❏ Hariadi Susilo
Tulisan di T-Shirt sebagai Gaya Hidup Remaja
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume IV No. 1 April Tahun 2008 Halaman 66
hanya T Shirt berfungsi sebagai pakaian dan belum punya nama. Sehingga Si T-Shirt ini diberi nama
pakaian dalam underwear. Dalam tulisan ini istilah T-Shirt digunakan sebagai kaos oblong gaya
hidup remaja.
2.2 Gaya Hidup
Gaya Hidup sebagaimana dikemukakan oleh Alvin Toffler, dalam Redana 1997:166
adalah “Alat yang dipakai oleh individu untuk menunjukkan identifikasi dengan subkultur-
subkultur tertentu sebagai gaya hidup dikenal dengan istilah ‘style’. Kata ini berasal dari bahasa
Latin ‘stylus’ yang berarti semacan alat atau media yang ditampilkan menghadirkan mempergunakan
kata-kata, ungkapan, gambar sebagai keindahan, kesenangan, dan keriangan sebagai
mengungkapkan dirinya sendiri baik melalui media massa, tingkah laku, berpakaian, makan,
berjalan, bersolek, citra tampil, dan lain-lain.
Erving Goffman 1959:14 gaya hidup segalanya adalah penampilan yang diritualkan,
yang kemudian dikenal dengan istilah dramaturgi bahwa bertindak seolah-olah di atas sebuah
panggung, seperti berbagai penggunaan ruang, barang-barang, bahasa tubuh, ritual interaksi sosial
tampil untuk memfasilitasi kehidupan sosial sehari-hari.
Chaney 1996:15 gaya hidup industri gaya untuk sebagian besar adalah industri citra
tampil. Misalnya, budaya popular T-Shirt juga salah satu proyek industri kapital yang ditampilkan
sebelumnya sebagai sadangan dan sekarang menjadi pakaian menjajakan model gaya hidup
yang memikat perhatian subkultur remaja yang senantiasa merefleksifkan dirinya sendiri menjadi
identitas idola gaya hidup. Para remaja biasanya merepresentasikan dirinya sendiri seperti idola,
fans, dan fanksnya didirinya sendiri sebagai fantasi dan ilusi kedustaan. Bagi remaja, bergaya karena
dirinya sendiri ada”
2.3 Remaja
Istilah remaja yang berasal dari kata dalam bahasa Latin adolescere kata bendanya
adolescentia = remaja, yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan
menjadi dewasa Desmita 2005:189; Rumini 2004:53 dalam istilah puberty Inggris, puberteit
Belanda, akil balig Indonesia, pubertas Latin yang berarti kedewasaan yang dilandasi oleh sifat
dan tanda-tanda kelaki-lakian. Istilah Pubescence yang berasal dari kata pubis yang dimaksud
pubishair atau rambut di sekitar kemaluan, sebagai tanda masa kanak-kanak berakhir menuju
kedewasaan. Massa remaja dapat dibedakan atas empat
bagian. Pertama, masa pra-remaja atau pra- pubertas 10-12 tahun. Kedua, masa remaja awal
atau pubertas 12-15 tahun. Ketiga, masa remaja pertengahan 15-18 tahun. Keempat, masa remaja
akhir 18-21 tahun. Remaja awal hingga remaja akhir inilah yang disebut masa adolesen, menurut
Monks, Knoers dan Haditono dalam Desmita 2005:190.
Hal di atas berlaku untuk laki-laki yang dianggap proses kematangannya lebih lambat,
sedangkan untuk remaja putri berlaku pengelompokan sebagai berikut. Pertama, Masa
pra-adolesen terdapat pada usia 10 dan 11 tahun. Kedua, masa adolesen awal antara usia 12-16
tahun, masa adolesen akhir antara 17-21 tahun Sulaeman 1995:3; Ensiklopedia Indonesia
1985:1876 tahap pertumbuhan awal menuju dewasa sejak masa puber pubertas sampai usia
17 – 18 tahun. Pada tahap ini terjadi perkembangan seksual dengan pemunculan sifat-
sifat seksual sekunder pertama sampai akhir pertumbuhan fisik Simanjuntak 1984:739 masa
peralihan anak menjadi dewasa yang mulai dari umur 12 tahun sampai dengan umur 21 tahun,
yaitu dengan timbulnya tanda pubertas yang pertama dan terakhir pada waktu anak remaja itu
mencapai kematangan fisik dan mental Zulkifli 1987:64 peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa, yaitu saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari
pertumbuhan fisiknya belum dapat dikatakan orang dewasa.
3. LANDASAN TEORI