Objektivikasi Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Edisi Oktober 2011)

(1)

BIODATA PENELITI

Nama/ NIM : SABILLA TRI ANANDA/080904036

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan / 30 April 1991 Departemen : Ilmu Komunikasi FISIP USU Alamat : Jl. Karya Bakti II No 6A Medan

Email : sabillatria@yahoo.com

Orangtua

Ayah : H. Rustam Effendi S.H

Ibu : Hj. Jamiah A.md

Anak ke : 3 dari 4 bersaudara

Nama Saudara Kandung : 1. Lukita Prashintia S.H. 2. Dania Dwi Rahmawati S.Psi 3. Reja Taruna

Agama : Islam

Pendidikan : 1996 – 2002

SD MIS Muhajirin 2002-2005

SLTP Swasta Al-Azhar Medan 2005-2008

SMA Negeri 2 Medan 2008-2012


(2)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Alwi, Audy Mirza. 2004. Foto Jurnalistik. Jakarta : Bumi Aksara.

Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Lukiati Komala. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Barnard, Malcolm. 2011. Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra. Barthes, Roland. 2010. Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa. Yogyakarta:

Jalasutra.

Budiman, Kris. 2003. Semiotika Visual. Yogyakarta : Buku Baik.

Bungin, Burhan. 2003. Pornomedia: Konstruksi Sosial Teknologi Telematika dan Perayaan Seks di Media Massa. Jakarta: Prenada Media.

____________. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

___________. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra.

El Saadawi, Nawal. 2001. Perempuan Dalam Budaya Patriarki. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gandhi, Mahatma. 2002. Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hardiman, Budi F. 2010. Ruang Publik. Yogyakarta: Kanisius.

Kriyantono, Racmat. 2008. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Littlejohn, Stephen W. & Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi: Edisi 9

(Theories of Human Communication 9th ed). Jakarta: Salemba Humanika. Morrisan. Andy Corry Wardhany. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Pilliang, Yasraf Amir. 2003. Hipermoralitas: Mengadili Bayang-Bayang. Yogyakarta: Belukar.

Selby, Keith dan Coedery, Ron, 1995. How to Study Television. London : Mc Millisan.


(3)

Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya. __________. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Sugihastuti. 2000. Wanita di Mata Wanita. Bandung: Nuansa.

_________. 2007. Gender dan Inferioritas Perempuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syarifah. 2006. Kebertubuhan Perempuan Dalam Pornogarfi. Jakarta: Yayasan Kota Kita

Sunarto dan Hermawan, Mix Methodology Dalam Penelitian Komunikasi. 2011. Jakarta: ASPIKOM.

Tong, Rosemarie Putnam. 2010. Feminist Thought. Yogyakarta: Jalasutra

Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media

Jurnal

Suprapto, Maria Helena, & Aditomo, Anindito. (2007). Aku dan Dia Cantik Mana? Perbandingan Sosial, Body Dissatisfaction dan Objektivikasi Diri. Anima Indonesian Psychological Journal Volume 22 no 2.

Majalah

Majalah Popular Edisi Oktober 2011

Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Pornografi (diakses tanggal16 Oktober 2011) http://id.wikipedia.org/wiki/Popular_majalah (diakses tanggal 16 Oktober 2011) http://id.wikipedia.org/wiki/Feminisme (diakses tanggal 2 Desember 2011) kusnadiyono.blogspot.com//sejarah-bikini (diakses tanggal 30 Januari 2011) www.popular-world.com (diakses tanggal 30 Maret 2011)


(4)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif berparadigma kritis. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis yang merupakan salah satu cara pandang dalam menganalisis media. Tujuan penelitian kritis adalah untuk mengkritik hubungan sosial yang timpang dan bermaksud untuk menghilangkan keyakinan dan gagasan palsu yang beredar di masyarakat, juga mengkritik sistem kekuasaan yang tidak seimbang dan struktur yang mendominasi satu kelompok tertentu.

Dalam penelitian kritis, hubungan peneliti dengan realitas yang diteliti selalu dijembatani oleh nilai-nilai tertentu. Analisis yang sifatnya kritis umumnya beranjak dari pandangan atau nilai tertentu yang diyakini oleh peneliti. Oleh karena itu, keberpihakan peneliti dan posisi peneliti dalam suatu masalah sangat menentukan bagaimana tanda dalam teks ditafsirkan.

3.2 Objek Penelitian

Objek Penelitian adalah foto-foto didalam rubrik Exposure pada majalah Popular edisi Oktober 2011. Terdapat delapan foto pada rubrik Exposure ini. Setiap foto berukuran satu halaman atau lebih. Seluruh foto menampilkan satu orang perempuan sebagai model tunggal. foto pada rubrik Exposure ini dipilih karena menampilkan gambar atau foto perempuan dengan pakaian yang sangat minim dan pose-pose yang provokatif. Tanpa alasan yang jelas, perempuan dalam rubrik tersebut difoto dengan menggunakan pakaian yang sangat terbuka di lokasi yang tidak seharusnya pakaian minim tersebut digunakan sambil melakukan kegiatan-kegiatan yang sangat kental dengan budaya patriarki yang selama ini beredar di masyarakat.

3.3 Kerangka Analisis

Penelitian ini menggunakan kerangka analisis semiologi Rholand Barthes signifikasi dua tahap, denotasi, konotasi dan mitos. Analisis dilakukan dalam level teks dan konteks. Dalam penelitian yang dianalisis adalah delapan foto yang terdapat dalam rubrik Exposure pada majalah Popular edisi Oktober 2011.


(5)

Semiotika dipilih karena memiliki kekuatan untuk melihat bagaimana tanda-tanda di media massa menghasilkan makna tertentu.

Dalam konsep Barthes, tahapan denotasi, konotasi, dan mitos dilakukan menggunakan analisis leksia dan analisis lima kode pembacaan. Barthes mendefinisikan leksia sebagai satuan-satuan bacaan dengan panjang pendek yang bervariasi yang membangun dan mengorganisasikan suatu narasi. Melalui analisis leksia, selanjutnya akan dikaji lebih dalam lagi sebuah teks pembacaan. Kode-kode pembacaan sebagai perekat untuk memaknai suatu teks, menurut Barthes (Sobur, 2004:65) beroperasi lima kode pokok (five major code), yang didalamnya semua penanda tekstual (leksia) dapat dikelompokkan. Kelima kode tersebut adalah kode hermeneutika, kode proairetik (proairetic code), kode simbolik (symbolic code), kode cultural (cultural code), dan kode semik.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer, yaitu dimana data unit analisis dari gambar-gambar yang terdapat

pada rubrik Exposure pada majalah Popular edisi Oktober 2011.

2. Data sekunder, penelitian ini memaksimalkan metode library research, yaitu melalui penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan literatur serta berbagai sumber bacaan berupa majalah, buku, internet dan sebagainya yang relevan dan mendukung penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Sebagaimana menganalisis realitas sosial media massa, analisis semiotika juga menganalisis tidak sekedar realitas media massa akan tetapi konteks realitas pada umumnya. Semiotik sebagai suatu model komunikasi yang memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan ‘tanda’. Dengan demikian, semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda (Bungin, 2007:162).

Penelitian ini menganalisis delapan foto yang terdapat pada rubrik Exposure pada majalah Popular edisi Oktober 2011 dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Setiap teks dianalisis untuk mengetahui bagaimana


(6)

perempuan diobjektifikasikan dalam kemunculannya di media massa, khususnya di majalah pria dewasa. Kemudian menganalisis apa makna yang tersimpan dari setiap tanda yang terkandung dalam teks, dan mitos apa saja yang yang dikembangkan dari teks tersebut.

3.5.1 Analisis Leksia

Leksia dipilih dan ditentukan berdasarkan pada kebutuhan pemaknaan yang akan dilakukan. Oleh karena itu, leksia dalam narasi bahasa bisa didasarkan pada: kata, frasa, klausa, ataupun kalimat. Sedangkan pada gambar, leksia biasanya didasarkan pada satuan tanda-tanda (gambar) yang dianggap penting dalam pemaknaan.

3.5.2 Kode Pembacaan

Bagi Roland Barthes, di dalam teks beroperasi lima kode pokok (five major code) yang di dalamnya terdapat penanda teks (leksial). Lima kode yang ditinjau Barthes yaitu :

1. Kode hermeneutika, atau sering disebut dengan kode teka-teki. Kode ini melihat tanda-tanda dalam suatu teks yang menimbulkan pertanyaan. Berfungsi untuk mengartikulasikan persoalan yang terdapat dalam teks.

Misalnya : “Mengapa perempuan dalam foto itu tersenyum?”

2. Kode proairetik, yaitu kode tindakan yang membaca akibat atau dampak dari suatu tindakan dalam teks. Analisis pada kode ini menghasilkan makna denotasi I, yaitu pada level teks.

Misalnya: Perempuan dalam foto tersenyum untuk menandakan bahwa ia adalah sosok yang ramah dan bersahabat.

3. Kode simbolik, merupakan aspek pengodean yang gampang dikenali karena berulang-ulang muncul dalam teks. Kode pembacaan ini menghasilkan makna konotasi I, yaitu makna konotasi dalam level teks.

Misalnya : Dalam salah satu foto yang dianalisis, terdapat foto seorang perempuan yang mengenakan bermacam-macam aksesoris sekaligus pada saat yang bersamaan. Pemakaian berbagai aksesoris oleh perempuan biasanya adalah untuk semakin memperindah penampilannya serta menutupi


(7)

kekurangan pada tampilan fisiknya. Sebagai contoh perempuan mengenakan bando atau penjepit rambut saat rambut sulit diatur.

4. Kode kultural, yaitu kode yang telah dikenali dan bersumber pada pengalaman-pengalaman manusia. Kode ini menghasilkan makna denotasi II. Analisis bekerja pada level konteks.

Misalnya: Perempuan dalam foto mengenakan pakaian sangat terbuka, mewarnai rambutnya dengan warna cokelat, mengenakan lensa kontak cokelat, tubuhnya dihias tato dan memulas kukuna dengan kuteks. Keseluruhan penampilannya dikenali sebagai gaya kebarat-baratan dan tidak sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia. Hal tersebut menandakan adanya pengaruh budaya barat dalam penampilannya.

5. Kode semik, yaitu kode yang berasal dari isyarat, petunjuk, atau kilasan makna yang ditimbulkan oleh penanda tertentu. Kode ini menghasilkan makna konotasi II, yaitu pada level konteks.

Misalnya: Perempuan dalam foto tersebut memiliki kriteria kesempurnaan fisik yang dibentuk masyarakat, yaitu bertubuh langsing, tinggi, berambut panjang, kulit putih dan mulus, alis tebal hidung mancung dan lain-lain. Hal tersebut menandakan adanya mitos kecantikan yang terkandung dalam foto-foto tersebut.


(8)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Majalah Popular

Majalah Popular merupakan salah satu majalah pria dewasa yang beredar luas di Indonesia dan memiliki banyak pembaca. Popular berasal dari Indonesia dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1988 oleh PT Nitra Indrya Harsa. Majalah ini diterbitkan dalam Bahasa Indonesia. Majalah ini memberikan batasan usia kepada pembacanya yaitu untuk lelaki dewasa berusia 21 tahun keatas (www.wikipedia.com/majalah popular).

Perjuangan PT Nitra Indrya Harsa (NIH) untuk menerbitkan majalah Popular dimulai sejak tanggal 25 Mei 1987. Pada tanggal tersebut PT NIH mengajukan surat permohonan resmi kepada Menteri Penerangan RI untuk mengeluarkan surat izin penerbitan majalah bulanan. Tapi permohonan itu tak segera dikabulkan. Malah surat tersebut sempat diendapkan di Direktorat Jenderal Pembinaan Pers dan Grafika Departemen Penerangan RI. Setelah satu semester lebih, dikeluarkanlah keputusan nomor 252 / SK / Menpen / SIUPP / D.1 / 1988 untuk majalah Popular kepada PT. NIH (www.popular-world.com).

Setelah melewati nomor percobaan dengan cover Lydia Kandou, maka terbitlah edisi perdana majalah Popular pada tanggal 8 Februari 1988 dengan cover Camelia Malik. Namun kenyataan berkata lain, angka penjualan masih jauh dari yang diharapkan. Pada bulan Maret 1991, Popular menerbitkan cover swimsuit pertamanya dengan model Sophia Latjuba. Tanggapan publik yang luar biasa membuat angka penjualan majalah Popular meningkat terus-menerus. Kemudian, seperti yang telah diduga sebelumnya, edisi ini memicu kontroversi. Dua bulan berselang, Popular pun dipanggil pihak Departemen Penerangan sebagai otoritas yang berkuasa atas media saat itu. Lalu kesepakatan pun terjalin, bahwa konsep swimsuit tetap diperbolehkan selama itu tidak bertentangan dengan lokasi. Artinya, model yang difoto berada di kolam renang, pantai, atau laut. Semua berjalan lancar untuk semua pihak (www.popular-world.com).


(9)

Dalam perkembangannya, Popular semakin terspesialisasi sebagai majalah olahraga dan hiburan khas eksekutif muda dengan segmen pria dewasa. Beberapa rubrik seperti Liputan Khusus, Liputan Malam, Sekse muncul mendampingi rubrik Swimsuit dengan laporan mendalam dan unik di kalangan selebritis dan eksekutif muda. Setelah berhasil melewati periode awal yang sulit, Popularitas majalah Popular mulai meroket sebagai majalah pria dewasa.

Pada tahun 1999, terbitlah cover Sophia Latjuba dengan tampilan seperti tanpa busana. Pada tahun ini juga majalah Popular mencatat rekor angka penjualan tertinggi lewat cover kontroversial Sophia Latjuba tersebut. Beberapa kelompok masyarakat menuduh Popular sebagai penyebar pornografi akibat cover tersebut. Satu edisi berselang, Popular dipanggil pihak berwajib. Kasus ini sempat disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (www.popular-world.com).

4.1.2 Profil Majalah Popular

 Editor In Chief : Iwan Suci Jatmiko  Managing Editor : Faisal Rahim

 Reporter : Novi Nadya, Fariz Sanjaya, Teuku Irmansyah

 Fotografer : Franky Alexander

 Fashion Stylist : Roswita Ambarini  Sekretaris Editorial : Dinie Handayani  Manager Produksi : Siswanto

 Graphic Design : Anggri Sugiyanto  Creative Event & Talent : Indra Kurnianto

 Contributors : Adi Tony Santana, Glen Prasetya, Darius Manihuruk, Zein,


(10)

Multimedia Division

- General Manager Multimedia : Rendra Rizal - Content Manager : Chandra Wirawan

- Reporter : Irvan Firnaldi

- Web Art Designer : Rio Tri Aryanto

- IT Manager : Terry Setyana

- Key Account Officer : Nana Koeswoyo

Publisher : PT Nitra Indrya Harsa

- President Director : William Santoso

- Director : Budi Tjokro

- Advertising and Promotion Manager : Jessica Indra - Advertising & Promotion Executive : Rita Siregar

- Finance : Budiman, E. Indriyati,

Dahniyar Wahyu Kenawat

SIUPP

No.252/SK/MENPEN/SIUPP/P.1/1988

ANGGOTA SPS (Serikat Penerbit Surat kabar) No. 147/1988/11/D/2002

- Legal : Iskandar Nawing, S.H & Associates


(11)

4.2 Analisis

4.2.1 Analisis Foto 1

Gambar 5

Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Halaman 88-89

Sumber : Majalah Popular Edisi Oktober 2011

Tabel 2

Identifikasi Kode Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 95 Signified (Penanda) Signifier (Penanda)

Pengambilan gambar Full Shot Sudut pandang Eye Level Angle

Fokus Selective Focus

Pencahayaan High Contrast

Pewarnaan Warm

a. Analisis Leksia

1. Seorang perempuan sedang berbaring di atas sofa lantai berwarna cokelat, sambil mengangkat kaki sebelah kanannya dan diletakkan diatas kaki kiri. 2. Ia meletakkan jari telunjuk pada tangan kanan di bibir dan tangan kiri


(12)

3. Perempuan tersebut mengenakan bikini berwarna merah dengan motif bunga-bunga biru dan putih.

4. Ia memberi tatapan menggoda ke kamera.

5. Rambut panjang model dibiarkan tergerai alami tanpa tatanan yang berlebihan dan tidak terlalu menonjol karena tertutupi oleh posisi model yang berbaring.

6. Ia juga menggunakan lensa kontak berwarna cokelat.

7. Untuk make-up, model mengenakan tata rias alami. Make up difokuskan pada bagian mata model yang dihias eye shadow berwarna abu-abu.

8. Sementara pipi model dipulas blush on berwarna merah muda dan bagian bibir juga menggunakan lipstick berwarna merah muda.

9. Ia mengenakan aksesori berupa cincin berwarna kuning emas dengan mutiara besar yang dikenakan dijari tengahnya.

10. Kukunya dipulas cat kuku berwarna merah

11. Terlihat tato menghiasi tubuhnya, antara lain di lengan atas bagian dalam di tangannya kanannya dan di bawah pergelangan tangan sebelah kirinya 12. Ia mengenakan sepatu berjenis stiletto berwarna ungu tua dengan hiasan

pita dibelakangnya.

13. Latar dari gambar tersebut adalah pepohonan yang berwarna hijau tua dan di atas kepala model terlihat gambar dedaunan berwarna hijau muda. 14. Lokasi pemotretan adalah sebuah taman yang terdapat di rumah

15. Terdapat beberapa tulisan pada foto. Pada sudut kiri gambar terdapat nama rubrik yang memuat foto ini yaitu Exposure, dan di bagian atas kiri foto tertulis nama model yaitu Anggita Sari.

16. Pada sudut kanan atas terdapat kutipan wawancara dengan model yang berbunyi “Cowok itu harus humoris dan nggak jaim”. Di bagian bawahnya teks sekilas tentang model dan tulisan saat wawancara. Tulisan tersebut berbunyi : Model yang pernah tinggal di Rusia ini ternyata tidak merasa seksi dengan beberapa tato ditubuhnya. “Ada yang lebih seksi dari itu,” ujarnya sambil tersenyum pada kami. Selain itu juga terdapat teks berukuran kecil yang memuat nama beberapa orang yang terlibat


(13)

dalam pemotretan, yaitu : Text : Irvan Firnaldi, Photography : Franky Alexander, Styling : Dinda FEB.

17. Teknik pengambilan gambar dikategorikan sebagai full shot. Objek utama dalam foto yaitu model ditampilkan dalam ukuran yang besar dan seluruh detail yang ada pada model ditonjolkan dalam gambar.

b. Kode Pembacaan 1. Kode Hermeneutika

Mengapa perempuan tersebut berada pada posisi bebaring? Mengapa ia berpose ekstrem seperti itu? Mengapa ia mengenakan bikini? Mengapa ia memberi tatapan menggoda ke kamera? Mengapa mengecat rambutnya berwarna cokelat dan menggunakan lensa kontak berwarna sama? Mengapa ia memoles wajahnya dengan eye shadow berwarna abu-abu, blush on berwarna merah muda dan lipstick berwarna merah muda? Mengapa ia memulas kukunya dengan cat kuku berwarna merah? Mengapa ia menghias tubuhnya dengan tato?

2. Kode Proairetik

Posisi perempuan pada gambar yang sedang berbaring menunjukkan inferioritas perempuan di masyarakat. Pakaian minim yang dikenakannya menandakan bahwa keindahan fisik perempuan merupakan hal yang terpenting untuk menarik perhatian, khususnya laki-laki karena foto-foto ini dimuat pada majalah pria dewasa. Foto tersebut menampilkan model dengan pose yang ekstrim dan tatapan yang menggoda. Kemudian dipertegas dengan pengambilan gambar secara full shot yang memfokuskan objek foto pada keseluruhan tubuhnya serta ukuran gambar sebesar dua halaman untuk memberikan kesan menantang dan menggoda kepada laki-laki yang melihat gambar tersebut.

Make up ringan dan alami yang digunakannya untuk menimbulkan kesan segar dan alami Tindakan mewarnai kuku dan rambut, menggunakan lensa kontak, dan menghiasi tubuh dengan tato menunjukkan bahwa ia adalah sosok perempuan masa kini yang senang bergaya kebarat-baratan. Aksesoris yang digunakannya untuk melengkapi penampilannya agar lebih cantik.


(14)

3. Kode Simbolik

Penggunaan sepatu stiletto diasoisasikan dengan perempuan kelas atas yang tidak perlu melakukan banyak aktivitas, karena tingginya hak sepatu tersebut membatasi pergerakan perempuan. Stiletto adalah jenis sepatu dengan hak yang sangat tinggi dan berujung runcing. Stiletto sering dipandang sebagai simbol subordinasi perempuan, karena dengan menggunakan sepatu tersebut, perempuan seolah sulit melangkah, apalagi berlari. Sehingga, dengan menggunakan sepatu tersebut ia seolah-olah tidak bisa melarikan diri dari laki-laki dan selalu berada dalam kungkungannya. Pemilihan warna ungu pada sepatu untuk menambah kesan sensual dan kemewahan, karena warna ungu memiliki kekuatan untuk memberikan kesan tersebut.

Perempuan tersebut seolah sedang bersantai dan meluangkan waktu untuk dirinya sendiri. Jika seorang ibu rumah tangga telah selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya, jadi sisa waktunya di rumah bisa digunakan untuk memanjakan dirinya dan merawat kecantikannya. Rumah digambarkan sebagai tempat yang sangat menyenangkan untuk perempuan. Ia bisa tetap tampil menarik walaupun berada di dalam rumah. Pemakaian bikini bermotif bunga-bunga memberikan kesan ceria.

Model memilki tato, mengecat rambut, memakai bikini serta mewarnai kukunya. Penampilannya tersebut mengesankan bahwa Ia bukan perempuan “baik-baik”. Pada petikan tulisan yang terdapat pada foto, dijelaskan bahwa Ia pernah menetap di Rusia. Jadi, jelas sudah darimana gaya tersebut diadopsinya. Petikan wawancara yang tertulis di situ juga menandakan bahwa Ia sosok yang centil dan penggoda, sesuai dengan penampilannya dalam foto.

4. Kode Kultural

Budaya barat sangat kental mempengaruhi penampilan perempuan dalam foto tersebut. Walaupun model memiliki wajah pribumi dan memiliki nama Indonesia, namun terlihat bahwa ia berusaha untuk tampil kebarat-baratan dengan rambut yang dicat berwarna cokelat serta penggunaan lensa kontak berwarna senada dengan rambutnya. Hal ini menunjukkan bahwa wajah perempuan barat dianggap lebih menarik dibandingkan perempuan pribumi dan hal tersebut


(15)

disetujui oleh hampir seluruh laki-laki, sehingga perempuan pun berusaha membentuk penampilannya hingga menyerupai perempuan barat agar dianggap menarik.

Tidak hanya itu, upaya untuk berpenampilan barat juga terlihat dari pakaian yang digunakannya yaitu pakaian renang two piece atau yang lebih dikenal dengan sebutan bikini. Dari awal kemunculannya kostum renang tersebut telah memicu banyak sensasi. Modelnya yang sangat minim dan mengekspos sebagian besar bagian tubuh dianggap tidak pantas dikenakan oleh perempuan "baik-baik".

Bikini pertama kali dikenalkan di kota pusat Mode Paris-Perancis tanggal 5 Juli 1946. Le bikini, adalah sebutan dari Louis Reard yang menciptakannya. Dibuat dari kain hanya berukuran 30 inci/74 cm, Louis terpaksa meminta seorang penari bugil untuk memakainya dalam iklan karena tidak ada yang mau memakainya. Padahal menurut sejarah, bikini sudah berusia lebih dari 1700 tahun. Para ahli sejarah menemukan sebuah mozaik dari tahun 300 SM di Villa Romana del Casale di Sisilia, yang menggambarkan gadis-gadis bersenam dengan mengenakan bikini Namun baru di akhir 1950an, bikini menjadi booming. (kusnadiyono.blogspot.com//sejarah-bikini). Pengadopsian nilai-nilai barat juga terlihat dari bahasa tubuhnya yang menantang, berani dan tatapannya yang menggoda. Sikap berbaring model dengan mengangkat satu kaki ke atas tidak sesuai dengan budaya timur dan dianggap kurang sopan.

5. Kode Semik

Hingga saat ini penampilan yang kebarat-baratan dianggap lebih istimewa, modern dan menunjukkan bahwa perempuan tersebut berasal dari kalangan menengah atas. Perempuan berusaha memenuhi tuntutan tersebut, agar dianggap menarik oleh lawan jenis, karena ia percaya nilai dirinya bergantung pada penilaian laki-laki terhadapnya. Perempuan beranggapan bahwa ia akan diterima oleh masyarakat jika memiliki fisik yang cantik dan menarik. Perempuan menjadi korban konstruksi sosial yang diciptakan laki-laki.

Perempuan sebagai sosok yang pasif dengan posisi berbaring yang menandakan kelemahan dan subordinasi perempuan terhadap dunia laki-laki.


(16)

Tatapan menggoda yang diberikannya adalah untuk mendukung penampilannya yang seksi sehingga dapat memikat perhatian laki-laki. Dalam kenyataan sehari-hari perempuan diharuskan pasrah menerima segala bentuk ketidakadilan yang menimpanya. Sikap pasif di dalam diri perempuan bukanlah watak bawaan yang melekat sejak lahir, melainkan dibentuk oleh masyarakat kepada mereka. Penguasaan terhadap perempuan sering terjadi karena budaya dominasi laki-laki terhadap perempuan. Dominasi ini digunakan oleh laki-laki untuk menjadikan perempuan sebagai objek eksploitasi dan menunjukkan bahwa laki-laki berkuasa atas perempuan dan perempuan menerima saja perlakuan tidak adil pada dirinya. Hal tersebut adalah refleksi dari budaya patriarki yang berkembang di masyarakat.

4.2.6. Analisis Foto 2

Gambar 6

Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 90


(17)

Tabel 3

Identifikasi Kode Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 90 Signified (Petanda) Signifier (Penanda)

Pengambilan gambar Full Shot Sudut pandang Eye Level Angle

Fokus Deep Focus

Pencahayaan High Key

Pewarnaan Warm

c. Analisis Leksia

18. Seorang perempuan sedang berdiri sambil bertumpu pada mesin pemotong rumput.

19. Perempuan tersebut mengenakan bra berwarna merah muda dengan motif bunga-bunga dan celana pendek berbahan jeans.

20. Rambutnya ditata bergelombang. 21. Ia menatap kamera sambil tersenyum. 22. Ia mengenakan aksesoris bando pink. 23. Mengenakan jam tangan berwarna merah.

24. Memakai sepatu hak tinggi berwarna abu-abu dan pink. 25. Lokasi foto berada pada taman.

26. Terdapat mesin pemotong rumput pada taman tersebut.

27. Latar dari foto adalah pohon yang rindang, bunga-bunga dan rumput hijau yang segar dan terawat.

28. Di sudut kiri atas terdapat tulisan nama rubrik dimana foto ini dimuat, yaitu rubrik Exposure

d. Kode Pembacaan 6. Kode Hermeneutika

Mengapa perempuan tersebut berpose seolah sedang memotong rumput? Mengapa ia mengenakan pakaian yang sangat terbuka saat memotong rumput? Mengapa ia mengenakan bra dan celana jeans yang sangat pendek? Mengapa ia tersenyum? Mengapa rambutnya yang panjang di tata bergelombang?


(18)

Mengapa ia mengenakan aksesoris bando pink dan jam tangan? Mengapa Ia mengenakan sepatu hak tinggi saat memotong rumput?

7. Kode Proairetik

Pose memotong rumput menunjukkan bahwa ia adalah sosok wanita yang peduli dengan keindahan dan hal tersebut dibuktikan dengan kepeduliannya merawat taman di rumahnya. Menggunakan celana jeans yang sangat pendek untuk memperlihatkan kakinya yang ramping dan jenjang. Pakaian terbuka yang digunakannya bertujuan agar dia tetap tampil menarik walaupun sedang melakukan pekerjaan yang dapat mengotori tubuhnya. Bando pink yang dikenakannya untuk menimbulkan kesan ceria dan muda. Senyumnya untuk menggambarkan bahwa ia melakukan pekerjaan tersebut dengan riang gembira. Dengan pakaian yang sangat minim di ruangan terbuka (walau masih dalam wilayah domestik), ia terlihat sangat nyaman dengan pakaian yang digunakannya. Tatanan rambutnya yang panjang, bergelombang dan diwarnai adalah model yang sedang tren saat ini, hal itu menandakan bahwa ia adalah perempuan yang mengikuti perkembangan zaman dalam berpenampilan. Aksesoris berupa bando dan jam tangga yang digunakannya adalah untuk memperindah keseluruhan penampilannya. Sepatu hak tinggi digunakan semakin menegaskan keindahan tubuhnya. Karena, saat mengenakan sepatu berhak tinggi, ada bagian tertentu dari tubuh perempuan yang ditonjolkan, seperti bagaian bokong dan lekukan tubuh sehingga menambah sensualitas.

8. Kode Simbolik

Pakaian minim yang dikenakan perempuan dalam foto menggambarkan betapa pentingnya dari keindahan fisik yang dimiliki perempuan untuk memikat laki-laki. Banyak perempuan yang rela mengorbankan kenyamanan dirinya agar tetap terlihat indah. Seperti yang digambarkan dalam foto, ia lebih memilih menggunakan pakaian yang sangat terbuka sehingga sebagian besar kulitnya tersengat matahari dan beresiko digigit serangga yang ada disekitar taman dibandingkan mengenakan pakaian yang sepantasnya agar kulitnya terlindungi. Ia juga rela bersusah payah mengenakan sepatu berhak tinggi. Semua pengorbanan


(19)

itu dilakukan demi mendapat sebutan cantik. Warna merah muda yang dikenakannya untuk menimbulkan kesan cerah dan ceria. Warna yang sering disebut pink ini biasanya dihubungkan dengan semangat dan kesenangan, identik dengan sesuatu yang ceria, cerah dan erat kaitannya dengan perempuan. Selain itu merah muda juga cocok untuk menggambarkan sosok perempuan muda yang penuh semangat. Ditambah dengan pencahayaan high key semakin menegaskan kesan keceriaan dan semangat.

Penggunaan sepatu hak tinggi juga sangat tidak sesuai, karena ketika melakukan pekerjaan seperti memotong rumput maka perempuan harus bekerja dengan mobilitas tinggi sehingga penggunaan sepatu hak tinggi akan sangat mengganggu kegiatannya.

Pemakaian berbagai aksesoris oleh perempuan biasanya adalah untuk semakin memperindah penampilannya serta menutupi kekurangan pada tampilan fisiknya. Misalnya, mengenakan bando saat rambut sulit diatur atau mengenakan jam tangan untuk menutupi kulit yang belang pada pergelangan tangan. Aksesoris yang digunakan berwarna cerah. Sehingga, fokus perhatian orang diarahkan pada aksesorisnya. Latar dari foto adalah pepohonan yang rindang, serta rumput yang terawat. Terlihat jelas bahwa taman tersebut mendapat perawatan rutin dengan biaya yang tidak sedikit.

9. Kode Kultural

Budaya patriarki mengharuskan perempuan menguasai segala aktivitas di ranah domestik. Ia diharapkan dapat menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangganya dengan baik tanpa perlu memanggil laki-laki untuk memasuki ranah domestik tersebut. Apalagi, didukung dengan peralatan canggih dan modern yang beredar saat ini, sehingga dapat memudahkan pekerjaan perempuan.

Selain itu, sejak dulu, perempuan tidak dapat lepas dari hal-hal yang berkitan dengan keindahan. Ia diharuskan untuk selalu memelihara keindahan baik itu keindahan tubuhnya maupun keindahan lingkungannya, terutama wilayah domestik seperti rumah dan sekitarnya. Selain itu, disini juga terdapat pergeseran fungsi pakaian yang terjadi pada masyarakat modern. Pakaian awalnya berfungsi sebagai penutup dan pelindung tubuh. Namun pada gambar ini dapat diamati


(20)

bahwa fungsinya telah berubah menjadi ‘aksesoris’ belaka, karena pakaian yang dikenakan perempuan tersebut hanya menutupi sebagian kecil dari tubuhnya.

10. Kode Semik

Kriteria perempuan idaman laki-laki umumnya adalah cantik dan piawai dalam mengurus rumah tangga. Perempuan pun berusaha memenuhi tuntutan tersebut dengan menjadi sosok yang serba bisa dalam menangani pekerjaan rumah tangga. Memenjarakan perempuan di wilayah domestik semakin ditegaskan dengan menambah jenis pekerjaan yang harus dikerjakan oleh perempuan. Dulu, pekerjaan yang dilakukan perempuan di rumah hanya terbatas pada memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian, mencuci piring dan sebagainya. Namun, saat ini dengan alasan mengikuti perkembangan zaman, beban pekerjaan itu dikembangkan. Aktivitas perempuan seolah-olah diperluas menjadi di luar rumah, yaitu di kebun atau taman rumahnya. Tapi tetap saja masih dikungkung dalam wilayah domestik. Mitos-mitos yang beredar seperti itu tentu saja dapat mematikan potensi yang ada pada dirinya.

4.2.3 Analisis Foto 3

Gambar 7

Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 91


(21)

Tabel 4

Identifikasi Kode Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 91 Signified (Petanda) Signifier (Penanda)

Pengambilan gambar Full Shot Sudut pandang High Angle

Fokus Deep Focus

Pencahayaan High Contrast

Pewarnaan Warm

a. Analisi Leksia

1. Seorang perempuan pada posisi setengah telungkup dengan kepala sedikit diangkat.

2. Ia berpose menekuk bagian pinggul dan sedikit menyerongkan tubuhnya.

3. Ia menatap kamera sambil tersenyum lembut.

4. Ia mengenakan tata rias alami berupa eye shadow berwarna gelap wajahnya dipoles dengan blush on yang hampir sewarna dengan kulitnya, bibirnya menggunakan lipstick berwarna nude.

5. Perempuan tersebut mengenakan bikini.

6. Ia memakai aksesoris berupa cincin emas dengan hiasan mutiara besar. 7. Kukunya dipulas dengan cat kuku berwarna merah.

8. Ia memakai sepatu stiletto berwarna ungu

9. Perempuan tersebut menatap kamera sambil tersenyum manis. 10. Rambut ikalnya yang indah dibiarkan tergerai ke samping. 11. Lokasi pemotretan adalah disebuah taman.

12. Lantai taman tempat model berbaring terbuat dari kayu. 13. Lantai tersebut dihiasi oleh taburan bunga kering.

14. Pewarnaan warm dan pencahayaan high contrast menimbulkan efek dramatis pada foto.


(22)

b. Kode Pembacaan 1. Kode Hermeneutika

Mengapa perempuan tersebut berpose setengah telungkup? Mengapa ia mengenakan bikini? Mengapa ia tersenyum lembut ke kamera? Mengapa ia mengenakan tata arias alami? Mengapa kukunya dipulas kuteks? Mengapa ia memakai perhiasan cincin dengan mutiara? Mengapa ia mengenakan stiletto berwarna ungu? Mengapa rambutnya dibiarkan tergerai ke samping?

2. Kode Proaretik

Posisi telungkup yang dilakukan perempuan tersebut menandakan subordinasi dan penundukan yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan, pose menekuk pinggul dan sedikit menyerong untuk semakin menegaskan lekukan tubuhnya yang indah. Pose model sangat menggoda dan menonjolkan lekukan tubuhnya yang langsing dan indah. Ditambah lagi dengan penggunaan bikini merah bermotif bunga yang memamerkan kulitnya yang mulus dan terawat. Penggunaan tata rias alami sangat sesuai dengan lokasi pemotretan yang berada di sebuah teras rumah yang dihiasi oleh tumbuhan hijau. Kelopak mata diwarnai dengan eye shadow berwarna gelap sehingga bola matanya terlihat lebih besar menimbulkan efek dramatis pada tatapannya, wajahnya dipoles dengan blush on yang hampir sewarna dengan kulitnya, bibirnya menggunakan lipstick berwarna nude sehingga hampir tidak terlihat bahwa ia menggunakan make up.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa ia adalah perempuan yang peduli penampilan bahkan sampai ke hal-hal kecil seperti merawat kuku. Kedua tangannya dibiarkan menyentuh lantai kayu dan terlihat seluruh jari-jarinya yang lentik, terawat dan dipulas kuteks berwarna merah. Jari manis pada tangan sebelah kanan mengenakan cincin dengan hiasan mutiara besar. Perhiasan menunjukkan ia berasal dari kalangan menengah atas.

Sepatu ungu dengan hiasan pita yang ia kenakan terlihat sangat serasi dengan penampilan keseluruhannya. Stiletto biasanya identik dengan perempuan yang pasif dengan aktivitas yang sedikit karena sulitnya bergerak ketika mengenakan sepatu berjenis tersebut. Rambut diwarnai, kulit mulus, kuku terawat dan dipulas kuteks, menggunakan aksesoris perhiasan mewah, penampilannya


(23)

yang cantik dan terkesan mahal menunjukkan bahwa perempuan ini berasal dari kalangan menengah atas yang mampu mengeluarkan biaya tinggi demi memoles penampilannya agar semakin indah dipandang. Kemudian, pencahayaan pada gambar juga menciptakan suasan dan mood yang berbeda-beda. Pada foto ini menggunakan pencahayaan high contrast yang menghasilkan suasana yang dramatis, seusai dengan lokasi yang berada di taman, serta taburan bunga-bunga yang menambah efek dramatis tersebut.

3. Kode Simbolik

Pengambilan gambar secara high angle yaitu pemotretan dengan menempatkan objek foto lebih rendah daripada kamera. Atau kamera berada lebih tinggi daripada objek foto, sehingga yang terlihat pada kaca pembidik objek foto terkesan memiliki status yang lebih rendah dibanding pengamat foto tersebut. Foto dimuat di majalah pria dewasa, maka yang memandang sebagian besar adalah laki-laki. Hal tersebut semakin menegaskan bahwa posisi perempuan merupakan subordinasi dari laki-laki di masyarakat, pengambilan gambar gambar secara high angle juga dimaksudkan untuk mengarahkan fokus pada bagian-bagian tertentu. Dalam foto ini yang ingin ditonjolkan adalah lekukan tubuh model yang terlihat sangat indah. Kemudian posisi berbaring menunjukkan sikap pasrah dan pasif dalam diri perempuan. Selain pasif, perempuan juga sering diindentikkan sebagai sosok yang lemah dan selalu bergantung pada orang lain.

Jari-jari tangannya dengan gemulai menyentuh lantai dan menyiratkan kelembutan. Rangkaian jari-jarinya tersebut seolah menyampaikan bahwa ia dapat memberikan sentuhan yang lembut dan halus. Warna merah yang menghias kuku pada jari tangannya menandakan bahwa ia adalah sosok yang berani. Berani yang dimaksudkan disini adalah keberanian dalam menggoda dan memancing hasrat laki-laki. Merah juga sering diartikan sebagai gairah, nafsu dan mencari perhatian. Dengan didukung dengan senyum lembut yang ditampilkannya, maka dapat diamati bahwa sisi kelembutan seorang wanita tampaknya hal yang ditonjolkan dalam foto ini. Warna ungu pada sepatu yang digunakannya sedikit mencuri perhatian. Warna yang memiliki makna anggun, mewah dan sensual tersebut terlihat serasi dengan keseluruhan tampilannya.


(24)

4. Kode Kultural

Pengambilan gambar secara high angle yang memposisikan objek foto lebih rendah dari pengamat foto (dalam hal ini pembaca majalah Popular yang mayoritas laki-laki), hal tersebut menggambarkan budaya patriarki yang sudah lama berkembang dimasyarakat. Dimana, posisi perempuan dibawah kekuasaan laki-laki. Ketergantungan perempuan terhadap orang lain dalam hal ini adalah laki-laki, selalu mempengaruhi perempuan dalam tindakan dan kegiatan yang dipilihnya. Disadari atau tidak, anggapan yang berkembang dalam masyarakat tersebut turut mewarnai pandangan dan sikap perempuan tentang dirinya sendiri maupun sikap kaum laki-laki tentang diri perempuan. Perempuan selalu dianggap sebagai subordinasi dari laki-laki. Perempuan ibarat masyarakat kelas dua di kehidupan. Akibatnya, laki-laki menjadi berkuasa atas kehidupan perempuan.

Ketergantungan bermula dari adanya perbedaan di antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan tersebut tampak secara fisik maupun psikis. Streotip yang berkembang menyebutkan bahwa laki-laki itu agresif, aktif dan rasional. Sedangkan perempuan lebih pasif dan emosional. Keadaan ini didukung oleh kemampuan fisik perempuan untuk mengandung, melahirkan dan menyusui anak. Sehingga berkembanglah anggapan bahwa kaum perempuan sepatutnya berada dirumah dan bergantung pada laki-laki. Budaya kebarat-baratan diketahui dari penampilan perempuan tersebut yang mengenakan bikini serta rambut yang dicat cokelat. Selain itu, anak laki-laki juga sejak kecil diberi tanggung jawab untuk menjadi pelindung ibu dan saudara perempuannya. Hal tersebutlah yang membentuk rasa superioritas terhadap perempuan dalam dirinya.

5. Kode Semik

Kaum laki-laki meletakkan statusnya lebih tinggi dari kaum perempuan. Situasi yang disebut dengan subordinasi itu sering terjadi sehingga menyebabkan perempuan dilecehkan dan direndahkan derajatnya. Aktivitas yang dilakukan perempuan dianggap bukan merupakan keinginannya sendiri, melainkan karena diperintahkan dan dibebenkan oleh laki-laki kepadanya. Perempuan dianggap sebagai manusia kedua dan sosok yang tidak berdaya melawan segala bentuk ketidakadilan yang menimpa mereka.


(25)

Sifat pasif dalam diri perempuan ini bukan sifat yang dibawa sejak lahir secara alamiah, melainkan dibentuk oleh pandangan masyarakat. Sejak kecil, anak laki-laki dididik dalam nilai keberanian, kekuatan, kepempimpinan dan nilai-nilai lainnya yang membentuk superioritas dalam dirinya. Sedangkan anak perempuan diharapkan untuk selalu tinggal di rumah dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Mereka juga diajari menjadi perempuan seutuhnya dengan nilai kesabaran, kepatuhan sehingga tumbuh menjadi sosok yang lemah lembut, pasif, dan penurut. Konstruksi sosial atas sifat pasif perempuan ini lama kelamaan akan diinternalisasikan dalam kesadaran dirinya dan dijadikan sebagai standar dalam menentukan sikapnya. Sehingga terbentuklah citra perempuan yang lemah lembut, penurut dan pasif sesuai dengan yang diinginkan masyarakat.

4.2.4 Analisis Foto 4

Gambar 8

Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Halaman 92


(26)

Tabel 5

Identifikasi Kode Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 94 Signified (Penanda) Signifier (Penanda)

Pengambilan gambar Medium Shot Sudut pandang Eye Level Angle

Fokus Deep Focus

Pencahayaan High Key

Pewarnaan Warm

a. Analisis Leksia

1. Seorang perempuan mengenakan pakaian dalam berwarna hitam dan ditutupi oleh lingerie berwarna hitam transparan.

2. Perempuan tersebut berpose seolah sedang memoles lipstick ke bibirnya.

3. Sorot matanya memberikan tatapan angkuh ke kamera.

4. Tidak ada senyum di wajahnya, bibirnya sedikit dimajukan dan dagunya sedikit diangkat.

5. Rambutnya ikalnya dibiarkan tergerai dan dicat cokelat.

6. Kuku pada jari-jarinya yang lentik dipulas kuteks berwarna merah. 7. Terlihat tato menghiasi pergelangan tangan kirinya..

8. Wajahnya dirias dengan make up tipis dan natural. 9. Lokasi pemotretan adalah di sebuah kamar mandi

10. Benda yang terdapat pada kamar mandi tersebut adalah pajangan berupa bunga mawar berwarna merah dan kaktus mini yang diletakkan didalam pot putih, dan wastafel dengan keramik berwarna putih.

b. Kode Pembacaan 1. Kode Hermeunetika

Mengapa perempuan tersebut berada di kamar mandi? Mengapa ia mengenakan pakaian dalam dan lingerie? Mengapa ia berpose seolah sedang merias wajahnya? Mengapa ia tidak tersenyum dan menatap angkuh ke kamera?


(27)

Mengapa ia mengenakan tata rias tipis dan natural? Mengapa ia mewarnai kukunya dan menghias tubuhnya dengan tato?

2. Kode proairetik

Kegiatan memoles lipstick yang dilakukannya menandakan bahwa perempuan saat ini memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap kosmetik menyempurnakan penampilannya. Make up tipis yang dikenakannya untuk memberikan kesan segar dan alami. Mengenakan pakaian dalam berhubungan dengan lokasi pemotretan yaitu di kamar mandi. Model mengenakan lingerie berwarna hitam. Warna hitam sendiri memiliki arti seperti modern, kecanggihan, pemberontakan, professional, fokus, kuat, superior, Walaupun ditutupi oleh lingerie, namun pakaian dalam yang dikenakannya terlihat sangat jelas terutama bagian dadanya.

Lokasi pemotretan adalah sebuah toilet yang bersih dan modern, dan biasanya tipikal toilet seperti itu terdapat pada rumah mewah. Toilet tersebut didominasi oleh dinding putih dan dibagi dan terdapat pintu kaca yang menghubungkan kamar mandi dengan taman. Rambut yang ditata bergelombang dan diwarnai cokelat menunjukkan bahwa ia adalah sosok perempuan yang selalu mengikuti penampilan yang sedang tren saat ini. Terlihat jelas bahwa rambut tersebut sering mendapat perawatan di salon. Ditambah lagi dengan tatanan rambutnya yang indah bergelombang dan dicat cokelat serta kulitnya yang mulus semakin menegaskan bahwa ia adalah perempuan yang merawat dan memperhatikan penampilan. Tidak ada senyum di wajahnya menandakan bahwa ia adalah sosok perempuan kelas atas yang arogan dan tidak sembarangan memberikan senyuman pada orang lain. Keangkuhannya didukung oleh kesempurnaan penampilan fisiknya. Mengecat kuku dan menghias tubuh dengan tato untuk semakin menegaskan bahwa ia adalah perempuan yang bergaya kebarat-baratan dan modern.

3. Kode Simbolik

Foto tersebut menggambarkan bagaimana kebiasaan perempuan masa kini yang tidak bisa lepas dari penggunaan make up untuk mempercantik dirinya. Saat


(28)

ini, make up telah menjadi kebutuhan para perempuan untuk mentutupi segala kekurangan pada wajahnya. Terdapat tanaman hias di kamar mandi tersebut, yaitu bunga mawar merah dan bunga kaktus. Mawar melambangkan keindahan, kecantikan dan simbol kelembutan seorang perempuan. Bunga kaktus sangat menyolok dan cukup berbeda daripada bunga tanaman lain. Kaktus merupakan jenis tanaman hias yang mudah perawatannya. Kaktus tidak perlu sering-sering disiram, menanamnya tidak repot, dan sangat mudah tumbuh bahkan saat kemarau yang sangat kering sekalipun.

4. Kode Kultural

Pemujaan laki-laki terhadap keindahan perempuan berakibat pada keinginan perempuan untuk selalu menyempurnakan penampilannya dengan berbagai cara, salah satunya melalui penggunaan tata rias. Keindahan dari seorang perempuan juga dianggap berkurang seiring bertambah usianya. Maka, perempuan pun berusaha keras untuk menjaga keindahan tersebut dengan menggunakan berbagai produk perawatan untuk menjaga agar tetap awet muda.

Penilaian terhadap tubuh perempuan seringkali dihubungkan dengan penampilan fisik perempuan. Kecantikan perempuan, bagi seorang lelaki bisa juga tidak hanya dilihat dari paras mukanya saja, bentuk tubuhnya secara keseluruhan pun turut berpengaruh terhadap penampilannya itu. Wajah yang cantik jika dipadu dengan bentuk tubuh yang proporsional, akan dikatakan sebagai seorang perempuan dengan fisik sempurna. Memang di jaman sekarang, tampaknya perempuan lebih banyak memperhatikan penampilan luarnya saja. Sementara masalah inner beauty malah dikesampingkan. Sudah jarang di jaman sekarang kita menemukan perempuan yang berusaha meningkatkan kualitas dirinya sehingga memancarkan kecantikan dari dalam.

5. Kode Semik

Kosmetik yang sangat dekat dengan kehidupan perempuan masa kini dan obsesi perempuan terhadap kecantikan serta upaya keras untuk merawat penampilannya. Setiap orang menilai kecantikan dengan caranya masing-masing. Namun definisi kecantikan bagi laki-laki umumnya sama, yaitu perempuan


(29)

bertubuh langsing, berambut panjang dan berkulit putih. Semua perempuan senang jika disebut cantik. Sebagian perempuan merias dirinya dengan berbagai sarana kecantikan. Dandanan wajah yang sangat tebal dan menggunakan aneka warna. Mereka tidak percaya diri untuk tampil di muka umum apabila belum sempat merias diri. Untuk keperluan merias wajah dan penampilan, memerlukan waktu yang tidak sedikit. Maka, setiap hari ia harus menyediakan waktu ekstra untuk memoles penampilannya agar terlihat cantik.

Begitu berharganya kecantikan bagi perempuan sehingga membuatnya sangat terobsesi untuk menjadi cantik. Tempat fitness, spa, salon kecantikan, dokter kulit dan tempat perawatan kecantikan lainnya yang lain sangat diminati perempuan. Mahalnya biaya yang harus mereka keluarkan untuk mengkonsumsi berbagai produk kecantikan, tidak menyurutkan keinginan untuk tampil cantik dan menarik. Bagi para perempuan terutama kelas menengah ke atas, masalah biaya tidak menjadi masalah. Akan tetapi, bagi kelas bawah, mengejar kecantikan tentu merupakan persoalan yang sulit.

Kemudian hal tersebut dimanfaatkan oleh produsen kosmetik untuk mengeruk keuntungan dengan memproduksi bermacam-macam produk tata rias dengan berbagai kelebihan. Perempuan yang ingin memiliki bulu mata lentik bisa menggunakan mascara, jika ingin pipi merona dapat menggunakan blush on dan lipstick untuk memperindah bibir. Ditambah lagi dengan sederet produk perawatan yang menjanjikan wajah yang putih, mulus, bebas jerawat, menjadikan awet muda dan sebagainya. Produk-produk tersebut semakin beragam dan seolah menjadi solusi bagi permasalahan kecantikan perempuan. Kemudian perempuan berlomba-lomba menggunakannya demi menjadi sosok yang dipuja oleh lawan jenis. Tanpa disadari perempuan dijadikan sasaran untuk mendapat keuntungan bagi produsen make up tersebut dan menjadi korban mitos kecantikan yang beredar di masyarakat.


(30)

4.2.5. Analisis Foto 5

Gambar 9

Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Halaman 93

Table 6


(31)

Tabel 6

Identifikasi Kode Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 93 Signified (Petanda) Signifier (Penanda)

Pengambilan gambar Medium Shot Sudut pandang Eye Level Angle

Fokus Deep Focus

Pencahayaan High Key

Pewarnaan Warm

a. Analisis Leksia

29. Seorang perempuan sedang melakukan kegiatan mencuci piring 30. Ia mencuci sebuah mangkuk keramik berwarna putih

31. Perempuan tersebut mengenakan bikini berwarna merah dengan motif corak hitam.

32. Mengapa ia berdiri sambil sedikit menekuk bagian pinggangnya dan menyilangkan kedua kakinya

33. Model mengenakan sarung tangan berwarna kuning 34. Wajahnya dirias dandanan tebal

35. Rambutnya tertata rapi dan tergerai indah 36. Ia tersenyum manis ke kamera

37. Lokasi pemotretan adalah di sebuah dapur yang bersih dan bergaya modern.

38. Keramik pada bak pencuci piring dan lemari penyimpanan dapur didominasi oleh warna cokelat.

39. Lemari penyimpanan terdiri atas dua bagian, yaitu bagian atas dan bawah. Bak pencuci piring berwarna abu abu metalik terbuat dari bahan alumunim.

40. Diatas lemari penyimpanan tersusun peralatan memasak,seperti pengaduk masakan yang terbuat dari kayu, dan botol-botol yang berisi bahan untuk memasak.


(32)

41. Di dapur terdapat bak pencuci piring, lemari penyimpanan yang terbuat dari kayu, berbagai jenis sendok untuk memasak dan beberapa botol bumbu masakan.

b. Kode Pembacaan 11. Kode Hermeunetika

Apa yang sedang dilakukan perempuan tersebut? Mengapa ia mengenakan bikini saat mencuci piring? Mengapa ia tersenyum manis ke kamera? Mengapa ia mengenakan bikini berwarna merah? Mengapa ia berdiri sambil sedikit menekuk bagian pinggangnya dan menyilangkan kedua kakinya? Mengapa ia menggunakan sarung tangan? Mengapa wajahnya dirias dandanan tebal dan rambutnya tertata rapi padahal ia sedang beraktivitas di dapur? Mengapa ia mengenakan sarung tangan berwarna kuning?

12. Kode Proairetik

Kegiatan mencuci piring yang dilakukannya menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh perempuan sehari-hari. Model terlihat sangat cantik dengan make up yang memberikan kesan alami. Tindakan tersenyum manis ke kamera menunjukkan bahwa ia adalah sosok perempuan yang ramah, dan menyenangkan yang menjadi dambaan para laki-laki. Penggunaan bikini menunjukkan bahwa perempuan ini ingin memikat perhatian laki-laki dengan menggunakan kecantikan. Salah satunya mengumbar keindahan tubuhnya dengan menggunakan pakaian yang amat mini. Pose tersebut semakin menegaskan lekuk tubuhnya yang ramping dan indah serta menimbulkan kesan sensual pada dirinya.

Pemakaian bikini di tempat yang tidak sesuai yaitu di dapur serta penggunaan dandanan yang tebal menunjukkan tuntutan masyarakat bahwa perempuan harus selalu terlihat cantik dan menarik dimana pun ia berada dan dalam aktivitas apapun. Rambutnya ditata ikal dan dibiarkan tergerai. Model rambut seperti itu tentu sangat merepotkan dan menganggu pekerjaan yang dilakukannya. Tangannya yang dibalut dengan sarung tangan berwarna kuning. Terlihat jelas bahwa sarung tangan tersebut berfungsi untuk melindungi kulit


(33)

tangannya yang lembut dan kukunya yang terawat agar tidak rusak oleh sabun pencuci piring.

13. Kode Simbolik

Dapur merupakan lokasi yang selalu dikaitkan dengan perempuan. Hal tersebut menunjukkan pandangan masyarakat yang telah mengakar kuat dari dulu hingga sekarang bahwa pekerjaan mengurus rumah tangga adalah pekerjaan perempuan. Bikini menunjukkan jenis pakaian terbuka yang berasal dari negara-negara barat yang tidak sesuai dengan norma kesopanan masyarakat timur. Pemilihan warna merah untuk menambah kesan menggoda pada dirinya karena warna merah itu bermakna menggairahkan, nafsu dan mencari perhatian. Senyum manis yang diberikannya seolah ingin menunjukkan bahwa ia adalah pribadi yang hangat dan bersahabat. Benda benda di dapur yang tersusun rapi menunjukkan bahwa permepuan tersebut selalu menjaga kebersihan dan kerapian rumahnya. Ketika seorang perempuan sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci piring maka yang terbayang adalah sosok yang tidak menarik, dan berantakan. Namun foto ini berusaha mematahkan streotype tersebut dengan menampilkan seorang perempuan yang tetap terlihat cantik walaupun sedang beraktivitas di dapur.

Walaupun perabotan dapur didominasi oleh warna cokelat, namun yang terlihat paling menonjol adalah warna merah yang ada pada bikini yang dikenakan perempuan tersebut. Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa fokus perhatian pengamat (yang mayoritas laki-laki), diarahkan pada kemolekan tubuhnya. Warna merah sendiri sering diartikan dengan mencari perhatian, nafsu, menggairahkan hingga kemarahan. Selain itu, warna kuning yang ada pada sarung tangan yang dikenakannya cukup mencuri perhatian walaupun memilki porsi kecil di dalam foto. Warna kuning memang memiliki sifat menyolok dan sangat menarik perhatian.

14. Kode Kultural

Budaya patriarki sangat jelas terlihat dalam foto tersebut. Dalam foto digambarkan bagaimana aktivitas sehari-hari perempuan sangat dekat dengan


(34)

dapur dan segala aktivitas di wilayah domestik lainnya. Sejak dulu terdapat pembedaan antara laki-laki dengan perempuan, salah satunya dalam hal aktivitas. Sejak kecil seorang anak laki-laki dajarkan untuk mempersiapkan diri menggapai cita-citanya dan dibiasakan untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat sebanyak-banyaknya di luar rumah.

Sebaliknya perempuan sejak kecil diajarkan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci piring, mencuci pakaian dan sebagainya. Seolah-olah segala aktivitas di wilayah domestik tersebut hanyalah tanggung jawab dari seorang perempuan. Hal tersebut terjadi secara turun-temurun dan menimbulkan kecenderungan untuk membebankan pada perempuan segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan rumah tangga.

15. Kode Semik

Pemahaman akan pengkotak-kotakan peran laki-laki dan perempuan saat ini masih sering terjadi, terutama bagi masyarakat kurang paham akan kesetaraan akan hak perempuan dan laki-laki. Pemahaman bahwa pekerjaan dapur bisa dilakukan baik laki-laki atau perempuan, begitu juga dengan memasak, belanja, membersihkan rumah, dan lainnya belum bisa diterima oleh masyarakat. Perempuan dianggap tidak memiliki kemampuan akal dan fisik yang setara dengan laki-laki, sehingga pekerjaan yang paling tepat untuknya adalah pekerjaan di wilayah domestik saja.

Budaya patriarki saat ini masih memegang peranan dalam sebuah keluarga. Masih banyak dijumpai seorang anak laki-laki yang menolak membantu mencuci piring dengan alasan karena dia laki-laki, seharusnya yang mengerjakan itu semua adalah saudara perempuannya. Aktivitas yang tepat untuk perempuan adalah melakukan pekerjaan rumah tangga di wilayah domestik dan bagian paling penting dalam diri perempuan untuk menarik perhatian laki-laki adalah keindahan fisiknya. Dua hal tersebut tampaknya yang ingin disampaikan oleh foto tersebut.


(35)

4.2.6. Analisis Foto 6

Gambar 10

Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 94

\


(36)

Tabel 7.

Identifikasi Kode Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 94 Signified (Petanda) Signifier (Penanda)

Pengambilan gambar Full Shot Sudut pandang Eye Level Angle

Fokus Deep Focus

Pencahayaan High Key

Pewarnaan Warm

a. Analisis Leksia

42. Seorang perempuan yang sedang memasak 43. Ia berdiri sambil mengangkat kaki kanannya

44. Tangan kanannya tampak sedang mengaduk makanan yang sedang dimasak.

45. Perempuan tersebut mengenakan bikini berwarna merah dengan motif garis-garis hitam

46. Mengenakan sepatu stiletto berwarna abu-abu dan pink 47. Wajahnya dirias dandanan tebal

48. Ia tersenyum ke kamera

49. Lokasi pemotretan adalah disebuah dapur yang mewah dan bersih

50. Di dapur terdapat alat pemanggang berukuran besar, panci untuk memasak, lemari penyimpanan berwarna cokelat, keran air,

b. Kode Pembacaan 16. Kode Hermeunetika

Mengapa perempuan tersebut memasak? Mengapa ia berdiri sambil mengangkat kaki kanannya padahal ia mengenakan sepatu berhak tinggi? Mengapa ia mengenakan bikini? Mengapa ia tersenyum riang? Mengapa ia membiarkan rambutnya tergerai? Mengapa wajahnya dirias dandanan tebal?


(37)

17. Kode Proairetik

Kegiatan memasak menandakan pandangan masyarakat yang membebankan perempuan untuk menguasai pekerjaan rumah tangga. Model berdiri dengan hanya bertumpu pada satu kaki. Sambil menekuk bagian pinggulnya, kaki sebelah kanan diangkat setinggi lutut dan kaki sebelah kiri memijak lantai dan menopang seluruh berat tubuhnya. Sungguh pose yang sangat tidak nyaman, apalagi ditambah dengan sepatu hak tinggi berwarna abu abu dipadu dengan merah muda yang dikenakannya. Pasti sangat sulit menjaga keseimbangan ketika berdiri dengan satu kaki sambil mengenakan sepatu berhak tinggi seperti yang dilakukannya.

Posisi tubuh berdiri dengan mengangkat satu kaki sambil mengenakan sepatu berhak tinggi menandakan berat badan yang ideal, karena ia mampu menjaga keseimbangan dengan posisi yang sulit seperti itu. Posisi tersebut juga menambah kesan mempertegas lekuk pada tubuhnya. Perempuan tersebut tersenyum untuk menunjukkan ekspresi kebahagiaan, seolah-olah ia sangat menikmati peraannya sebagai ibu rumah tangga yang gemar memasak. Penggunaan bikini adalah untuk mengekspos tubuhnya yang indah dan ramping. Pemakaian bikini saat memasak di dapur serta penggunaan dandana, aksesoris dan sepatu tinggi menandakan bahwa ia adalah perempuan yang selalu memperhatikan penampilan. Bahkan saat melakukan kegiatan rumah tangga seperti memasak pun ia ingin tetap terlihat menarik. Ia tersenyum untuk menunjukkan bahwa ia sangat menyukai kegiatan yang dilakukannya.

Teknik pengambilan gambar dikategorikan sebagai full shot karena menampilkan keseluruhan tubuh model. Dikategorikan sebagai deep focus karena objek dalam foto tidak hanya difokuskan pada model tetapi juga bagian lain seperti tampilan lokasi pemotretan yaitu dapur yang digambarkan cukup jelas dan dan dapat diamati secara detail. Dapat dilihat dengan jelas peralatan dan bahan memasak yang ada di dapur. Pencahayaan menggunakan high key karena menimbulkan kesan cerah dan ceria, sesuai melengkapi ekspresi riang yang ditampilkannya.

Lokasi pemotretan adalah disebuah dapur yang sangat bersih dan bergaya modern. Kondisi dapur terlalu bersih dan tidak realistis karena seperti tidak


(38)

pernah digunakan. Dapur didominasi oleh warna cokelat yang hangat. Diantara lemari penyimpanan berwarna cokelat tersebut terdapat alat pemanggang atau sering disebut oven berukuran besar berwarna perak. Oven dengan jenis dan ukuran yang seperti itu pastilah harganya mahal, dan pantas berada didapur mewah seperti yang terdapat pada gambar. Di atas lemari penyimpanan bawah, tersusun rapi aneka bahan masakan dan peralatan dapur. Di bagian paling belakang model, terletak menyudut ke dinding, terlihat aneka macam sendok untuk memasak terbuat dari kayu berwarna cokelat. Kemudian ada mangkuk putih besar yang tidak terlihat isinya karena tertutupi oleh tangan kiri model. Lalu di samping mangkuk terdapat dua botol yang berisi minyak dan bahan untuk memasak, dan di samping botol tersebut ada panci masakan berwarna yang diletakkan di atas kompor, panci itulah yang sedang digunakan untuk memasak oleh model.

18. Kode Simbolik

Dapur dan memasak merupakan dua hal yang sering dihubungkan dengan perempuan. Seorang perempuan ideal adalah perempuan yang memilki fisik yang menarik serta menguasai pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Mampu memasak makanan yang enak merupakan nilai tambah bagi seorang perempuan. Selain itu peralatan modern dan dapur yang mewah menunjukkan bahwa ia berasal dari kalangan menengah atas. Mengenakan bikini bermotif garis-garis hitam putih yang memamerkan bentuk tubuhnya yang indah, perempuan tersebut sedang melakukan salah satu pekerjaan rumah tangga yaitu memasak. Ia terlihat sangat bahagia dengan pekerjaan yang dilakukannya. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai begitu saja, hal yang tidak biasa, karena biasanya orang yang sedang memasak akan menggelung rapi rambutnya untuk mencegah helaian rambut jatuh ke makanan yang sedang dimasak. Selain itu, menggunakan aksesoris berupa cincin dengan hiasan mutiara besar ketika beraktivitas di dapur juga dirasa tidak masuk akal, karena pasti akan mengganggu rangkaian kegiatan memasak, misalnya ketika ingin memotong bahan makanan.


(39)

19. Kode Kultural

Hingga saat ini, perempuan digambarkan secara seragam oleh masyarakat, tempat perempuan ada di rumah, tergantung pada pria, diperlihatkan dalam sedikit profesi dan ditampilkan dalam objek seksual. Perempuan banyak digambarkan dalam streotip tradisional; hanya memasak di dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, yang cenderung merendahkan posisi perempuan di hadapan laki-laki. Ini semua menunjukkan bahwa budaya patriarki masih kuat dalam hubungan berumah tangga. Masih ada pembatasan-pembatasan bagi perempuan untuk meletakkan dirinya sejajar dengan laki-laki. Pandangan bahwa seorang istri harus tunduk pada suami, membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan seorang perempuan dan membatasi aktivitasnya.

Posisi perempuan yang sedang memasak di dapur sangat menggambarkan adanya budaya patriarki di masyarakat. Sementara itu, penampilan fisik perempuan tersebut menandakan bahwa ia telah terpengaruh gaya kebarat-baratan. Hal tersebut dapat dilihat dari rambut panjangnya yang diwarnai kecokelatan, pakaian yang sangat terbuka serta penggunaan sepatu stiletto.

20. Kode Semik

Perempuan dalam foto tersebut terlihat sangat menikmati perannya sebagai seorang ibu rumah tangga yang bahagia mengisi waktunya dengan bekerja di dapur. Ia seolah memasak makanan untuk anak dan suami ketika menunggu mereka pulang. Perempuan cenderung menerima saja perlakuan diskriminatif terhadap dirinya, karena menganggap dirinya pantas mendapatkannya. Ketelatenan seorang perempuan dalam menghidangkan santapan yang memanjakan lidah bagi keluarganya, dianggap dapat memberikan kebahagiaan dan kasih sayang bagi rumah tangganya.

Masyarakat yang didominasi oleh laki-laki membedakan peranan antara anak laki-laki dan perempuan. Sejak kecil, anak laki-laki dididik untuk menjadi sosok yang cerdas, kuat, bertanggung jawab dan selalu didukung untuk belajar serta melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk meraih cita-citanya. Sementara itu, anak perempuan sejak kecil dilatih untuk menjadi sosok yang penurut,


(40)

penyabar, betah dirumah dan diajarkan dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga serta aktivitas lain yang erat dengan sifat feminin dalam dirinya.

Pandangan masyarakat selama ini yang menempatkan perempuan sebagai sosok yang bertanggung jawab menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci piring dan sebagainya. Kenyataan tersebut seolah menegaskan bahwa perempuan memang dipersiapkan untuk kehidupan rumah tangga Selain itu pemakaian bikini bermakna bahwa perempuan adalah objek seksual yang dapat dinikmati keindahan tubuhnya.


(41)

4.2.7 Analisis Foto 7

Gambar 11

Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 94


(42)

Tabel 8

Identifikasi Kode Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 94 Signified (Petanda) Signifier (Penanda)

Pengambilan gambar Medium Shot Sudut pandang Eye Level Angle

Fokus Deep Focus

Pencahayaan High Key

Pewarnaan Warm

c. Analisis Leksia

51. Seorang perempuan mengenakan bikini bermotif garis-garis hitam putih. 52. Ia sedang melakukan kegiatan memasak.

53. Ia memasak makanan yang berasal dari barat, yaitu spaghetti. 54. Ia menatap ke kamera sambil tersenyum lebar.

55. Tangan sebelah kanannya memegang sendok masak sambil memamerkan makanan yang dimasaknya.

56. Wajahnya dirias dandanan tebal.

57. Kukunya dipulas cat kuku berwarna merah.

58. Rambutnya yang panjang dan bergelombang dibiarkan tergerai. 59. Lokasi pemotretan adalah disebuah dapur yang mewah dan bersih.

60. Di dapur terdapat bak pencuci piring (wastafel), lemari penyimpanan yang terbuat dari kayu, Mangkuk keramik besar berwarna putih, berbagai jenis sendok untuk memasak, panci masakan berwarna hitam, kompor gas dan alat pemanggang berukuran besar.

d. Kode Pembacaan 21. Kode Hermeneutika

Mengapa perempuan tersebut memasak? Mengapa ia mengenakan bikini? Mengapa ia memasak spaghetti? Mengapa ia tersenyum lebar? Mengapa ia berpose seperti itu? Mengapa ia mengangkat sebelah kakinya? Mengapa wajahnya dirias dengan dandanan tebal? Mengapa rambutnya dibiarkan tergerai? Mengapa ia memamerkan masakannya?


(43)

22. Kode Proairetik

Kegiatan memasak menandakan aktivitas sehari-sehari yang dekat dengan perempuan. Penggunaan bikini dan wajah penuh make up saat memasak di dapur sungguh sangat tidak masuk akal. Didukung dengan penggunaan bikini, perempuan digambarkan tetap terlihat seksi dan menarik walaupun sedang sibuk di dapur. Sepatu yang dikenakan model tidak begitu jelas terlihat karena pengambilan gambar secara medium shot. Senyum lebar menandakan betapa ia mengge,ari kegiatan memasak tersebut.

Makanan yang dimasak oleh model adalah spaghetti yang merupakan makanan kebarat-baratan yang berasal dari luar negeri. Hal ini juga menunjukkan gaya hidup modern yang dimiliki perempuan namun tetap tidak melupakan perannya sebagai ibu rumah tangga. Selain itu, dalam gambar tidak terlihat adanya bumbu-bumbu yang menjadi pelengkap masakan. Sehingga kemungkinan besar masakan yang dimasak olehnya adalah masakan instan yang cepat saji. Kepraktisan, modernitas, dan kebarat-baratan adalah hal yang ingin ditampilkan dalam foto tersebut.

Masih dengan lokasi yang sama dengan foto sebelumnya, model juga sedang berpose seolah sedang memasak. Namun kali ini dengan pose yang lebih bervariasi, Ia berdiri sedikit miring dan menghadap ke kamera. Kaki sebelah kirinya diangkat setinggi lutut dan disandarkan pada kaki sebelah kanan. Pose yang tidak wajar untuk orang yang sedang memasak, karena ketika memasak seharusnya orang menghadap pada masakannya bukan malah menghadap kesamping. Rambut dibiarkan tergerai untuk menimbulkan kesan seksi dan anggun. Ia memamerkan masakannya untuk menunjukkan kebanggannya atas kemampuan memasak yang dimilikinya.

23. Kode Simbolik

Dapur dan memasak yang sangat dekat dengan keseharian perempuan Dapur merupakan lokasi yang selalu dikaitkan dengan perempuan. Hal tersebut menunjukkan pandangan masyarakat yang telah mengakar kuat dari dulu hingga sekarang bahwa pekerjaan mengurus rumah tangga adalah pekerjaan perempuan.


(44)

Spaghetti dan bikini juga menandakan sosok yang kebarat-baratan. Memilki hubungan dengan kedua foto sebelumnya, foto ini juga menunjukkan bahwa dapur merupakan wilayah yang akrab dengan perempuan. Ketiga foto tersebut seolah ingin menghapus stereotip bahwa ibu rumah tangga adalah sosok yang tidak menarik lagi karena sibuk merawat diri sehingga melupakan memperhatikan dirinya sendiri. Namun, penggambaran ibu rumah tangga yang cantik dan menarik ditampilkan secara berlebihan oleh gambar tersebut.

Memasak merupakan sebuah kegiatan dapur yang penuh asap dan bau bumbu masakan. Pada kenyataan sehari-hari di masyarakat, ketika seorang perempuan sedang memasak, maka ia akan terlihat berantakan. Ketika memasak biasanya perempuan memakai pakaian rumah yang bersih dan nyaman dipakai serta dibalut apron. Selain itu, jarang kita temui di dalam kenyataan orang yang sedang memasak dan membiarkan rambutnya tergerai. Hal tersebut sangat menganggu kenyamanan dan kebersihan masakan, karena dikhawatirkan rambut akan jatuh ke dalam makanan yang sedang dimasak.

24. Kode Kultural

Selama bertahun-tahun masyarakat memenjarakan perempuan dalam fungsi melayani keluarga, suami dan anak-anak. Mereka percaya bahwa perempuan diciptakan untuk berperan sebagai ibu dan istri yang memiliki fungsi dalam kehidupan untuk mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anak. Sementara suaminya bekerja mencari nafkah di luar rumah.

Pandangan-pandangan tersebut semakin menjadikan perempuan sebagai orang kelas dua dimasyarakat, subordinat dari laki-laki dan belum mendapatkan hak dan kedudukan yang sama dengan laki-laki. Masih banyak perempuan, belum berani mengambil kesempatan yang tersedia baginya untuk lebih maju dan beraktivitas di luar rumah. Kebudayaan dan tradisi di masyarakat masih kuat mengikat perempuan dan menghalanginya untuk merdeka sebagai manusia. Perbedaan mendidik antara anak laki-laki dengan perempuan oleh orang tua di rumah juga kerap terjadi dimasyarakat. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk meraih cita-cita dan pendidikan setinggi-tingginya dengan dibekali berbagai aktivitas.


(45)

Sementara, anak perempuan terbiasa menempuh pendidikan sekedarnya dan lebih fokus kepada urusan rumah tangga dan mempercantik dirinya. Tidak hanya itu, orang tua juga sering menganggap anak laki-lakinya lebih lebih pintar. Hal tersebut akan mempengaruhi pola pikirnya hingga dewasa dan menumbuhkan rasa superior terhadap perempuan dalam dirinya. Budaya patriarki sangat jelas terlihat dalam foto tersebut, dapat dilihat dari lokasi pemotretan yang menempatkan perempuan yang setiap hari beraktivitas di dapur. Penampilan perempuan tersebut beserta makanan yang dimasaknya menunjukkan adanya pengaruh budaya barat.

25. Kode Semik

Sejak dulu, sudah lama pembagian kerja dalam suatu keluarga menempatkan laki-laki di satu sisi dan perempuan di sisi yang lain. Pembagian kerja yang menempatkan laki-laki dalam sektor publik sedangkan perempuan dalam sektor domestik. Pada perkembangannya hal tersebut berakibat ketimpangan dalam relasi laki-laki dan perempuan. Suami menyerahkan sepenuhnya urusan rumah tangganya pada istri, sehingga seorang istri berperan sebagai koki keluarga, perawat, guru bagi anak-anak bahkan pembantu rumah tangga sementara laki-laki hanya memikirkan masalah ekonomi keluarga. Tentu saja pembagian kerja dalam keluarga seperti ini berakibat ketidakadilan pada perempuan.


(46)

4.2.8 Analisis Foto 8

Gambar 12

Analisis Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 95


(47)

Tabel 9

Identifikasi Kode Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 94 Signified (Petanda) Signifier (Penanda)

Pengambilan gambar Full Shot Sudut pandang Eye Level Angle

Fokus Deep Focus

Pencahayaan High Key

Pewarnaan Warm

c. Analisis Leksia

61. Seorang perempuan memegang penyiram air berwarna merah dan mengarahkan airnya ke atas.

62. Tangannya diletakkan ke atas kepala

63. Ia berpose memajukan kaki kanannya dan meliukkan tubuhnya 64. Wajanya menampilkan senyum menggoda.

65. Make up model sangat natural.

66. Ia mengenakan mengenakan tanktop berwarna biru yang digulung hingga perut dan mengenakan celana dalam dalam bermotif garis-garis hitam putih.

67. Rambut ikalnya yang panjang diikat sebagian, sementara sebagian lainnya dibiarkan tergerai.

68. Ia mengenakan sepatu berwarna hijau dengan hak yang tidak terlalu tinggi. 69. Lokasi pemotretan berada di sebuah taman.

70. Di taman terdapat kolam yang dihiasi oleh bunga-bunga yang indah dan ditepi kolam terdapat ukiran batu yang mewah dan air mancur buatan. 71. Rumput pada taman terlihat rapi, hijau dan terawat.

72. Diantara rumput dan kolam terdapat lantai marmer berwarna putih.

73. Di sudut kanan bawah terdapat tulisan mengenai keterangan foto, yaitu keterangan mengenai wardrobe oleh Swimsuit Nico Nico Intimo dan Lingerie Dinda feb, make up oleh Billy Krisna dan lokasi pemotretan yang berada di Cipete Private Residence.


(48)

d. Kode Pembacaan 26. Kode Hermeneutika

Apa yang sedang dilakukan perempuan itu? Mengapa perempuan tersebut bermain air? Mengapa meletakkan tangannya ke atas kepala? Mengapa ia meliukkan tubuhnya? Mengapa ia mengenakan pakaian dalam di ruangan terbuka? Mengapa ia menampilkan senyum yang menggoda? Mengapa ia berpakaian seperti itu? Mengapa ia menata rambutnya dengan diikat sebagian, sementara sebagian lainnya dibiarkan tergerai?

27. Kode Proairetik

Perempuan dalam gambar sedang menyiram tanaman di rumahnya. Menyiramkan air ke atas untuk memberi kesan sensual dan menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang tahu bagaimana bersenang-senang dalam setiap aktivitas yang dilakukannya. Misalnya bermain air ketika menyiram tanaman. Meletakkan tangan ke atas kepala dan meliukkan tubuh bertujuan untuk semakin menonjolkan bentuk tubuhnya yang indah. Ekspresi menggoda untuk melengkapi keseluruhan tampilannya.

Model mengenakan tanktop berwarna biru yang digulung hingga sebatas perut dan mengenakan celana dalam dalam bermotif garis-garis hitam putih. Sungguh pakaian yang sangat tidak pantas dikenakan diluar ruangan, pakaian tersebut dikenakan untuk memamerkan perutnya yang ramping dan kakinya yang jenjang. Latar dari foto adalah sebuah kolam yang dihiasi oleh bunga-bunga yang indah dan ditepi kolam terdapat ukiran batu yang mewah dan air mancur buatan. Air kolam terlihat sangat jernih dan tenang. Melihat tatanan kolam yang rapi dan mewah, kola mini berada pada rumah kalangan menengah atas. Tatanan rambutnya menimbulkan kesan anggun dan ia adalah sosok yang lemah lembut.

28. Kode Simbolik

Di situ digambarkan kemolekan tubuh seorang perempuan sebagai sosok yang memancing hasrat seksual. Sambil memasang pose menggoda seraya bermain air dan tertawa. Pelecehan terhadap perempuan sangat kuat terlihat, karena kemudian laki-laki yang menatapnya diajak berimajinasi melalui foto ini.


(49)

Mengekspos tubuh yang ditampilkannya pun sengaja pada wilayah-wilayah yang secara langsung mengarah pada konotasi seksual. Dalam foto ini terlihat jelas bahwa perempuan ditampilkan sebagai objek seksual. Taman yang dilengkapi dengan kolam dan bunga-bungaan merupakan simbol keindahan dan kemewahan. Air menjadi sumber kehidupan yang paling penting. Sifat air adalah lembut, namun kekuatan yang dimilikinya luar biasa. Hal itu seolah menggambarkan karakter perempuan yang lemah lembut dan sangat dibutuhkan kehadirannya dalam kehidupan.

Pakaian yang digunakan oleh perempuan adalah untuk menampilkan daya tarik seksualnya di mata laki-laki. Sedangkan laki-laki berpakaian untuk menunjukkan status sosialnya. Perempuan terbiasa berpakaian semenarik mungkin, bahkan sedapat mungkin memamerkan tubuhnya, seperti yang dilakukan oleh perempuan dalam foto. Sedangkan laki-laki biasanya berpakaian rapi dan berkelas untuk memikat perempuan.

29. Kode Kultural

Budaya kapitalisme yang bertujuan untuk mencari keuntungan dalam foto ini terlihat ketika tubuh perempuan dikomodifikasikan sebagai obyek seksual, hal itu terlihat dari bagaimana media mengekspos bagian-bagian tertentu dari tubuh perempuan yang dianggap seksi. Penggambaran perempuan di media massa, terutama dalam majalah pria dewasa semakin lama semakin sarat dengan muatan pornografi didalamnya. Tampaknya komodifikasi perempuan dalam pornografi masih terus bertahan hingga kini. Meski sejumlah argumentasi digunakan untuk menyamarkannya. Mulai dari seni, kebebasan berekspresi. pendidikan seks, hingga hiburan. Namun pada akhirnya media akan tetap bertujuan pada keinginan untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dengaan menjaring pembaca dalam jumlah maksimal.

30. Kode Semik

Nilai erotisme dan seksual tampaknya adalah dua hal utama yang ingin dijual oleh foto ini. Model berpose sangat seksi dan mengundang hasrat seksual bagi laki-laki yang melihat foto tersebut. Media memanfaatkan perempuan dan


(50)

seks sebagai tema pokok untuk mengomersialkan produksi mereka serta sepenuhnya mengabaikan nilai-nilai dan moralitas. Perempuan digambarkan sebagai makhluk yang harus memikat. Untuk itu, ia harus menonjolkan ciri-ciri biologisnya yang mengandug nilai-nilai sensual. Dalam sebuah masyarakat yang didominasi oleh perspektif laki-laki, tubuh perempuan sebagian besar dipandang sebagai objek seksual. Berbagai penggambaran daya tarik seksual pada diri manusia yang disajikan oleh media massa memang banyak mengarah kepada bagaimana para perempuan harus menerima apabila keindahan tubuh mereka dikonsumsi oleh jutaan pandangan mata laki-laki.

4.3 Pembahasan

Majalah sebagai salah satu bentuk media massa dihadapkan pada berbagai persaingan dalam menjaring pembaca sebanyak-banyaknya. Dengan semakin bertambahnya jumlah dan jenis majalah, menjadikan persaingan semakin ketat. Sehingga para pemilik modal memikirkan strategi apa yang dapat dilakukan untuk mendapatkan perhatian masyarakat serta mengeruk keuntungan. Untuk mengahadapi persaingan, majalah memiliki berbagai pilihan strategi. Strategi tersebut dapat dilakukan dalam berbagai cara, misalnya konsisten dalam menyajikan berita hangat yang menarik, informasi yang bermanfaat atau melengkapi majalah dengan berbagai bonus.

Namun sayangnya, beberapa majalah memilih cara-cara yang menjadikan peran utama majalah sebagai media yang mendidik, menghibur dan memberikan informasi mulai melenceng. Demi rating, iklan dan menarik perhatian masyarakat, para pemilik majalah tersebut melakukan segala cara hingga menyuguhkan foto-foto dengan unsur pornografi agar majalah tersebut dapat diterima dengan segera oleh masyarakat dan penjualannya pun meningkat.

Gambar-gambar pornografi biasanya dapat ditemui pada majalah pria dewasa. Dapat diamati, umumnya majalah pria dewasa menampilkan perempuan dalam busana yang minim, sementara konsumennya berjenis kelamin laki-laki. Di dalam pornografi perempuan adalah objek utama.

Perempuan sebagai objek artinya perempuan dijadikan seperti benda atau individu yang harus menerima apa pun yang dilakukan pihak lain. Dengan


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kelapangan waktu, dan kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah

“Objektivikasi Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Edisi Oktober 2011).

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis Ayahanda H. Rustam Effendi, SH dan Ibunda Hj. Jamiah, Amd. Terima kasih untuk setiap doa, didikan, kasih sayang, perhatian dan semua hal yang telah kalian berikan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mama dan papa. Serta kakak dan adik yang ku sayangi (Kak Luki, Kak Dadan, Umbum, Uje), terima kasih atas dukungan dan semangat yang diberikan selama ini.

Tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak akan mungkin skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi atas segala dukungannya yang sangat bermanfaat bagi peneliti 3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi 4. Ibu Yovita Sabarina Sitepus S.Sos M.Si selaku dosen pembimbing

penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk bimbingan, dukungan, saran, kesabaran, perhatian dan masukan yang Ibu berikan dari awal penyusunan hingga akhir penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Terima kasih untuk segala ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa.

6. Pengurus Laboratorium Departemen Ilmu Komunikasi, Kak Farida Hanim dan Kak Puan yang telah membantu.


(2)

7. Kak Maya, Kak Icut, dan seluruh Staf Pegawai FISIP USU, yang telah banyak membantu penulis sepanjang menjadi mahasiswa.

8. Sahabat-sahabat penulis Wina, Dina, Muna, Emma, Dian dan Suci. Terima kasih atas semangat, dukungan dan masukan yang telah kalian berikan. 9. Seluruh teman-teman seperjuangan di Ilmu Komunikasi Stambuk 2008.

Akhir kata, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan penelitian-penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan ilmu komunikasi pada khususnya.

Medan, Juli 2012

Sabilla Tri Ananda


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Konteks Masalah ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1. Paradigma Penelitian ... …. 7

2.2 Kajian Pustaka ... 8

2.2.1 Semiotika ... 8

2.2.2 Semiotika Roland Barthes ... 13

2.2.3 Feminisme Eksistensialis ... 20

2.2.4 Foto ... 25

2.2.5 Objektivikasi Perempuan Dalam Media Massa ... 27

2.2.6 Pornografi ... 29

2.2.7 Majalah ... 32

2.3 Model Teoritik ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

3.1 Metode Penelitian ... 35

3.2 Objek Penelitian ... 35

3.3 Kerangka Analisis ... 36

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.5 Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 4.2 Analisis Data ... 42

4.3.1 Analisis Foto 1 ... 42

4.3.2 Analisis Foto 2 ... 48

4.3.3 Analisis Foto 3 ... 53

4.3.4 Analisis Foto 4 ... 59

4.3.5 Analisis Foto 5 ... 64

4.3.6 Analisis Foto 6 ... 69

4.3.7 Analisis Foto 7 ... 75

4.3.8 Analisis Foto 8 ... . 80

4.3 Pembahasan ... 85


(4)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 94

5.1 Simpulan ... 94

5.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

Halaman

1. Teknik Dalam Pengambilan Gambar ... 25

2. Identifikasi Kode Foto 1 ... 43

3. Identifikasi Kode Foto 2 ... 49

4. Identifikasi Kode Foto 3 ... 54

5. Identifikasi Kode Foto 4 ... 60

6. Identifikasi Kode Foto 5 ... 65

7. Identifikasi Kode Foto 6 ... 70

8. Identifikasi Kode Foto 7 ... 76

9. Identifikasi Kode Foto 8 ... 81


(6)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kategori Tipe Tanda dari Pierce ... 10

2. Elemen-Elemen Makna dari Saussure ... 12

3. Peta Tanda Roland Barthes... 14

4. Bagan Model Teoretik ... . 34

5. Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 88-89 ... 42

6. Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 90 ... 48

7. Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 91 ... 53

8. Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 92 ... 59

9. Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 93 ... 64

10. Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 94 ... 69

11. Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 94 ... 75


Dokumen yang terkait

Representasi Citra Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto Iklan Fashion pada Rubrik Fashion Spread di Majalah Gogirl! Edisi Januari-Desember 2012)

0 11 125

Objektivikasi Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Edisi Oktober 2011)

1 3 8

Objektivikasi Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Edisi Oktober 2011)

0 0 1

Objektivikasi Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Edisi Oktober 2011)

0 0 6

Objektivikasi Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Edisi Oktober 2011)

0 0 28

Objektivikasi Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Edisi Oktober 2011)

0 0 2

Objektivikasi Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Edisi Oktober 2011)

0 0 1

Representasi Citra Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto Iklan Fashion pada Rubrik Fashion Spread di Majalah Gogirl Edisi Januari-Desember 2012)

0 0 12

Representasi Citra Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto Iklan Fashion pada Rubrik Fashion Spread di Majalah Gogirl Edisi Januari-Desember 2012)

0 0 1

Representasi Citra Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto Iklan Fashion pada Rubrik Fashion Spread di Majalah Gogirl Edisi Januari-Desember 2012)

0 1 6