b. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan yang mungkin dapat berakibat fatal
bagi pasangan bila melakukan aborsi. c.
Mengubah norma perilaku hubungan seksual yang tidak bertanggung jawab dibeberapa wilayahsuku tertentu.
Dengan adanya cara pandang yang baru terhadap peran laki-laki dalam kesehatan reproduksi, diharapkan dampak akhirnya adalah menurunnya kejadian kematian ibu dan
bayi, serta meningkatnya status kesehatan perempuan secara keseluruhan.
2. Sikap 2.1 Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek Notoadmojo, 2003. Manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup
2.2 Komponen Pokok Sikap
Dalam buku Notoadmojo 2003, Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok.
a. Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak
Universitas Sumatera Utara
ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi
memegang peranan penting.
2.3 Berbagai Tingkatan Sikap a. Menerima receiving
Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek
b. Merespon Responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap c. Menghargai valuing
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung Jawab Responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap paling tinggi.
2.4 Sikap Suami terhadap Kesehatan Reproduksi
Dalam masyarakat laki-laki telah dikukuhkan sebagai kepala keluarga yang mempunyai hak penuh untuk membesarkan, menetapkan masa depan dan bila
Universitas Sumatera Utara
perlu menghukum anggota keluarganya. Ini berhubungan erat dengan isu ketidak setaraan jender dan adanya budaya patriarki dalam masyarakat yang
menempatkan posisi laki-laki lebih tinggi dari posisi perempuan. Dari aspek sikap, laki-laki diharapkan dapat memberi kontribusi positif
terhadap kesehatan reproduksi sangat berpengaruh terhadap kesehatan perempuan. Keputusan penting seperti siapa yang akan menolong istri
melahirkan, memilih metoda kontrasepsi yang dipakai istri masih banyak ditentukan oleh suami. Dilain pihak banyak laki-laki tidak mendapatkan
pelayanan dan informasi yang memadai tentang kesehatan reproduksi misalnya dalam hal hubungan seksual sebelum nikah, berganti-ganti pasangan, kesetaraan
ber-KB serta sikap lainnya sehingga membahayakan perempuan yang menjadi pasangannya. Saroha, 2009
3. Suami
Suami adalah seseorang yang memiliki istri dan merupakan kepala keluarga yang bertugas memimpin keluarga namun memiliki kedudukan yang sama dengan istri,
sehingga suami juga dapat membantu istri dalam melakukan pekerjaan dalam rumah tangga. Poerwadarminta, 1976. Peran dan partisipasi suami juga sangat dibutuhkan
oleh istri dalam memelihara kesehatan reproduksinya.
Universitas Sumatera Utara
4. Kesehatan Reproduksi 4.1 Definisi Kesehatan Reproduksi
Konfrensi Internasional tentang Kependuduka n dan Pembangunan ICPD Interenational Confererence on Population and Development, di Kairo Mesir tahun
1994 diikuti 180 negara menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan dan pengendalian populasi
dan penurunan fertilitas keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Tahun 1995 konferensi sedunia IV tentang
wanita dilaksanakan di Beijing, Cina, Haque 1999, di New York tahun 2000 menyepakati antara lain:
Definisi kesehatan reproduksi adalah: suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.Widyastuti, 2009
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN, 1996 yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah apa yang disebut sebagai Reproduksi
Sehat Sejahtera , dengan definisi: “ Adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan
fungsi serta proses reproduksidan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Universitas Sumatera Utara
spiritual memiliki hubungan yang serasi-selaras-seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan “. Saroha, 2009
Dari beberapa definisi diatas jelaslah bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya menyangkut kehamilan atau langsung berkaitan dengan kehamilan saja, tetapi
mencakup area-area yang lebih luas. Kesehatan reproduksi bukanlah sekedar masalah biomedik saja, tetapi merupakan masalah sosial karena dipengaruhi oleh berbagai
faktor sosial seperti bagaimana masyarakat mempersepsikan peran perempuan dalam masyarakat, kekerasan terhadap perempuan, sejauh mana masyarakat mengetahui
bahwa merekapun dapat membantu kesehatan kaum perempuan, nilai anak, keluarga dan sebagainya.
4.2 Hak – Hak Reproduksi Wanita
Hak-hak reproduksi menurut kesepakatan dan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu
secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani, meliputi: 1.
Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi. 2.
Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi. 3.
Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi. 4.
Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan. 5.
Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak. 6.
Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. 7.
Hak untuk bebas dari penganiayaan dan berkelakuan buruk termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual.
Universitas Sumatera Utara
8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi. 9.
Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya. 10.
Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga. 11.
Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi.
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi.Widyastuti, 2009 Dalam ICPD 1994 di Kairo, telah disepakati paradigma baru dalam pengelolaan
masalah kependudukan dan pembangunan yaitu dengan pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi dan hak reproduksi. Dengan demikian, upaya pengendalian
penduduk, perlu mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi laki- laki dan perempuan sepanjang siklus hidup dan hak reproduksi mendapat perhatian
khusus. Hak reproduksi didasarkan pada pengakuan hak-hak asasi manusia yang diakui didunia internasional. Hak reproduksi perorangan dapat dapat diartikan bahwa: setiap
orang, baik laki-laki maupun perempuan tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama, dll, mempunyai hak yang sama untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab kepada diri, keluarga dan masyarakat mengenai jumlah anak, jarak antar anak, untuk menentukan waktu kelahiran anak dan dimana akan melahirkan. Hak
reproduksi antara lain adalah sebagai berikut: setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang terbaik. Ini berarti:
Universitas Sumatera Utara
a. Penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang
berkualiatas dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga menjamin keselamatan dan keamanan klien.
b. Laki-laki dan perempuan baik sebagai individu maupun sebagai pasangan, berhak
memperoleh informasi lengkap tentang seksualitas, kesehatan reproduksi, manfaat serta efek samping obat-obatan, serta alat dan tindakan medis yang digunakan
untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi. c.
Adanya hak untuk memperoleh pelayanan Keluarga Berencana yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan tidak
melawan hukum. d.
Perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam kehamilan serta memperoleh bayi
yang sehat. e.
Hubungan suami-istri didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama, tanpa unsur
pemaksaan, ancaman dan kekerasan. f.
Para remaja, laki-laki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang tepat dan benar tentang reproduksi remaja, sehingga dapat berperilaku sehat dan
menjalani kehidupan sosial yang bertanggung jawab. g.
Laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi yang mudah diperoleh, lengkap dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIVAIDS.
Saroha, 2009
Universitas Sumatera Utara
Menurut BKKBN 2000, kebijakan teknis operasional di Indonesia, untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak reproduksi:
1. Promosi hak-hak reproduksi
Dilaksanakan dengan menganalisis perundang-undangan, peraturan dan kebijakan yang saat ini berlaku apakah sudah seiring dan mendukung hak-hak reproduksi
dengan tidak melupakan kondisi lokal sosial budaya masyarakat. Pelaksanaan upaya pemenuhan hak reproduksi memerlukan dukungan secara politik, dan legisltif
sehingga bisa tercipta undang-undang hak reproduksi yang memuat aspek pelanggaran hak-hak reproduksi hak-hak reproduksi.
2. Advokasi hak-hak reproduksi
Advokasi yang dimaksudkan agar mendapatkan dukungan komitmen dari para tokoh politik, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dan swata. Dukungan swasta
dan LSM sangat dibutuhkan karena ruang gerak pemerintah lebih terbatas. Dukungan para tokoh sangat membantu memperlancar terciptanya pemenuhan hak-hak
reproduksi sangat penting artinya untuk terwujudnya pemenuhan hak-hak reproduksi.
4.3 Tujuan Kesehatan Reproduksi a. Tujuan Utama Kesehatan Reproduksi adalah:
Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang konferehensif kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi perempuan sehingga
dapat meningkatkan kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi dan proses
Universitas Sumatera Utara
reproduksinya yang pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas kehidupannya.
b. Tujuan Khusus Kesehatan Reproduksi adalah:
a. Meningkatkan kemandirian perempuan, khususnya dalam peranan dan fungsi
reproduksinya. b.
Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial perempuan dalam konteks: kapan ingin hamil, berapa jumlah anak yang diinginkan dan jarak antar kehamilan
c. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial laki-laki.
d. Menciptakan dukungan laki-laki dalam membuat keputusan, mencari informasi
dan pelayanan yang memenuhi kebutuhan kesehatan reproduksi.
4.4 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi