Pengertian Pembiayaan Tujuan Pembiayaan Pembiayaan Musyarakah

1 Watak Character adalah pribadi, kelakuan, sikap, tingkah laku, dan nilai- nilai dari debitur yang dapat dilihat dari track record, yaitu sejarah hidup dari curriculum vitae calon debitur. Data ini dapat diperoleh dari Bank Indonesia. 2 Kemampuan Capacity adalah kemampuan debitur dalam mengelola fasilitas kredit yang diberikan sehingga dapat memberikan nilai tambah, yang akhirnya dapat mengembalikan fasilitas kredit sesuai dengan waktu yang diperjanjikan. Oleh karena itu, dalam pemberian kredit harus dianalisis, antara lain mengenai kondisi keuangan yang bersangkutan untuk mengetahui jumlah fasilitas yang dibutuhkan dan kondisi perusahaan yang sebenarnya. 3 Modal Capital adalah modal yang dimiliki oleh debitur yaitu apa yang dijadikan modal debitur dalam melakukan usahanya. 4 Agunan Collateral adalah benda bergerak seperti kendaraan bermotor, tanah, bangunan, emas, mesin, Serta benda tidak bergerak seperti tanah bersertifikat yang diserahkan debitur kepada kreditur untuk menjamin apabila fasilitas kredit tidak dibayar kembali sesuai waktu yang telah ditetapkan. Jika hal demikian terjadi, maka benda tersebut dapat dijual untuk pelunasan fasilitas kredit. 5 Prospek Usaha Condition of Economy adalah dukungan lingkungan, baik keadaan ekonomi maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku serta keadaan daerah setempat yang memungkinkan suatu usaha yang dibiayai dapat berjalan dengan baik dan menguntungkan. Pencairan kredit hanya dapat dilakukan, apabila seluruh syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam persetujuan dan pencairan kredit telah dipenuhi oleh pemohon kredit debitur. Oleh karena itu sebelumnya bank harus memastikan bahwa seluruh aspek yang berkaitan dengan kredit telah diselesaikan dan memberi perlindungan yang memadai bagi bank.

4. Pembiayaan

a. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 www.sweetim.comuu_21_08_syariah.pdf adalah: Pembiayaan merupakan penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: 1 transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. 2 transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik . 3 transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’. Universitas Sumatera Utara 4 transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan 5 transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah. 6 untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah danatau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai danatau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

b. Tujuan Pembiayaan

Menurut UU RI Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah bab II pasal 3: “Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat”www.sweetim.comuu_21_08_syariah.pdf.

c. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan Musyarakah menurut wirdyningsih 2005: 101 adalah Musyarakah yaitu pembiayaan sebagian kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. Ayat al-Qur’an yang menjelaskan pembiayaan musyarakah sebagai berikut: “dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, dan amatlah sedikit mereka ini”. Qs.Shad : 24 Dalam fatwa DSN No.08DSN-MUIIV2000 Wirdyaningsih, 2005:119 ketentuan-ketentuan pembiayaan musyarakah adalah: 1 Ijab Kabul Yang dinyatakan oleh para pihak yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: a Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak akad. b Penerimaan dari penawaran yang dilakukan pada saat kontrak. Universitas Sumatera Utara c Akad dituangkan secara tertulis melalui korespondensi atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern. 2 Para pihak yang berkontrak harus cakap hukum dan memperhatikan hal-hal berikut: a Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan. b Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil. c Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur asset musyarakah dalam proses bisnis normal. d Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola asset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktivitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja. e Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri. 3 Objek akad pada musyarakah terdiri dari modal, kerja, keuntungan, dan kerugian. Masing-masing ditentukan oleh hal-hal berikut: a Modal 1. Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang dinilainya sama. Modal dapat terdiri dari asset perdagangan seperti barang-barang, property, dan sebagainya. Jika modal berbentuk asset harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra. 2. Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan. 3. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, bank dapat menerima jaminan. b Kerja 1. Partisipasi mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah , akan tetapi kesamaan porsi kerja bukanlah syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya. 2. Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalm kontrak. c Keuntungan 1. Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau ketika penghentian musyarakah. 2. Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungna dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra. Universitas Sumatera Utara 3. Seorang mitra boleh mengusulkan, bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau persentase itu diberikan kepadanya. 4. Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad. d Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal. 4 Biaya proporsional dibebankan pada modal bersama. Adapun skema pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut: Gambar.2 Skema Pembiayaan Musyarakah Universitas Sumatera Utara

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tahun Peneliti Judul Uraian 2006 Sri Eti Faturoh kegiatan bank syariah mandiri bsm dalam pemberian kredit mudharabah, tinjauan aspek yuridis. Hasil penelitian mengemukakan bahwa pelaksanaan kegiatan pemberian kredit mudharabah pada bank syariah mandiri pada prinsipnya mengedepankan rasa saling percaya antara bank dengan pihak nasabah, hal ini tercermin dalam kontak akad mudharabah. 2006 Dian Anggari Putri Sistem pemberian kredit pada PT.BPR Mekar Nugraha Klepu Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa Sistem pemberian kredit pada PT. BPR Mekar Nugraha Klepu sudah berjalan dengan baik dan efektif, sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan. Tabel.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Universitas Sumatera Utara