Anak dan Media dilihat melalui Analisis Teks

seperti orang dewasa mereka bak miniatur orang dewasa

2. Kerangka Data Kognisi Sosial

Pada tingkat kognisi sosial, peneliti akan menganalisa bagaimana wartawan memproduksi suatu teks, hal ini juga berkaitan dengan bagaimana majalah Ummi berperan dalam pembentukan media terhadap anak Pada rubrik media dan kita, nara sumber merupakan sosok utama yang berperan dalam terbentuknya suatu teks, karena media dan kita merupakan salah satu rubrik yang dipegang langsung oleh redaksi majalah Ummi, maka apa yang ditulis dalam media dan kita bisa dikatakan sebagai perspektif majalah Ummi

3. Kerangka Data Konteks Sosial

Dalam konteks sosial, peneliti akan menganalisa bagaimana wacana anak dan media berkembang dalam masyarakat. Wacana yang diambil sebagai data adalah apa yang ditemukan dalam teks yang berkaitan dengan gejala-gejala sosial

B. Analisa Data

Setelah peneliti menemukan data-data yang berkaitan dengan penelitian analisis wacana dalam teks media dan kita edisi Juli-Oktober 2009, maka peneliti akan menganalisis data tersebut dikaitkan dengan anak dan media

1. Anak dan Media dilihat melalui Analisis Teks

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. anak- anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya. Anak-anak belajar tentang lingkungannya dari berbagai sumber berita, mereka belajar dari orang tua, guru, teman dan media. Informasi dari televisi, radio atau internet,semua yang disampaikannya adalah berita yang dapat memberikan pengalaman pendidikan yang positif, tetapi akan menjadi masalah jika yang ditayangkan media tersebut adalah berita atau topik yang dapat mengganggu psikologi anak. Berita tentang bencana alam, penculikan anak, pembunuhan massal, teroris, kekerasan di sekolah atau kehidupan sex orang dewasa akan membuat anak melihat dunia ini sebagai sesuatu yang membingungkan, mengancam dan tempat yang tidak aman Dari data yang telah ditemukan dalam media dan kita edisi September 2009 tercatat bahwa anak-anak sebagai pasar potensial TV: “Saat menyaksikan Nickelodeon Indonesia Kid’s Choice Awards, saya melihat masa kanak-kanak yang hilang itu, anak-anak yang tampil di panggung di sana banyak yang menggunakan make up, berpenampian dan menari seperti orang dewasa mereka bak miniatur orang dewasa Dari teks diatas bisa dikatakan bahwa anak-anak tampak sebagai pasar potensial industri TV. Semuanya itu adalah contoh-contoh bagaimana anak memperoleh hal-hal yang tidak sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan anak, yang menunjukan bahwa hak anak sesungguhnya terabaikan, anak-anak itu memasuki dunia orang dewasa padahal, mereka masih terlalu kecil untuk memasuki kehidupan yang terlalu cepat mereka masuki. Sementara pada edisi Juli 2009 penulis menemukan pernyataan sebagai berikut: “Teman saya Lala, bercerita dengan Masyqul bahwa putrinya Zahra 10 tahun kini fasih menyebut nama-nama selebritis Indonesia lengkap dengan gosip seputar mereka, itulah hasil dari liburan akhir tahun kemarin. Zahra bebas nonton TV saat liburan, jadinya ia keranjingan nonton infotainment” kata Lala jengkel Alangkah ideal jika orangtua merencanakan penggunaan waktu anak-anak saat liburan dengan baik”menyerahkan “ anak kepada media elektronik semacam TV, game dan internetsepenuhnya sama sekali bukan pilihan bijak, pertama karena isi media ini banyak yang tidak aman untuk anak, keduakarena bisa menimbulkan efek edukasi pada anak Sebaiknya anak-anak diajak untuk melakukan kegiatan lain. Bermain bersama teman atau saudara, mengunjungi temapat wisata, memasak, pergi ke taman, membereskan kamar, berkebun, adalah beberapa pilihan yang mungkin dilakukan. Jika pun ingin tetap menggunakan media usahakan pilihannya adalah media cetak atau film-filmVCDDVD yang sebelumnya sudah diseleksi orangtua. Yang juga patut dilakukan, selain melakukan seleksi sebelum menonton film terutama untuk ana-anak yang lebih kecil orang tua sebaiknya mendampingi aktif anaknya menonton agar orangtua dapat menekankan lagi kepada anak nilai-nilai positif dari film. Walau anak-anak memasuki masa liburan, jangan sampai anda sebagai orangtua juga ikut berlibur mengawasi media anak, jangan menyerahkan anak- anak di masa liburan kepada orangtua elektronik.

2. Anak dan Media dilihat dalam Kognisi Sosial