Penggunaan Sari Buah Anggur Hijau ( Vitis vinifera L ) Dalam Sediaan Krim Pelembab

(1)

PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR HIJAU

( Vitis vinifera L ) DALAM SEDIAAN KRIM

PELEMBAB

SKRIPSI

OLEH:

ELISABET H.F SIAHAAN

NIM 050804007

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR HIJAU

( Vitis vinifera L ) DALAM SEDIAAN KRIM

PELEMBAB

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ELISABET H.F SIAHAAN

NIM 050804007

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR HIJAU

( Vitis vinifera L ) DALAM SEDIAAN KRIM

PELEMBAB

OLEH:

ELISABET H.F SIAHAAN

NIM 050804007

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada tanggal: September 2011

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Fat Aminah, M.Sc.,Apt Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. . NIP 19501117198002201 NIP 195111021977102001

Dra. Fat Aminah, M.Sc.,Apt NIP 19501117198002201

Pembimbing II, Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001

Prof. Dr. Julia Reveny, M.si.,Ph.D.,Apt Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001 NIP 196106191991031001

Medan, Oktober 2011 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

ABSTRAK

Kulit yang kering memerlukan pelembab yang biasanya berbentuk krim. Bahan pelembab yang biasanya digunakan antara lain gliserin. Buah anggur hijau (Vitis vinifera L.) adalah bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit karena kaya akan vitamin A, B1, B6, C dan E. Selain vitamin, buah anggur hijau juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi, karbohidrat, protein dan lemak. Berdasarkan kandungannya,maka dilakukan penelitian dengan menggunakan sari buah anggur hijau yang telah dipekatkan menjadi sediaan krim pelembab.

Pada penelitian ini digunakan sari buah anggur hijau (Vitis vinifera L.) sebagai pelembab dalam dasar krim m/a (minyak/air). Konsentrasi sari buah anggur hijau yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Hasil pengamatan stabilitas selama penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar menunjukkan bahwa sediaan krim stabil. Sediaan krim yang dihasilkan mempunyai pH 5,96-6,36. Merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi buah anggur hijau yang ditambahkan ke dalam sediaan krim akan semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.


(5)

ABSTRACT

Dry skin need a moisturizer that is usually shaped cream. The ingredients moisturizing that are commonly used include glycerin. Grape fruit ( Vitis vinifera L.) is a natural material that can be used skin moisturizer because it is rich in vitamins A, B1, B6, C and E. Beside vitamin, green grape fruit also has mineral as calcium, phosphor, potassium, iron, carbohydrate, protein and lipid. Based on its contents, when conducting research using guava juice has concentrated into moisturizing cream preparations.

A research about using of green grape juice (Vitis vinifera L.) as moisturizer in o/w (oil/water) cream base has been done. The concentration of green grape juice were 2.5%; 5%; 7.5%; 10%, and then they were compared with 2% glycerine and control preparation. Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH value, type of emulsion, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin using 6 volunteers.

The result of the homogenity test showed that the moisturizing cream preparation was homogenous. The result of stability during 1, 4, 8, and 12 weeks storage in room temperature shows that cream is stabil, with pH 5,96-6,36, was o/w emulsion type, didn’t irritate, didn’t induce also rough on skin. The result of water vaporization inhibition shows that the higher the consentration of green grape juice added to the cream preparation, the higher the ability of the cream to inhibit water vaporization from the skin.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat kasih dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Penggunaan Sri Buah Anggur Hijau ( Vitis vinifera L. ) Dalam Sediaan Krim Pelembab “ . Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, Drs Djoni Siahaan dan K. Laban, Om Ony Lameng dan Mama Neny yang tiada pernah ada hentinya berkorban dengan tulus ikhlas bagi kesuksesan penulis, juga kepada suamiku Jhonas Situmorang S.STP , Adikku tersayang Kristina Siahaan, S.si yang selalu setia memberi doa, dorongan dan semangat.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

2. Ibu Dra Fat Aminah M.Sc, Apt dan Ibu Prof Dr. Julia Reveny, M.Si.,Ph.D.,Apt pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dra Djendakita Purba M.Si , Apt selaku penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.

4. Ibu Juanita Tanuwijaya M.Si., Apt., Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. Dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah


(7)

memberikan kritik, saran, dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu kepala Laboratorium Kosmetologi Farmasi USU yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama penulis melakukan penelitian.

6. Sahabat-sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu per satu terima kasih atas doa, dukungan, dan motivasinya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan kefarmasian.

Medan, Oktober 2011

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

COVER……….i

HALAMAN PENGESAHAN……….iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Hipotesa ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Uraian Buah Anggur hijau ... 5

2.1.1 Manfaat dan Kandungan Buah Anggur hijau ... 5

2.2. Kulit ... 6

2.2.1 Anatomi Kulit ... 7


(9)

2.2.3 Jenis Kulit ... 10

2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecantikan ... 11

2.3. Krim ... 12

2.3.1 Krim Tangan dan Badan... 13

2.3.2 Krim Pelembab ... 13

2.4. Emulsi ... 14

2.4.1 Stabilitas Emulsi ... 15

2.5. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab ... 15

2.6. Silika Gel... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 18

3.1. Alat-alat... 18

3.2. Bahan-bahan ... 18

3.3. Sukarelawan ... 18

3.4. Prosedur kerja ... 18

3.4.1. Pembuatan sari buah anggur hijau ... 18

3.4.2. Formula dasar krim ... 19

3.4.3. Pembuatan sediaan krim ... 20

3.5. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 21

3.5.1. Pemeriksaan homogenitas ... 21

3.5.2. Pengamatan Stabilitas Sediaan Setelah Selesai Dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 21

3.5.3. Penentuan pH sediaan ... 21


(10)

3.8. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi

Penguapan Air Dari Kulit ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 24

4.1.1. Uji homogenitas ... 24

4.1.2. Penentuan pH sediaan ... 24

4.1.3. Pengamatan Stabilitas Sediaan Setelah Selesai Dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 25

4.2. Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 26

4.3. Tipe Emulsi Sediaan ... 27

4.4. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 30

5.1. Kesimpulan ... 30

5.2. Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Formula Sediaan Krim ... 20 Tabel 2. Data Pengukuran pH Sediaan ... 24 Tabel 3. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat

Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 25 Tabel 4. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 26 Tabel 5. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 27 Tabel 6. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ... 28 Tabel 7. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Gambar Persen Pengurangan Penguapan Air ... 28

Gambar 2. Gambar Buah Anggur hijau ... 33

Gambar 3. Gambar Buah Anggur hijau setelah di freezee dryer .. ... 33

Gambar 4. Gambar Sediaan formula krim ...34

Gambar 5. Gambar sediaan krim selama penyimpanan selama 12 minggu ...34

Gambar 6. Gambar uji tipe di atas objek gelas...35

Gambar 7. Gambar Alat freezee dryer ...35

Gambar 8. Gambar Alat pH meter ...36

Gambar 9. Rangkaian Alat Yang Digunakan Untuk Pengujian Penguapan Air Dari Kulit...37


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar Buah anggur hijau ...33

Lampiran 2. Gambar Sediaan fomula krim pelembab dari buah anggur hijau ... 34

Lampiran 3. Gambar sediaan krim dalam penyimpanan selama 12minggu... 34

Lampiran 4. Gambar tipe emulsi...……..35

Lampiran 5. Gambar Alat Freezee drayer ...35

Lampiran 6. Gambar Alat pH meter...36

Lampiran 7. Gambar alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit………37


(14)

ABSTRAK

Kulit yang kering memerlukan pelembab yang biasanya berbentuk krim. Bahan pelembab yang biasanya digunakan antara lain gliserin. Buah anggur hijau (Vitis vinifera L.) adalah bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit karena kaya akan vitamin A, B1, B6, C dan E. Selain vitamin, buah anggur hijau juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi, karbohidrat, protein dan lemak. Berdasarkan kandungannya,maka dilakukan penelitian dengan menggunakan sari buah anggur hijau yang telah dipekatkan menjadi sediaan krim pelembab.

Pada penelitian ini digunakan sari buah anggur hijau (Vitis vinifera L.) sebagai pelembab dalam dasar krim m/a (minyak/air). Konsentrasi sari buah anggur hijau yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Hasil pengamatan stabilitas selama penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar menunjukkan bahwa sediaan krim stabil. Sediaan krim yang dihasilkan mempunyai pH 5,96-6,36. Merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi buah anggur hijau yang ditambahkan ke dalam sediaan krim akan semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.


(15)

ABSTRACT

Dry skin need a moisturizer that is usually shaped cream. The ingredients moisturizing that are commonly used include glycerin. Grape fruit ( Vitis vinifera L.) is a natural material that can be used skin moisturizer because it is rich in vitamins A, B1, B6, C and E. Beside vitamin, green grape fruit also has mineral as calcium, phosphor, potassium, iron, carbohydrate, protein and lipid. Based on its contents, when conducting research using guava juice has concentrated into moisturizing cream preparations.

A research about using of green grape juice (Vitis vinifera L.) as moisturizer in o/w (oil/water) cream base has been done. The concentration of green grape juice were 2.5%; 5%; 7.5%; 10%, and then they were compared with 2% glycerine and control preparation. Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH value, type of emulsion, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin using 6 volunteers.

The result of the homogenity test showed that the moisturizing cream preparation was homogenous. The result of stability during 1, 4, 8, and 12 weeks storage in room temperature shows that cream is stabil, with pH 5,96-6,36, was o/w emulsion type, didn’t irritate, didn’t induce also rough on skin. The result of water vaporization inhibition shows that the higher the consentration of green grape juice added to the cream preparation, the higher the ability of the cream to inhibit water vaporization from the skin.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat . Definisi ini jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit. Obat bekerja lebih kuat dan dalam, sehingga dapat mempengaruhi struktur dan faal tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

Namun ternyata tidak mudah membedakan antara kosmetika dan obat yang pemakaiannya topikal pada kulit semacam salep, krim, bedak, pasta, atau losio. Meskipon tidak begitu jelas diutarakan oleh pembuat dan pengguna jasa kosmetik, kosmetik juga diharapkan untuk menghasilkan suatu perubahan baik dalam struktur maupun faal sel kulit, sekecil apa pun. Misalnya, perubahan susunan sel kulit yang tua ke arah yang lebih muda, atau perubahan produksi kelenjar keringat yang membentuk minyak permukaan kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).


(17)

Ketika usia menjelang tua akan terjadi penuaan kulit, yang ditandai oleh kulit yang kering, kasar, bersisik, bebercak cokelat atau putih tidak merata, kendur menggelatung dengan kerut-kerutan dan lipatan-lipatan kulit jelas. Fungsi kulit adalah menjaga kelembapan tubuh. Kelembaban dijaga dengan cara mencegah keluaranya cairan dalam tubuh. Lapisan kulit bersifat kenyal (padat dan kencang), terutama pada bagian lapisan tanduknya sehingga air tidak mudah keluar dari tubuh. Kulit juga mempunyai daya mengikat air yang sangat kuat, yaitu mencapai empat kali beratnya sehingga mampu mempertahankan tekstuk/bentuknya sendiri (Dhody,1998).

Kulit sehat berarti kulit yang tidak menderita penyakit, baik penyakit yang mengenai kulitnya secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan kulitnya. Penampilan kulit sehat dapat dilihat dari struktur fisik kulit berupa warna, konsistensi kelembaban, kelenturan, tebal dan tekstur kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Anggur hijau (Vitis vinifera L.) disebarkan ke Indonesia melalui Thailand.

Anggur hijau memiliki kulit buah berwarna hijau dan kuning dengan biji-biji kecil keras tersebar di seluruh daging buahnya. Tidak banyak orang tahu bahwa kandungan vitamin C pada anggur hijau lebih tinggi dari buah jeruk. Selain itu buah ini juga lebih banyak mengandung kalium dibandingkan pisang. Kandungan vitamin C yang tinggi membuat jambu berkhasiat menyehatkan tekstur kulit.Selain vitamin C. anggur hijau juga mengandung vitamin A, B dan potasium yang tak kalah tinggi dengan buah-buahan lain. Berbagai jenis vitamin itu, berperan penting untuk menjaga kulit agar tetap bercahaya, segar, mengurangi kerutan dan mencegah penuaan dini. Dengan makan anggur hijau secara rutin,


(18)

elastisitas kulit lebih terjaga. Bukan hanya itu makan anggur hijau dua kali sehari dapat membantu menurunkan berat badan dan mencegah sembelit. Karena kandungan serat yang tinggi pada buah yang manis ini (Anonim,2011).

Vitamin sangat penting untuk kesehatan dan kemulusan kulit. Mengkonsumsi vitamin C jika ingin memiliki kulit indah, cerah, sehat, dan awet muda. Vitamin C merupakan bahan utama dalam pembentukan kolagen yang sangat penting bagi kulit. Dan anggur hijau adalah salah satu sumber vitamin C terbaik yang dapat kita nikmati. Selain itu,Kekurangan vitamin A membuat kulit kering dan bersisik. Anggur hijau juga kaya dengan vitamin A dan vitamin E (Astrid,2010). Dengan alasan ini penulis meneliti pengaruh dari anggur hijau dalam krim pelembab.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah sari buah anggur hijau (Vitis vinifera L.) dapat diformulasikan

kedalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Apakah sari buah anggur hijau (Vitis vinifera L.) mampu mengurangi

penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.

1.3 Hipotesa

1. Sari buah anggur hijau (Vitis vinifera L.) dapat diformulasikan ke dalam


(19)

2. Sari buah anggur hijau (Vitis vinifera L.) mampu mengurangi penguapan

air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk memformulasikan sari buah anggur hijau (Vitis vinifera L.) dalam

sediaan krim tipe emulsi m/a.

2. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan sari buah buah anggur hijau (Vitis vinifera L.) mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan

kulit dalam bentuk sediaan krim.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari sari buah anggur hijau (Vitis vinifera L.)


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Buah Anggur hijau

Tanaman anggur hijau bukan merupakan tanaman asli indonesia. Dari berbagai sumber pustaka menyebutkan bahwa tanaman anggur hijau diduga berasal dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis.

Buah anggur hijau berbentuk bulat, bulat agak lonjong, lonjong, dan daging buah berwarna putih ada yang merah tergantung pada varietasnya. Buah memiliki kulit tipis dan permukaannya halus sampai kasar. Buah yang telah masak dagingnya lunak, sedangkan yang belum masak dagingnya agak keras dan renyah. Buah berasa manis, kurang manis, dan hambar, tergantung dari varietasnya (Bambang,2010)

2.1.1 Manfaat Dan Kandungan Buah Anggur hijau

Anggur hijau sangat tinggi kandungan vitamin C. Dari segi kandungan vitamin C-nya, vitamin C dari buah anggur hijau putih sekitar 116-190mg, sedangkan pada anggur hijau merah adalah 87 mg per 100 gram jambu. Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang berguna untuk melawan serangan radikal bebas penyebab penuaan dini dan berbagai jenis kanker (Anonim, 2006).

Buah anggur hijau juga bermanfaat untuk pengobatan bermacam-macam penyakit, seperti memperlancar pencernaan, menurunkan kolesterol, antioksidan,


(21)

menghilangkan rasa lelah dan lesu, demam berdarah, dan sariawan.(Bambang, 2010).

Adapun kandungan gizi pada anggur hijau dapat dilihat dalam tabel berikut: Komponen gizi Jumlah Komponen gizi Jumlah

Karbohidrat 11.88 g Vitamin C 183,5 mg

Protein 0.82 g Vitamin A 792 UI

Serat 5,4 g Niacin 1,2 mg

Lemak total 0,6 g Kalium 284 mg

Kalsium 20 mg Riboflavin 0,05 mg

Besi 0,31 mg Vitamin B6 0,143 mg

Magnesium 10 mg Vitamin E 1,120 mg_ATE

Fosfor 25 mg Asam pantotenat 0,150 mg

Natrium 3 mg Vitamin B1 0,05 mg

Folat 14 mcg

Sumber : rujukan standar pada pusat gizi USDA keluaran (Anonim,2001).

2.2 Kulit

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan dari luar (Tranggono, 2007).

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya. Lapisan lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga mengandung air sebagai pelembab alami, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi sangat penting karena kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang dikandungnya dan bukan pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam kulit sedikit maka kulit akan kering dan pecah-pecah. Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme,


(22)

tersebut sehingga menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan serta menjadi sumber infeksi (Tranggono, 2007).

2.2.1 Anatomi Kulit

Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan subkutis (subkutan).

1. Lapisan Epidermis

Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:

• Stratum corneum (lapisan tanduk)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.

• Stratum lucidum (lapisan jernih)

Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.

• Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.


(23)

Sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

• Stratum germinativum (lapisan basal)

Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin (Tranggono, 2007).

2. Lapisan Dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:

• Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

• Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen elastis dan retikulin.

3. Lapisan Subkutan

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan


(24)

memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).

2.2.2 Fungsi Kulit

Kulit sebagai organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi (Dhody, 1998), diantaranya sebagai berikut:

a. Kulit sebagai pelindung dan filter tubuh

Kulit memiliki kemampuan untuk memilih bahan-bahan penting yang diperlukan oleh tubuh,seperti mencegah bakteri penyakit dan zat kimia yang masuk kedalam tubuh. Di samping itu, kulit juga dapat melindungi tubuh dari bahaya lingkungan, seperti panas sinar matahari, benturan fisik, dingin, hujan, dan angin dengan cara membentuk perlindung asam kulit secara alamiah, juga berfungsi mengekskresi.

Fungsi proteksi (Dwikarya, 2003), terjadi karena beberapa hal:

1. Keasaman (pH) kulit akibat keringat dan lemak kulit (sebum) menahan dan menekan bakteri dan jamur yang berada di sekitar kulit.

2. jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ tubuh dari benturan.

b. Kulit sebagai pengatur suhu tubuh

Kulit berfungsi membantu menjaga agar suhu tubuh tetap optimal dengan cara melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas, lalu keringat akan menguap dan tubuh akan terasa dingin kembali. Sebaiknya, bila tubuh merasa kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit (vasokonstriksi) sehingga panas tubuh akan tetap tertahan.


(25)

Kelembaban dijaga dengan cara mencegah keluarnya cairan dalam tubuh. Lapisan kulit bersifat kenyal, terutama pada bagian lapisan tanduknya hingga air tidak mudah keluar dari dalam tubuh. Kulit juga mempunyai daya mengikat air yang sangat kuat, yaitu mencapai empat kali beratnya sehingga mampu mempertahankan teksturnya sendiri.

d. Kulit sebagai system syaraf yang sensitif

Kulit memiliki system saraf yang sangat peka terhadap pengaruh atau ancaman dari luar, seperti dingin, panas, sentuhan, tekanan, dan sakit. Oleh karena itu, kulit akan segera memberikan reaksi bila ada tanda-tanda awal dari system syaraf tersebut seperti rasa gatal dan kemerahan.

2.2.3 Jenis Kulit

Ditinjau dari sudut perawatan (Wasitaatmadja, 1997), kulit terdiri atas 3 jenis: 1. Kulit Normal

Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak mengkilap atau kusam, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban cukup.

2. Kulit Berminyak

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam. Biasanya pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit Kering.

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang atau sedikit sehingga pada perabaan terasa kering, kasar karena banyak lapisan kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis dan mudah terlihat kerutan.


(26)

2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecantikan Kulit

Masalah yang terjadi pada kulit disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam tubuh sendiri maupun dari luar (Wirakusumah, 1994), Adapun beberapa faktornya adalah sebagi berikut:

a. Ras (bawaan)

keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya. Misalnya warna kulit ada yang hitam, putih, atau sawo matang. Demikian pula dengan kulit halus, kasar atau berminyak.

b. Hormon

Kadar hormon estrogen (pada wanita) dan progesteron (pada pria) dalam tubuh sangat mempengaruhi keadaan kulit. Misalnya timbulnya jerawat pada saat menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen. Hormon estrogen ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit.

c. Alergi

Bagi sebagian orang ada memiliki jenis kulit sensitif dan alergi terhadap benda-benda atau zat tertentu. Seperti perhiasan, jam tangan, kosmetik maupun makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya warna kulit menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai ada yang terluka.

d. Iklim

Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada kulit. Misalnya kulit akan menjadi kering. Oleh karena itu perlu perlindungan ketika beraktivitas di tempat yang terkena sinar matahari


(27)

langsung, misalnya dengan menggunakan topi, payung, maupun krim tabir surya.

e. Stres

Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2.3 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979). Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O seperti cold cream.

b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti vanishing cream .

Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini


(28)

Untuk penstabilan krim ditambahkan zat antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering digunakan adalah nipagin 0,12-0,18% dan nipasol 0,02-0,05% (Anief, 2004).

2.3.1 Krim Tangan dan Badan

Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering, tidak bersisik, dan tidak mudah pecah. Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum untuk mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak, dan terlindungi. Krim tangan dan badan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Memberikan sumber kelembaban yang siap digunakan oleh kulit

2. Memberikan lapisan tipis minyak yang bersifat seperti sebum dan tidak mempengaruhi respirasi kulit

3. Memberikan rasa lembut dan halus pada kulit,tidak terlalu berminyak

4. Mudah dikontrol (Ditjen POM, 1985).

2.3.2 Krim Pelembab

Umumnya krim pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan, maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak kulit awal. Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk cairan minyak tersebut (moisturizing oil), atau campuran minyak dalam air (moisturizing cream) dan dapat ditambah atau dikurangi zat tertentu untuk tujuan khusus (Wasitaatmadja, 1997).


(29)

1. Menutupi permukaan kulit dengan minyak (oklusif)

2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit

3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik yang menyerap air

4. memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh sinar matahari yang dapat mengeringkan kulit

2.4 Emulsi

Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985).

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe a/m dimana fase


(30)

Keuntungan dari tipe emulsi m/a (Voight, 1995), adalah: 1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit

2. Memberi efek dingin terhadap kulit 3. Tidak menyumbat pori-pori kulit 4. Bersifat lembut

5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit

2.4.1 Stabilitas Emulsi

Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika :

a. Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulatan-bulatan.

b. Jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik kepermukaan atau turun kedasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam. c. Jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan

membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar emulsi, yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam.

Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipengaruhi oleh kontaminasi dan pertumbuhan mikroba serta perubahan fisika dan kimia lainnya (Ansel, 1989).

2.5 Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab

Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).

a. Emolien

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.


(31)

Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat. c. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap.

d. Zat pengemulsi

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).

e. Pengawet

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997). e. Parfum

Pemilihan sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan dan wangi yang ditimbulkan dari parfum dapat menambah daya tarik konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan oleh produsen (Lachman, 1994).

2.6 Silika Gel

Silika gel (SiO2) adalah terhidrat sebagian, amorf, terdapat dalam bentuk

granul seperti kaca dengan berbagai ukuran. Jika digunakan sebagai pengering, sering kali disalut dengan senyawa yang berubah warna jika kapasitas penyerapan


(32)

air telah habis. Bahan berwarna tersebut dapat di kembalikan (dapat menyerap air kembali) dengan memanaskannya pada suhu 110o hingga gel berubah warna semula (Ditjen POM, 1995).


(33)

BAB III

METODELOGI PERCOBAAN 3.1 Alat-Alat yang Digunakan

Neraca listrik (Mettler Toledo), pH meter (Orion EA 940), mikroskop,

freezee dryer (Modulyo, Edward, serial no: 3985), blender (Miyako), lumpang

porselen, stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air, batang pengaduk, spatel, pot plastik, selotip transparan.

3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan

Asam stearat, setil alkohol,trietanolamin (TEA), gliserin, air suling, nipagin, Natrium Metabisulfit, parfum, sari buah anggur hijau, silika gel, air suling, parfum, metil biru, larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01).

3.3 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 6 orang dengan kriteria sebagai berikut :

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan (Ditjen POM, 1985).

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pembuatan sari anggur hijau

Buah anggur hijau yang sudah masak dengan berat 2,5 kg dikupas kulitnya dan bijinya dibuang, dicuci bersih, kemudian daging buah anggur hijau sebanyak


(34)

blander dan disaring, lalu dihasilkan sari sebanyak 700gram dan dikeringkan dengan freezee dryer selama 48 jam pada suhu -40o dengan tekanan 2 atm, sampai

diperoleh sari buah anggur hijau yang kental sebanyak 54,2gram.

3.4.2 Formula Dasar Krim

A. Formula dasar krim (Young, 1972)

R/ Asam stearat 12 g

Setil alkohol 0,5 g

Sorbitol sirup 5 g

Propilen glikol 3g

Trietanolamin 1g

Air suling ad 100ml

Nipagin secukupnya

B. Formula yang telah di modifikasi

R/ Asam stearat 12 g Setil alkohol 0,5 g Sari buah anggur hijau x

Trietanolamin 1 g

Nipagin 0,1 %

Na.Metabisulfit 0,2 % Air suling ad 100 ml

Parfum 3 tetes

Sebagai pembanding digunakan gliserin 2%

Konsentrasi sari buah anggur hijau yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 2,5 %, 5 %, 7,5 % dan 10 %


(35)

3.4.3 Pembuatan Sediaan Krim

Formula yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Formula Sediaan Krim

Komposisi

Formula

Blanko

SBAH 2,5%

SBAH 5%

SBAH 7,5%

SBAH 10%

Gliserin 2%

Asam stearat (g) 12 12 12 12 12 12

Setil alkohol (g) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Trietanolamin (g) 1 1 1 1 1 1

Gliserin (%) - - - 2

Sari buah anggur hijau (%) - 2,5 5 7,5 10 -

Nipagin (mg) 100 100 100 100 100 100

Na.Metabisulfit (mg) 200 200 200 200 200 200

Air suling (ml) ad 100 100 100 100 100 100

Parfum (tetes) 3 3 3 3 3 3

Keterangan : SBAH : Sari Buah Anggur hijau Cara Pembuatan:

Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan Natrium metabisulfit dilarutkan dalam air panas, lalu ditambahkan trietanolamin dan diaduk sampai larut (massa II). Lalu ditambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus secara terus menerus hingga terbentuk dasar krim. Sari buah anggur hijau hasil frezze dryer digerus di dalam lumpang,lalu ditambahkan sedikit


(36)

demi sedikit dasar krim dan digerus. Terakhir ditambahkan 3 tetes parfum dan digerus sampai homogen.

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Cara:

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.5.2 Pengamatan Stabilitas Sedíaan

Cara:

Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam gelas ukur 25 ml, ditutup bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sedíaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada temperatur kamar, bagian yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi, pemisahan fase, perubahan warna dan bau dari sedíaan.

3.5.3 Penentuan pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Cara:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan


(37)

elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan. (Rawlins, 2003).

3.6 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

Cara :

Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen POM, 1985).

3.7 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara: kosmetika dioleskan di belakang telinga, kemudian biarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa iritasi pada kulit, gatal dan pengkasaran (Wasitaatmadja, 1997).

3.8 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air dari Kulit

Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm yang dirangkai seperti pada lampiran 7,halaman 25.

Cara :

Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan diameter tutup pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum


(38)

dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan, kemudiaan diletakkan pada desikator. Pada wadah plastik yang belum dilubangi ditimbang 10 g silika gel. Wadah silika gel tersebut diselubungi dengan kain kasa sehingga silika gel tersebut tidak jatuh meskipun wadah silika dibalikkan. Wadah plastik yang lain dilubangi, kemudian wadah plastik disatukan dengan menggunakan isolatip transparan, wadah yang berlubang berada pada bagian bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi sediaan. Agar wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka digunakan isolatif transparan yang ditempelkan sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan menempel selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan pembanding yaitu sediaan yang menggunakan gliserin 2%, dan blanko sebagai kontrol pengujian tanpa diolesi sediaan.


(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

4.1.1 Homogenitas Sediaan

Dari percobaan yang telah dilakukan pada sediaan krim pelembab tidak diperoleh butiran-butiran, maka sediaan tersebut dikatakan homogen. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap sediaan pembanding yaitu blanko dan gliserin 2%, hasil yang diperoleh juga menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas.

4.1.2 pH Sedíaan

pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Data Pengukuran pH Sediaan

No Formula pH

I II III Rata-rata

1 Blanko 6,4 6,3 6,3 6,3

2 SBAH 2,5% 6,3 6,2 6,2 6.23

3 SBAH 5% 6,2 6,1 6,2 6,1

4 SBAH 7,5% 5,9 6,0 6,0 5,9

5 SBAH 10% 5,8 5,9 5,9 5,8

6 Gliserin 2% 6,2 6,1 6,1 6,1

Keterangan: SBAH: Sari Buah Anggur hijau

I : Pengukuran pada saat selesai dibuat II : Pengukuran setelah 6 minggu III : Pengukuran setelah 12minggu


(40)

Menurut Balsam (1972), pH untuk kulit adalah 5-8, sediaan memenuhi syarat sehingga aman digunakan dan tidak menyebabkan iritasi.

4.1.3 Stabilitas Sediaan

Tabel 3. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu

No Formula

Pengamatan setelah Selesai

dibuat

1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu x y z x Y z x y Z x y z x y z 1 Blanko - - - - 2 SBAH

2,5%

- - - -

3 SBAH 5% - - - -

4 SBAH 7,5%

- - - -

5 SBAH 10%

- - - -

6 Gliserin 2%

- - - -

Keterangan: SBAH : Sari Buah Anggur hijau x : Perubahan warna

y : Perubahan bau z : Pecahnya emulsi - : Tidak terjadi √ : Terjadi perubahan

Menurut Ansel (1989) rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau. Untuk mengatasinya maka di tambahkan


(41)

suatu antioksidan. Antioksidan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah natrium metabisulfit. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh aktifitas bakteri dan jamur, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan pengawet. Pengawet yang digunakan adalah nipagin.

Dari data diatas di dapat hasil bahwa tidak terjadi perubahan warna, bau dan pecahnya emulsi (pemisahan fase) pada formula blanko, sediaan SBAH 2,5%, sediaan SBAH 5%, sediaan SBAH 7,5%, sediaan SBAH 10%, dan gliserin 2% sehingga semua sediaan stabil dan dapat digunakan.

4.2 Data Uji Daya Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan Tabel 4. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

No Pernyataan

Sukarelawan

I II III IV V VI

a B a B a B a b a b a b 1 Iritasi pada kulit:

- eritema

- - - -

- edema - - - -

- papula - - - -

- vesikular - - - -

2 Gatal pada kulit - - - - 3 Kulit menjadi kasar - - - -

Keterangan: + : Terjadi iritasi - : Tidak terjadi iritasi

a : Diuji pada saat selesai dibuat


(42)

Menurut Wasitaatmadja (1997), uji kulit yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika di belakang daun telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel di atas, ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa iritasi, gatal atau pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.

4.3 Tipe Emulsi Sediaan

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan dengan menggunakan biru metil adalah:

Tabel 5. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan

Ya Tidak

1 Blanko √ -

2 SBAH2,5% √ -

3 SBAH 5% √ -

4 SBAH 7,5% √ -

5 SBAH 10% √ -

6 Gliserin 2% √ -

Keterangan: SBAH: SariBuah Anggur hijau

√ : Biru Metil Larut

Menurut Ditjen POM (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat dilakukan dengan menggunakan biru metil, jika biru metil terlarut bila diaduk maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.

Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel di atas, formula krim dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, gliserin 2% dan blanko


(43)

menunjukkan biru metil dapat larut dalam krim tersebut. Dengan demikian larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi m/a.

4.4. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit

Pengujian dilakukan terhadap 6 orang sukarelawan yang berusia 20-30 tahun yang berjenis kelamin wanita, data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air dari Kulit.

0 10 20 30 40 50 60

I II III IV V VI

% pengurangan penguapan air

Sukarelawan

Grafik % Penguranganan Penguapan Air

Pada Masing-masing Formula

Blanko SBAH 2,5 % SBAH 5% SBAH 7,5% SBAH 10% Gliserin 2%

Gambar 1. Grafik Persen Pengurangan Penguapan Air

Dari data diatas dapat dilihat bahwa krim sari buah anggur hijau dengan konsentrasi 2,5% mampu mengurangi penguapan air dari kulit, sebesar 13,64% sampai 16,67%, untuk konsentrasi 5% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 20,37% sampai 26,67%, untuk konsentrasi 7,5% mampu mengurangi penguapan air sebesar 36,67% sampai 42,86% sedangkan untuk konsentrasi 10% mampu mengurangi peguapan air dari kulit sebesar 53,03% sampai 57,41%. Pengukuran ini dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin


(44)

konsentrasi 2% dan blanko. Dimana sediaan dengan penambahan gliserin konsentrasi 2% sudah mampu mengurangi penguapan air sebesar 54,76% hingga 59,09% sedangkan blanko hanya mampu mengurangi penguapan air sebesar 7,56% hingga 9,52%.

Dari data yang diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah anggur hijau yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit.

Dari data dapat diketahui bahwa penguapan air dari kulit antara krim sari buah anggur hijau konsentrasi 10% dengan krim gliserin konsentrasi 2% yaitu pada 1 sukarelawan memberikan hasil yang sama , pada 4 sukarelawan memberikan hasil bahwa krim gliserin konsentrasi 2% lebih bagus dari pada krim sari buah anggur hijau 10%, dan pada 1 sukarelawan memberikan hasil bahwa krim sari anggur hijau konsentrasi 10% lebih bagus dari pada krim gliserin konsentrasi 2%. Dari sini dapat disimpulkan bahwa penguapan air dari kulit dengan menggunakan krim sari anggur hijau dengan konsentrasi 10% dan krim gliserin dengan konsentrasi 2% memberikan hasil yang hampir sama.


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Sari buah anggur hijau ( Vitis vinífera.L ) dapat diformulasikan ke dalam

bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya homogen, sediaan krim stabil pada penyimpanan selama 12 minggu, memiliki pH 5,8-6,4 dan sediaan krim sari buah anggur hijau tidak menyebabkan iritasi kulit.

2. Penambahan sari buah anggur hijau kedalam sediaan krim dapat mengurangi penguapan air pada kulit, dimana dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari anggur hijau yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut mengurangi penguapan air dari kulit.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meningkatkan konsentrasi sari buah anggur hijau yang digunakan dan menggunakan metode lain dalam mengukur kadar penguapan air pada kulit.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas.

Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal.71-72,132. Anonim . (2011) .Anggur hijau Dapat Buat Kulit Mulus.

.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi. Edisi Keempat. Penerbit

Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 387-389.

Arief, P.S. (2010). Agribisnis Guava (jambu batu). Bandung: Penerbit CV

Pustaka Grafika. Hal.17.

Astrid,A. (2010).http://www.infoanak.com/jambu-biji-botoks-alami/

Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Second Edition. New York. John Willy and Son, Inc. Page. 179.

Bambang,C. (2010). Sukses Budi Daya Anggur hijau Di Perkarangan dan

Perkebunan. Yogyakarta: Lily Publisher. Hal. 3.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Departemen

Kesehatan RI. Jakarta: Hal. 1197

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan

RI. Jakarta: Hal. 8,33.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Hal. 22, 83, 97,

356.

Dhody, S.P. (1998). Agar Awet Muda. Ungaran: Pt Trubus Agriwidya. Hal. 2.

Dwikarya, Maria., DSSK (2003). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Penerbit

Kawan Pustaka. Hal. 2.


(47)

Hal. 18.

Lachman, L. (1994). Teori an Praktek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti

Suyatmi, Edisi ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal.1117-1118. Rawlins, E. A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London:

Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.

Santoso, D. (2001). Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Edisi Kedua.

Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 1.

Tranggono, R. I. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 46.

Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.

Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Jakarta:

Universitas Indonesia. Hal. 11-12,69,111-12.

Wirakusumah, E. S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi

Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 6-7, 8-10.

Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited

Hal. 40.


(48)

Gambar 2. Buah Anggur hijau


(49)

Lampiran 2. Sediaan Formula Krim Pelembab Dari Sari Buah Anggur hijau

Gambar 4. Sediaan Formula Krim

Lampiran 3.Gambar sediaan krim dalam penyimpanan selama 12 minggu


(50)

Lampiran 4. Gambar tipe emulsi

Gambar 6. Gambar uji tipe emulsi di atas objek gelas Lampiran 5. Gambar Alat freezee dryer


(51)

Lampiran 6. Gambar Alat pH meter


(52)

Lampiran 7. Gambar alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit

Rangkaian alat pada saat pengujian

Tutup Pot Plastik Tidak Berlubang Tutup Pot Plastik Berlubang

Rangkaian Kedua Tutup Pot Plastik


(53)

Lampiran 8. Perhitungan

Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan. Contoh formula blanko pada sukarelawan I:

a. Pertambahan berat

Petambahan berat = berat akhir – berat awal Berat awal = 10,03 g

Berat akhir = 10,25 g Pertambahan berat = 220 mg

b. Presentase pengurangan penguapan

= pertambahan berat tanpa sediaan – pertambahan berat sediaan

Pertambahan berat tanpa sediaan = 220 mg Pertambahan berat sediaan = 210 mg

Persentase pengurangan penguapan = ( 220 Mg – 210 Mg ) / 220 Mg = ( 10 mg / 220 mg ) x 100 % = 0.04545 x 100 %

= 4.5 %

x 100% pertambahan berat tanpa sediaan


(54)

Tabel 7. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Masing-masing Sukarelawan

Sukarelawan formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan I Tanpa sediaan

10,03 10,25 220 0% 0%

Blanko 10,02 10,23 210 4,55%

7,56%

10,04 10,24 200 9,09%

10,05 10,26 200 4,55%

SBAH 2,5%

10,04 10,23 190 13,64%

13,64%

10,03 10,22 190 13,64%

10,02 10,20 180 18,18%

SBAH 5%

10,03 10,20 170 22,73%

25,76%

10,02 10,20 180 18,18%

10,01 10,17 160 27,27%

SBAH 7,5%

10,02 10,16 140 36,36%

37,87%

10,02 10,16 140 36,36%

10,02 10,15 130 40,90%

SBAH 10%

10,01 10,11 100 54,55%

53,03%

10,00 10,11 110 50,00%

10,00 10,10 100 54,55%

Gliserin 2%

10,04 10,11 70 68,18%

59,09%

10,05 10,15 100 54,55%

10,07 10,17 100 54,55%


(55)

Sukarelawan formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan II Tanpa sediaan

10,00 10,28 280 0 % 0%

Blanko 10,04 10,28 240 14,29%

9,52%

10,07 10,34 270 3,57%

10,11 10,36 250 10,71%

SBAH 2,5%

10,01 10,25 240 14,29%

15,48%

10,02 10,26 240 14,29%

10,01 10,24 230 17,86%

SBAH 5%

10,05 10,28 230 17,86%

22,62%

10,06 10,28 220 21,42%

10,04 10,24 200 28,57%

SBAH 7,5%

10,06 10,23 170 39,29%

42,86%

10,05 10,21 160 42,86%

10,07 10,23 160 42,86%

SBAH 10%

10,02 10,25 130 53,57%

54,76%

10,04 10,16 120 57,14%

10,05 10,18 130 53,57%

Gliserin 2%

10,05 10,17 120 57,14%

54,76%

10,03 10,16 130 53,57%

10,01 10,14 130 53,57%


(56)

Sukarelawan formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan III Tanpa sediaan

10,02 10,20 180 0 % 0%

Blanko 10,01 10,17 160 11,11%

9,26%

10,01 10,17 160 11,11%

10,02 10,19 170 5,55%

SBAH 2,5%

10,04 10,19 150 16,67%

14,82%

10,03 10,18 150 16,67%

10,00 10,16 160 11,11%

SBAH 5%

10,02 10,16 140 22,22%

20,37%

10,04 10,18 140 22,22%

10,02 10,17 150 16,67%

SBAH 7,5%

10,05 10,17 120 33,33%

40,74%

10,02 10,12 100 44,44%

10,07 10,17 100 44,44%

SBAH 10%

10,02 10,09 70 61,11%

57,41%

10,02 10,10 80 55,56%

10,02 10,10 80 55,56%

Gliserin 2%

10,02 10,10 80 55,56%

55,56%

10,01 10,09 80 55,56%

10,00 10,08 80 55,56%


(57)

Sukarelawan formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan IV Tanpa sediaan

10,07 10,27 200 0 % 0%

Blanko 10,07 10,26 190 5%

8,33 %

10,03 10,21 180 10%

10,00 10,18 180 10%

SBAH 2,5%

10,02 10,19 170 15,00%

15,00 %

10,04 10,21 170 15,00%

10,06 10,23 170 15,00%

SBAH 5%

10,05 10,19 140 30,00%

26,67 %

10,03 10,18 150 25,00%

10,01 10,16 150 25,00%

SBAH 7,5%

10,01 10,14 130 35,00%

36,67 %

10,04 10,16 120 40,00%

10,07 10,20 130 35,00%

SBAH 10%

10,02 10,11 90 55,00%

55,00 %

10,05 10,14 90 55,00%

10,00 10,09 90 55,00%

Gliserin 2%

10,03 10,11 80 60,00%

58,33 %

10,03 10,11 80 60,00%

10,02 10,11 90 55,00%


(58)

Sukarelawan formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan V Tanpa sediaan

10,01 10,28 270 0 % 0%

Blanko 10,07 10,31 240 11,11%

8,64%

10,05 10,30 250 7,41%

10,03 10,28 250 7,41%

SBAH 2,5%

10,00 10,23 230 14,81%

16,05%

10,02 10,25 220 14,81%

10,00 10,22 370 18,52%

SBAH 5%

10,00 10,20 200 25,93%

22,22%

10,00 10,21 210 22,22%

10,00 10,22 220 18,52%

SBAH 7,5%

10,04 10,20 160 40,74%

40,74%

10,05 10,20 150 44,44%

10,03 10,20 170 37,04%

SBAH 10%

10,01 10,13 120 55,56%

54,32%

10,02 10,14 120 55,56%

10,02 10,15 130 51,85 %

Gliserin 2%

10,04 10,14 110 59,25%

58,03%

10,05 10,17 120 55,56%

10,07 10,18 110 59,26%


(59)

Sukarelawan formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan VI Tanpa sediaan

10,04 10,36 320 0 % 0%

Blanko 10,02 10,31 290 9,38%

8,34%

10,01 10,30 290 9,38%

10,01 10,31 300 6,25%

SBAH 2,5%

10,05 10,32 270 15,63%

16,67%

10,05 10,31 260 18,75%

10,03 10,30 270 15,63%

SBAH 5%

10,03 10,25 220 31,25%

23,96%

10,02 10,27 250 21,88%

10,02 10,28 260 18,75%

SBAH 7,5%

10,03 10,23 200 37,50%

38,54%

10,04 10,23 190 40,63%

10,03 10,23 200 37,50%

SBAH 10%

10,04 10,19 150 53,13%

55,21%

10,04 10,18 140 56,25%

10,06 10,20 140 56,25%

Gliserin 2%

10,08 10,22 140 56,25%

57,29%

10,04 10,18 140 56,25%

10,07 10,20 130 59,38%


(1)

penguapan penguapan

I

Tanpa sediaan

10,03 10,25 220 0% 0%

Blanko 10,02 10,23 210 4,55%

7,56%

10,04 10,24 200 9,09%

10,05 10,26 200 4,55%

SBAH 2,5%

10,04 10,23 190 13,64%

13,64%

10,03 10,22 190 13,64%

10,02 10,20 180 18,18%

SBAH 5%

10,03 10,20 170 22,73%

25,76%

10,02 10,20 180 18,18%

10,01 10,17 160 27,27%

SBAH 7,5%

10,02 10,16 140 36,36%

37,87%

10,02 10,16 140 36,36%

10,02 10,15 130 40,90%

SBAH 10%

10,01 10,11 100 54,55%

53,03%

10,00 10,11 110 50,00%

10,00 10,10 100 54,55%

Gliserin 2%

10,04 10,11 70 68,18%

59,09%

10,05 10,15 100 54,55%

10,07 10,17 100 54,55%


(2)

II

Blanko 10,04 10,28 240 14,29%

9,52%

10,07 10,34 270 3,57%

10,11 10,36 250 10,71%

SBAH 2,5%

10,01 10,25 240 14,29%

15,48%

10,02 10,26 240 14,29%

10,01 10,24 230 17,86%

SBAH 5%

10,05 10,28 230 17,86%

22,62%

10,06 10,28 220 21,42%

10,04 10,24 200 28,57%

SBAH 7,5%

10,06 10,23 170 39,29%

42,86%

10,05 10,21 160 42,86%

10,07 10,23 160 42,86%

SBAH 10%

10,02 10,25 130 53,57%

54,76%

10,04 10,16 120 57,14%

10,05 10,18 130 53,57%

Gliserin 2%

10,05 10,17 120 57,14%

54,76%

10,03 10,16 130 53,57%

10,01 10,14 130 53,57%


(3)

III

Blanko 10,01 10,17 160 11,11%

9,26%

10,01 10,17 160 11,11%

10,02 10,19 170 5,55%

SBAH 2,5%

10,04 10,19 150 16,67%

14,82%

10,03 10,18 150 16,67%

10,00 10,16 160 11,11%

SBAH 5%

10,02 10,16 140 22,22%

20,37%

10,04 10,18 140 22,22%

10,02 10,17 150 16,67%

SBAH 7,5%

10,05 10,17 120 33,33%

40,74%

10,02 10,12 100 44,44%

10,07 10,17 100 44,44%

SBAH 10%

10,02 10,09 70 61,11%

57,41%

10,02 10,10 80 55,56%

10,02 10,10 80 55,56%

Gliserin 2%

10,02 10,10 80 55,56%

55,56%

10,01 10,09 80 55,56%

10,00 10,08 80 55,56%


(4)

IV

Blanko 10,07 10,26 190 5%

8,33 %

10,03 10,21 180 10%

10,00 10,18 180 10%

SBAH 2,5%

10,02 10,19 170 15,00%

15,00 %

10,04 10,21 170 15,00%

10,06 10,23 170 15,00%

SBAH 5%

10,05 10,19 140 30,00%

26,67 %

10,03 10,18 150 25,00%

10,01 10,16 150 25,00%

SBAH 7,5%

10,01 10,14 130 35,00%

36,67 %

10,04 10,16 120 40,00%

10,07 10,20 130 35,00%

SBAH 10%

10,02 10,11 90 55,00%

55,00 %

10,05 10,14 90 55,00%

10,00 10,09 90 55,00%

Gliserin 2%

10,03 10,11 80 60,00%

58,33 %

10,03 10,11 80 60,00%

10,02 10,11 90 55,00%


(5)

V

Blanko 10,07 10,31 240 11,11%

8,64%

10,05 10,30 250 7,41%

10,03 10,28 250 7,41%

SBAH 2,5%

10,00 10,23 230 14,81%

16,05%

10,02 10,25 220 14,81%

10,00 10,22 370 18,52%

SBAH 5%

10,00 10,20 200 25,93%

22,22%

10,00 10,21 210 22,22%

10,00 10,22 220 18,52%

SBAH 7,5%

10,04 10,20 160 40,74%

40,74%

10,05 10,20 150 44,44%

10,03 10,20 170 37,04%

SBAH 10%

10,01 10,13 120 55,56%

54,32%

10,02 10,14 120 55,56%

10,02 10,15 130 51,85 %

Gliserin 2%

10,04 10,14 110 59,25%

58,03%

10,05 10,17 120 55,56%

10,07 10,18 110 59,26%


(6)

VI

Blanko 10,02 10,31 290 9,38%

8,34%

10,01 10,30 290 9,38%

10,01 10,31 300 6,25%

SBAH 2,5%

10,05 10,32 270 15,63%

16,67%

10,05 10,31 260 18,75%

10,03 10,30 270 15,63%

SBAH 5%

10,03 10,25 220 31,25%

23,96%

10,02 10,27 250 21,88%

10,02 10,28 260 18,75%

SBAH 7,5%

10,03 10,23 200 37,50%

38,54%

10,04 10,23 190 40,63%

10,03 10,23 200 37,50%

SBAH 10%

10,04 10,19 150 53,13%

55,21%

10,04 10,18 140 56,25%

10,06 10,20 140 56,25%

Gliserin 2%

10,08 10,22 140 56,25%

57,29%

10,04 10,18 140 56,25%

10,07 10,20 130 59,38%