Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Anak merupakan salah satu lapisan masyarakat yang merupakan suatu bagian dari generasi muda sebagai penerus cita-cita bangsa dan sumber daya manusia yang memiliki
peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, serta memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dari segala kemungkinan yang akan
membahayakan mereka.
1
Gangguan depresif pada anak dan remaja sering terjadi namun sering kali tidak terdeteksi.
2
Dahulu adanya gangguan depresif pada anak diragukan oleh karena anggapan bahwa superego anak yang immatur tidak memungkinkan berkembangnya gangguan
depresif. Namun hasil dari pertemuan Union of European Pedopsychiatrists menyimpulkan bahwa gangguan depresif pada anak memiliki proporsi yang bermakna
dari gangguan mental pada anak dan remaja.
3
Menurut Ryan pada tahun 2004, gangguan mood sangat umum dijumpai pada anak yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak. Gangguan mood tersebut
ditemukan 1 dari 12 anak dan 8 mengalami gangguan depresif. Secara kontras banyak studi menemukan prevalensi angka yang lebih tinggi antara 17-78. Pada suatu studi
Cook Counly, Illinois melaporkan prevalensi episode depresi mayor untuk laki-laki 13 dan untuk perempuan 21,6, gangguan distimik untuk laki-laki 15,8 dan untuk
perempuan 12,2.
4
Otto dan kawan-kawan mengumpulkan 11 penelitian mengenai gangguan mood pada anak laki-laki yang berada di Lembaga Pemasyarakatan dan ditemukan variasi yang
signifikan pada angka prevalensi. Contohnya self report, penelusuran data pada rekam medik dengan cara retrospektif dan dengan menggunakan wawancara klinis. Dari
penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa yang menggunakan rekam medis melaporkan adanya gangguan mood 22 dan yang menggunakan wawancara klinis melaporkan 32-
78.
4
Domalanta dan kawan-kawan melakukan penelitian mengenai depresi pada 1.024 anak yang berada di Lembaga Pemasyarakatan, usia 11-18 tahun dengan menggunakan
kuisioner yang diisi sendiri termasuk Beck depression Inventory, dan menemukan 25 menderita depresi sedang, 22 menderita depresi berat. Mc Manus dan asistennya
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
meneliti 71 remaja 40 laki-laki dan 31 wanita, menemukan gangguan mood sebanyak 15.
4
Studi prevalensi di Canada oleh Ulzen dan Hamilton tahun 1998 mengenai prevalensi gangguan mental pada pusat penahanan anak dan remaja menunjukkan hasil
30,4 memenuhi kriteria gangguan depresi. Teplin dan kawan-kawan di Amerika pada tahun 2000 melaporkan 13 anak laki-laki dan 21,6 anak perempuan yang berada di
Lembaga Pemasyarakatan memenuhi kriteria episode depresi.
5
Tindakan terhadap anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-
undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku pada masyarakat yang bersangkutan dapat berupa penangkapan, penahanan dan pengurungan.
6
Bentuk suatu hukuman terhadap anak dapat berupa hukuman kurungan badan. Lembaga Pemasyarakatan Lapas lebih di kenal dengan istilah penjara. Istilah tersebut
sudah sangat menimbulkan perasaan takut dan perasaan tidak menyenangkan, karena anggapan buruk yang selalu ada di dalamnya, seperti pemukulan, penyiksaan, pelecehan
seksual, kesehatan yang buruk dan fasilitas yang sangat minim. Penjara tidak hanya sebuah hal yang menakutkan untuk tinggal di dalamnya tetapi juga sebuah stigma yang
akan tetap melekat pada seseorang apabila dirinya telah keluar dari penjara sebagaimana sering dilakukan masyarakat.
7
Semua tekanan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan menjadi penyebab utama sakitnya narapidana Lembaga Pemasyarakatan tersebut. Penyebab sakitnya anak-anak
tersebut dapat disebabkan oleh dua hal yaitu fisik dan psikis. Secara fisik, anak-anak sering mengeluh sakit kepala, sesak nafas sehingga makan menjadi tidak enak dan dapat
mendatangkan stres. Secara psikis anak-anak jadi sering melamun, marah-marah tidak menentu dan tidak mengetahui apa masalahnya. Hal ini bisa menjadi gangguan depresi
dan apabila tidak tertahankan dapat menyerang orang lain ataupun menyebabkan bunuh diri.
5
Di dalam Lebaga Pemasyarakatan Anak, ketika anak ditahan dan masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan tersebut maka hidup anak akan terkekang, kemerdekaan akan
dibatasi, jauh dari orang tua, keluarga dan orang-orang yang dikenalnya serta memasuki dunia baru yang tertutup. Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan pada saat ini sangat
padat dengan penghuni over capacity. Kapasitas Lapas yang berjumlah 350 anak kini
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
dihuni oleh 850 anak. Seorang anak yang seharusnya berada dekat dengan orang tua, setiap hari harus hidup mandiri, berjuang untuk kehidupan sehari-hari misalnya
mengambil jatah makan dan minum, berjuang untuk dapat mandi karena air kurang, berjuang untuk memperoleh posisi tidur karena padat, bahkan saat seorang anak sakit
harus mengurus dirinya sendiri karena anak hanya mendapatkan pengobatan dari tenaga medis yang terdiri dari 1 orang dokter dan 2 orang perawat yang bekerja dibagi atas tiga
shift 1 orang perawat pada pagi hari, 1 orang dokter pada sore hari, 1 orang perawat pada malam hari. Setiap harinya anak berada dalam kamar tahanan sel dan diperbolehkan
keluar kamar selama 7 jam per 24 jam 08.00-13.00 wib dan 16.00-18.00. Anak juga harus bersabar menunggu kunjungan orang tua yang biasanya berkunjung 1 sampai 2 kali
sebulan, bahkan tidak jarang anak-anak tersebut dikunjungi sekali 2 bulan. Penelitian terhadap sindrom depresif pada narapidana belum pernah dilakukan di
Lapas Anak lainnya, disamping itu pemidanaan sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak. Dari uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian ini
dengan harapan memperoleh data apakah terdapat sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dan apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan
tindak pidana, lamanya hukuman, kelompok umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, sosial ekonomi orang tua, status perkawinan orang tua serta data yang diperoleh dapat
digunakan untuk mengambil kebijakan-kebijakan dan program yang dianggap perlu bagi Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia dan khususnya untuk Lapas Anak Medan.
I.2. Rumusan Masalah :