Mekanisme Pemutihan Gigi Diskolorisasi Ekstrakoronal Dari Bahan Pemutih Golongan Peroksida

(1)

MEKANISME PEMUTIHAN GIGI DISKOLORISASI

EKSTRAKORONAL DARI BAHAN PEMUTIH GOLONGAN

PEROKSIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

NUR FAHIMAH JOHARI NIM : 070600142

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

(A) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

(B) DEPARTEMEN ILMU

MATERIAL DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI

(C) TAHUN 2010

(D) NUR FAHIMAH JOHARI

(E) MEKANISME PEMUTIHAN GIGI DISKOLORISASI EKSTRAKORONAL DARI BAHAN PEMUTIH GOLONGAN PEROKSIDA

(F) viii + 31 halaman

(G) Email merupakan jaringan terluar yang menutupi anatomis mahkota gigi dan dapat

mengalami perubahan warna akibat stain pada permukaan luar gigi. Pemutihan gigi atau bleaching adalah upaya untuk mendapatkan warna gigi geligi yang lebih cerah akibat terjadinya perubahan warna pada gigi disebabkan oleh faktor ekstrinsik dan intrinsik.

Perawatan ini dapat dilakukan secara intrakoronal atau ekstrakoronal tergantung dari penyebab dan lokasi penyebab perubahan warna gigi dengan mekanisme pemutihan yang berbeda. Bahan yang paling umum dipakai untuk pemutihan gigi ekstrakoronal adalah hidrogen peroksida dan karbamid peroksida. Bahan ini terdapat dalam bentuk cair, pasta, gel dan larutan siap pakai dalam bentuk syringe.


(3)

Bahan pemutih yang digunakan berperan sebagai oksidator atau reduktor dengan reaksinya adalah reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi yang terjadi selama perawatan akan menghasilkan radikal bebas yang akan bereaksi dengan molekul zat warna. Radikal bebas akan memutuskan ikatan ganda molekul zat warna menjadi ikatan yang lebih sederhana dan memberikan perubahan warna gigi yang lebih terang.


(4)

MEKANISME PEMUTIHAN GIGI DISKOLORISASI

EKSTRAKORONAL DARI BAHAN PEMUTIH GOLONGAN

PEROKSIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

NUR FAHIMAH JOHARI NIM : 070600142

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 21 Desember 2010

Pembimbing : Tanda tangan

Sumadhi S, drg., Ph.D ... NIP : 130 353 131


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 21 Desember 2010

TIM PENGUJI

KETUA : 1. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. Sumadhi S., drg., PhD.

2. Rusfian, drg., M.Kes


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dengan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada dosen pembimbing skripsi yaitu Sumadhi, drg., PhD. yang telah banyak meluangkan waktu dan kesabarannya dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda dan Ibunda tercinta Datuk Johari Bin Abdul dan Datin Noraini Binti Mohd yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan semangat tanpa batas. Secara khusus penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., Sp. Ort. selaku dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas sumatera Utara.

2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi FKG Universitas Sumatera Utara dan seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Material dan Teknologi FKG, Rusfian, drg., M.Kes, Astrid Yudhit, drg., M.Si , Kholidina Imanda Harahap, drg. dan Ika Devi Adiana, drg. yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama menjalani pendidikan dan juga memberikan petunjuk serta bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Nevi Yanti, drg., M.Kes selaku penasehat akademik yang telah banyak membimbing.


(8)

3. Saudara-saudaraku tercinta Mohd Iqbal, Mohd Firdaus, Nurul Huda, Suraya, Mohd Taufiq, Mohd Ibrahim, dan Mohd Yusuf.

4. Teman-temanku yang telah banyak memberi semangat dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 21 Desember 2010 Penulis

(...) Nur Fahimah Johari


(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... viii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

BAB 2 EMAIL GIGI SEBAGAI OBJEK PEMUTIHAN 2.1 Definisi... 3

2.2 Komposisi... 5

2.3 Sifat-sifat email... 6

2.4 Warna email... 7

2.4.1 Etiologi diskolorisasi gigi... 8

2.4.1.1 Perubahan warna intrinsik... 8

2.4.1.2 Perubahan warna ekstrinsik... 9

BAB 3 BAHAN PEMUTIH GIGI DAN JENISNYA 3.1 Jenis pemutih gigi... 10

3.1.1 Golongan peroksida... 10

3.1.1.1 Hidrogen peroksida... 10

3.1.1.2 Karbamid peroksida... 12

3.1.2 Golongan borat... 14


(10)

BAB 4 TEKNIK PEMUTIHAN GIGI

4.1 Definisi... 15

4.2 Teknik pemutihan gigi... 15

4.2.1 Teknik intrakoronal... 15

4.2.2 Teknik ekstrakoronal... 17

BAB 5 MEKANISME PEMUTIHAN GIGI 5.1 Mekanisme pemutihan gigi dengan bahan golongan peroksida... 21

5.1.1 Mekanisme dari hidrogen peroksida... 23

5.1.2 Mekanisme dari karbamid peroksida... 25

5.2 Keuntungan penggunaan bahan pemutih gigi peroksida... 25

5.3 Kerugian penggunaan bahan pemutih gigi peroksida... 26

5.4 Prognosis penggunaan bahan pemutih gigi peroksida... 28

BAB 6 KESIMPULAN... 29


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambaran histologi pembentukan email... 4

2. Struktur kristal email... 4

3. Struktur email... 5

4. Interaksi cahaya pada email dan dentin... 8

5. Superoxol... 11

6. Produk pemutihan gigi teknik OTC... 13

7. Natrium perborat... 14

8. Teknik intrakoronal dengan karbamid peroksida... 17

9. Bleaching Tray... 18

10. Pembentukan pelikel... 21

11. Reaksi redoks hidrogen peroksida... 22


(12)

(A) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

(B) DEPARTEMEN ILMU

MATERIAL DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI

(C) TAHUN 2010

(D) NUR FAHIMAH JOHARI

(E) MEKANISME PEMUTIHAN GIGI DISKOLORISASI EKSTRAKORONAL DARI BAHAN PEMUTIH GOLONGAN PEROKSIDA

(F) viii + 31 halaman

(G) Email merupakan jaringan terluar yang menutupi anatomis mahkota gigi dan dapat

mengalami perubahan warna akibat stain pada permukaan luar gigi. Pemutihan gigi atau bleaching adalah upaya untuk mendapatkan warna gigi geligi yang lebih cerah akibat terjadinya perubahan warna pada gigi disebabkan oleh faktor ekstrinsik dan intrinsik.

Perawatan ini dapat dilakukan secara intrakoronal atau ekstrakoronal tergantung dari penyebab dan lokasi penyebab perubahan warna gigi dengan mekanisme pemutihan yang berbeda. Bahan yang paling umum dipakai untuk pemutihan gigi ekstrakoronal adalah hidrogen peroksida dan karbamid peroksida. Bahan ini terdapat dalam bentuk cair, pasta, gel dan larutan siap pakai dalam bentuk syringe.


(13)

Bahan pemutih yang digunakan berperan sebagai oksidator atau reduktor dengan reaksinya adalah reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi yang terjadi selama perawatan akan menghasilkan radikal bebas yang akan bereaksi dengan molekul zat warna. Radikal bebas akan memutuskan ikatan ganda molekul zat warna menjadi ikatan yang lebih sederhana dan memberikan perubahan warna gigi yang lebih terang.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

Estetika sudah menjadi kebutuhan utama pada kebanyakan orang untuk tampil lebih muda dan menarik. Dahulu mereka menganggap dokter gigi hanya mampu mencegah dan merawat masalah gigi saja. Akan tetapi, saat ini dokter gigi sudah dipandang sebagai profesi yang dapat membantu memenuhi keinginan mereka dalam memperbaiki penampilan. Hal ini dikenal dengan “esthetic dentistry” yang salah satu perawatannya adalah pemutihan gigi.1

Pemutihan warna gigi dengan mempergunakan aplikasi bahan kimia untuk mengoksidasikan pigmentasi organik gigi dikenal sebagai bleaching. Pemutihan gigi menjadi pilihan karena caranya yang relatif sederhana, murah, konservatif dan dapat mengurangi serta menghilangkan diskolorisasi atau pewarnaan pada gigi vital maupun non-vital. Pemutihan gigi dapat dilakukan secara intrakoronal dan ekstrakoronal dimana teknik tersebut digunakan tergantung pada keadaan gigi dan penyebab perubahan warna gigi yang disebabkan oleh faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik.1,2

Pada saat ini telah banyak beredar bahan pemutih gigi dan kebanyakannya mengandung peroksida yaitu hidrogen peroksida dan karbamid peroksida. Bahan ini banyak tersedia dalam bentuk gel untuk memudahkan dokter gigi mengaplikasikannya di praktek ataupun pasien di rumah. Lamanya bahan berkontak dengan permukaan gigi dengan teknik in office adalah beberapa menit hingga beberapa jam tergantung pada formulasi bahan yang digunakan. Dengan teknik home bleaching, bahan pemutih digunakan selama beberapa minggu hingga beberapa bulan.2


(15)

Hidrogen peroksida, H2O2, mempunyai kemampuan menembus email dan dentin yang terkena diskolorisasi. Penembusan ini terjadi karena berat molekul hidrogen peroksida yang rendah dan mempunyai kemampuan denaturasi protein sehingga dapat meningkatkan gerakan ion-ion melalui gigi. Selain itu hidrogen peroksida merupakan bahan oksidasi dan reduksi berkekuatan tinggi. Hidrogen peroksida melalui radikal bebas reaktif yang dihasilkannya dapat menghancurkan ikatan konjugasi pada molekul-molekul zat warna pada stain sehingga molekul tersebut menjadi lebih sedikit berpigmen dan menyebabkan efek pemutihan.3

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai mekanisme pemutihan gigi diskolorisasi ekstrakoronal yang terjadi selama pemakaian bahan pemutih gigi dengan bahan dasar peroksida. Dalam skripsi ini akan dibahas mengenai mekanisme pemutihan gigi dengan bahan golongan peroksida pada email gigi vital.


(16)

BAB 2

EMAIL GIGI SEBAGAI OBJEK PEMUTIHAN

Gigi terdiri dari mahkota gigi, leher gigi dan akar gigi. Secara klinis mahkota gigi merupakan bagian gigi yang menonjol di atas gingiva. Dilihat dari potongan melintang, mahkota gigi terdiri atas tiga lapisan yaitu lapisan email, dentin dan pulpa. Diskolorisasi ekstrinsik dapat terjadi pada lapisan luar dari mahkota gigi yaitu di permukaan email dan diskolorisasi intrinsik dapat terjadi di dalam substansi gigi yaitu pada lapisan dalam email dan dentin.4

2.1 Definisi

Email adalah jaringan terkeras dari gigi dan merupakan sistem biologis kompleks yang dibentuk oleh sel-sel ameloblast. Histologi pembentukan email dapat dilihat pada gambar 1. Email gigi berguna untuk memotong makanan menjadi partikel yang kecil agar dapat dicernakan secara efektif oleh enzim pencernaan. Ketebalan dan kepadatannya mempengaruhi permukaan mahkota gigi. Hal ini membentuk lapisan pelindung dengan ketebalan yang berbeda (1,0-2,5 mm) pada setiap area gigi. Lapisan email yang paling tebal terdapat pada permukaan insisal dan oklusal gigi dan semakin menipis hingga ke pertemuan cementoenamel junction. Kepadatan email adalah sekitar 2,9 g/cm3. Email mengandung hidroksiapatit yang memberikan kekerasan pada gigi, sehingga gigi dapat bertahan lebih lama apabila dijaga dengan baik. Kekerasan email juga semakin berkurang apabila mendekati ke arah dentin. Hal ini disebabkan komponen anorganik pada dentin dan sementum lebih rendah dari email.4


(17)

Gambar 1: Gambaran histologi pembentukan email6

Struktur prismatik email yang terbentuk dari ameloblast mengandung jutaan prisma email atau rod yang memanjang dari arah perbatasan email dan dentin ke permukaan email, serta satu dengan yang lainnya saling mengikat. Arah prisma ke permukaan tidak lurus melainkan bergelombang untuk mempertinggi ketahanan terhadap gaya yang datang. Di bagian kepala prisma terdapat selubung prisma atau dikenal prisma

sheath yang didalamnya terdapat kristal hidroksiapatit seperti terlihat pada gambar 2. Di

antara kristal terdapat celah yang terisi oleh air dan komponen organik.5,6 Struktur email dapat dilihat pada gambar 3.5


(18)

Gambar 3: Struktur email 5

2.2 Komposisi

Email gigi adalah jaringan yang paling termineralisasi dan merupakan struktur kristalin yang terdiri dari komponen anorganik 93-95%, komponen organik 1% dan air sekitar 4% yang diukur dari beratnya. Secara mikroskopis, sebagian besar struktur email tersusun oleh kristalit anorganik yaitu kristal hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) dengan pola orientasi yang khas. Komposisi ini membuat sifat email gigi mirip seperti keramik. Secara rinci Carlstom (1964) menyusun komposisi mineral anorganik dalam jumlah terbesar yaitu Ca, PO4, CO2, Na, Mg, Cl dan K sedangkan dalam jumlah kecil yaitu F, Fe,


(19)

Mn, Ag, Zn. Ion kalsium dan fosfat merupakan komponen anorganik yang penting dalam kristal hidroksiapatit.5,6

Garam-garam mineral organik tersusun dalam bentuk jaringan-jaringan kecil yaitu terdiri dari 5,6 :

- keratin (pseudokeratin) : C4H9N3O2

- protein : enamelins, amelogenins dan albumin.

- Kolagen : Hydroxyproline,

- lemak : CH3(CH2)2CO2H

- asam-asam amino lainnya. : Aspartic acid, Threonine, Serine, Glutamic acid,

Proline, Glycine, Alanine, Valine, Methionine, Isoleucine, Leucine, Tyrosine, Phenylalanine, Lysine, Histidine, Arginine

2.3 Sifat-sifat email

Email gigi adalah jaringan paling stabil dalam tubuh manusia. Jaringan ini tidak mengandung persyarafan, sehingga bila terjadi kerusakan yang terbatas hanya pada email, tidak akan terasa sakit. Bahan kimia dan faktor lingkungan lainnya dapat merubah struktur email. Faktor yang berpengaruh pada kerusakan email salah satunya adalah keasaman makanan dan minuman yang akan menyebabkan keausan email yang disebut erosi gigi. Akan tetapi, email tidak mempunyai kemampuan untuk menggantikan bagian-bagiannya yang rusak. Email merupakan suatu unsur bradytrophes yaitu jaringan yang paling sedikit sekali mendapat makanan. Dalam penyelidikan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektron, juga tidak dijumpai adanya saluran makanan pada email.4


(20)

Secara mikroskopis struktur email terlihat berpori, karena itu email mampu dilewati oleh ion dan molekul tertentu misalnya zat warna dari makanan atau minuman. Ion-ion saliva dapat berdifusi masuk kedalam email sehingga semakin bertambah umur pasien, maka semakin keras emailnya.4,6

Sifat fisik email yang berupa kekerasan dan ketahanan kimia sangat berbeda dari dentin, tulang dan sementum. Walaupun empat jaringan ini termineralisasi dengan hidroksiapatit, akan tetapi terdapat dua perbedaan penting antara email dan jaringan lain. Pertama, tulang, dentin dan sementum terdiri dari 20% kolagen sedang email hanya 0.6%. Kedua, kristal apatit di email adalah kira-kira sepuluh kali lebih besar dan lebih tebal daripada yang dikalsifikasi kolagen sehingga volume kristal di email setidaknya 1000 kali lebih besar. Meskipun email merupakan struktur yang sangat keras dan padat, namun email dapat larut ketika berkontak dengan asam, sehingga larutnya sebagian atau keseluruhan mineral email akan menurunkan kekerasannya.6,7

2.4 Warna email

Warna gigi setiap orang sangat bervariasi tergantung pada translusensi, ketebalan email, warna dentin dibawahnya dan pulpa. Warna gigi yang normal bagi gigi sulung adalah putih kebiruan dan warna gigi permanen putih kekuningan. Bertambahnya umur seseorang secara fisiologis, maka emailnya juga akan menjadi lebih tipis karena abrasi atau erosi dan dentin menjadi lebih tebal karena deposisi dentin sekunder. Namun karena berbagai faktor baik ekstrinsik maupun intrinsik, gigi dapat mengalami perubahan warna akibat penumpukan stain atau pigmen yang sering disebut juga diskolorisasi gigi. Keparahan diskolorisasi yang terjadi tergantung jumlah pigmen yang menimbun di gigi.8


(21)

Semakin banyak pigmen di gigi yang mengabsorpsi cahaya maka warna gigi akan menjadi semakin gelap. Semakin sedikit jumlah pigmen maka semakin sedikit cahaya diabsorpsi dan semakin banyak cahaya yang direfleksikan menjadikan warna gigi tampak semakin terang. Interaksi cahaya dapat dilihat seperti pada gambar 4. Adanya diskolorisasi menimbulkan upaya untuk memutihkan gigi dengan perawatan bleaching.8

Gambar 4 : Interaksi cahaya pada email dan dentin.23

Cahaya yang mengenai email sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh pigmen warna yang terdapat di gigi.

2.4.1 Etiologi diskolorisasi gigi 2.4.1.1 Perubahan warna intrinsik

Diskolorisasi intrinsik terjadi akibat faktor dari dalam gigi yang umumnya terdapat pada email dan dentin. Gigi dapat mengalami perubahan warna atau diskolorisasi sebelum masa erupsi yaitu pada saat pembentukan gigi karena terpaparnya struktur gigi dengan penyebab diskolorisasi. Diantara penyebab diskolorisasi ialah obat-obatan yang


(22)

Penggunaan obat tetrasiklin pada ibu hamil selama bulan-bulan terakhir kehamilan akan menyebabkan diskolorisasi gigi sulung anaknya. Ini karena tetrasiklin akan berikatan dengan jaringan gigi yang sedang mengalami proses mineralisasi dan membentuk kompleks tetrasiklin kalsium ortofosfat.9

Penyebab kedua adalah trauma yang terjadi selama pertumbuhan gigi, perubahan pada pulpa, nekrosis pulpa dan penyebab lain pada gigi nonvital, misalnya trauma selama ekstirpasi pulpa, material restorasi gigi, dan material perawatan saluran akar. Perubahan warna yang disebabkan oleh penumpukan produk nekrosis di dalam tubulus dentin dapat diputihkan secara bleaching internal dan dapat memberikan hasil yang baik.9

2.4.1.2 Perubahan warna ekstrinsik

Perubahan warna atau diskolorisasi ekstrinsik terjadi pada permukaan luar gigi. Perubahan warna ekstrinsik umumnya terjadi karena penggunaan bahan-bahan yang biasa kita konsumsi sehari-hari. Misalnya akibat dari penggunaan rokok atau tembakau, minuman dan makanan yang berwarna seperti kopi dan minuman berkarbonasi sehingga membentuk stain pada bagian email. Warna stain yang terlihat pada gigi berasal dari komponen polyphenol, yang memberikan warna pada makanan. Ditambah lagi dengan

oral hygiene yang buruk sehingga menyebabkan pembentukan plak dan kalkulus juga

dapat mempengaruhi warna gigi. Perubahan warna ekstrinsik relatif lebih mudah ditanggulangi dengan membersihkan stain pada emailnya dibandingkan dengan perubahan warna intrinsik. Stain dari nikotin lebih banyak ditemukan pada bagian lingual di rahang bawah dan bagian palatal di rahang atas. Perubahan warna ini dapat diputihkan secara bleaching eksternal dan dapat memberikan hasil yang baik.8,9


(23)

BAB 3

BAHAN PEMUTIH GIGI DAN JENISNYA

3.1 Jenis pemutih gigi

Bahan pemutih gigi yang sering digunakan adalah hidrogen peroksida, natrium perborat dan karbamid peroksida. Akan tetapi kebanyakan bahan pemutih gigi menggunakan peroksida. Penggunaan bahan campuran hidrogen peroksida dengan natrium perborat lebih efektif efek pemutihannya. Penggunaan bahan dengan konsentrasi tinggi akan mempercepat proses pemutihan namun perlu berhati-hati sewaktu digunakan karena kemungkinan dapat menyebabkan efek buruk pada jaringan lunak. Bahan pemutih gigi dapat berperan sebagai oksidator atau reduktor, kebanyakan bahan yang tersedia adalah sebagai oksidator.10

3.1.1 Golongan peroksida 3.1.1.1Hidrogen peroksida

Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan oksidator yang sangat kuat dan yang paling sering digunakan sebagai bahan pemutih. Nama lain hidrogen peroksida adalah dihidrogen dioksida, hidrogen dioksida, oksidol dan peroksida. Hidrogen peroksida mempunyai pH 4,5, tidak berwarna, tidak berbau dan lebih kental dari air. Hidrogen peroksida relatif tidak stabil dan sangat cepat terurai menjadi air dan oksigen. Oksigen murni yang dilepaskan tersebut sangat reaktif dan dapat berperan pada proses pemutihan gigi. Hidrogen peroksida terurai menjadi air dan oksigen dengan reaksi berikut 11,12 :


(24)

Hidrogen peroksida dalam berbagai konsentrasi merupakan bahan utama yang digunakan pada proses pemutihan. Bahan pemutih tersedia dalam berbagai bentuk tergantung keluaran suatu produk. Ada yang berbentuk cair, pasta, gel, larutan siap pakai dalam bentuk syringe dan terdapat juga bahan yang dipasarkan dalam bentuk kombinasi

powder-liquid yang harus dicampur untuk mengaktivasikan bahan itu. Hidrogen

peroksida dengan konsentrasi 30%-35% paling umum di pakai di kedokteran gigi dan sebagai contohnya larutan superoxol dan perhidrol yang digunakan pada teknik in-office untuk gigi vital dan walking bleach untuk gigi non vital. Bahan pemutih ini dapat dilihat pada gambar 5. Hidrogen peroksida dengan konsentrasi 10%-15% sering digunakan juga pada teknik home-bleaching dan beberapa produk OTC menggunakan hidrogen peroksida 6% yang rata-rata tersedia dalam bentuk pasta.10,11

Gambar 5: Superoxol 10

Bahan ini mengandung 35% hidrogen peroksida dan

digunakan pada teknik pemutihan in-office dan walking bleach.

Pada konsentrasi tinggi bahan pemutih gigi dapat bersifat bakteriostatik dan pada konsentrasi sangat tinggi dapat bersifat mutagenik yang memungkinkan kerusakan pada ikatan DNA. Bagaimanapun tubuh memiliki mekanisme untuk


(25)

perbaikan secara langsung terhadap kerusakan, sedangkan kemampuan hidrogen peroksida untuk menimbulkan efek karsinogenik lebih disebabkan karena derivat peroksida dan mekanisme lain untuk meregulasi hidrogen peroksida.13

Hidrogen peroksida sifatnya tidak stabil, cepat melepaskan oksigen dan dapat meledak pada suhu yang tinggi. Hal ini menyebabkan bahan dapat rusak dan terurai oleh cahaya sehingga diperlukan perawatan yang baik dengan menyimpannya di tempat yang sejuk dan kedap cahaya. Selain itu, bahan ini juga merupakan bahan kaustik sehingga harus hati-hati terhadap jaringan yang berkontak. Menurut ADA (American Dental

Association), konsentrasi maksimal hidrogen peroksida sebagai batas penggunaan yang

aman dan efektif oleh pasien sendiri di rumah adalah 10%. Produk turunan hidrogen peroksida yang saat ini banyak dipasarkan adalah karbamid peroksida. Secara keseluruhan bahan pemutih hidrogen peroksida aman digunakan apabila dipakai dalam batas konsentrasi yang rendah dan tidak terlalu lama untuk penggunaan bahan yang berkonsentrasi tinggi dalam interval waktu perawatan tertentu.10,14

3.1.1.2Karbamid peroksida

Haywood dan Heymann pada tahun 1989 telah memperkenalkan karbamid peroksida sebagai bahan pemutih dalam proses pemutihan gigi vital. Karbamid peroksida dikenal juga sebagai urea hidrogen peroksida, urea peroksida, karbamid urea, perhydrol

urea dan perhydelure dengan rumus kimiawi CO(NH2)2.H2O2. Karbamid peroksida tidak berbau, tidak toksik dan merupakan kombinasi antara 7% urea dan 3% hidrogen peroksida. Karbamid peroksida adalah turunan dari hidrogen peroksida yang merupakan kombinasi hidrogen peroksida dengan zat pembawa karbamid seperti urea, karbopol


(26)

berupa gel (Silika 11,2% w/w hidrogen peroksida) dan air. Tambahan inilah yang menjadikan bahan pemutih gigi ini berbentuk gel. Karbamid peroksida dapat terurai menjadi urea dan hidrogen peroksida secara spontan dengan reaksi sebagai berikut: 11,13

H2NCONH2 . H2O2  H2NCONH2 + H2O2

Bahan pemutih karbamid peroksida dapat diperoleh dalam berbagai konsentrasi antara 3% -15%. Pada produk pemutihan gigi untuk teknik home-bleaching, karbamid peroksida yang digunakan hanya 10%-15% dan sisanya adalah sodium stannate, gliserin serta penambah rasa seperti perasa mint. Di antara merek dagang yang populer dengan campuran ini adalah Opalescence, Ultradent dan Nite White. Untuk produk pemutih gigi OTC umumnya mengandung karbamid peroksida sebesar 3% misalnya seperti merek

Rembrandt, Britesmile, Whitestrips dan Dental White seperti pada gambar 6. Untuk

produk karbamid peroksida dengan konsentrasi lebih dari 10%, ADA tidak menganjurkan untuk digunakan di luar praktek dokter gigi berdasarkan faktor efektifitas dan keamanan.12,13

Gambar 6 : Produk pemutihan gigi teknik OTC.11


(27)

3.1.2 Golongan borat 3.1.2.1Natrium perborat

Natrium perborat dengan rumus kimia NaBO3 berwarna putih, tidak berbau dan dapat larut dalam air. Natrium perborat terdiri atas beberapa bentuk yaitu monohidrat NaBO3·H2O, trihydrat NaBO3·3H2O dan tetrahydrat NaBO3·4H2O. Ketiga bentuk natrium perborat ini akan meberikan hasil pemutihan gigi yang sama. Natrium perborat digunakan sebagai bahan pemutih untuk pemutihan gigi non vital secara intrakoronal, seperti terlihat pada gambar 7. Bahan ini juga memiliki sifat antiseptik dan dapat bertindak sebagai disinfektan. Natrium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Bahan ini mengandung kira-kira 95% perborat dalam 9,9% oksigen. Bahan ini bersifat alkali, lebih mudah dikontrol dan lebih aman daripada cairan hidrogen pekat.Hidrogen peroksida diurai dari natrium perborat dengan reaksi kimia berikut :11

Na2[B2(O2)2(OH)4] + 2H2O  2NaBO3 + 2H2O2

Gambar 7: Natrium perborat.11

Natrium perborat yang tersedia dalam bentuk bubuk sebagai bahan oksidator pada pemutihan gigi intrakoronal.


(28)

BAB 4

TEKNIK PEMUTIHAN GIGI

4.1 Definisi

Teknik pemutihan gigi adalah prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan selama perawatan pemutihan gigi. Teknik perawatan yang digunakan tergantung penyebab dan lokasi penyebab (email atau dentin), bahan yang dipergunakan, prognosis perawatan dan rencana perawatannya.3

Perawatan pemutihan gigi atau bleaching dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu bleaching secara internal atau intrakoronal seperti dilakukan pada gigi non vital yang telah dilakukan perawatan saluran akar dan bleaching secara eksternal atau ekstrakoronal yang dilakukan pada gigi vital yang mengalami perubahan warna.3,9

4.2 Teknik pemutihan gigi 4.2.1 Teknik intrakoronal

Indikasi pemutihan gigi intrakoronal pada gigi non vital adalah gigi nekrosis, pewarnaan gigi disebabkan faktor intrinsik, tidak ada kelainan periodontal, memiliki ketebalan email dan dentin yang cukup. Metode bleaching yang umum dilakukan untuk gigi non vital ini adalah teknik walking bleach, termokatalitik dan teknik dengan karbamid peroksida 10%.11

Teknik walking bleach memakai campuran superoxol (hidrogen peroksida 30%-35%) dan natrium perborat. Pertama-tama, vaselin diaplikasi pada jaringan sekitar gigi yang akan dirawat dan gigi diisolasi dengan rubberdam untuk menghindari iritasi.


(29)

Kemudian, kavitas dipreparasi serta dilakukan perawatan saluran akar. Gutaperca sebagai bahan pengisi saluran akar dikurangi dengan plugger panas sebanyak 2 mm ke arah apikal. Rongga pulpa dibersihkan dengan xylene atau isopropil alkohol 70%, kemudian dikeringkan dengan aliran udara. Pasta campuran natrium perborat dengan superoxol diletakkan di dalam rongga pulpa, kemudian ditutup dengan tumpatan sementara seng oksida eugenol selama seminggu dan diamati perubahan warna yang terjadi. Kunjungan berikutnya dilakukan 3-7 hari kemudian untuk mengevaluasi hasil perawatan dan dilakukan perawatan ulang jika perlu.9,13

Teknik kedua yaitu teknik termokatalitik, dilakukan dengan bantuan cahaya dan panas untuk mempercepatkan proses oksidasi. Teknik ini menggunakan hidrogen peroksida yang diletakkan di dalam pulpa dan bahan oksidator dipanaskan dengan alat pemanas listrik hingga menghasilkan oksigen bebas yang aktif. Prosedur awal yang dilakukan adalah sama seperti teknik walking bleach yang membedakannya adalah pada teknik termokatalitik kapas yang dibasahi hidrogen peroksida 30%-35% (superoxol) diletakkan dalam rongga pulpa, permukaan labial gigi ditutup dengan kapas yang telah dibasahi bahan pemutih. Sumber panas berupa sinar halogen dari photo-flood lamp diarahkan pada gigi selama 6-7menit dan kapas dibasahi lagi dengan hidrogen peroksida. Langkah ini diulang 4-5 kali pada hari yang sama sehingga hasil yang diinginkan diperoleh.11,13

Teknik ketiga adalah teknik pemutihan intrakoronal dengan karbamid peroksida 10% dilakukan dengan menggunakan tray yang berisi karbamid peroksida pada saluran akar terbuka seperti terlihat pada gambar 8 dan digunakan pada saat pasien tidur. Dimana di awal pertemuan pasien akan diinstruksikan cara pemakaian. Pada pagi hari gigi akan


(30)

diirigasi dan ditutup dengan cotton pallet. Proses ini diulang oleh pasien sehingga hasil warna yang dikehendaki dapat diperoleh. Pada kunjungan berikutnya ke praktek, gigi pasien yang telah mengalami perubahan warna akan ditumpat sementara oleh dokter gigi dengan penumpatan komposit selama 2 minggu. Ini bertujuan untuk menghilangkan oksigen yang terhasil selama proses pemutihan dan menstabilkan warna gigi yang diperoleh setelah perawatan. Adanya sisa oksigen dalam rongga pulpa akan mengakibatkan penurunan kekuatan ikatan restorasi dan warna gigi yang tidak homogen.3,13

Gambar 8: Teknik intrakoronal dengan karbamid peroksida.11

Akses saluran akar dibiarkan terbuka pada malam hari semasa penggunaan tray.

4.2.2 Teknik ekstrakoronal

Teknik perawatan ekstrakoronal ini dilakukan hanya pada gigi vital dimana pewarnaan yang terjadi meliputi seluruh gigi dengan derajat pewarnaan yang relatif sama. Keberhasilan pemutihan gigi dengan teknik ekstrakoronal sangat tergantung dari penyebab pewarnaan gigi baik dari faktor ekstrinsik ataupun karena pertambahan usia.


(31)

Pemutihan gigi vital secara garis besar terdiri atas tiga metode perawatan yaitu prosedur

home bleaching, in office dan Over The Counter (OTC).14

Home bleaching merupakan metode pemutihan gigi yang dapat dilakukan oleh

pasien sendiri di rumah dengan memakai suatu alat berbentuk tray atau mouthguard yang menyerupai protesa pada siang atau malam hari saat tidur, seperti terlihat pada gambar 9. Dikenal juga sebagai supervised home dental whitening atau nightguard vital

bleaching. Teknik home bleaching merupakan salah satu cara yang sangat terkenal saat

ini karena aman, perlengkapan yang diperlukan sederhana serta biaya perawatan relatif murah dengan hasil yang optimal. Bahan ini berbentuk gel dalam tray dan mengandung karbamid peroksida dengan konsentrasi 10% - 15%, dimana karbamid peroksida 10% sebanding dengan 3% hidrogen peroksida.14,15,16

Gambar 9 : Bleaching Tray 14

Tray dibuat sesuai dengan ukuran gigi pasien.

Pada kunjungan pertama, pasien diberi penjelasan, dilakukan profilaksis, dan gigi dicetak. Ini bertujuan untuk membentuk tray atau nightguard yang akan digunakan oleh pasien semasa perawatan. Kemudian tray akan dicoba pada mulut pasien bagi


(32)

memastikan kesesuaian ukuran dan bentuk tray. Bahan pemutih dimasukkan 2-3 tetes ke dalam ruangan tray bagi setiap gigi yang akan diputihkan. Kemudian tray dipasang pada gigi dan kelebihan bahan pemutih gigi dibuang. Pasien harus memakai biasanya 3-4 jam sehari di rumah. Bagi pemakaian mouthguard pada siang hari, bahan pemutih diisi kembali setiap 1-2 jam. Selepas pemakaian, tray harus dibersihkan dengan air dingin dan gigi harus disikat. Pemutihan dengan cara ini relatif aman karena konsentrasi bahan yang digunakan rendah namun perawatan ini memerlukan waktu yang lama antara 4 minggu hingga 6 minggu. Sekiranya mouthguard digunakan pada siang dan malam hari, perubahan akan terlihat setelah 1 ½ -2 minggu. Stabilisasi warna dapat berlangsung satu sampai tiga tahun dan dapat dilakukan perawatan ulang. Teknik home bleaching mempunyai prognosis cukup baik dan efek samping sangat minimal.12,14

Teknik kedua adalah teknik in office atau chairside dilakukan di bawah pengawasan dokter gigi. Teknik ini merupakan pemutihan gigi vital yang dilakukan di praktek, menggunakan hidrogen peroksida berkonsentrasi tinggi yaitu 30%-35% dengan bantuan aktivator lain seperti cahaya dan panas sehingga memerlukan penanganan dan pemantauan khusus.13,14

Gigi terlebih dahulu diisolasi dengan rubberdam untuk menghindari iritasi jaringan sekitar. Kemudian, bahan pemutih hidrogen peroksida diaplikasikan pada gigi dan dibiarkan selama 5-30 menit, penyinaran dapat diberikan pada gigi selama 20-30 menit untuk mempercepatkan proses oksidasi. Pada akhir perawatan, gigi dibilas, dibersihkan, dipolis dan sodium bikarbonat diletakkan pada gigi untuk menghentikan reaksi pemutihan. Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang baik adalah singkat yaitu hanya 1-2 kali kunjungan. Teknik pemutihan in office ini dapat mengubah


(33)

warna gigi menjadi lebih cerah dengan cepat. Teknik ini digunakan pada pasien yang tidak dapat menggunakan tray atau pada pasien yang menginginkan giginya putih dengan cepat dan terkontrol langsung oleh dokter gigi.13,14,15

Teknik home bleaching dan teknik in office dapat digabungkan dengan perawatan dilakukan secara bergantian agar hasilnya lebih cepat dan memuaskan. Pertama-tama akan dilakukan perawatan in office sebagai permulaan proses pemutihan dan dilanjutkan dengan perawatan home bleaching oleh pasien di rumah.14

Over The Counter (OTC) merupakan perawatan pemutihan gigi yang lain

dengan menggunakan bahan pemutih gigi berbahan dasar peroksida yang dapat diperoleh secara bebas di pasaran. Terdapat berbagai jenis bahan pemutih yang tersedia saat ini untuk digunakan konsumen di rumah yaitu dalam bentuk gel, obat kumur, permen karet, pasta gigi, strips dan dental floss. Antara bahan pemutih OTC adalah pasta gigi dan gel pemutih gigi keluaran Colgate, strips keluaran Crest dan paket pemutihan gigi

Aquafresh. Teknik ini memberikan prognosis yang baik pada diskolorisasi yang ringan.

Bahan pemutih yang digunakan haruslah bahan yang dapat melindungi kesehatan rongga mulut dan aman dipakai. Dalam meminimalkan masalah ini, produk-produk Over The

Counter dihasilkan dengan konsentrasi peroksida yang rendah, ini berarti hasil yang


(34)

BAB 5

MEKANISME PEMUTIHAN GIGI

5.1 Mekanisme pemutihan gigi dengan bahan golongan peroksida

Pewarnaan ekstrinsik disebabkan oleh penimbunan materi yang bersifat kromogen yaitu dapat diubah menjadi pigmen atau pewarna sehingga memberikan warna pada permukaan gigi. Protein saliva yang terikat pada gigi melalui ikatan kalsium membentuk pelikel. Pelikel merupakan suatu lapisan organik yang akan terbentuk dalam beberapa menit setelah permukaan gigi yang bersih berkontak dengan saliva. Pembentukan pelikel pada dasarnya merupakan proses perlekatan protein saliva yaitu proline-rich proteins

(PRPs) dan glikoprotein pada permukaan gigi. PRPs terdapat banyak di dalam saliva cair

yang disekresikan dari kelenjar parotis dan glikoprotein banyak di dalam saliva kental yang disekresi dari kelenjar sublingual. Pembentukan pelikel dapat dilihat seperti pada gambar 10.6,8,15

Gambar 10 : Pembentukan pelikel.15

a) Pelikel dibentuk oleh protein saliva dan produk bakteri seperti

glucans melalui ikatan kalsium pada permukaan gigi. b) Permukaan


(35)

Pada tahap awal pewarnaan, kromogen berikatan dengan pelikel melalui ikatan hidrogen. Pada tahap ini pewarnaan dapat dihilangkan dengan cara menyikat gigi. Paparan kromogen yang terus menerus menyebabkan ikatan hidrogen pada permukaan luar gigi semakin kuat sehingga warna gigi semakin gelap dan tidak dapat dihilangkan dengan hanya menyikat gigi. Perawatan pemutihan gigi pada tahap ini dapat memberikan hasil yang lebih optimal dan memuaskan.8

Reaksi oksidasi-reduksi yang terjadi selama proses pemutihan gigi dikenal sebagai reaksi redoks. Dalam reaksi redoks, oksidator seperti hidrogen peroksida mempunyai radikal bebas dengan elektron yang tidak berpasangan, dimana elektron ini akan dilepaskan dan diterima oleh reduktor. Dengan adanya pertukaran elektron ini seperti pada gambar 11, maka proses oksidasi terjadi dan gigi akan mengalami pemutihan.11,13


(36)

5.1.1 Mekanisme dari hidrogen peroksida

Pada proses pemutihan gigi, hidrogen peroksida berdifusi melalui prisma email dan bereaksi dengan komponen organik yang berada pada struktur gigi sehingga terjadinya reduksi warna. Hidrogen peroksida berfungsi sebagai oksidator kuat yang dapat menghasilkan radikal bebas yang sangat reaktif yaitu O (active oxygen) dan HO2 (perhydroxil). Senyawa tersebut mampu merusak molekul-molekul zat warna satu atau lebih ikatan rangkap dalam ikatan konjugasi dengan mengoksidasi ikatan konjugasi tersebut sehingga warna menjadi netral dan memberikan efek pemutihan.11,13,15

Active oxygen merupakan radikal bebas lemah yang lebih banyak dihasilkan dibandingkan HO2 yang merupakan radikal bebas kuat. Radikal bebas yang dihasilkan ini tidak mempunyai pasangan, bersifat elektrofilik dan sangat tidak stabil. Elektrofilik berarti hanya memiliki suatu elektron pada susunan kimianya dan berusaha mendapatkan kestabilan. Radikal bebas ini dapat berikatan hampir dengan semua komponen organik untuk menstabilkan elektronnya dan menghasilkan radikal bebas lainnya. Hidrogen peroksida dalam bentuk cairan murni merupakan asam lemah dan untuk mendorong lebih banyak radikal bebas kuat yaitu HO2 terbentuk, maka bahan ini harus dibuat basa pada pH optimum 9,5 – 10,8.3,13,15

Setelah terbentuk HO2 dalam jumlah yang besar maka radikal bebas ini akan bereaksi dengan ikatan ganda dari cincin karbon yang terpigmentasi. Oxygen active (O) akan tertarik kepada daerah yang kaya dengan ikatan ganda, sehingga menghasilkan konjugasi elektron serta memutuskan ikatan tersebut menjadi ikatan yang lebih sederhana dan menyebabkan terjadi perubahan berat molekul komponen organik gigi. Dengan terbentuknya molekul yang lebih kecil maka semakin sedikit gelombang cahaya spesifik


(37)

penyebab diskolorisasi. Hal ini menyebabkan berkurangnya pigmen yang mengabsorpsi cahaya sehingga secara visual tampak perubahan warna gigi menjadi lebih cerah. Proses ini terjadi apabila oksidator (hidrogen peroksida) bereaksi dengan komponen organik yang terletak di celah kristal di dalam struktur email. Proses pemutihan akan terjadi apabila pada bahan peroksida dilakukan perubahan pH, suhu dan cahaya.12,13,15

Plak dan kalkulus pada gigi harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum dilakukan perawatan pemutihan gigi. Adanya plak gigi akan berpotensi mengurangi aktivitas hidrogen peroksida. Plak adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk ke permukaan gigi seperti terlihat pada gambar 12.17

Gambar 12 : Lapisan plak dan pelikel 17

Dengan mikroskop elektron, lapisan pelikel tampak antara plak dan email gigi. Plak dapat menghalangi proses difusi bahan pemutih ke dalam email.

Biasanya kalkulus terdiri dari plak bakteri yang telah mengalami mineralisasi. Pada tahap awal pembentukan plak, permukaan gigi akan dibalut oleh pelikel glikoprotein yang berasal dari saliva, produk bakteri dan debris. Pelikel ini akan berfungsi sebagai penghalang protektif dan substrat pelekatan bakteri. Dalam waktu beberapa jam, bakteri akan dijumpai pada pelikel bakteri dan proses kolonisasi sekunder terjadi dengan mikroorganisme yang tidak turut sebagai pengkoloni awal akan melekat ke sel bakteri


(38)

yang telah berada dalam massa plak. Oleh karena itu, profilaksis harus dilakukan terlebih dahulu agar tidak menghalang proses pemutihan terjadi dengan baik.17

5.1.2 Mekanisme dari karbamid peroksida

Karbamid peroksida merupakan turunan dari hidrogen peroksida dengan komposisi sepertiga hidrogen peroksida dari konsentrasi karbamid peroksida. Karbamid peroksida akan terurai menjadi hidrogen peroksida dan urea di dalam prisma email. Awalnya, karbamid peroksida akan terpecah menjadi hidrogen peroksida, kemudian akan melakukan reaksi dengan mekanisme hidrogen peroksida seperti di atas. Urea dalam karbamid peroksida akan menstabilkan hidrogen peroksida yang terurai. Adanya kontak yang lama dari bahan pemutih ini pada gigi akan memberikan reaksi pemutihan yang lebih sempurna. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya ikatan konjugasi yang dirusak ketika radikal bebas bereaksi dengan molekul zat warna.13,16,19

5.2 Keuntungan penggunaan bahan pemutih gigi peroksida

Keuntungan penggunaan bahan pemutih gigi peroksida dengan teknik perawatan

home bleaching adalah jumlah kunjungan yang singkat dan perlengkapan yang

diperlukan sederhana. Teknik home bleaching juga sangat terkenal saat ini karena biaya perawatan relatif rendah. Penggunaan bahan pemutih gigi berkonsentrasi rendah juga menjadikan teknik ini aman dipakai. Misalnya penggunaan bahan karbamid peroksida 10% lebih sedikit mengiritasi gingiva dan jaringan lunak sekitar.14

Pada teknik in office yang mempergunakan bahan pemutih hidrogen peroksida 30% sampai 35% dapat memberikan hasil pemutihan gigi yang lebih cerah dengan cepat


(39)

yaitu hanya dengan 1-2 kali kunjungan. Kepuasan pasien juga dapat diperoleh karena perawatan ini dikontrol langsung oleh dokter gigi.14,16

Teknik perawatan pemutihan gigi yang lain seperti penggunaan bahan pemutih gigi berbahan dasar peroksida dengan konsentrasi rendah pada OTC juga digemari masyarakat karena bahan pemutih ini banyak dijumpai dan terdapat secara bebas di pasaran. Cara penggunaan bahan ini ringkas dan mudah diaplikasikan sendiri oleh konsumen di rumah.14,18

5.3 Kerugian penggunaan bahan pemutih gigi peroksida

Penggunaan bahan pemutih gigi golongan peroksida harus dilakukan dengan berhati–hati serta mempertimbangkan efek sampingnya terutama bila digunakan dalam jangka waktu yang lama karena bahan tersebut merupakan senyawa radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh.13

Kerugian pertama penggunaan bahan pemutih peroksida adalah efek buruk terhadap jaringan keras gigi dan pulpa. Hidrogen peroksida yang bersifat asam memiliki potensi yang berpengaruh terhadap jaringan keras gigi. Beberapa penelitian menyatakan perubahan morfologi email tergantung pada konsentrasi yang bervariasi. Penelitian in

vitro yang menguji bahan pemutih hidrogen peroksida 6% terhadap email menyatakan

bahwa pengikisan email akibat penggunaan bahan tersebut masih dapat diterima secara klinis. Akan tetapi, penggunaan bahan ini dalam konsentrasi yang tinggi misalnya 30% dapat mengurangkan kekerasan email dengan menurunkan rasio kalsium dan fosfat di email sehingga menyebabkan terjadinya demineralisasi. Karbamid peroksida 10% menurunkan kekuatan mikrodentin tetapi dapat meningkat kembali setelah 14 hari akibat


(40)

remineralisasi saliva. Hidrogen peroksida juga dapat menyebabkan sensitivitas pada pulpa. Pengamatan secara klinis terhadap bahan pemutih peroksida memperlihatkan tingkat yang bervariasi dalam sensitivitas gigi yang timbul setelah 24-48 jam sejak proses pemutihan dilakukan.14,19

Kerugian kedua adalah terhadap restorasi misalnya restorasi amalgam, semen glass ionomer dan resin komposit yang dilakukan pada gigi. Pada restorasi amalgam, berdasarkan penelitian menunjukkan pemakaian bahan pemutih hidrogen peroksida 10% dan karbamid peroksida 10% dalam jangka panjang dapat menimbulkan pelepasan merkuri sehingga menyebabkan perubahan mikrostruktur permukaan amalgam yang dapat menyebabkan pasien terpapar merkuri. Pada restorasi semen glass ionomer, hidrogen peroksida juga dapat mempengaruhi proses pengerasan glass ionomer. Penelitian terhadap glass ionomer yang diaplikasikan pada dentin yang sebelumnya telah diberikan hidrogen peroksida selama 30-60 menit memperlihatkan penurunan kekuatan ikatan antara semen dan dentin. Pada restorasi resin komposit, karbamid peroksida menurunkan kekuatan ikatan antara bahan resin komposit dengan email dan dentin. Ini terjadi karena adanya sisa peroksida di dalam dentin dan email yang dapat menghambat polimerisasi resin komposit. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, restorasi dianjurkan untuk ditunda selama dua minggu setelah proses pemutihan gigi dilakukan. Pemberian sodium askorbat sebagai anti oksidan pada gigi yang diputihkan sebelum dilakukan restorasi komposit dapat mengurangkan sisa peroksida sehingga restorasi resin dapat dilakukan dengan lebih cepat. 13,20

Kerugian ketiga adalah terhadap jaringan lunak atau mukosa. Pemakaian bahan pemutih gigi yang ceroboh dapat memberikan efek buruk pada mukosa. Hal ini karena


(41)

bahan peroksida bersifat asam dan dapat menyebabkan peradangan kronis pada mukosa rongga mulut. Oleh karena itu, bahan pemutih ini dengan konsentrasi yang tinggi harus dilakukan oleh dokter gigi dengan hati-hati.13,14,20

5.4 Prognosis penggunaan bahan pemutih peroksida

Faktor yang mempengaruhi prognosis pemutihan gigi diantaranya bahan yang digunakan, konsentrasi bahan pemutih yang digunakan, lama pemakaian, adanya cahaya dan kenaikan suhu. Faktor lain yang mempengaruhi adalah tipe pewarnaan dan warna gigi awal. Pemakaian bahan dengan konsentrasi tinggi misalnya hidrogen peroksida 35% akan memberikan hasil yang lebih memuaskan dalam jangka waktu yang singkat. Peningkatan suhu sebanyak 10oC akan mempercepat reaksi oksidasi dua kali lebih tinggi dan semakin lama bahan berkontak dengan permukaan gigi maka semakin besar perubahan warna yang terjadi.11,17,21


(42)

BAB 6 KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan:

1. Perlekatan pigmen pada permukaan gigi akan menyebabkan terjadinya diskolorisasi ekstrinsik dan tingkat keparahan diskolorisasi ini tergantung jumlah pigmen yang melekat di gigi.

2. Pemutihan gigi adalah upaya untuk memperbaiki warna gigi akibat adanya diskolorisasi karena faktor ekstrinsik dan intrinsik dengan reaksi oksidasi-reduksi. 3. Pada perawatan pemutihan gigi oleh karena faktor ekstrinsik dapat dilakukan dengan

perawatan teknik home bleaching, in office dan Over The Counter (OTC) dengan menggunakan bahan pemutih gigi golongan peroksida yaitu hidrogen peroksida atau karbamid peroksida.

4. Mekanisme pemutihan gigi adalah dengan cara memutus satu atau lebih ikatan ganda dalam ikatan konjugasi pada molekul zat warna oleh radikal bebas active oxygen dan


(43)

DAFTAR RUJUKAN

1. Goldstein RE, Garber DA. Complete Dental Bleaching. Chicago:Quintessence Book,1995 : 1-16.

2. Craig RG, Powers JM. Restorative dental materials. 11th ed. Missouri: Mosby, 2002: 155.

3. Joiner A. The bleaching of teeth: A review of the literature. J of Dentistry 2006; 34: 412-419.

4. Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: Hipokrates,1990 : 3-8.

5. Robinson C, Connell S, Kirkham J, Shore R, Smith A. Dental enamel – a

biological ceramic: regular substructures in enamel hydroxyapatite crystals revealed by atomic force microscopy. J Mater Chem 2004; 14: 2242-48.

6. Cole AS, Eastoe JE, McGivan J, Hayes Ml, Smillie AC. Biochemistry and oral

biology. 2nd ed. Britain: Wright,1988: 158, 421-32, 460-47.

7. Gutierrez-Salazar MDP, Reyes-Gasga J. Microhardness and chemical

composition of human tooth. Material Research 2003; 6(3): 367-73.

8. Addy M, Moran J. Mechanisms of stain formation on teeth, in particular

associated with metal ions and antiseptics. Adv Dent Res 1995; 9(4): 450-456.

9. Sulieman M. An overview of tooth discoloration: extrinsic, intrinsic and

internalized stains. J Dent 2005;32: 463-71.

10. Scientific Committee On Consumer Products. Hydrogen peroxide in tooth whitening products. 3rd European Commission Health & Consumer Protection Directorate-general Plenary Meeting, 2005 : 1-50.


(44)

11. Goldberg M, Bohin F dkk. Tooth bleaching treatment – A review. Alih Bahasa. Dupin L. Paris: Assoc Dentaire Francaise 2007: 27-50.

12. Frysh H. Chemistry of bleaching In: Goldstein RE, Garber DA. Complete Dental

Bleaching. Chicago:Quintessence Book,1995 : 25-32.

13. Dahl JE, Pallesen U. Tooth bleaching-A critical review of the biological aspects. Crit Rev Biol Med 2003;14(4): 292-304.

14. Strassler HE. Vital tooth bleaching: An update. Dissertation. University of Maryland, 2006: 2-7.

15. Kihn PW. Vital Tooth Whitening. Dent Clin N Am 2007;51: 319-31.

16. ADA Council on Scientific Affairs. Home-use bleaching agents. J Am Dent Assoc 2001; 132 (9): 1292-93.

17. Nield-Gehrig JS. Dental Plaque Biofilms.

<http://dentalcarestamford.com/pdf/Denta%20Plaque%20Biofilms.pdf> (diunduh 5 November 2010)

18. Niessen LC. Tooth Whitening: why, who, where, what, and how. J of Esthetic and Restorative Dent 2001; 13(1): 79-80.

19. Braun A, Jepsen A, Krause F. Spectrophotometric and visual evaluation of vital

tooth bleaching employing different carbamide peroxide concentrations. Dent

Mater 2006;1: 1-5.

20. Haywood VB. Dentine hypersensitivity: bleaching and restorative considerations

for successful management. J Dent Intern 2002; 52(5): 7-10.

21. Lenhard M. Assessing tooth color change after repeated bleaching in vitro with a


(45)

22. ADA Council on Scientific Affairs. Tooth whitening/ bleaching: Treatment considerations for dentist and their patients. J Am Dent Assoc 2009; 125: 1-12. 23. Walsh LJ. Tooth lightening A new concept for maximizing surface esthetics


(1)

remineralisasi saliva. Hidrogen peroksida juga dapat menyebabkan sensitivitas pada pulpa. Pengamatan secara klinis terhadap bahan pemutih peroksida memperlihatkan tingkat yang bervariasi dalam sensitivitas gigi yang timbul setelah 24-48 jam sejak proses pemutihan dilakukan.14,19

Kerugian kedua adalah terhadap restorasi misalnya restorasi amalgam, semen glass ionomer dan resin komposit yang dilakukan pada gigi. Pada restorasi amalgam, berdasarkan penelitian menunjukkan pemakaian bahan pemutih hidrogen peroksida 10% dan karbamid peroksida 10% dalam jangka panjang dapat menimbulkan pelepasan merkuri sehingga menyebabkan perubahan mikrostruktur permukaan amalgam yang dapat menyebabkan pasien terpapar merkuri. Pada restorasi semen glass ionomer, hidrogen peroksida juga dapat mempengaruhi proses pengerasan glass ionomer. Penelitian terhadap glass ionomer yang diaplikasikan pada dentin yang sebelumnya telah diberikan hidrogen peroksida selama 30-60 menit memperlihatkan penurunan kekuatan ikatan antara semen dan dentin. Pada restorasi resin komposit, karbamid peroksida menurunkan kekuatan ikatan antara bahan resin komposit dengan email dan dentin. Ini terjadi karena adanya sisa peroksida di dalam dentin dan email yang dapat menghambat polimerisasi resin komposit. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, restorasi dianjurkan untuk ditunda selama dua minggu setelah proses pemutihan gigi dilakukan. Pemberian sodium askorbat sebagai anti oksidan pada gigi yang diputihkan sebelum dilakukan restorasi komposit dapat mengurangkan sisa peroksida sehingga restorasi resin dapat dilakukan dengan lebih cepat. 13,20

Kerugian ketiga adalah terhadap jaringan lunak atau mukosa. Pemakaian bahan pemutih gigi yang ceroboh dapat memberikan efek buruk pada mukosa. Hal ini karena


(2)

bahan peroksida bersifat asam dan dapat menyebabkan peradangan kronis pada mukosa rongga mulut. Oleh karena itu, bahan pemutih ini dengan konsentrasi yang tinggi harus dilakukan oleh dokter gigi dengan hati-hati.13,14,20

5.4 Prognosis penggunaan bahan pemutih peroksida

Faktor yang mempengaruhi prognosis pemutihan gigi diantaranya bahan yang digunakan, konsentrasi bahan pemutih yang digunakan, lama pemakaian, adanya cahaya dan kenaikan suhu. Faktor lain yang mempengaruhi adalah tipe pewarnaan dan warna gigi awal. Pemakaian bahan dengan konsentrasi tinggi misalnya hidrogen peroksida 35% akan memberikan hasil yang lebih memuaskan dalam jangka waktu yang singkat. Peningkatan suhu sebanyak 10oC akan mempercepat reaksi oksidasi dua kali lebih tinggi dan semakin lama bahan berkontak dengan permukaan gigi maka semakin besar perubahan warna yang terjadi.11,17,21


(3)

BAB 6 KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan:

1. Perlekatan pigmen pada permukaan gigi akan menyebabkan terjadinya diskolorisasi ekstrinsik dan tingkat keparahan diskolorisasi ini tergantung jumlah pigmen yang melekat di gigi.

2. Pemutihan gigi adalah upaya untuk memperbaiki warna gigi akibat adanya diskolorisasi karena faktor ekstrinsik dan intrinsik dengan reaksi oksidasi-reduksi. 3. Pada perawatan pemutihan gigi oleh karena faktor ekstrinsik dapat dilakukan dengan

perawatan teknik home bleaching, in office dan Over The Counter (OTC) dengan menggunakan bahan pemutih gigi golongan peroksida yaitu hidrogen peroksida atau karbamid peroksida.

4. Mekanisme pemutihan gigi adalah dengan cara memutus satu atau lebih ikatan ganda dalam ikatan konjugasi pada molekul zat warna oleh radikal bebas active oxygen dan perhydroxil yang terdapat pada bahan peroksida.


(4)

DAFTAR RUJUKAN

1. Goldstein RE, Garber DA. Complete Dental Bleaching. Chicago:Quintessence Book,1995 : 1-16.

2. Craig RG, Powers JM. Restorative dental materials. 11th ed. Missouri: Mosby, 2002: 155.

3. Joiner A. The bleaching of teeth: A review of the literature. J of Dentistry 2006; 34: 412-419.

4. Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: Hipokrates,1990 : 3-8.

5. Robinson C, Connell S, Kirkham J, Shore R, Smith A. Dental enamel – a biological ceramic: regular substructures in enamel hydroxyapatite crystals revealed by atomic force microscopy. J Mater Chem 2004; 14: 2242-48.

6. Cole AS, Eastoe JE, McGivan J, Hayes Ml, Smillie AC. Biochemistry and oral biology. 2nd ed. Britain: Wright,1988: 158, 421-32, 460-47.

7. Gutierrez-Salazar MDP, Reyes-Gasga J. Microhardness and chemical composition of human tooth. Material Research 2003; 6(3): 367-73.

8. Addy M, Moran J. Mechanisms of stain formation on teeth, in particular associated with metal ions and antiseptics. Adv Dent Res 1995; 9(4): 450-456. 9. Sulieman M. An overview of tooth discoloration: extrinsic, intrinsic and

internalized stains. J Dent 2005;32: 463-71.

10.Scientific Committee On Consumer Products. Hydrogen peroxide in tooth whitening products. 3rd European Commission Health & Consumer Protection


(5)

11.Goldberg M, Bohin F dkk. Tooth bleaching treatment – A review. Alih Bahasa. Dupin L. Paris: Assoc Dentaire Francaise 2007: 27-50.

12.Frysh H. Chemistry of bleaching In: Goldstein RE, Garber DA. Complete Dental Bleaching. Chicago:Quintessence Book,1995 : 25-32.

13.Dahl JE, Pallesen U. Tooth bleaching-A critical review of the biological aspects. Crit Rev Biol Med 2003;14(4): 292-304.

14.Strassler HE. Vital tooth bleaching: An update. Dissertation. University of Maryland, 2006: 2-7.

15.Kihn PW. Vital Tooth Whitening. Dent Clin N Am 2007;51: 319-31.

16.ADA Council on Scientific Affairs. Home-use bleaching agents. J Am Dent Assoc 2001; 132 (9): 1292-93.

17.Nield-Gehrig JS. Dental Plaque Biofilms.

<http://dentalcarestamford.com/pdf/Denta%20Plaque%20Biofilms.pdf> (diunduh 5 November 2010)

18.Niessen LC. Tooth Whitening: why, who, where, what, and how. J of Esthetic and Restorative Dent 2001; 13(1): 79-80.

19.Braun A, Jepsen A, Krause F. Spectrophotometric and visual evaluation of vital tooth bleaching employing different carbamide peroxide concentrations. Dent Mater 2006;1: 1-5.

20.Haywood VB. Dentine hypersensitivity: bleaching and restorative considerations for successful management. J Dent Intern 2002; 52(5): 7-10.

21.Lenhard M. Assessing tooth color change after repeated bleaching in vitro with a 10 percent carbamide peroxide gel. J Am Dent Assoc 1996; 127: 1618-24.


(6)

22.ADA Council on Scientific Affairs. Tooth whitening/ bleaching: Treatment considerations for dentist and their patients. J Am Dent Assoc 2009; 125: 1-12. 23.Walsh LJ. Tooth lightening A new concept for maximizing surface esthetics