.1 Definisi Kesehatan Reproduksi
Konfrensi Internasional tentang Kependuduka n dan Pembangunan ICPD Interenational Confererence on Population and Development, di Kairo Mesir tahun
1994 diikuti 180 negara menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan dan pengendalian populasi
dan penurunan fertilitas keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Tahun 1995 konferensi sedunia IV tentang
wanita dilaksanakan di Beijing, Cina, Haque 1999, di New York tahun 2000 menyepakati antara lain:
Definisi kesehatan reproduksi adalah: suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.Widyastuti, 2009
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN, 1996 yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah apa yang disebut sebagai Reproduksi
Sehat Sejahtera , dengan definisi: “ Adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan
fungsi serta proses reproduksidan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Universitas Sumatera Utara
spiritual memiliki hubungan yang serasi-selaras-seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan “. Saroha, 2009
Dari beberapa definisi diatas jelaslah bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya menyangkut kehamilan atau langsung berkaitan dengan kehamilan saja, tetapi
mencakup area-area yang lebih luas. Kesehatan reproduksi bukanlah sekedar masalah biomedik saja, tetapi merupakan masalah sosial karena dipengaruhi oleh berbagai
faktor sosial seperti bagaimana masyarakat mempersepsikan peran perempuan dalam masyarakat, kekerasan terhadap perempuan, sejauh mana masyarakat mengetahui
bahwa merekapun dapat membantu kesehatan kaum perempuan, nilai anak, keluarga dan sebagainya.
4.2 Hak – Hak Reproduksi Wanita