Zaki Farhan : Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Sepeda Motor Yamaha Vega Pada CV. Widya Tamara Medan, 2009.
USU Repository © 2009
tidak sejalan bersama. Kondisi ini mendorong mereka untuk merubah pikiran, perasaan, dan tindakan mereka agar sesuai dengan pembaharuan.
Disonansi dirasakan ketika seseorang berkomitmen pada dirinya sendiri dalam melakukan tindakan yang tidak konsisten dengan perilaku dan
kepercayaan mereka yang lainnya.
5. Menurut Solomon dalam Japarianto, 2006:83:
Teori Disonansi Kognitif mengemukakan bahwa orang termotivasi untuk mengurangi keadaan negatif dengan cara membuat keadaan sesuai satu
dengan yang lainnya. Elemen kognitif adalah sesuatu yang dipercayai oleh seseorang bisa berupa dirinya sendiri, tingkah lakunya atau juga pengamatan
terhadap sekelilingnya. Pengurangan disonansi dapat timbul baik dengan menghilangkan, menambah, atau mengurangi elemen kognitif.
Teori yang mengemukakan tentang disonansi kognitif dibentuk dalam tiga konsep, ketiga konsep tersebut akan dijelaskan pada teori berikut:
Leon Festinger dalam Robbins, 2002:168: Menyatakan teori disonansi kognitif dibentuk dalam tiga konsep yaitu:
1. Seseorang lebih menyukai untuk konsekuen dengan kognisi mereka
dan tidak menyukai menjadi inkonsisten dalam pemikiran, kepercayaan, emosi, nilai dan sikap.
2. Disonansi terbentuk dari ketidaksesuaian psikologikal, lebih dari
ketidaksesuaian logikal, dimana dengan meningkatkan ketidaksesuaian akan meningkatkan disonansi yang lebih tinggi.
3. Disonansi adalah konsep psikologikal yang mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan dan mengharapkan dampak yang bisa diukur.
E. Dimensi Disonansi Kognitif
Menurut Sweeney, Hausknecht dan Soutar dalam Japarianto, 2006:83: “Cognitive Dissonance dapat diukur dengan tiga dimensi yaitu: Emotional, Wisdom of
Purchase dan Concern Over the Deal.” Ketiga dimensi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Emosional Emotional, berkaitan dengan situasi psikologi konsumen setelah
melakukan pembelian, dalam hal ini kondisi psikologi konsumen secara alami mempertanyakan apakah tindakan yang dilakukannya telah tepat.
Zaki Farhan : Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Sepeda Motor Yamaha Vega Pada CV. Widya Tamara Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2. Kebijaksanaan Pembelian Wisdom of Purchase, berkaitan dengan
keputusan yang telah dilakukan, disini konsumen mempertanyakan apakah dia telah membeli suatu produk yang benar-benar sesuai dengan apa yang
dibutuhkan. 3.
Perhatian Setelah Transaksi Concern Over the Deal, berkaitan dengan kekecewaan konsumen dimana pada kondisi ini konsumen cenderung kurang
yakin dengan keputusan yang telah dibuatnya. Ketiga dimensi itu bukan hal yang baru untuk mengukur disonansi kognitif
karena pernah digunakan oleh Soutar dan Sweeney di penelitian sebelumnya.
F. Disonansi Pasca pembelian Postpurchase Dissonance
Berlandaskan pada teori disonansi kognitif, seorang konsumen akan mengalami ketidaksesuaian atau ketidaksenangan ketika ia memegang pemikiran
yang berlawanan mengenai kepercayaan atau suatu sikap. Disonansi kognitif tersebut mulai dirasakan ketika konsumen memikirkan manfaat, keunikan dan kualitas produk
yang tidak dipilihnya. Kejadian seperti itu biasa disebut dengan disonansi pascapembelian. Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Japarianto, 2006:83:
“Cognitive Dissonance yang timbul setelah terjadinya pembelian disebut Postpurchase Dissonance.”
Kosumen memiliki perasaan yang tidak nyaman mengenai kepercayaan mereka maka telah terjadi disonansi pasca pembelian, perasaan yang cenderung untuk
memecahkannya dengan melakukan perubahan atas sikap mereka agar sesuai dengan perilaku mereka.
Zaki Farhan : Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Sepeda Motor Yamaha Vega Pada CV. Widya Tamara Medan, 2009.
USU Repository © 2009
BAB III GAMBARAN UMUM CV WIDYA TAMARA MEDAN
DAN PROFIL YAMAHA
A. GAMBARAN UMUM CV. WIDYA TAMARA MEDAN MEDAN