Pasal 60 ayat 2 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyatakan bahwa pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat 1 adanya unsur kesengajaan atau
kelalaian anggota KPU, KPU propinsi , dan KPU kabupatenkota sehingga merugikan bakal calon anggota DPR, DPRD propinsi, dan DPRD kabupatenkota
maka Bawaslu, Panwaslu propinsi, dan Panwaslu kabupatenkota menyampaikan temuan kepada KPU, KPU propinsi, dan KPU kabupatenkota.
C. Mekanisme Tahapan Pelaksanaan Pilkada Langsung
Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 65 ayat 1 mekanisme tahapan pelaksanaan pilkada terdiri dari masa persiapan dan tahap
pelaksanaan. a. Masa persiapan sebagaimana tercantum pada Pasal 65 ayat 2 meliputi :
- pemberitahuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kepada kepala daerah
mengenai berakhirnya masa jabatan; -
pemberitahuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah mengenai berakhirnya masa jabatan kepala
daerah; -
perencanaan penyelenggaraan; -
pembentukan Panitia Pengawas, Panitia Pemilihan Kecamatan PPK, Panitia Pemungutan Suara PPS dan Ketua Panitia Pemungutan Suara;
- pemberitahuan dan pendaftaran pemantau.
Universitas Sumatera Utara
b. Tahap pelaksanaan pilkada sebagaimana tercantum pada Pasal 65 ayat 3 meliputi :
- penetapan daftar pemilih;
- pendaftaran dan penetapan calon kepala daerah wakil kepala daerah;
- kampanye;
- pemungutan suara;
- perhitungan suara;
- penetapan pasangan calon kepala daerahwakil kepala daerah terpilih,
pengesahan dan pelantikan. Pasal 65 ayat 1 dan 2 di atas yang mengatur mekanisme tahapan
pilkada merupakan aturan dasar secara umum yang menggambarkan langkah- langkah pelaksanaan pilkada langsung.
Pemerintah menyerahkan sepenuhnya penyelenggaraan pemilihan kepala daerah pikada kepada Komisi Pemilihan Umum KPU, karena pilkada sudah
masuk dalam sistem pemilihan umum.
98
D. Calon Independen Bisa Dibenarkan Ikut dalam Pemilihan Kepala Daerah
Para calon independen dari berbagai elemen masyarakat biasanya mampu menghasilkan perolehan suara melalui popularitas dalam suatu wilayah tertentu,
kemungkinan besar partai politik yang mencalonkannya akan memperoleh suara yang signifikan di daerah tersebut. Faktor lain yang secara strategis mendorong
diperlukannya calon independen dalam pemilihan kepala daerah langsung adalah diperlukannya dana segar dalam proses kampanye suatu partai politik. Para calon
98
http: www.suara
pembaharuan.com
Universitas Sumatera Utara
independen biasanya memiliki modal yang cukup kuat dalam upaya memenangkan pemilihan .
99
Keikutsertaan calon perseorangan dalam pemilihan kepala daerah : 1. Menciptakan kehidupan demokrasi yang lebih baik dimana kita ketahui bahwa
dengan adanya partai politik tidak ada membawa perubahan yang lebih baik sehingga dengan adanya calon perseorangan diharapkan akan adanya
perubahan 2. Harapan kepada calon perseorangan untuk membawa perubahan kepada
masyarakat untuk semangat dalam membangun bangsa karena selama ini masyarakat tidak percaya lagi kepada keberadaan partai politik. Munculnya
wacana calon independen dilatarbelakangi situasi dan kondisi iklim politik yang tak kondusif. Situasi ini diakibatkan kuatnya kekuasaan partai politik.
Demikian menurut analisis Pengamatan Politik Kalbar, Jumadi S Sos Msi. Pernyataan Jumadi itu, sejalan dengan teori yang dikemukan Robert Michel
dalam teori Oligarkis. Robert menyatakan, partai menjadi sebuah kekuatan tangan besi. Pergumulan partai politik di pusat dan di daerah dalam kontek
pilkada ini menutup pintu bagi calon yang dianggap layak. Yang muncul adalah pertarungan-pertarungan bersifat pragmatis. Siapa yang mampu untuk
memberikan sebuah tawaran finasial yang besar itulah yang ditunjuk.
100
3. Memberikan kesempatan kepada calon perseorangan yang memiliki pengaruh kepada masyarakat untuk dipilih menjadi kepala daerah dan menciptakan
iklim demokrasi yang lebih baik.
99
S.H Sarundajang, Op.Cit, hal. 120.
100
http:arsip.pontianakpost.comberitaindex.asp? Berita= Liputan khusus id = 138653
Universitas Sumatera Utara
4. Terkadang calon independen lebih baik dari partai politik karena kedekatannya kepada masyarakat sehingga pembangunan yang berbasis
kemasyarakatan dapat terlaksana dengan baik yakni gotong-royong, koperasi, serta kekeluargaan.
5. Tidak selamanya kekuatan uang sangat besar dalam menentukan kehidupan demokrasi justru kedekatan seseorang dengan masyarakat akan menentukan
demokrasi, pembangunan, serta kebersamaan. Menurut analisis ahli politik LIPI Syamsudin Haris mengatakan calon
independen merupakan salah bentuk mengakomodasi hak-hak politik warga. Dan ini bisa jadi sebagai cerminan yang menunjukkan bahwa ternyata kredibilitas
parpol semakin merosot, karena pola-pola yang dimainkan parpol selama ini yang tidak akomodatif bahkan sekedar menjadikan legitimasi kursi di legislatif dan
hasil suara parpol pada Pemilu sebelumnya sebagai ajang menjual perahu ketimbang menjalankan fungsinya untuk memberikan pendidikan politik dan
seleksi politik yang sehat.
101
Kekurangan calon independen setelah memperoleh kedudukan sebagai Kepala Daerah sebagai berikut :
a. Calon Independen yang memperoleh kekuasaan sebagai Kepala Daerah akan sulit berhubungan dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah karena
calon independen berasal dari masyarakat pemilihnya bukan dari partai politik atau gabungan partai politik
b. Calon independen akan sulit membentuk peraturan daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah karena Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
101
http:www.scribd.comdoc3979583Calon-Independen?autodown=pdf
Universitas Sumatera Utara
berasal dari partai politik sedangkan independen berasal dari masyarakat pendukungnya melalui Kartu Tanda Penduduk
c. Apabila hubungan yang kurang baik antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan calon independen maka berakibat konflik kepada
masyarakat dan kelompok d. Calon independen yang menjadi Kepala Daerah dapat berakibat tuntutan
dari masyarakat atau kelompok tertentu apabila calon independen pernah berjanji.
Dasar munculnya calon independen adalah perlunya pemimpin yang mampu memimpin bangsa dalam kemajuan tidak perlu pemimpin pintar hal
tersebut dalam cerita tentang Kota Sparta yang mengandalkan kekuatan militernya, prajurit-prajuritnya terlatih dengan baik dan berdedikasi, ekonomi
lemah dan intelektualitas terabaikan dengan Athena yang tidak banyak memiliki kekuatan militer namun memiliki ekonomi kuat dengan
pembangunan intelektualitas. Hasilnya setelah 27 tahun berlangsung perang akhirnya dimenangkan oleh kota Athena dengan kekuatan intelektualnya.
Sejarah juga mencatat bahwa hanya orang-orang pintar yang mampu memimpin bangsanya dalam kemajuan, bukan itu saja, teori mana yang
menyatakan bahwa pemimpin itu tidak perlu pintar disarikan dari Political Theory oleh John Losco and Leonard Williams.
102
Sedangkan yang menjadi kelebihan calon independen :
102
http: www. oup. com us catalog he subject Political Science Political Theory Introductionto PoliticalThought ? view = usa ci= 9780195330151
Universitas Sumatera Utara
a. Calon independen yang menduduki kursi sebagai Kepala Daerah secara langsung tanpa ada perpanjangan tangan dari berbagai pihak untuk
mendengar aspirasi masyarakat. b. Calon independen yang memiliki jaringan di daerah lebih memudahkan
pembangunan karena sebelumnya sudah dituangkan dalam visi dan misi. c. Calon independen yang menjadi Kepala Daerah akan menempatkan
hubungan yang baik dengan masyarakat pemilihnya karena telah dipilih oleh masyarakat
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP CALON INDEPENDEN
A.Latar Belakang Gugatan
Salah seorang wakil rakyat di Kabupaten Lombok Tengah bernama Lalu Ranggalawe, beralamat di Desa Batujai Kecamatan Praya Barat Kabupaten
Lombok Tengah;
Dalam hal
ini berdasarkan surat
kuasa Nomor
04SKMKAVD.S-E2007 tertanggal 2 Februari 2007 memberikan kuasa kepada:
Suriahadi, SH serta Edy Gunawan, S.H, Advokat, berkantor di Jalan Tgh Faesal
Nomor 80 Sweta Kota Mataram Nusa Tenggara Barat, dalam hal ini bertindak sendiri-sendiri maupun bersama-sama, selanjutnya disebut sebagai Pemohon.
Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia yang menjadi
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Tengah yang
mempunyai kepentingan terkait dengan permohonan pengujian Undang-Undang a quo
dan sangat berkepentingan terhadap pemilihan kepala daerah baik untuk mencalonkan diri maupun dicalonkan. Bahwa di Daerah Nusa Tenggara Barat
akan dilangsungkan Pemilihan Kepala Daerah Pilkada untuk calon Gubernur dan Wakil Gubernur pada Tahun 2008 yang akan datang, di mana Pemohon
berkeinginan untuk ikut mencalonkan diridicalonkan sebagai kandidat GubernurWakil Gubernur NTB. Bahwa meskipun Pemohon saat ini masih aktif
sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari Partai Bintang Reformasi
PBR, namun Pemohon tidak terlalu berharap untuk dapat dicalonkan melalui partai, sebab bukan rahasia umum lagi bahwa pada umumnya partai-partai saat ini
sudah menjadi barang komoditi yang diperjual-belikan dengan nilai harga yang
Universitas Sumatera Utara
terbilang tinggi untuk ukuran di daerah, dan Pemohon sendiri tidak punya kemampuan finansial untuk itu. Bahwa di satu sisi berdasarkan ketentuan Pasal
56, Pasal 59, dan Pasal 60 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yakni pasangan calon hanya dapat diusulkandiajukan oleh
partai politik atau gabungan partai politik. Dengan kata lain tidak memberikan peluang sama sekali bagi pasangan calon independen yang tidak memiliki
kendaraan politik atau partai politik termasuk halnya Pemohon. Bahwa Pemohon berkeyakinan dengan adanya ketentuan Pasal 56, Pasal
59, dan Pasal 60 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dikaitkan dengan keadaan partai saat ini sebagaimana dikemukakan di
atas, jelas-jelas tidak memungkinkan bagi Pemohon untuk mencalonkan diridicalonkan dalam rangka Pilkada dimaksud, karenanya Pemohon sangat
merasa hak-hak konstitusionalnya dilanggar dan dirugikan secara potensial sebagaimana dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 terutama sekali Pasal 18
Ayat 4, Pasal 27 Ayat 1, Pasal 28D Ayat 3, dan Pasal 28I Ayat 2. Dengan demikian, menurut pendapat Pemohon, maka Pemohon telah memenuhi
kualifikasi sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 51 Ayat 1 huruf a Undang-Undang Mahkamah Konstitusi.
B. Putusan Mahkamah Konstitusi