Penyelenggaraan Kewenangan Mahkamah Konstitusi

Pasca amandemen Undang-Undang Dasar telah terjadi pergeseran sistem ketatanegaraan dan penyelenggaraan negara, dengan tidak ada lagi lembaga yang supreme yang sebelumnya diperankan Majelis Perwakilan Rakyat serta adanya penegasan pemisahan kekuasan dan prinsip checks and balances. Perubahan tersebut berimplikasi pada kewenangan untuk menjaga konstitusi dan menilai pelaksanaan konstitusi sebagai hukum tertinggi the supremacy of the law . Kehadiran Mahkamah Konstitusi dalam sistem ketatanegaraan tidak lain berperan sebagai pegawai konstitusi the guardian of the constitution, agar konstitusi selalu dijadikan landasan dan dijadikan secara konsisten oleh setiap komponen negara dan masyarakat. Mahkamah Konstitusi berfungsi mengawal; dan menjaga agar konstitusi ditaati dan dilaksanakan secara konsisten, serta mendorong dan mengarahkan proses demokratisasi berdasarkan konstitusi. Selain itu, Mahkamah Konstitusi berperan sebagai penafsir tunggal dan tertinggi atas Undang-Undang Dasar, yang direfleksikan melalui putusan-putusan sesuai dengan kewenangannya. Dengan adanya Mahkamah Konstitusi, proses penjaminan demokrasi yang konstitusional diharapkan dapat diwujudkan melalui proses penjabaran dari empat kewenangan konstitusional constitutionally entrusted powers dan satu kewajiban constitutional obligation Mahkamah Konstitusi serta penyelesaian persengketaan yang bersifat konstitusional dapat diselesaikan secara demokrasi.

B. Penyelenggaraan Kewenangan Mahkamah Konstitusi

Secara etimologis antara kata “konstitusi”, konstitusional ”, dan “konstitusionalisme” inti maknanya sama, namun penggunaan atau penerapan katanya berbeda. Konstitusi adalah segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan Undang-Undang Dasar, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Undang-Undang, Peraturan Pengganti Undang-Undang, Peraturan Universitas Sumatera Utara Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah, atau Undang-Undang Dasar suatu negara. Dengan kata lain, segala tindakan atau perilaku seseorang maupun penguasa berupa kebijakan yang tidak didasarkan atau menyimpangi konstitusi, berarti tindakan kebijakan tersebut adalah tidak konstitusional. Berbeda halnya dengan konstitusionalisme yaitu suatu paham mengenai pembatasan kekuasaan dan jaminan hak-hak rakyat melalui konstitusi. 55 Solly Lubis berpendapat, konstitusi memiliki dua pengertian yaitu konstitusi tertulis Undang-Undang Dasar dan konstitusi tidak tertulis konvensi. Negara Inggris merupakan contoh negara yang tidak memiliki konstitusi tertulis. 56 Dalam berbagai literatur hukum tata negara maupun ilmu politik kajian tentang ruang lingkup paham konstitusi konstitusionalisme terdiri dari : 1. Anatomi kekuasaan kekuasaan politik tunduk pada hukum. 2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia. 3. Peradilan yang bebas dan mandiri. 4. Pertanggungjawaban kepada rakyat akuntabilitas publik sebagai sendi utama dari asas kedaulatan rakyat. 57 Keempat prinsip atau ajaran di atas merupakan ”maskot” bagi suatu pemerintahan yang konstitusional. Akan tetapi, suatu pemerintahan negara meskipun konstitusinya sudah mengatur prinsip-prinsip di atas, namun tidak diimplementasikan. Dalam praktik penyelenggaraan bernegara, maka belumlah dapat dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut paham konstitusi. 58 Sedangkan istilah Undang-Undang Dasar merupakan terjemahan istilah yang dalam bahasa Belandanya Groundwet. Perkataan wet diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Undang-Undang, dan ground berarti tanahdasar. 59 55 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi Kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1991, hal. 521. 56 M.Solly Lubis, Asas-Asas Hukum Tata Negara, Alumni, Bandung, 1978, hal. 45. 57 Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, Ni matul Huda, Teori dan Hukum Konstitusi, Teori dan Hukum Konstitusi , RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 2. 58 Adnan Buyung Nasution, Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia, Grafiti, Jakarta, 1995, hal. 16. 59 Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, Ni matul Huda, Op.Cit, hal. 8. Universitas Sumatera Utara Mencermati dikotomi antara istilah constitution dengan grondwet Undang Undang Dasar di atas, L.J. Van Apeldoorn telah membedakan secara jelas di antara keduanya, kalau groundwet Undang Undang Dasar adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi, sedangkan constitution konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun yang tidak tertulis. Sementara Sri Soemantri M., dalam disertasinya mengartikan konstitusi sama dengan Undang Undang Dasar. 60 Penyamaan arti dari keduanya ini sesuai dengan praktek ketatanegaraan di sebagian besar negara-negara dunia termasuk di Indonesia . Bagi mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggapnya sebagai organisasi kekuasaan, maka Undang Undang Dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi antara beberapa lembaga kenegaraan, misalnya antara badan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Undang Undang Dasar menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama lain, Undang Undang Dasar merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu negara. Di negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional, dipakai istilah Constitution yang dalam bahasa Indonesia disebut konstitusi. 61 Pengertian Konstitusi, dalam praktek dapat berarti lebih luas daripada pengertian Undang-Undang Dasar, tetapi ada juga yang menyamakan dengan pengertian Undang-Undang Dasar. Bagi para sarjana ilmu politik istilah 60 Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Disertasi, Alumni, Bandung, 1987, hal. 1. 61 Sri Soemantri, Susunan Ketatanegaraan Menurut Undang-Undang Dasar 1945 dalam Ketatanegaraan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia , Sinar Harapan, Jakarta 1993, hal. 29. Universitas Sumatera Utara Constitution merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan dari peraturan- peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. 62 Dalam bahasa Latin, kata konstitusi merupakan gabungan dari dua kata, yaitu cume dan statuere. Cume adalah sebuah preposisi yang berarti ”bersama dengan ....” sedangkan statuere berasal dari kata sta yang membentuk kata kerja pokok stare yang berarti berdiri. Atas dasar itu, kata statuere mempunyai arti ”membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikanmenetapkan”. Dengan demikian bentuk tunggal constitutio berarti menetapkan sesuatu secara bersama-sama dan bentuk jamak constitusiones berarti segala sesuatu yang telah ditetapkan. 63 Konstitusi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap bangsa dan negara, baik yang sudah lama merdeka maupun yang baru saja memperoleh kemerdekaannya. 64 Konstitusi memiliki fungsi-fungsi yang oleh Jimly Asshididiqie, guru besar hukum tata negara UI diperinci sebagai berikut 65 : 1. Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara. 2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara. 3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan warga negara. 4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara. 5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli yang dalam sistem demokrasi adalah rakyat kepada organ negara. 62 H. Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, Ni matul Huda, Op.Cit, hal. 8. 63 Koerniatmanto Soetoprawiro, Konstitusi : Pengertian dan Perkembangannya, ProJustina , 0.2 V, 1987, hal. 28-29. 64 Taufiqurrohman Syahruni, Hukum Konstitusi Proses dan Prosedur Perubahan Undang-Undang Dasar di Indonesia 1945-2002, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 28. 65 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia di Masa Depan, Jakarta, Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2002, hal. 33. Universitas Sumatera Utara 6. Fungsi simbolik sebagai pemersatu symbol of unity, sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan identity of nation, serta sebagai center of ceremony. 7. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat social control, baik dalam arti sempit hanya di bidang politik, maupun dalam arti luas mencakup bidang sosial dan ekonomi. 8. Fungsi sebagai sarana perekayasa dan pembaruan masyarakat social engineering atau social reform. Istilah konstitusi menurut Wirjono Prodjodikoro berasal dari kata kerja constituer ” dalam bahasa Perancis, yang berarti ”membentuk”, dalam hal ini yang dibentuk adalah suatu negara, maka konstitusi mengandung permulaan dari segala macam peraturan pokok mengenai sendi-sendi pertama untuk menegakkan bangunan besar yang bernama negara. 66 Istilah konstitusi sebenarnya tidak dipergunakan untuk menunjuk kepada satu pengertian saja. Dalam praktik, istilah konstitusi sering digunakan dalam beberapa pengertian. Di Indonesia, selain dikenal istilah konstitusi juga dikenal istilah Undang-Undang Dasar. Demikian juga di Belanda, di samping dikenal istilah ”groundwet” Undang-Undang Dasar, dikenal pula istilah ”constitutie”. 67 Mahkamah Konstitusi dalam melaksanakan kekuasaan negara dengan cara melakukan pengujian undang-undang serta kewenangan lainnya, tidak terlepas dari pola hubungan hak-hak dasar manusia sebagai individu, masyarakat dan negara, dalam upaya mencapai kesejahteraan yang berkeadilan sosial dan menjaga terselenggaranya pemerintahan negara yang stabil sesuai dengan kehendak rakyat dan cita hukum negara yang demokrasi. Pencapaian kesejahteraan yang berkeadilan menurut cita hukum dikenal sebagai tujuan negara. 68 66 Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, hal. 10. 67 C.A.J.M Kortmann, Constitutionalrecht, Kluwer, Deventer, 1960, hal. 9. 68 Abdul Latif, Fungsi Mahkamah Konstitusi Dalam Upaya Mewujudkan Negara Hukum Demokrasi, Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2007, hal. 27. Universitas Sumatera Utara Hak menguji material adalah suatu kewenangan untuk menyelidiki dan kemudian menilai, apakah peraturan perundangan-undangan isinya sesuai atau bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi derajatnya, serta apakah suatu kekuasaan tertentu verordenende macht berhak mengeluarkan suatu peraturan tertentu. Pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 merupakan suatu bentuk pengujian materi dari undang-undang yang diajukan permohonan karena dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan karenanya merugikan hak konstitusional yang ia miliki sebagai warga negara. Hingga akhir Agustus 2004, tercatat ada 43 perkara yang diajukan ke Makamah Konstitusi untuk perkara jenis ini, dengan beragam undang-undang yang diajukan. Sebanyak 22 perkara di antaranya telah diselesaikan dan 21 perkara masih dalam proses. Ada dua jenis metode penyelesaiannya yang dilakukan untuk perkara- perkara ini, yakni dalam bentuk ketetapan dan keputusan. Ketetapan merupakan suatu kesimpulan bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sejak diucapkan yang isinya di luar dari substansi permohonan, misalnya, ketetapan tentang ketidakwenangan untuk memeriksa permohonan perkara atau tentang penerimaan permohonan pembatalan perkara. Keputusan merupakan suatu kesimpulan bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sejak diucapkan yang isinya tentang pengabulan atau penolakan permohonan suatu perkara. Ketetapan yang dikeluarkan Mahkamah Konstitusi ada lima, yakni dua perkara dinyatakan tidak berwenang dan tiga perkara ditarik kembali. Sedangkan untuk putusan, Mahkamah Konstitusi telah mengeluarkan sebanyak 17, yakni 3 Universitas Sumatera Utara perkara dikabulkan, 1 perkara ditolak, dan 13 perkara tidak dapat diterima niet ontvankelijk verklaard. Terhadap perkara yang masih dalam proses, Mahkamah Konstitusi sedang memproses 21 perkara yang berada pada tahapan pemeriksaan pendahuluan dan pemeriksaan persidangan. Tahapan pemeriksaan pendahuluan merupakan tahapan sebelum pemeriksaan terhadap pokok perkara, yakni mengadakan pemeriksaan kelengkapan dan kejelasan materi permohonan. Tahapan pemeriksaan persidangan merupakan suatu persidangan yang memeriksa materi permohonan, termasuk alat bukti yang diajukan. Hingga saat ini, ada dua perkara yang masih dalam tahapan pemeriksaan persidangan. Sedangkan jenis lainnya adalah kewenangan mengenai perselisihan hasil pemilihan umum, baik untuk calon anggota legislator maupun eksekutif. Perselisihan hasil pemilu merupakan perkara yang diajukan pemohon karena ia mendalilkan bahwa telah terjadi kesalahan hasil perhitungan yang diumumkan Komisi Pemilihan Umum dan memberikan hasil perhitungan yang benar menurut permohonan pada suatu tahapan pemilihan umum. Perselisihan hasil pemilu ini untuk pemilu legislatif maupun pemilu presiden putaran pertama dan kedua. Satu tahun berdirinya Mahkamah Konstitusi bertepatan dengan pelaksanaan Pemilu 2004 terdiri dari beberapa tahap yang dimulai dari Pemilu Legislatif 5 April 2004, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Putaran Pertama 5 Juli 2004 dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Putaran Kedua 20 September 2004. Ada dua tahapan Pemilu 2004 yang kemudian mengalami perselisihan dan telah diperiksa Mahkamah Konstitusi, yakni Pemilu Legislatif 2004 dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Putaran Pertama. Pada Pemilu Universitas Sumatera Utara Legislatif 2004, pemohon yang mengajukan permohonan adalah 23 partai politik mengajukan perselisihan di 252 daerah dan 21 calon anggota Dewan Perwakilan Daerah. Secara keseluruhan, terdapat 44 perkara yang berkaitan dengan pemilu Legislatif 2004. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Putaran Pertama juga menuai permohonan perselisihan hasil pemilu oleh satu pasangan calon presiden dan wakil presiden. Dari lima pasangan yang terpilih, ada dua pasangan yang berhak melaju ke putaran kedua, sedangkan tiga pasangan lainnya tersisih. Satu pasangan calon presiden dan wakil presiden yang tersisih mengajukan permohonan terhadap penetapan jumlah suara yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum. Karena itu, secara keseluruhan, terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Putaran Pertama, Mahkamah Konstitusi memeriksa dan memutus satu perkara. Selain dua kewenangan yang dilaksanakan tersebut, Mahkamah Konstitusi masih memiliki dua kewenangan lainnya dan satu kewajiban. Dua kewenangan lainnya tersebut adalah memutuskan persengketaan antar lembaga negara yang kewenangannya diberikan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan memutus pembubaran partai politik. Adapun kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa presiden danatau wakil presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindakan pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela danatau pendapat bahwa presiden danatau wakil presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden danatau wakil presiden. Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan manajemen perkara berdasarkan kewenangan lainnya itu hingga saat ini belum dilaksanakan karena secara faktual belum ada permohonan terhadap perkara sejenis tersebut yang masuk ke Mahkamah Konstitusi.

C. Wewenang Mahkamah Konstitusi