tingginya frekuensi kejadian gempa bumi di wilayah ini. Sebaran gempa bumi di wilayah  ini  tidak  hanya  bersumber  dari  aktivitas  zona  subduksi,  tetapi  juga  dari
sistem sesar aktif di sepanjang Pulau Sumatera.
2.3. Kondisi Geologi Sumatera Barat
Geologi  daerah  Sumatera  Barat  dibentuk  oleh  batuan  metamorf,  batuan sedimen,  batuan  vulkanik,  batuan  terobosan  dan  endapan  aluvial.  Kisaran  umur
batuan  tersebut  dari  jura  hingga  resen.  Batuan  yang  lebih  tua  berada  di  bagian timur  wilayah  kota  Padang.  Penyebaran  batuannya  tercermin  dari  bentuk
morfologinya.  Morfologi  landai  atau  dataran  rendah,  seperti  tempat  dimana bandara  Internasional  Minangkabau  berada,  disusun  oleh  endapan  alluvial.
Endapan ini terdiri dari lanau, pasir dan kerikil. Selain itu juga dijumpai endapan rawa  seperti  yang  terdapat  di  sebelah  utara  bandara.  Secara  umum,  cekungan
Padang  dapat  dibedakan  atas  3  unit  geologi,  pertama  Kipas  Aluvial  yang terletak  pada  dataran  bagian  selatan  dan  sebelah  timur  Kotamadya  Padang  yang
merupakan  aluvial  multi  siklus  yang  ekstensif,  terdiri  dan  flufiovulkanik  yang terkonsolidasi  dengan  deposit  lahar,  vulkanik  tuff  dan  andesit  yang  umumnya
ditutupi  oleh  lapisan  pasir  kasar  pleistosen  dengan  ketebalan  antara  5  sampai dengan  10  m,  kedua  Daerah  Timbunan  Pasir  Pantai  terdiri  dari  15  buah
perbukitan  pasir  yang  rendah  yang  berisolasi  dengan  lebar  +3  km  terletak  di sebelah utara dan merupakan tahapan pembentukan pantai pada Masa Pleistosen,
ketiga  daerah  Rawa  Rawa  Belakang  yang  terdapat  antara  masing-masing timbunan pasir  dan merupakan deposit lagoonal yang dominan diisi oleh lumpur
sampai pasir lempungan.
G
2.4. Efek Struktur Batu
Gempa bumi adala bumi,  salah  satu  bentuk
dengan  gelombang  s sumbernya dan menjal
yang terdiri dari berma ke  segala  arah  dengan
Gambar 2.2. Peta Geologi Sumatera Barat
atuan Terhadap Penjalaran Energi
alah peristiwa pelepasan sejumlah energi pada ba ntuk  energi  tersebut  adalah  energi  gelombang  ya
seismik,  gelombang  seismik  tersebut  dipanca jalar ke segala arah spheris melewati lapisan-lapi
rmacam-macam formasi geologi. Penjalaran ini di ngan  energi  yang  sama,  tetapi  pada  saat  melewa
batuan kerak yang  disebut
ncarkan  dari lapisan bumi
dipancarkan wati  formasi
batuan  yang  berbeda  akan  menimbulkan  efek  yang  berbeda  pada  batuan tersebut, tergantung dari rigiditas  kekerasan batuan.
Apabila energi gelombang seismik melewati struktur yang lebih padat maka efek  energi  itu  akan  diredam  sehingga  batuan-batuan  tersebut  akan  mengalami
efek  yang  lebih  kecil  dari  efek  yang  seharusnya  dirasakan  apabila  formasinya sama  dengan  formasi  geologi  asal  sumber  energi.  Apabila  energi  gelombang
melewati  formasi  geologi  yang  lebih  lunak  maka  efeknya  akan  lebih  besar daripada efek yang seharusnya dirasakan. Seperti struktur aluvial dimana struktur
batuan  ini  bisa  sangat  berbahaya  terhadap  getaran  karena  dapat  memperbesar amplitudo  getaran akibat  amplifikasi.  Pelemahan dari  seismik wave  ini  berkaitan
erat  dengan  sifat  elastisitas  dari  bumi    media  dan  sifat  gelombang  itu  sendiri, tentu bumi bukan medium yang ideal dan ”perfectly elastic” dan bahwa propagasi
gelombang  akan  teratenuasi  dengan  fungsi  waktu    jarak  karena  energi  yang hilang. Beberapa hal yang mempengaruhi attenuation adalah :
1. Kecepatan rambat gelombang dalam suatu media. 2. Kontras antar kecepatan media yang dilewati saat merambat dari medium satu
ke yang lain : Snells law. 3. Frekuensi gelombang, dan lain-lain.
Ada  satu  istilah  yang  disebut  dengan  intrinsic  attenuation  atau  yang  lebih dikenal  dengan  Q  parameter  yaitu  suatu  ukuran  besar  energi  yang  hilang  loss
energy dikarenakan  suatu  proses  nonelastik,  semakin  besar  nilai  Q,  berarti
semakin  lemah  attenuation  bila  Q  mendekati  nol  berarti  attenuation  akan  sangat kuat,  Q  untuk  p  wave  akan  lebih  besar  dari  Q  untuk  S  wave,  Q  akan  menguat
dengan menguatnya kecepatan  densitas batuan. Pengaruh efek penjalaran energi ini tentu sangat penting mengingat kondisi geologi Sumatera Barat yang beragam
sehingga dapat diambil pertimbangan untuk mengetahui penyebab intensitas yang berbeda  pada  berbagai  tempat.  Peristiwa  penjalaran  energi  gempa  ini  juga  bisa
menimbulkan  peristiwa-peristiwa  alam  yang  lain  seperti  peristiwa  liquifaction yaitu  keluarnya  lumpur  dari  rekahan-rekahan  tanah,  hal  ini  terjadi  karena
mencairnya lapisan subsurface yang biasanya berstruktur pasir, lapisan pasir yang terletak  di  bawah  permukaan  akibat  energi  getaran  gempa  akan  mencair  atau
berubah manjadi lumpur sehingga lapisan permukaan yang lebih solid akan turun yang  menyebabkan  terjadinya  pecahan-pecahan,  sehingga  lumpur  akan  keluar
lewat  rekahan  tersebut,  Peristiwa  ini  banyak  terjadi  di  tanah  pesisir,  dan  kondisi lapisan tanah seperti ini juga sangat membahayakan terhadap bangunan yang ada
diatasnya.
2.5. Mekanisme Gempa Susulan