pengairan terganggu, kelembaban tanah tinggi, pH 5,4-7,5 dan suhu 24
Hujan dan kelembaban tinggi merupakan faktor terpenting bagi perkembangan lanas dimana saja. Air, juga air pengairan, sangat membantu
penyebaran Phytophthora nicotianae. Karena tidak adanya pengairan irigasi di kebun-kebun Tembakau Deli, lanas tidak meluas di daerah tersebut
Semangun, 1996. C adalah
keadaan yang kondusif untuk penyebaran penyakit Singh, 2001.
Pengendalian 1. Pemakaian pupuk organik yang tidak mengandung patogen
Phytophthora yang terdapat dalam pupuk kandang atau kompos akan mati bila pupuk suhunya mencapai sampai 60
2. Pengaturan kondisi lingkungan
C. makin lama waktu pembuatan kompos, kandungan Phytophthora makin rendah Semangun, 1996.
Sistem pengairan harus direncakan sedemikian rupa agar air dari satu pohon tidak mengalir ke pohon yang lain. Pembersihan kebun sangat penting.
Semua bagian tanaman yang terinfeksi harus dikumpulkan dan dibakar Singh, 2001.
3.Penggunaan varietas tahan Phytophthora nicotiana
Penggunaan varietas tahan Phytophthora nicotianae selain dapat menghasilkan daun yang lebih baik, juga dapat mengurangi resiko terserang Phytophthora
nicotianae Semangun, 2000.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.Penggunaan fungisida yang tepat dan efektif
Selama musim panas dan musim hujan, kebun harus disemprot secara teratur dengan fungisida tembaga seperti campuran Bordeaux, Blitox-50.
Metalaxyl sistemik majemuk, Fostyl-Al Phosethyl-Al dan Sodium tetrathiocarbonate yang dilepaskan di tanah dapat mengurangi spora di tanah
sampai 90 singh, 2001.
5. Penggunaan bubur bordo bordeaux
Bubur bordeaux dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengendalikan jamur Phytophthora nicotianae secara konvensional. Komposisi Bordeaux ini
terdiri dari terusi CuSO4, kapur tohor CaCO3 dan air Semangun, 2000.
Trichoderma spp.
Sistematika Trichoderma spp. termasuk dalam kelas Euascomycetes dan famili Hypocreaceae. Konidiofor hyaline, bercabang dan pyramidal. Konidia
dengan diameter rata-rata 3µm berbentuk sel tunggal dan bulat, permukaannya
halus dan kasar. Agrios 1996 mengklasifikasikan jamur ini sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Subdivisi : Pezizomycetes
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Hypocreaceae
Genus : Trichoderma
Spesies : Trichoderma harzianum Rifai.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 5. Foto mikrograf Trichoderma spp.
Trichoderma spp. adalah salah satu jamur antagonis yang saat ini banyak dikembangkan untuk pengendali hayati. Jamur ini digunakan sebagai salah satu
agen pengendali hayati karena mempunyai sifat mudah ditemukan di banyak lokasi, dapat tumbuh dengan cepat pada berbagai substrat atau media tumbuh dan
tidak bersifat patogenik terhadap tanaman. Jamur marga Trichoderma spp. ini terdapat lima jenis yang mempunyai
kemampuan untuk mengendalikan beberapa patogen yaitu Trichoderma harzianum, Trichoderma koningii, Trichoderma viride, Trichoderma hamatum
dan Trichoderma polysporum. Namun jenis yang banyak dikembangkan Trichoderma harzianum, Trichoderma koningii, Trichoderma viride. Beberapa
jenis sudah ada yang dijual secara komersil dalam bentuk kemasan yang diproduksi oleh pabrik Singh , 1998.
Ciri Trichoderma spp.
Jamur mempunyai konidiofor yang tegak, sendiri-sendiri atau berkelompok menjadi satu berkas, hialin, bersekat, percabangan teratur dengan
saling berlawanan, phialid bentuknya lonjong atau seperti botol, satu-satu atau mengelompok, konidia hialin atau hijau muda, tidak bersekat satu sel, pada
umumnya berbentuk lonjong, bergerombol pada ujung phialid Dalmadiyo, 2001.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Mekanisme Antagonis Cendawan Trichoderma spp.
Trichoderma spp. umumnya penghuni tanah, khususnya tanah organik. Cendawan ini dapat hidup sebagai saprofit atau parasitik terhadap jamur lain,
bersifat antagonistik dan banyak digunakan sebagai pengendali biologi
Sundheim dan Tromsno, 1988.
Trichoderma spp. dapat bersifat antagonis terhadap banyak jamur karena mempunyai banyak cara untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan jamur
lain. Ada tiga mekanisme antagonis jamur Trichoderma harzianum terhadap patogen tular tanah yaitu sebagai kompetitor baik ruang maupun nutrisi, antibiosis
yaitu mengeluarkan ethanol yang berfungsi racun bagi patogen dan sebagai mikoparasit Sudantha, 1995, dalam Sri Sukamto dkk, 1994.
Arang
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95 karbon, di hasilkan dari bahan – bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada
suhu yang tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara di dalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung
karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Anjuran pemakaian arang batok kelapa untuk tanaman tembakau adsalah 20 grtanaman
Tryana dan Sarma 2007. Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah ataupun
mineral yang mengandung karbon dapat di buat menjadi arang aktif, antara lain : tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung, tempurung biji kelapa sawit,
tempurung kelapa, sabut kelapa dan serbuk gergaji. Tryana dan Sarma, 2007.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian di laksanakan dilapangan Balai Penelitian Tembakau Deli BPTD PTP Nusantara II Sampali,dan di laboratorium Penyakit Departemen
Hama dan Penyakit Universitas Sumatera Utara. Medan dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan air laut. Penelitian di laksanakan pada bulan Desember
sampai dengan Februari 2012. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tanaman Tembakau Deli varietas F1- 45,Trichoderma harzianum, pupuk,tanah,arang dan
bahan – bahan pendukung lainnya. Adapun alat yang di gunakan pada penelitian ini adalah cangkul, meteran
label nama, alat tulis, gembor, lup, cawan petridish, erlenmeyer, plat pembibitan dan bahan lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok RAK faktorial, dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor tunggal perlakuan adalah aplikasi
Trichoderma harzianum yang terdiri atas : Faktor 1 : Pemberian Trichoderma harzianum T
T0 : control tanpa perlakuan T1 : Trichoderma harzianum yang di biakan pada media jagung
dengan dosis 10 gr tanaman.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
T2 : Trichoderma harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 15 gr tanaman.
T3 : Trichoderma harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 20 gr tanaman.
Faktor 2 : Pemberian Arang A A0 : Kontrol Tanpa Perlakuan
A1 : Arang batok kelapa dengan dosis 20 gr tanaman. Kombinasi Penelitian
T0 A0 T3 A0 T1 A0 T2 A1 T1 A1 T3 A1 T0 A1 T2 A0
Banyak perlakuan yang di gunakan adalah : t-1 r-1
≥ 15 8-1 r-1
≥ 15 7 r-1
≥ 15 7r-1
≥ 15 7r
≥ 15 r
≥ 3.1 3 Ulangan : 3 blok
Jumlah tanaman per plot : 4 tanaman Jumlah plot : 24 plot
Jumlah tanaman sample seluruhnya : 96 tanaman Model linier yang digunakan adalah :
Yijk = µ + pi + αβk + αβ jk + Eijk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dimana : Yijk = Data yang di hasilkan dari pengaruh ulangan pada taraf ke – i dan
perlakuan ke – j dan perlukan ke – k µ = Nilai tengah rataan
α j = Efek perlakuan ke – j β k = Efek perlakuan ke - k
αβ jk = Efek interaksi perlakuan ke – j da perlakuan ke - k
∑
ijk = Efek error dari ulangan pada taraf ke –i dan perlakuan ke – j dan perlakuan ke–k
Bangun,1980.
Pelaksanaan Penelitian Persiapan media tanam
Media yang digunakan adalah campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Benih tembakau deli varietas F1-45 sebanyak ±2 gr
ditaburkan dalam bedeng semaian yang telah terisi media tanam steril secara konvensional. Selama pembenihan, perawatan dan pemeliharaan dilakukan secara
intensif agar tanaman tumbuh dengan baik. Kemudian tanaman dipindahkan ke dalam polibag sosis dan disortasi terlebih dahulu agar diperoleh tanaman yang
baik dan seragam.
Jamur Trichoderma harzianum
Spesies Trichoderma yang akan didgunakan adalah Trichoderma harzianum. Jamur ini diperoleh dari Balai BP2TP Medan yang akan di biakan
dalam media beras, jagung.sekam,dan dedak .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jamur penyebab penyakit lanas Pythophtora nicotianae
Jamur Pythophtora nicotianae ini diperoleh dari laboratorium BPTD PTP Nusantara II sampali , Medan yang berupa isolate aslinya yang masih
virulen.
Pemberian Jamur Trichoderma harzianum dan Arang
Pemberian Trichoderma harzianum yang telah di campur dengan arang sesuai dosis yang di tentukan dilakukan 4 hari sebelum transplanting tanaman
tembakau ke dalam polibag sosis dengan cara dibenamkan ke dalam tanah pada masing-masing polibag dengan dosis sesuai dengan baku teknis yang sudah
dianjurkan 20 gr polibag .
Pemberian P. nicotianae
Suspensi P.nicotianae pada tanaman tembakau dengan inokulasi langsung ke permukaan tanah. Konsentrasinya 1 gram 100 ml. Untuk setiap
polibag dosis diberikan 5 ml P. nicotianae. Pemberian P. nicotianae ini dilakukan 6 hari sebelum transplanting tanaman tembakau ke dalam polibag .
Parameter Pengamatan 1. Persentase serangan
Persentase tanaman tembakau terserang P. nicotianae ini dihitung dari jumlah tanaman yang terserang pada 7 hari setelah tanam hst, 14 hst, 21 hst, 28
hst dan 35 hst.
Rumus yang digunakan adalah:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a P = x 100
a+b Keterangan :
P = Persentase serangan P.nicotinae a = Jumlah tanaman yang terserang P.nicotinae
b = jumlah tanman yang sehat Muthahanas dkk, 2007.
2. Jumlah Daun tanaman