Formulasi Sediaan Krim Dari Sari Buah Srikaya (Annona squamosa L.) Sebagai Pelembab Alami Kulit

(1)

FORMULASI SEDIAAN KRIM

DARI SARI BUAH SRIKAYA (Annona squamosa L.)

SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT

SKRIPSI

OLEH:

FERI GIFARI NASUTION

NIM 101524028

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI SEDIAAN KRIM

DARI SARI BUAH SRIKAYA (Annona squamosa L.)

SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

FERI GIFARI NASUTION

NIM 101524028

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN KRIM

DARI SARI BUAH SRIKAYA (Annona squamosa L.)

SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT

OLEH:

FERI GIFARI NASUTION NIM 101524028

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada tanggal: 27 April 2013

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195404121987012001 NIP 195807101986012001

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. Pembimbing II, NIP 195404121987012001

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP 195011171980022001 NIP 195107031977102001

Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001

Medan, Juni 2013 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr.Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan ridhaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi sediaan krim dari sari buah srikaya (Annona squamosa L.) sebagai pelembab alami kulit” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberi motivasi dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, tulus dan ikhlas selama penelitian hingga menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Serta kepada Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt., sebagai dosen penasehat akademik yang telah membimbing penulis selama masa pendidikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus tiada terhingga khusus kepada kedua orangtua, Ayahanda Khairuddin Tiar Nasution dan Ibunda Rubinem, untuk saudaraku atas do’a, dukungan, motivasi dan perhatian yang tiada hentinya kepada penulis. Ucapan terima kasih kepada


(5)

rekan-rekan farmasi ekstensi stambuk 2010 yang memberikan saran, arahan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi ini.

Medan, April 2013 Penulis,


(6)

FORMULASI SEDIAAN KRIM

DARI SARI BUAH SRIKAYA (Annona squamosa L.) SEBAGAI BAHAN PELEMBAB ALAMI KULIT

ABSTRAK

Srikaya (Annona squamosa L.) mengandung karbohidrat yang terdiri dari glukosa dan sukrosa. Selain itu, srikaya juga mengandung lemak, serat, protein, asam amino, mineral, vitamin C, B1, B6, B12, dan folat. Kandungan glukosa dan sukrosa dalam srikaya mampu mengikat air di udara sehingga dapat mengurangi penguapan air di kulit. Oleh karena itu kelembapan kulit akan terjaga dan kulit tidak akan menjadi kering.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasi krim menggunakan sari buah srikaya sebagai bahan pelembab alami. Daging buah srikaya dipisahkan dari kulit dan bijinya, kemudian diambil sarinya dengan menggunakan juicer. Sari buah srikaya dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -40oC dan tekanan 2 atm, dan diperoleh sari pekat. Konsentrasi sari buah srikaya yang digunakan 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; 15%; krim yang mengandung gliserin 2% dan krim tanpa sari buah sebagai blanko. Beberapa uji dilakukan terhadap sediaan antara lain : uji homogenitas, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, pengamatan stabilitas sediaan pada penyimpanan selama 12 minggu pada temperatur kamar, iritasi terhadap kulit sukarelawan, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan wanita.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa krim yang dibuat adalah homogen, pH berkisar antara 6,16-6,56, memiliki tipe emulsi m/a, dan pada penyimpanan selama 12 minggu tetap stabil yaitu tidak ada perubahan warna, tidak ada perubahan bau, dan tidak terjadi pecahnya emulsi, tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Hasil uji kemampuan krim dalam mengurangi penguapan air dari kulit dengan konsentrasi sari buah 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; 15%; krim yang mengandung gliserin 2%; dan krim tanpa sari buah adalah 13,06; 22,53; 27,93; 33,29; 38,81; 46,27; 40,40; dan 6,33%. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah srikaya yang ditambahkan pada sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari buah srikaya yang terbaik sebagai pelembab adalah konsentrasi 15% karena mampu mengurangi penguapan air dari kulit lebih baik dari gliserin 2% yaitu 46,27% dan stabil pada penyimpanan.


(7)

FORMULATION CREAM

FROM SUGAR-APPLE (Annona squamosa L.) FRUIT JUICE AS NATURAL SKIN MOISTURIZING AGENT

ABSTRACT

Sugar-apple (Annona squamosa L.) contain carbohydrates those consist of glucose and sucrose. In addition, sugar-apple also contains fat, fiber, protein, amino acid, mineral, vitamin C, B1, B6, B12, and folate. Glucose and sucrose contents in sugar-apple are able to bind water from the air therefore they can reduce skin moisture loss. Moisture levels will be maintained and skin would not be dry.

The aimed of this study was to formulate cream using sugar-apple fruit juice as a moisturizing agent. The sugar-apple fruit pulp was separated from the rind and seeds. The juice was then obtained using a juicer. Sugar-apple fruit juice was dried using a freeze dryer at temperature of -40oC and pressure of 2 atm to obtain concentrated juice. Concentration of sugar-apple fruit juice used were 2.5, 5; 7.5; 10; 12.5, 15%, cream containing 2% glycerin and cream without juice as a blank. Formulations were evaluated for their homogeneity, pH, emulsion type, stability for 12 weeks stored under room temperature, skin irritation test and skin moisture loss reduction test conducted on 12 female volunteers.

The results obtained showed that the formulations prepared were homogene, their pH were between 6.16 to 6.56, their type of emulsion were o/w and showed good stability for 12 weeks storage, there was not any color and odor change or emulsion breakdown, did not cause any skin irritation, and the ability of preparations to reduce skin moisture loss at concentration of sugar-apple fruit juice 2.5, 5, 7.5, 10, 12.5, 15%, cream containing 2% glycerin, and cream without sugar-apple fruit juice were 13.06, 22.53, 27.93, 33.29, 38.81, 46.27, 40.40, dan 6.33%. The result showed that the higher concentration of sugar-apple fruit juice on the cream, the greater ability to reduce the skin moisture loss. Based on this research it concluded that the best sugar-apple fruit juice as moisturizer was in concentration of 15% because it was able to reduce skin moisture loss better than glycerol 2% for 46.27% and stable during storage.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 3

1.3Hipotesis ... 3

1.4Tujuan Penelitian ... 4

1.5Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tanaman ... 5

2.1.1 Tanaman srikaya ... 5

2.1.2 Taksonomi srikaya ... 6

2.1.3 Kandungan dan manfaat srikaya ... 6

2.2 Kulit ... 7

2.2.1 Fungsi Kulit ... 7

2.2.2 Struktur Kulit ... 9


(9)

2.3 Krim ... 12

2.4 Kosmetika untuk Kulit ... 15

2.4.1 Kosmetika pelembab ... 16

2.4.2 Bahan-bahan sediaan krim pelembab ... 17

2.4.3 Syarat kosmetika pelembab ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Alat-alat yang Digunakan ... 20

3.2 Bahan-bahan yang Digunakan ... 20

3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 20

3.4 Identifikasi Sampel ... 20

3.5 Sukarelawan ... 21

3.6 Prosedur Kerja ... 21

3.6.1 Pembuatan sari buah srikaya ... 21

3.6.2 Formula standar ... 21

3.6.3 Formula yang dimodifikasi ... 22

3.6.4 Pembuatan sediaan krim ... 22

3.6.5 Formula dasar krim ... 22

3.7 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 23

3.7.1 Pemeriksaan homogenitas ... 23

3.7.2 Pengamatan stabilitas sediaan ... 23

3.7.3 Penentuan pH sediaan ... 24

3.7.4 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 24

3.7.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan ... 24

3.7.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 25


(10)

4.1 Hasil Identifikasi Sampel ... 26

4.2 Pembuatan Sari Buah Srikaya ... 26

4.3 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 26

4.3.1 Homogenitas sediaan ... 26

4.3.2 Stabilitas sediaan ... 26

4.3.3 pH sediaan ... 28

4.3.4 Tipe emulsi sediaan ... 29

4.3.5 Uji daya iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 31

4.3.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

5.1 Kesimpulan ... 34

5.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 3.1 Formula krim pelembab ... 23 4.1 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat

sediaan selesai dibuat 1,4,8,dan 12 minggu ... 27 4.2 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat ... 29 4.3 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama

12 minggu ... 29

4.4 Data penentuan tipe emulsi ... 30 4.5 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 31 4.6 Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil identifikasi tanaman ... 37

2. Gambar buah srikaya ... 38

3. Gambar hasil freeze dryer sari buah srikaya ... 38

4. Gambar alat freeze dryer ... 39

5. Gambar sediaan krim setelah dibuat ... 40

6. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu ... 41

7. Gambar uji homogenitas ... 42

8. Gambar uji tipe emulsi ... 43

9. Gambar alat pH meter ... 44

10. Gambar rangkaian alat yang digunakan pada pengujian penguapan air pada kulit ... 45

11. Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan ... 46

12. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada kulit ... 47


(13)

FORMULASI SEDIAAN KRIM

DARI SARI BUAH SRIKAYA (Annona squamosa L.) SEBAGAI BAHAN PELEMBAB ALAMI KULIT

ABSTRAK

Srikaya (Annona squamosa L.) mengandung karbohidrat yang terdiri dari glukosa dan sukrosa. Selain itu, srikaya juga mengandung lemak, serat, protein, asam amino, mineral, vitamin C, B1, B6, B12, dan folat. Kandungan glukosa dan sukrosa dalam srikaya mampu mengikat air di udara sehingga dapat mengurangi penguapan air di kulit. Oleh karena itu kelembapan kulit akan terjaga dan kulit tidak akan menjadi kering.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasi krim menggunakan sari buah srikaya sebagai bahan pelembab alami. Daging buah srikaya dipisahkan dari kulit dan bijinya, kemudian diambil sarinya dengan menggunakan juicer. Sari buah srikaya dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -40oC dan tekanan 2 atm, dan diperoleh sari pekat. Konsentrasi sari buah srikaya yang digunakan 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; 15%; krim yang mengandung gliserin 2% dan krim tanpa sari buah sebagai blanko. Beberapa uji dilakukan terhadap sediaan antara lain : uji homogenitas, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, pengamatan stabilitas sediaan pada penyimpanan selama 12 minggu pada temperatur kamar, iritasi terhadap kulit sukarelawan, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan wanita.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa krim yang dibuat adalah homogen, pH berkisar antara 6,16-6,56, memiliki tipe emulsi m/a, dan pada penyimpanan selama 12 minggu tetap stabil yaitu tidak ada perubahan warna, tidak ada perubahan bau, dan tidak terjadi pecahnya emulsi, tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Hasil uji kemampuan krim dalam mengurangi penguapan air dari kulit dengan konsentrasi sari buah 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; 15%; krim yang mengandung gliserin 2%; dan krim tanpa sari buah adalah 13,06; 22,53; 27,93; 33,29; 38,81; 46,27; 40,40; dan 6,33%. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah srikaya yang ditambahkan pada sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari buah srikaya yang terbaik sebagai pelembab adalah konsentrasi 15% karena mampu mengurangi penguapan air dari kulit lebih baik dari gliserin 2% yaitu 46,27% dan stabil pada penyimpanan.


(14)

FORMULATION CREAM

FROM SUGAR-APPLE (Annona squamosa L.) FRUIT JUICE AS NATURAL SKIN MOISTURIZING AGENT

ABSTRACT

Sugar-apple (Annona squamosa L.) contain carbohydrates those consist of glucose and sucrose. In addition, sugar-apple also contains fat, fiber, protein, amino acid, mineral, vitamin C, B1, B6, B12, and folate. Glucose and sucrose contents in sugar-apple are able to bind water from the air therefore they can reduce skin moisture loss. Moisture levels will be maintained and skin would not be dry.

The aimed of this study was to formulate cream using sugar-apple fruit juice as a moisturizing agent. The sugar-apple fruit pulp was separated from the rind and seeds. The juice was then obtained using a juicer. Sugar-apple fruit juice was dried using a freeze dryer at temperature of -40oC and pressure of 2 atm to obtain concentrated juice. Concentration of sugar-apple fruit juice used were 2.5, 5; 7.5; 10; 12.5, 15%, cream containing 2% glycerin and cream without juice as a blank. Formulations were evaluated for their homogeneity, pH, emulsion type, stability for 12 weeks stored under room temperature, skin irritation test and skin moisture loss reduction test conducted on 12 female volunteers.

The results obtained showed that the formulations prepared were homogene, their pH were between 6.16 to 6.56, their type of emulsion were o/w and showed good stability for 12 weeks storage, there was not any color and odor change or emulsion breakdown, did not cause any skin irritation, and the ability of preparations to reduce skin moisture loss at concentration of sugar-apple fruit juice 2.5, 5, 7.5, 10, 12.5, 15%, cream containing 2% glycerin, and cream without sugar-apple fruit juice were 13.06, 22.53, 27.93, 33.29, 38.81, 46.27, 40.40, dan 6.33%. The result showed that the higher concentration of sugar-apple fruit juice on the cream, the greater ability to reduce the skin moisture loss. Based on this research it concluded that the best sugar-apple fruit juice as moisturizer was in concentration of 15% because it was able to reduce skin moisture loss better than glycerol 2% for 46.27% and stable during storage.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kulit merupakan organ esensial dan vital yang mengandung lapisan lemak tipis yang berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum untuk mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak, dan terlindung. Jika sebum hilang maka permukaan kulit akan mudah pecah, kulit menjadi kering dan bersisik. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Ditjen POM, 1985).

Tubuh sebenarnya punya kelembaban alami, tetapi bahan-bahan yang terdapat dalam sabun membuat kulit kering Selain mandi masih banyak hal lain yang menjadi pemicu hilangnya kadar kelembaban kulit, misalnya paparan sinar matahari, penuaan, cuaca dan AC. Jika kulit selalu dibiarkan tanpa pelembab yang baik, lama kelamaan kulit akan kendur, kering dan kusam (Anonim, 2012).

Di pasaran, banyak ditemukan berbagai macam produk kosmetika. Salah satu diantaranya yang seringdigunakan adalah krim pelembab. Kosmetik ini banyak digunakan oleh masyarakat dalam pencegahan kulit kasar, kering, dan untuk perawatan kulit lainnya (Balsam, 1972).

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60% dimaksudkan untuk pemakaian luar. Bahan yang digunakan mencakup zat emolien, zat sawar (barier), zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat penutup kulit yang berpori lebar, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).


(16)

Pelembab (moisturizer) merupakan kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).

Dalam sediaan kosmetika, bahan pelembab dimaksudkan untuk mempertahankan kelembaban, baik pada kulit maupun pada penyimpanan dalam wadah. Bahan pelembab yang biasa digunakan adalah gliserin, propilenglikol, dan sorbitol (Balsam, 1972).

Humektan adalah suatu bahan higroskopis yang mempunyai sifat dapat mengikat air dari udara yang lembab dan sekaligus mempertahankan air yang ada pada sediaan. Ada tiga golongan humektan, yaitu: golongan gula (sukrosa, dekstrosa, maltosa, fruktosa), golongan poliol (glikol, sorbitol, gliserol, manitol) dan golongan garam (natrium klorida, natrium bromida, kalium klorida) (Purnomo, 1995).

Ekstrak herbal digunakan dalam sediaan kosmetik. Kosmetik herbal diklasifikasikan berdasarkan bentuk sediaan seperti krim, bedak, sabun dan lain-lain. Penggunaannya dalam kosmetik diharapkan lebih efektif serta dapat mengurangi iritasi kulit (Naveed et al., 2010).

Peneliti ilmiah menggunakan teknik terbaru untuk meneliti herbal agar lebih efektif dalam sediaan kosmetik. Studi tentang sistem pengobatan herbal terus meningkat. Meskipun lebih dari 400.000 spesies tanaman tumbuh di bumi, tetapisekitar 2.000 yang secara komersial dieksploitasi untuk mendapatkan ekstrak herbal untuk industri kosmetik (Sitaram, 2009).


(17)

Srikaya menyimpan banyak khasiat bagikesehatan. Salah satunya bermanfaat untuk kecantikan. Srikaya mengandung antioksidan, seperti vitamin C, yang membantu melawan radikal bebas dalam tubuh (Soedarso, 2012). Buah ini juga mengandung vitamin A yang bermanfaat untuk kulit, kesehatan rambut serta meningkatkan fungsi mata. Kecuali itu, srikaya mengandung karbohidrat yang terdiri dari glukosa dan sukrosa, lemak, serat, protein, asam amino, mineral, vitamin B1, B6, B12 dan folat (Alex, 2011).

Berdasarkan zat yang dikandungnya peneliti ingin melakukan penelitian tentang sari buah srikaya sebagai bahan pelembab alami kulit dalam sediaan krim. 1.2Perumusan Masalah

1. Apakah sari buah srikaya (Annona squamosa L.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim pelembab.

2. Apakah sari buah srikaya (Annona squamosa L.) mampu mengurangi penguapan air dari kulit.

1.3 Hipotesa

1. Sari buah srikaya (Annona squamosa L.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim pelembab.

2. Sari buah srikaya (Annona squamosa L.) mampu mengurangi penguapan air dari kulit.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk memformulasi sediaan krim pelembab dengan sari buah srikaya (Annona squamosa L.) sebagai pelembab alami kulit.

2. Untuk mengetahui kemampuan sari buah srikaya (Annona squamosa L.) mengurangi penguapan air dari kulit.


(18)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari buah srikaya (Annona squamosa L.).


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Srikaya 2.1.1 Tanaman srikaya

Habitat asli srikaya berasal dari daerah tropis di Amerika, Karibia, Jamaika, India dan Pakistan. Buah ini ditemukan oleh para pelaut pengelana dari Eropa. Oleh pelaut Inggris dinamai sugar apple atau custard apple, yang berarti rasanya seperti puding (custard) yang berbentuk seperti buah apel (Holistic Health Solution, 2012).

Buah tropis ini memiliki banyak nama, tergantung asalnya. Di Surabaya, ada yang menyebut buah ini dengan nama menuo atau menung. Orang Malaysia menyebutnya serikaya. Di Guatemala, namanya cherimoya. Di India disebut Sharifa, di Thailand noinah, mangcau ta di Kamboja, fan li chi di China, sweetsop di Karibia dan sugar Apple di Amerika (Soedarso, 2012).

Buah ini mirip dengan sirsak, berbentuk bulat atau kerucut, berdiameter 6-10 cm, dan beratnya sekitar 6-100-230 gram. Kulitnya berwarna hijau dengan permukaan berbenjol-benjol dan bermata banyak, menyerupai sisik. Bila telah masak, kulit buahnya akan mengilap dan sisiknya merenggang.

Daging buah srikaya berwarna putih sampai agak kuning, berbiji banyak dengan susunan biji berjarak dan berderet. Aromanya berbau manis, saat dimakan terasa sedikit berbulir, licin, manis, dan lembut (Holistic Health Solution, 2012).


(20)

2.1.2 Taksonomi srikaya (Annona squamosa L.)

Srikaya (Annona squamosa L.) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Ranales

Famili : Annonaceae

Genus : Annona

Spesies : Annonasquamosa L. Nama lokal : Srikaya

2.1.3 Kandungan dan manfaat srikaya

Kandungan gizi utama buah srikaya meliputi energi yang mencapai 101 kalori untuk setiap 100 gram, karbohidrat 35,2 gram, protein 1,7 gram dan serat 0,7 gram. Begitu juga dengan kandungan mineralnya yang cukup besar adalah kalsium sebanyak 27 mg, fosfor 20 mg, dan zat besi 0,8 mg. Sedangkan kandungan vitaminnya yang cukup banyak adalah vitamin C sebanyak 22 mg, vitamin B1 sebanyak 0,8 mg, dan vitamin B2 0,04 mg. Pada sejumlah penelitian, juga ditemukan sejumlah senyawa pada buah srikaya yang telah masak. Diantaranya asam amino butirat, arginin, ornitin, serta sitrulin yang berguna dalam mengatasi berbagai jenis parasit, khususnya yang menyerang kulit tubuh maupun kepala (Alex, 2011).

Tidak hanya buahnya yang bermanfaat, hampir semua bagian tanaman srikaya dapat digunakan sebagai obat, seperti daun, akar, biji dan kulit kayu pohon srikaya (Holistic Health Solution, 2012).


(21)

2.2 Kulit

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kulit adalah organ tubuh yang pertama kali terkena polusi oleh zat yang terdapat di lingkungan hidup kita, termasuk jasad renik (mikroba) yang tumbuh dan hidup di lingkungan kita. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan ( Effionora, 2012).

2.2.1 Fungsi kulit

Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus (Wirakusumah, 1994).

Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan


(22)

adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit (Wirakusumah, 1994).

Permukaan kulit mempunyai keasaman (pH) tertentu yang berkisar antara 4,5-6,0 yang dibentuk oleh asam lemak permukaan kulit yang berasal dari sebum, keringat, sel tanduk yang lepas, dan kotoran yang melekat pada kulit. Tingkat keasaman itu dapat mengurangi atau mengendalikan berkembang biaknya berbagai jasad renik (Wasitaatmadja, 1997).

Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai berikut:

- Pelindung / proteksi

Serat elastis dari dermis dan jaringan lemak subkutan berfungsi untuk mencegah gangguan mekanis eksternal diteruskan secara langsung ke bagian dalam tubuh. Kulit memiliki kapasitas penetralisir alkali dan permukaan kulit dijaga tetap pada pH asam lemah untuk perlindungan dari racun kimia. Pigmen melanin mengabsorpsi dan melindungi tubuh dari bahaya radiasi UV (Mitsui, 1997).

- Pengaturan suhu tubuh / termoregulasi

Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah melalui kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dan dengan penguapan uap air (Mitsui, 1997).

- Persepsi panca indera

Kulit merasakan perubahan pada lingkungan eksternal dan bertanggungjawab untuk sensasi kulit. Kulit memiliki berbagai reseptor sehingga dapat merasakan tekanan, sentuhan, suhu, dan nyeri (Mitsui, 1997).


(23)

- Penyerapan /absorpsi

Berbagai senyawa diabsorpsi melalui kulit ke dalam tubuh. Ada dua jalur absorpsi, satu melalui epidermis, dan yang lainnya melalui kelenjar sebaseus pada folikel rambut. Senyawa larut air tidak mudah diabsorpsi melalui kulit karena adanya sawar (barrier) terhadap senyawa larut air yang dibentuk oleh lapisan tanduk (Mitsui, 1997).

- Fungsi Lain

Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan (pucat dan bulu kuduk berdiri tegak), dan digambarkan sebagai organ yang menunjukkan emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D dengan bantuan sinar UV terhadap prekursor vitamin D dalam kulit (Mitsui, 1997).

2.2.2 Struktur kulit

Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda. Ketiga lapisan tersebut yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan hipodermis (subkutan).

a. Lapisan epidermis (kutikel)

Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiri dari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu:

− Lapisan tanduk (stratum korneum)

Adalah lapisan yang paling luar dan terdiri dari beberapa sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).


(24)

− Lapisan rintangan (stratum lusidum)

Terdapat dibawah lapisan tanduk, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak jelas di telapak tangan dan kaki.

− Lapisan butir (stratum granulosum)

Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya.

− Lapisan tajuk (stratum spinosum)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.

− Lapisan tunas (stratum basale)

Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada pembatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan tuna juga termasuk sel-sel yang disebut melanocytes, yaitu sel-sel yang memproduksi pigmen melanin.

b. Lapisan dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:

1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

2. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen elastis dan retikulin.


(25)

c. Lapisan subkutan

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).

2.2.3 Jenis kulit 1. Kulit Kering

Ada berbagai faktor penyabab kulit menjadi kering, antara lain cuaca, penggunaan sabun, efek samping penggunaan obat-obatan tertentu, faktor genetik, usia, kekurangan nutrisi, dan terlalu sering berada diruangan ber AC.

2. Kulit Berminyak

Kulit berminyak cenderung lebih bermasalah dibandingkan dengan jenis kulit lainnya. Masalah-masalah yang biasanya terjadi pada kulit berminyak yaitu mudah timbul jerawat dan rasa gatal diwajah saat berkeringat. Penyabab kulit berminyak antara lain faktor genetik, pola makan (gula yang berlebihan, gorengan, makanan pedas, makanan berkadar lemak tinggi dan santan adalah beberapa jenis makanan yang dapat membuat kulit berminyak), ketidakseimbangan hormon (misalnya pada masa pubertas dan saat menstruasi, ketidakseimbangan hormon ini menyebabkan produksi minyak menjadi berlebih), dan pemakaian kosmetik yang tidak cocok.


(26)

Kulit kombinasi merupakan jenis kulit paling umum dimiliki oleh kebanyakan orang. Kulit kombinasi merupakan gabungan dari dua jenis kulit yang berbeda yaitu kulit kering dan kulit berminyak. Ciri kulit wajah kombinasi adalah pada bagian T-zone (hidung, dahi, dagu, dan bagian atas mata) berminyak, terlihat mengilat, dan pori-porinya besar. Sementara itu, kulit didaerah lain cenderung kering atau normal.

4. Kulit Normal

Kulit normal merupakan jenis kulit yang dapat dikatakan sebagai kulit ideal atau kulit dambaan. Hal ini karena kulit normal umumnya tidak memiliki masalah yang serius dan perawatannya pun relatif lebih mudah dibandingkan jenis kulit lainnya.

5. Kulit Sensitif

Kulit sensitif adalah kulit yang memberikan respon yang berlebihan terhadap benda-benda atau kondisi tertentu, misalnya perubahan suhu, cuaca bahan kosmetik atau bahan kimia lainnya yang menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan kulit.

2.3 Krim

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Ditjen POM, 1979).

Istilah krim secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang


(27)

dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok : a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi A/M

b. Emulsi minyak dalam air atau M/A

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi dapat di stabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film(lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe m/a dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe a/m dimana fase terdisper adalah air dan fase pendisper adalah minyak (Anief, 2004).

Formasi emulsi dengan cara kimia (emulsifier) terjadi sebagai berikut: pertama-tama, emulsifier harus ada pada permukaan antara fase yang ada pada emulsi dalam jumlah yang cukup untuk memastikan bahwa adsorpsi cepat menurunkan tegangan antarmuka sehingga fase terpisah menjadi tetesan. Aliran yang dihasilkan dan turbulensi menyebabkan pembagian lebih lanjut, yang diperkuat denagn penyebaran molekul dari emulsifier dalam sistem antarmuka. Pasokan emulsifier berlebih ke antarmuka juga harus diperhatikan, karena jika


(28)

energi yang dipasok ke sistem tidak lagi cukup untuk meningkatkan luas permukaan tetesan lebih lanjut, maka pembagian fase dalam berhenti (Effionora, 2012).

Lapisan terserap adalah tetesan minyak atau air harus mencegah koalesensi. Batas lapisan tipis terdiri dari fase kontinu, yaitu medium pendispersi, mendekati bentuk-bentuk antara tetesan. Sifat fisik lapisan ini ditentukan oleh jenis emulsifier teradsorpsi (Effionora, 2012).

Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket(Ditjen POM,1985).

Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voight(1995) adalah: 1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit

2. Memberi efek dingin terhadap kulit 3. Tidak menyumbat pori-pori kulit 4. Bersifat lembut


(29)

Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan dikenal sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman dkk,1994).

Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin, propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w untuk mengurangi peguapan air dari permukaan kulit (Voight, 1995).

2.4 Kosmetik Untuk Kulit

Kosmetik menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No.445/MenKes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Wasitaatmadja, 1997).

Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksudkan dengan ’tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit’ adalah sediaan tersebut sebaiknya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit.Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor


(30)

lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.1 Kosmetika pelembab

Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).

Kosmetika pelembab dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu kosmetika pelembab berdasarkan lemak dan kosmetika pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis (Tranggono dan Latifah, 2007).

1. Kosmetika pelembab berdasarkan lemak

Kosmetik pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke mana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulitlengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum korneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi (Tranggono dan Latifah, 2007).


(31)

2. Kosmetika pelembab yang didasarkan pada gliserol dan sejenisnya

Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerapuap air dari udara dan mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit tampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.2 Bahan-bahan sediaan krim pelembab

Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).

1. Emolien

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asan lemak, lemak alkohol.

2. Zat sawar

Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.


(32)

3. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap (Balsam, 1972).

4. Zat pengemulsi dan surfaktan

Surfaktan digunakan sebagai emulgator, karena merupakan zat aktif permukaan alami atau sintetis yang dapat berikatan dengan air dan minyak secara simultan pada tingkat molekuler dan membentuk emulsi. Jadi fungsi surfaktan/emulgator adalah menjembatani fase air dan minyak agar membentuk suatu messa yang homogen. Contohnya natrium lauril sulfat, trietanolamin lauril sulfat, gliseril monostearat (Effionora, 2012).

5. Pengawet

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997).

6. Parfum

Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan produsen (Lachman dkk., 1994).


(33)

2.4.3 Syarat dari kosmetika pelembab

Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu: a. Enak dan mudah dipakai.

b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan. c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur.

d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan sampel, pembuatan saripekat buah srikaya, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap sukarelawan, dan uji kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit.

3.1 Alat-Alat yang Digunakan

Neraca listrik ( Boeco Germany ), pH meter ( Hanna Instrument ), freezee dryer( Virtis ), juicer( Tecstar ), lumpang, stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air, batang pengaduk, spatel, pot plastik, selotip transparan.

3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan

Asam stearat, setil alkohol, trietanolamin (TEA), gliserin, air suling, nipagin, natrium metabisulfit, parfum, saribuah srikaya, silika gel, metil biru, larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01).

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan buah srikaya dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah srikaya (Annona squamosa L.) yang dibeli di swalayan Berastagi jalan Gatot Subroto Medan.

3.4 Identifikasi Sampel

Identifikasi Sampel dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, USU, Medan.


(35)

3.5 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12 orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM,1985):

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan

3.6 Prosedur Kerja

3.6.1 Pembuatan sari buah srikaya

Buah srikayaditimbang, lalu daging buah dibersihkan dari kulit dan bijinya, kemudian ditimbang kembali. Daging buah selanjutnya dihaluskan dengan juicer dan menghasilkan saribuah srikaya, kemudian sari buah ditimbang. Ke dalam sari buah tersebut ditambahkan natrium metabisulfit 0,1% sebagai antioksidan dan dikeringkan dengan freeze dryerpada suhu -40oC dan tekanan 2 atm sampai diperoleh sari buah srikaya, dan ditimbang.

3.6.2 Formula standar (Young, 1972) Asam stearat 12 g Setil alkohol 0,5 g Sorbitol sirup 5 g Propilen glikol 3 g Trietanolamin 1 g

Gliserin 1-5 tetes

Nipagin 1 sendok spatula

Parfum 3 tetes


(36)

3.6.3 Formula yang dimodifikasi

asam stearat 12 g

setil alkohol 0,5 g

trietanolamin 1 g

Nipagin 0,1 %

Sari buah srikaya x %

Air suling ad 100 ml

3.6.4 Pembuatan sediaan krim

Konsentrasi sari buah srikaya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; dan 15 %, serta gliserin 2 %. Adapun formula yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1 halaman 23.

Cara Pembuatan:

Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dilarutkan dalam air panas, lalu tambahkan trietanolamin diaduk sampai larut (massa II). Lalu tambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus secara terus menerus hingga terbentuk dasar krim. Sari buah srikaya digerus lalu tambahkan sedikit demi sedikit dasar krim dan digerus sampai homogen.

3.6.5 Formula dasar krim

asam stearat 12 g

setil alkohol 0,5 g

trietanolamin 1 g

nipagin 0,1 %


(37)

Tabel 3.1 Formula krim pelembab

Komposisi

Formula

Blanko A B C D E F G

Gliserin (g) - - - 2,0

Sari srikaya (g) - 2,5 5,0 7,5 10,0 12,5 15,0 - Dasar krim (g) 100,0 97,5 95,0 92,5 90,0 87,5 85,0 98,0

Keterangan :

Blanko (dasar krim tanpa sari buah srikaya) Formula A : Konsentrasi Sari buah srikaya 2,5 % Formula B : Konsentrasi Sari buah srikaya 5 % Formula C : KonsentrasiSari buah srikaya 7,5 % Formula D : Konsentrasi Sari buah srikaya 10 % Formula E : Konsentrasi Sari buah srikaya 12,5 % Formula F : Konsentrasi Sari buah srikaya 15 % Formula G : Gliserin 2 % (Sebagai pembanding)

3.7 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.7.1 Pemeriksaan homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Cara:

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.7.2 Pengamatan stabilitas sedíaan

Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sedíaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada temperatur kamar, bagian yang diamati berupa pecahnya emulsi, pemisahan fase, perubahan warna dan bau dari sedíaan.


(38)

3.7.3 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Cara:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.7.4 Penentuan tipe emulsi sediaan

Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pengenceran fase dan dengan pengecatan atau pewarnaan.

Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metilbiru, diaduk dengan batang pengaduk. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipeemulsi a/m (Ditjen POM, 1985).

3.7.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan. Sediaan sebanyak 500 mg dioleskan dibelakang telinga dengan diameter 3 cm, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa kemerahan, gatal, dan pembengkakan pada kulit (Wasitaatmadja, 1997).


(39)

3.7.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm. Cara:

Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan diberikan tanda berupa lingkaran yang diameternya sama dengan diameter tutup pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan, kemudian diletakkan pada desikator. Pada wadah plastik yang belum dilubangi ditimbang 10 g silika gel. Wadah pot plastik yang lain dilubangi, kain kasa dijahit, dimasukkan silika gel dalam kain kasa sehingga silika gel tersebut tidak jatuh meskipun wadah silika gel dibalikkan, diletakkan di atas pot plastik kemudian wadah pot plastik disatukan dengan menggunakan isolatip transparan. Wadah yang berlubang berada pada bagian bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi sediaan. Agar wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka digunakan isolatip transparan yang ditempelkan sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan menempel selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan pembanding yaitu sediaan yang menggunakan gliserin 2%, dan blanko sebagai kontrol serta pengujian yang tanpa diolesi sediaan.


(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Sampel

Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara, Medan menyebutkan bahwa sampel adalah srikaya (Annona squamosa L.) famili Annonaceae. Hasil identifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 37.

4.2 Pembuatan Sari Buah Srikaya

Dari 6,6 kg buah Srikaya diperoleh daging buah srikaya 5,4 kg, setelah dihaluskan dengan juicer dihasilkan sari buah srikaya 2,2 kg, dan dikeringkan dengan freeze dryer selama 48 jam, dan diperoleh sari buah srikaya 273,41 gram. 4.3 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

4.3.1 Homogenitas sediaan

Menurut Ditjen POM (1979), pengamatan homogenitas dapat dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain, lalu diratakan, jika tidak ada butiran-butiran maka sediaan dapat dikatakan homogen.

Dari percobaan yang telah dilakukan pada sediaan krim pelembab tidak diperoleh butiran-butiran, maka sediaan tersebut dikatakan homogen. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap sediaan pembanding yaitu formula dengan gliserin 2% dan blanko, hasil yang diperoleh menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada kepingan kaca.

4.3.2 Stabilitas sediaan

Menurut Ansel (1989), suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat penggumpalan dari pada globul-globul (bulatan-bulatan) dari fase terdispersi.


(41)

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa masing-masing formula yang telah diamati selama 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat, 1, 4, 8, dan 12 minggu

Formula

Pengamatan selama penyimpanan Hari ke-1 Setelah 1

minggu Setelah 4 minggu Setelah 8 minggu Setelah 12 minggu x y z x y z x y z x y z x y z

Blanko - - - - - - - - - - - - - - -

A - - - - - - - - - - - - - - -

B - - - - - - - - - - - - - - -

C - - - - - - - - - - - - - - -

D - - - - - - - - - - - - - - -

E - - - - - - - - - - - - - - -

F - - - - - - - - - - - - - - -

G - - - - - - - - - - - - - - -

Keterangan :

Blanko (dasar krim tanpa sari buah srikaya) Formula A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% Formula B : Konsentrasisari buah srikaya 5% Formula C : Konsentrasisari buah srikaya 7,5% Formula D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% Formula E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% Formula F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% Formula G : Gliserin 2% (sebagai pembanding) x : Perubahan warna

y : Perubahanbau

z : Pecahnyaemulsi

- : Tidakterjadiperubahan + : Terjadiperubahan

Rusak atau tidaknya suatu sediaan emulsi yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan


(42)

bau. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan penambahan suatu anti oksidan. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh jamur atau mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan anti mikroba. Anti mikroba yang digunakan adalah nipagin.

Pada Tabel 4.1 halaman 27 dapat dilihat hasil pada sediaan krim blanko, gliserin 2% dan krim sari buah srikaya dengan konsentrasi2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; dan 15% stabil selama penyimpanan 12 minggu, dimana pada sediaan krim tidak terjadi perubahan warna, bau, dan pecahnya emulsi sehingga digunakan sebagai pelembab. Dari hasil pengamatan stabilitas diperoleh bahwa dengan penambahan nipagin 0,1% sebagai pengawet sudah cukup untuk menstabilkan emulsi.

4.3.3 pH sediaan

Menurut Tranggono dan Latifah (2007), hendaknya pH kosmetika diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5. pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh data pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.

Hasil penentuan pH sediaan pada saat selesai dibuat, didapatkan bahwa pH dari formula Blanko mempunyai pH 6,56; formula A mempunyai pH 6,50; formula B mempunyai pH 6,50; formula C mempunyai pH 6,26; formula D mempunyai pH 6,23; formula E mempunyai pH 6,20; formula F mempunyai pH 6,16; dan formula G mempunyai pH 6,26. Menurut Balsam dkk. (1972), pH untuk sediaan krim adalah 5-8, sehingga sediaan diatas memenuhi syarat pH untuk krim pelembab.


(43)

Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai di buat

Formula pH

I II III Rata-rata

blanko 6,70 6,50 6,50 6,56

A 6,50 6,40 6,60 6,50

B 6,50 6,50 6,50 6,50

C 6,20 6,30 6,30 6,26

D 6,20 6,20 6,30 6,23

E 6,20 6,20 6,20 6,20

F 6,20 6,20 6,10 6,16

G 6,20 6,30 6,30 6,26

Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu

Formula pH

I II III Rata-rata

blanko 6,40 6,40 6,40 6,40

A 6,20 6,20 6,30 6,23

B 6,30 6,10 6,30 6,23

C 6,10 6,10 6,10 6,10

D 6,10 6,10 6,00 6,06

E 5,90 5,90 5,90 5,90

F 5,90 5,70 5,70 5,76

G 6,20 6,20 6,20 6,20

Keterangan :

Blanko (dasar krim tanpa sari buah srikaya) Formula A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% Formula B : Konsentrasisari buah srikaya 5% Formula C : Konsentrasisari buah srikaya 7,5% Formula D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% Formula E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% Formula F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% Formula G : Gliserin 2% (sebagai pembanding)

4.3.4 Tipe emulsi sediaan

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan menggunakan biru metil dapat dilihat pada Tabel 4.4.


(44)

Tabel 4.4 Data penentuan tipe emulsi sediaan

Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan

Ya Tidak

Blanko + -

A + -

B + -

C + -

D + -

E + -

F + -

G + -

Keterangan :

Blanko (dasar krim tanpa sari buah srikaya) Formula A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% Formula B : Konsentrasisari buah srikaya 5% Formula C : Konsentrasisari buah srikaya 7,5% Formula D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% Formula E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% Formula F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% Formula G : Gliserin 2% (sebagai pembanding)

Menurut Syamsuni (2006), untuk membedakan tipe emulsi dapat dilakukan dengan pengenceran fase dan pengecatan atau pewarnaan. Emulsi tipe m/a dapat diencerkan dengan air dan memberikan warna biru jika ditambah metilen biru, karena metilen biru larut dalam air.

Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada Tabel 4.4 diatas, formula krim dengan konsentrasi sari buah srikaya 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; 15%, gliserin 2%dan blanko menunjukkan biru metil dapat larut dalam krim tersebut.

Dengan demikian larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi m/a. Ini menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab dari sari buah srikaya memiliki tipe emulsi m/a.


(45)

4.3.5 Uji daya iritasi terhadap kulit sukarelawan

Pengujian dilakukan dengan mengoleskan krim di belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari hasil pengujian, diperoleh data pada Tabel 4.5 di bawah ini,

Tabel 4.5 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Pernyataan Sukarelawan

I II III IV V VI VIII IX X XI XII

Eritema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Eritema dan papula 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Eritema, papula dan

vesikula 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan : 0 : Tidak terjadi reaksi + : Eritema

++ : Eritema dan papula

+++ : Eritema, papula dan vesikula ++++ : Edema dan vesikula

Menurut Wasitaatmadja (1997), pengujian pada kulit dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping terhadap kulit dengan mengoleskan sediaan pada bagian depan lengan bawah atau di belakang daun telinga, dan sediaan dapat digunakan jika setelah 24 – 48 jam tidak terjadi reaksi kulit yang tidak diinginkan. Dari data tabel di atas, ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa eritema, papula, dan vesikula pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan. Dari uji iritasi menunjukkan krim pelembab dari buah srikaya aman untuk digunakan.

4.3.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

Pengujian dilakukan terhadap 12 orang panelis yang berusia 20-30 tahun yang berjenis kelamin perempuan, berbadan sehat, tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi dan bersedia menjadi panelis.


(46)

Tabel 4.6 Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

Panelis

Persentase Pengurangan Penguapan Air Dari Kulit Pada Masing-masing Formula (%)

Blanko A B C D E F G

I 4,35 8,70 26,09 30,43 39,13 39,13 43,48 39,13 II 3,70 11,11 18,52 22,22 29,63 33,33 40,74 37,04 III 7,14 14,29 28,57 35,71 42,86 42,86 50,00 42,86 IV 6,67 10,00 20,00 20,00 26,67 33,33 43,33 40,00 V 3,57 10,71 21,43 25,00 32,14 39,29 50,00 42,86 VI 8,00 12,00 20,00 32,00 32,00 44,00 48,00 40,00 VII 5,26 10,53 21,05 26,32 36,84 36,84 52,63 42,11 VIII 9,52 19,05 28,57 33,33 33,33 42,86 47,62 42,86 IX 5,88 23,53 29,41 35,29 41,18 41,18 47,06 41,18 X 4,55 9,09 18,18 22,73 22,73 31,82 40,91 36,36 XI 9,68 16,13 19,35 29,03 32,26 38,71 45,16 41,94 XII 7,69 11,54 19,23 23,08 30,77 42,31 46,15 38,46 Rata-rata 6,33 13,06 22,53 27,93 33,29 38,81 46,27 40,40 Keterangan :

Blanko (dasar krim tanpa saribuah srikaya) Formula A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% Formula B : Konsentrasisari buah srikaya 5% Formula C : Konsentrasisari buah srikaya 7,5% Formula D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% Formula E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% Formula F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% Formula G : Gliserin 2% (sebagai pembanding)

Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa krim dari sari buah srikaya pada formula A mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 13,06%, formula B mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 22,53%, formula C mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 27,93%, formula D mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 33,29%, formula E mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 38,81%, dan untuk formula F mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 46,27%. Pengukuran ini


(47)

dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko, dimana sediaan dengan penambahan gliserin 2% mampu mengurangi penguapan air sebesar 40,40% sedangkan blanko hanya mampu mengurangi penguapan air sebesar 6,33%.

Berdasarkan Tabel 4.6 halaman 32 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah srikaya yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit, terlihat pada formula F dengan konsentrasi 15% merupakan persentase tertinggi pengurangan penguapan air dari kulit. Apabila dibandingkan dengan persentase kemampuan sediaan pembanding yaitu gliserin 2% dalam mengurangi penguapan air dari kulit, maka yang mendekati dengan kemampuan sediaan gliserin 2% yaitu sediaan sari buah srikaya dengan konsentrasi 12,5%.

Perbedaan nilai persentase kemampuan mengurangi penguapan air dari kulit berbeda dari setiap panelis di sebabkan oleh perbedaan cuaca pada saat pengujian dan banyaknya keringat yang dihasilkan oleh tiap panelis tidak sama dan aktivitas yang dilakukan juga berbeda.


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Sari buah srikaya (Annona squamosa L.) dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan krim pelembab tangan dan badan dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya homogen, tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan stabil pada penyimpanan selama 12 minggu.

2. Penambahan sari buah srikaya kedalam sediaan krim pelembab tangan dan badan dapat mengurangi penguapan air pada kulit. Semakin tinggi konsentrasi sari buah srikaya yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Dibandingkan dengan gliserin 2%, krim dengan konsentrasi sari buah srikaya 12,5% sudah menyamai kemampuan pengurangan penguapan air dari gliserin sedangkan pada konsentrasi 15% kemampuan pengurangan penguapan airnya jauh lebih baik dan krim masih stabil.

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan uji anti aging dari sari buah srikaya dengan menggunakan alat Skin analyzer.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2012). Seputar Kulit dan Perawatannya

Alex, S. (2011). Budidaya dan Khasiat Srikaya Untuk kesehatan dan Bisnis Makanan. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru Press. Hal. 2-32.

Anief, M. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 132.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 491.

Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Edisi Kedua. New York. John Willy and Son Inc. Hal. 179-218.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 8.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 356.

Effionora, A., (2012). Ekspisien dalam Sediaan Farmasi: Karakterisasi Dan Aplikasi. Jakarta. Dian Rakyat. Hal. 190-198.

Holistic Health Solution. (2012). Khasiat Fantastis Sirsak Vs Srikaya. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Hal. 65-89.

Lachman, L., Liberman, A.H., dan Kanig, J.L. (1994). Teori dan Pratek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 1093, 1117.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Kesatu. Amsterdam: Elsevier Science B.V.Hal. 13,19-21.

Naveed, A., Zaman, S., Khan, A. B., Haji, M, Khan, S., Ahmad, M., Rasool, F., Mahmood, A., dan Rasul, A. (2010). Evaluation of Various Functional Skin Parameters Using a Topical Cream of Calendula officinalis Extract. African Journal of Pharmacy and Pharmacology. 5(2): 199.

Purnomo, H. (1995). Aktivitas Air dan Peranannya Dalam Pengawetan Pangan. Jakarta: UI Press. Hal. 47.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. Edisi Ke delapan belas. London: Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.


(50)

Sitaram, D. (2009). Herbs in Cosmetics, Are They Effective?. Chemical Weekly. 7: 193.

Soedarso. (2012). Srikaya Buah Unik Pelindung Serangan Jantung. Surabaya: Penerbit Stomata. Hal. 2-29.

Syamsuni. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 133. Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 76-77. Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 62-63, 111-112.

Wirakusumah, E.S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 3-6.

Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited Hal. 40.


(51)

LAMPIRAN


(52)

Lampiran 2. Gambar buah srikaya


(53)

Lampiran 4. Gambar alat freeze dryer

A

B Keterangan :

A. Rangkaian alat freeze dryer tanpa sampel. B. Rangkaian alat freeze dryer dengan sampel.


(54)

Lampiran 5. Gambar sediaan krim setelah dibuat

Blanko A B C D E F G

Tampak depan

D E F G

Blanko A B C

Tampak atas

Keterangan :

Blanko (dasar krim tanpa sari buah srikaya) Formula A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% Formula B : Konsentrasi sari buah srikaya 5% Formula C : Konsentrasi sari buah srikaya 7,5% Formula D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% Formula E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% Formula F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% Formula G : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)


(55)

Lampiran 6. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu

Blanko A B C D E F G

Tampak samping

D E F G

Blanko A B C

Tampak atas

Keterangan :

Blanko (dasar krim tanpa sari buah srikaya) Formula A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% Formula B : Konsentrasi sari buah srikaya 5% Formula C : Konsentrasi sari buah srikaya 7,5% Formula D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% Formula E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% Formula F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% Formula G : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)


(56)

Lampiran 7. Gambar uji homogenitas krim

Keterangan :

Blanko (dasar krim tanpa sari buah srikaya) Formula A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% Formula B : Konsentrasi sari buah srikaya 5% Formula C : Konsentrasi sari buah srikaya 7,5% Formula D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% Formula E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% Formula F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% Formula G : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)


(57)

Lampiran 8. Gambar uji tipe emulsi

Keterangan :

Blanko (dasar krim tanpa sari buah srikaya) Formula A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% Formula B : Konsentrasi sari buah srikaya 5% Formula C : Konsentrasi sari buah srikaya 7,5% Formula D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% Formula E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% Formula F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% Formula G : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)


(58)

(59)

Lampiran 10. Gambar rangkaian alat yang digunakan pada pengujian penguapan air pada kulit

A

B C

D keterangan :

A. Gambar rangkaian alat pada saat pengujian B. Gambar tutup pot plastik berlubang

C. Gambar tutup pot plastik tidak berlubang D. Gambar rangkaian kedua tutup pot plastik.


(60)

Lampiran 11. Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan

Pertambahan berat

Pertambahan berat = berat akhir – bera tawal

Berat awal = 10,01 gr

Berat akhir = 10,15 gr

Pertambahan berat = 140 mg Persentase pengurangan penguapan

= pertambahan berat tanpa sedíaan – pertambahan berat sediaan

Diketahui : Pertambahan berat tanpa sediaan = 230 mg Pertambahan berat sediaan = 140 mg Jadi, persentase pengurangan penguapan air dari kulit adalah

% = 230 mg–140 mg x 100% 230 mg

= 39,13%

pertambahan berat tanpa sediaan


(61)

Lampiran 12. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

1.Sukarelawan I

No Formula Berat

awal (g)

Berat akhir (g)

Pertambahan berat ( mg)

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa sediaan 10,01 10,24 230 0

2 Blanko 10,01 10,23 220 4,35

3 A 10,02 10,23 210 8,70

4 B 10,01 10,19 180 21,74

5 C 10,00 10,17 170 26,09

6 D 10,02 10,18 160 30,43

7 E 10,02 10,16 140 39,13

8 F 10,00 10,13 130 43,48

9 G 10,01 10,15 140 39,13

2.Sukarelawan II

No Formula Berat

awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,27 270 0

2 Blanko 10,03 10,29 260 3,70

3 A 10,01 10,25 240 11,11

4 B 10,01 10,23 220 18,52

5 C 10,01 10,22 210 22,22

6 D 10,01 10,2 190 29,63

7 E 10,01 10,19 180 33,33

8 F 10,01 10,17 160 40,74

9 G 10,01 10,18 170 37,04

Keterangan :

A : Konsentrasisari buah srikaya 2,5% B : Konsentrasisari buah srikaya 5% C : Konsentrasisari buah srikaya 7,5% D : Konsentrasisari buah srikaya 10% E : Konsentrasisari buah srikaya 12,5% F : Konsentrasisari buah srikaya 15% G : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)


(62)

Lampiran 12. (lanjutan) 3.Sukarelawan III

No Formula Berat

awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,01 10,15 140 0

2 Blanko 10,00 10,13 130 7,14

3 A 10,02 10,14 120 14,29

4 B 10,01 10,11 100 28,57

5 C 10,01 10,10 90 35,71

6 D 10,03 10,11 80 42,86

7 E 10,01 10,09 80 42,86

8 F 10,01 10,08 70 50,00

9 G 10,02 10,10 80 42,86

4.Sukarelawan IV

No Formula Berat

awal (g) Berat akhit (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,3 300 0

2 Blanko 10,00 10,28 280 6,67

3 A 10,01 10,28 270 10,00

4 B 10,00 10,24 240 20,00

5 C 10,03 10,27 240 20,00

6 D 10,01 10,23 220 26,67

7 E 10,01 10,21 200 33,33

8 F 10,01 10,18 170 43,33

9 G 10,02 10,2 180 40,00

Keterangan :

A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% B : Konsentrasi sari buah srikaya 5% C : Konsentrasi sari buah srikaya 7,5% D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% G : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)


(63)

Lampiran 12. (lanjutan) 5.Sukarelawan V

No Formula Berat

awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,02 10,3 280 0

2 Blanko 10,01 10,28 270 3,57

3 A 10,01 10,26 250 10,71

4 B 10,02 10,24 220 21,43

5 C 10,00 10,21 210 25,00

6 D 10,03 10,22 190 32,14

7 E 10,01 10,18 170 39,29

8 F 10,01 10,15 140 50,00

9 G 10,01 10,17 160 42,86

6.Sukarelawan VI

No Formula Berat

awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,02 10,27 250 0

2 Blanko 10,04 10,27 230 8,00

3 A 10,04 10,26 220 12,00

4 B 10,01 10,21 200 20,00

5 C 10,04 10,21 170 32,00

6 D 10,04 10,21 170 32,00

7 E 10,01 10,15 140 44,00

8 F 10,01 10,14 130 48,00

9 G 10,03 10,18 150 40,00

Keterangan :

A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% B : Konsentrasi sari buah srikaya 5% C : Konsentrasi sari buah srikaya 7,5% D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% G : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)


(64)

Lampiran 12. (lanjutan) 7.Sukarelawan VII

No Formula Berat

awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,03 10,22 190 0

2 Blanko 10,01 10,19 180 5,26

3 A 10,00 10,17 170 10,53

4 B 10,03 10,18 150 21,05

5 C 10,00 10,14 140 26,32

6 D 10,00 10,12 120 36,84

7 E 10,03 10,15 120 36,84

8 F 10,00 10,09 90 52,63

9 G 10,01 10,12 110 42,11

8.Sukarelawan VIII

No Formula Berat

awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,21 210 0

2 Blanko 10,00 10,19 190 9,52

3 A 10,01 10,18 170 19,05

4 B 10,00 10,15 150 28,57

5 C 10,02 10,16 140 33,33

6 D 10,02 10,16 140 33,33

7 E 10,01 10,13 120 42,86

8 F 10,02 10,13 110 47,62

9 G 10,00 10,12 120 42,86

Keterangan :

A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% B : Konsentrasi sari buah srikaya 5% C : Konsentrasi sari buah srikaya 7,5% D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% G : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)


(65)

Lampiran 12. (lanjutan) 9.Sukarelawan IX

No Formula Berat

awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,01 10,18 170 0

2 Blanko 10,01 10,17 160 5,88

3 A 10,02 10,15 130 23,53

4 B 10,01 10,13 120 29,41

5 C 10,00 10,11 110 35,29

6 D 10,00 10,10 100 41,18

7 E 10,00 10,10 100 41,18

8 F 10,02 10,11 90 47,06

9 G 10,03 10,13 100 41,18

10.Sukarelawan X

No Formula Berat

awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,22 220 0

2 Blanko 10,02 10,23 210 4,55

3 A 10,04 10,24 200 9,09

4 B 10,06 10,24 180 18,18

5 C 10,03 10,20 170 22,73

6 D 10,01 10,18 170 22,73

7 E 10,03 10,18 150 31,82

8 F 10,05 10,18 130 40,91

9 G 10,03 10,17 140 36,36

Keterangan :

A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% B : Konsentrasi sari buah srikaya 5% C : Konsentrasi sari buah srikaya 7,5% D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% G : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)


(66)

Lampiran 12. (lanjutan) 11.Sukarelawan XI

No Formula Berat

awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,03 10,34 310 0

2 Blanko 10,01 10,29 280 9,68

3 A 10,05 10,31 260 16,13

4 B 10,02 10,27 250 19,35

5 C 10,03 10,25 220 29,03

6 D 10,09 10,30 210 32,26

7 E 10,05 10,24 190 38,71

8 F 10,07 10,24 170 45,16

9 G 10,05 10,23 180 41,94

12.Sukarelawan XII

No Formula Berat

awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,01 10,27 260 0

2 Blanko 10,05 10,29 240 7,69

3 A 10,00 10,23 230 11,54

4 B 10,03 10,24 210 19,23

5 C 10,03 10,23 200 23,08

6 D 10,05 10,23 180 30,77

7 E 10,02 10,17 150 42,31

8 F 10,02 10,16 140 46,15

9 G 10,02 10,18 160 38,46

Keterangan :

A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% B : Konsentrasi sari buah srikaya 5% C : Konsentrasi sari buah srikaya 7,5% D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% G : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)


(1)

kulit 1.Sukarelawan I

No Formula Berat

awal (g)

Berat akhir (g)

Pertambahan berat ( mg)

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa sediaan 10,01 10,24 230 0

2 Blanko 10,01 10,23 220 4,35

3 A 10,02 10,23 210 8,70

4 B 10,01 10,19 180 21,74

5 C 10,00 10,17 170 26,09

6 D 10,02 10,18 160 30,43

7 E 10,02 10,16 140 39,13

8 F 10,00 10,13 130 43,48

9 G 10,01 10,15 140 39,13

2.Sukarelawan II

No Formula Berat

awal (g)

Berat akhir (g)

Pertambahan berat (mg)

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,27 270 0

2 Blanko 10,03 10,29 260 3,70

3 A 10,01 10,25 240 11,11

4 B 10,01 10,23 220 18,52

5 C 10,01 10,22 210 22,22

6 D 10,01 10,2 190 29,63

7 E 10,01 10,19 180 33,33

8 F 10,01 10,17 160 40,74

9 G 10,01 10,18 170 37,04

Keterangan :

A : Konsentrasisari buah srikaya 2,5% B : Konsentrasisari buah srikaya 5% C : Konsentrasisari buah srikaya 7,5% D : Konsentrasisari buah srikaya 10% E : Konsentrasisari buah srikaya 12,5% F : Konsentrasisari buah srikaya 15% G : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)


(2)

3.Sukarelawan III

No Formula Berat

awal (g)

Berat akhir (g)

Pertambahan berat (mg)

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa sediaan 10,01 10,15 140 0

2 Blanko 10,00 10,13 130 7,14

3 A 10,02 10,14 120 14,29

4 B 10,01 10,11 100 28,57

5 C 10,01 10,10 90 35,71

6 D 10,03 10,11 80 42,86

7 E 10,01 10,09 80 42,86

8 F 10,01 10,08 70 50,00

9 G 10,02 10,10 80 42,86

4.Sukarelawan IV

No Formula Berat

awal (g)

Berat akhit (g)

Pertambahan berat (mg)

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,3 300 0

2 Blanko 10,00 10,28 280 6,67

3 A 10,01 10,28 270 10,00

4 B 10,00 10,24 240 20,00

5 C 10,03 10,27 240 20,00

6 D 10,01 10,23 220 26,67

7 E 10,01 10,21 200 33,33

8 F 10,01 10,18 170 43,33

9 G 10,02 10,2 180 40,00

Keterangan :

A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% B : Konsentrasi sari buah srikaya 5% C : Konsentrasi sari buah srikaya 7,5% D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% G : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)


(3)

5.Sukarelawan V

No Formula Berat

awal (g)

Berat akhir (g)

Pertambahan berat (mg)

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa sediaan 10,02 10,3 280 0

2 Blanko 10,01 10,28 270 3,57

3 A 10,01 10,26 250 10,71

4 B 10,02 10,24 220 21,43

5 C 10,00 10,21 210 25,00

6 D 10,03 10,22 190 32,14

7 E 10,01 10,18 170 39,29

8 F 10,01 10,15 140 50,00

9 G 10,01 10,17 160 42,86

6.Sukarelawan VI

No Formula Berat

awal (g)

Berat akhir (g)

Pertambahan berat (mg)

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa sediaan 10,02 10,27 250 0

2 Blanko 10,04 10,27 230 8,00

3 A 10,04 10,26 220 12,00

4 B 10,01 10,21 200 20,00

5 C 10,04 10,21 170 32,00

6 D 10,04 10,21 170 32,00

7 E 10,01 10,15 140 44,00

8 F 10,01 10,14 130 48,00

9 G 10,03 10,18 150 40,00

Keterangan :

A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% B : Konsentrasi sari buah srikaya 5% C : Konsentrasi sari buah srikaya 7,5% D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% G : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)


(4)

7.Sukarelawan VII

No Formula Berat

awal (g)

Berat Akhir (g)

Pertambahan berat (mg)

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa sediaan 10,03 10,22 190 0

2 Blanko 10,01 10,19 180 5,26

3 A 10,00 10,17 170 10,53

4 B 10,03 10,18 150 21,05

5 C 10,00 10,14 140 26,32

6 D 10,00 10,12 120 36,84

7 E 10,03 10,15 120 36,84

8 F 10,00 10,09 90 52,63

9 G 10,01 10,12 110 42,11

8.Sukarelawan VIII

No Formula Berat

awal (g)

Berat akhir (g)

Pertambahan berat (mg)

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,21 210 0

2 Blanko 10,00 10,19 190 9,52

3 A 10,01 10,18 170 19,05

4 B 10,00 10,15 150 28,57

5 C 10,02 10,16 140 33,33

6 D 10,02 10,16 140 33,33

7 E 10,01 10,13 120 42,86

8 F 10,02 10,13 110 47,62

9 G 10,00 10,12 120 42,86

Keterangan :

A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% B : Konsentrasi sari buah srikaya 5% C : Konsentrasi sari buah srikaya 7,5% D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% G : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)


(5)

9.Sukarelawan IX

No Formula Berat

awal (g)

Berat akhir (g)

Pertambahan berat (mg)

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa sediaan 10,01 10,18 170 0

2 Blanko 10,01 10,17 160 5,88

3 A 10,02 10,15 130 23,53

4 B 10,01 10,13 120 29,41

5 C 10,00 10,11 110 35,29

6 D 10,00 10,10 100 41,18

7 E 10,00 10,10 100 41,18

8 F 10,02 10,11 90 47,06

9 G 10,03 10,13 100 41,18

10.Sukarelawan X

No Formula Berat

awal (g)

Berat akhir (g)

Pertambahan berat (mg)

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,22 220 0

2 Blanko 10,02 10,23 210 4,55

3 A 10,04 10,24 200 9,09

4 B 10,06 10,24 180 18,18

5 C 10,03 10,20 170 22,73

6 D 10,01 10,18 170 22,73

7 E 10,03 10,18 150 31,82

8 F 10,05 10,18 130 40,91

9 G 10,03 10,17 140 36,36

Keterangan :

A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% B : Konsentrasi sari buah srikaya 5% C : Konsentrasi sari buah srikaya 7,5% D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% G : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)


(6)

11.Sukarelawan XI

No Formula Berat

awal (g)

Berat Akhir (g)

Pertambahan berat (mg)

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa sediaan 10,03 10,34 310 0

2 Blanko 10,01 10,29 280 9,68

3 A 10,05 10,31 260 16,13

4 B 10,02 10,27 250 19,35

5 C 10,03 10,25 220 29,03

6 D 10,09 10,30 210 32,26

7 E 10,05 10,24 190 38,71

8 F 10,07 10,24 170 45,16

9 G 10,05 10,23 180 41,94

12.Sukarelawan XII

No Formula Berat

awal (g)

Berat akhir (g)

Pertambahan berat (mg)

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa sediaan 10,01 10,27 260 0

2 Blanko 10,05 10,29 240 7,69

3 A 10,00 10,23 230 11,54

4 B 10,03 10,24 210 19,23

5 C 10,03 10,23 200 23,08

6 D 10,05 10,23 180 30,77

7 E 10,02 10,17 150 42,31

8 F 10,02 10,16 140 46,15

9 G 10,02 10,18 160 38,46

Keterangan :

A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% B : Konsentrasi sari buah srikaya 5% C : Konsentrasi sari buah srikaya 7,5% D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% G : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)