Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

yang sebagian atau sepenuhnya kehilangan karakter hidrofilik dan elastisitasnya, demikianlah penghilangan lapisan lemak kulit menyebabkan dehidrasi kulit.

2.5.4. Macam-macam kosmetik pelembab

Tipe kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Kosmetik pelembab berdasarkan lemak Kosmetik tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut. Kosmetik pelembab berdasarkan lemak terbagi dalam berbagai bentuk, dari krim lemak anhydrous, krim emulsi WO, emulsi ganda, krim OW yang kaya lemak, sampai emulsi OW cair yang mengandung air lebih dari 80. 2. Kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis. Preparat jenis ini akan mongering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya dipermukaan kulit. Preparat ini membuat kulit Nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit Tranggono R.I.S dan Latifah. F, 2007.

2.6. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab

Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna Ditjen POM, 1985. Universitas Sumatera Utara a. Emolien Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol. b. Zat sawar Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat. c. Humektan Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap. d. Zat pengemulsi Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata homogen, misalnya gliseril monostearat, trietanolamin Wasitaatmadja, 1997. e. Pengawet Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi Wasitaatmadja, 1997. f. Parfum Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari Universitas Sumatera Utara parfum menambah daya tarik dari konsumen untk memilih produk yang ditawarkan produsen Lachman, 1994. BAB III Universitas Sumatera Utara METODELOGI PERCOBAAN 3.1 Alat-Alat yang Digunakan Neraca listrik , pH meter , mikroskop, freezee dryer , juicer, lumpang , stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air, batang pengaduk, spatel, pot plastik.

3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan

Asam stearat, setil alkohol, trietanolamin TEA, gliserin, air suling, nipagin, natrium metabisulfit, oleum rosae, sari buah pepaya.

3.2.1 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah pepaya masak yang segar. 3.3 Sukarelawan Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi berjumlah 12 orang dan penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 6 orang dengan kriteria sebagai berikut Ditjen POM, 1985 : 1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun 3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan 5. Sukarelawan adalah orang terdekat dan sering berada disekitar pengujian sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada kulit yang sedang di uji. Universitas Sumatera Utara 3.4 Prosedur Kerja 3.4.1 Pembuatan sari buah pepaya Buah pepaya yang sudah masak dengan berat 3,6 kg dikupas kulitnya dan bijinya dibuang, dicuci bersih, diperoleh daging buah sebanyak 2,4 kg, kemudian daging buah pepaya dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil dan dihaluskan dengan juicer, lalu dihasilkan sari sebanyak 1,6 kg dan dikeringkan dengan freezee dryer sampai diperoleh ekstrak pepaya hampir kering sebanyak 93,7 gram.

3.4.2 Formula Standar Handcream Young, 1972

Asam stearat 12 g Setil alkohol 0,5 g Sorbitol sirup 5 g Propilen glikol 3 g Trietanolamin 1 g Air suling 78,2 ml

3.4.3 Pembuatan Dasar Krim

Formula dasar krim yang dibuat adalah sebagai berikut: Tabel 1. Formula Dasar Krim yang Dibuat Komposisi Jumlah untuk 600 gram Asam stearat g 72 Setil alkohol g 3 Trietanolamin g 6 Nipagin g 0,6 Natrium Metabisulfitg 1,2 Air suling ml 517,2 Universitas Sumatera Utara Cara Pembuatan: Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan dilebur di atas penangas air massa I. Nipagin dan Natrium metabisulfit dilarutkan dalam air panas, lalu tambahkan trietanolamin dan dikocok sampai larut massa II. Lalu tambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus secara terus menerus hingga terbentuk dasar krim. 3.4.4 Pembuatan Sediaan Krim Konsentrasi sari buah pepaya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 2,5 , 5 , 7,5 dan 10 dan gliserin 2 . Adapun formula yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 2. Formula Sediaan Krim yang Dibuat Komposisi Formula A B C D E F Sari buah pepaya g - 2,5 5 7,5 10 - Gliserin g - - - - - 2 Dasar krim g 100 97,5 95 92,5 90 98 Oleum rosae tetes 3 3 3 3 3 3 Keterangan : Formula A : Blanko dasar krim tanpa sampel Formula B : Konsentrasi pepaya 2,5 Formula C : Konsentrasi pepaya 5 Formula D : Konsentrasi pepaya 7,5 Formula E : Konsentrasi pepaya 10 Formula F : Formula krim dengan konsentrasi gliserin 2 sebagai pembanding Universitas Sumatera Utara Cara Pembuatan: Sari buah pepaya digerus lalu tambahkan sedikit demi sedikit dasar krim dan digerus hingga diperoleh sediaan yang homogen. Terakhir tambahkan 3 tetes parfum dan digerus sampai homogen. 3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Cara: Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar Ditjen POM, 1979. 3.5.2 Pengamatan Stabilitas Sedíaan Cara: Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sedíaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada temperatur kamar, bagian yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi, permisahan fase, perubahan warna dan bau dari sedíaan.

3.5.3 Penentuan pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Cara: Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, Universitas Sumatera Utara lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan. Rawlins, 2003.

3.6 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

Cara : Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi ma, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi am Ditjen POM, 1985. 3.7 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara: kosmetika dioleskan di belakang telinga, kemudian biarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa iritasi pada kulit, gatal dan pengkasaran Wasitaatmadja, 1997.

3.8 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air dari Kulit