T-Shirt KONSEP DAN LANDASAN TEORI
❏ Hariadi Susilo
Tulisan di T-Shirt sebagai Gaya Hidup Remaja
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume IV No. 1 April Tahun 2008 Halaman 65
Kepopularan kaos oblong representasi karena konsep imaji kreator konstruksi melalui
berbagai media untuk menguatkan dan mempengaruhi citra tampil busana tidak berkerah
ini, seperti referensi yang diperoleh sebagai berikut.
Tahun1939 aktor Clar Gable memainkan film komedi romatik it happened One Night.
Dalam film itu Gable mengenakan kaus oblong putih. Demikian pula, tahun 1950-an aktor James
Dean mengenakan T-Shirt putih dan jaket dalam film Rabel without a Cause. Juga dipakai Michael
Jackson, Marlon Brando, Paul Newman, Senator John F Kenedy di Washington, dan Jacqueline
Onassis di New York sehingga kaus oblong yang bercitra kelas dari busana para petani miskin
menjadi busana santai kalangan atas. Dalam konteks tersebut para desainer membuat busana
yang nothing menjadi something.
Tahun 1953 Du Pont membuatnya dari bahan polyester. dan tahun 1959 Walt Disney dan
Roy Rogers membuatnya sebagai souvenir, kemudian tahun 1960-an T-Shirt yang semula
berwarna putih berubah menjadi bermacam- macam warna serta berbagai hiasan manik-manik,
bulu, bunga-bunga, bordir dan teks membuatnya semakin fashionable, tidak lagi sekadar busana
katun yang plontos.
Tahun 1976 T-Shirt imaji kreator bergambar aktris seksi Farrah Fawcett
menghipnotis dan menyihir individu-individu sehingga laku keras dan menghasilkan keuntungan
delapan juta dollar bagi pembuatnya. Juga, kaus oblong di dada ortografis lingual Nuclear Free
Pasific menghasilkan uang beribu dollar pada sebuah malam dana, selanjutnya tahun 1980-an
sihir iklan-iklan imaji kreator Bruce Weber citra tampil pria dan wanita dalam busana kelas atas,
seperti iklan Jeans Guess citra tampil gambar model seksi Claudia Schiffer yang mengenakannya
keadaan basah melekat di tubuhnya, dan Naomi Campbell yang berpose seksi untuk iklan Gap.
Representasi imaji kreator kontruksi untuk musik rock kebanyakan kaus oblong
berwarna gelap atau hitam dengan berbagai simbol apa saja dicetak di dada dan di punggung yang
kenakan. Grup-grup band rock’n roll yang sedang mencapai puncaknya untuk kemudian dijual atau
dibagikan kepada fansnya. Hal ini dikenal dengan istilah marchandise, seperti band The sex Pistols
Bergambar God Save the Queen imaji kreator Vivienne Westwood, kemudian Ralph Lauren yang
mendesain dengan logo cowboy menunggang kuda. Di Jerman imaji kreator Sander yang
membuat dari bahan sutera untuk konser-konser musik dibarengi promosi bergambar para pemusik.
heavy metal seperti Black Sabbath membuat bergambar Tengkorak dan Naga dengan huruf-
huruf Gothic. Sekarang Abad ke-21, T-Shirt telah
menjadi pakaian yang hampir selalu ada di setiap lemari pakaian di dunia ini. Pakaian yang
disembuyikan malah mencuat menjadi pakaian dunia yang tidak pernah absen dari pelupuk mata.
Produk T-Shirt dapat dikenakan oleh siapa saja, tidak terbatas pada jenis kelamin dan usia. Ikon T-
Shirt, sebagai representasi menghilangkan batasan kultural dan status dalam masyarakat sosial serta
merajalela dengan kepopularitasan yang tak pernah pudar. Bahkan, perkembangan selanjutnya lebih
mencengangkan T-Shirt dijadikan wujud sarana media untuk representasi citra tampil, budaya, dan
simbolik identitas dirinya sendiri oleh kelompok dan berbagai individu.
Remaja tahun 1970-an, pemakaian T- Shirt dan Jins, rambut gondrong, celana cuthrai,
dan kehidupan bebas, selera musik mereka pun merupakan imbasan dari jenis musik rock generasi
bunga kapitalisme Barat. Hal ini melanda remaja sekarang, rambut punk warna-warni mirip
penampilan orang Indian hendak berperang musik rap, celana Jins yang lututnya dirobek, gelang-
anting, karaoke via VCD, home theater, kaos oblong, mondar-mandir sambil mempertontonkan
puser. Dari pandangan wacana semiotik gaya hidup urban-kosmolit
Menurut Wilson 2003:185 dalam era globalisasi, munculnya gaya hidup seperti ini
memiliki konteks yang sedikit berbeda. Demam gaya hidup global paling tampak menyentuh
kehidupan remaja. Gaya hidup yang diwarnai nuansa gaya hidup anak muda Amerika merembet
cepat di kalangan anak muda dunia. Salah satunya, munculnya gejala Californization para remaja di
berbagai belahan dunia. Seperti anak muda di California, mereka memakai sepatu Nike, celana
Jeans Levi’s, T-Shirt Bennetton, minum Coca Cola dan makan McDonald. Perkembangan saat
ini seseorang berpakaian lebih cenderung karena dorongan mode sehingga arti sebuah pakaian
adalah sebagai bentuk aktualiasi gaya hidup seseorang yang dilandasi oleh keinginan untuk
tampil beda terlebih di kalangan anak muda pakaian merupakan salah satu bentuk ekspresi jiwa
remaja dan lebih mengikuti tren mode.
Bertitik tolak dari latar belakang dan masalah yang telah diuraikan, maka masalah yang
akan dikaji dalam cakupan tulisan ini bagaimana tulisan T-Shirt sebagai gaya hidup remaja.