BAB II DASAR TEORI
2.1. Pengertian Gempa Bumi
Gempa bumi adalah peristiwa pelepasan energi dari terakumulasinya gaya akibat stress tekanan dalam bumi dalam bentuk gelombang seismik. Pusat
gempa bumi, merupakan titik tepatnya area karena merupakan luasan di dalam bumi di mana gempa terjadi disebut hiposenter dan titik di permukaan bumi tepat
di atas hiposenter disebut episenter. Karena perambatan gelombang gempa merupakan gelombang seismik maka alat untuk merekamnya disebut seismograf
dan hasil rekaman disebut seismogram. Dari rekaman tersebut maka dapat disimpulkan penyebab terjadinya, lokasi asalnya, kekuatannya, jenisnya serta
sifat-sifatnya. Bahkan dari gelombang gempa tersebut dapat diketahui struktur bagian bumi
.
Intensitas atau kekuatan gempa bumi didasarkan pada amplitudo gelombang seismik yang terekam pada seismogram dan dinyatakan dalam skala richter SR.
Gempa bumi yang merusak biasanya mempunyai kekuatan magnitudo lebih dari 6 SR, walau sebenarnya ditentukan pula oleh kedalaman hiposenternya.
A. Berdasarkan Proses Terjadinya, Gempa Bumi Dibagi Menjadi :
1. Gempa pendahuluan, amplitudo kecil dan terjadi sebelum gempa
utama. 2.
Gempa utama, amplitudonya besar sehingga dapat dirasakan oleh manusia.
3. Gempa susulan, terjadinya setelah gempa utama, lemah tetapi terjadi
berulang.
B. Proses Terjadinya Gempa Bumi
Lempeng samudera yang rapat massanya lebih besar ketika bertumbukkan dengan lempeng benua di zona tumbukan subduksi akan menyusup ke bawah.
Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi. Perlambatan gerak itu menyebabkan penumpukkan energi di zona subduksi
dan zona patahan. Akibatnya di zona-zona itu terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Pada saat batas elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadilah patahan
batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses ini menimbulkan getaran partikel ke segala arah yang disebut gelombang gempa bumi.
Gambar 2.1. Jalur Patahan Sumatera
2.2. Kondisi Seismotektonik Sumatera Barat