Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departeman Manajemen Fakultas Ekonomi USU Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI USU

PROGRAM S1-EKSTENSI MEDAN

ANALISIS PEMBENTUKAN DISONANSI KOGNITIF KONSUMEN

PEMILIK SEPEDA MOTOR YAMAHA

MATIC

PADA

MAHASISWA S1 PROGRAM REGULER DAN

EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

USU MEDAN

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH

MUHAMMAD ARIF HARAHAP 060521027

M A N A J E M E N

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Muhammad Arif Harahap (2009). Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departeman Manajemen Fakultas Ekonomi USU Medan. Dosen Pembimbing: Bapak Drs Raja Bongsu Hutagalung, Msi. Ketua Departemen Manajemen: Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. Dosen Penguji I: Ibu Dr. Endang Sulistiya Rini, SE, M.Si dan Dosen Penguji II: Bapak Drs. Liasta Ginting, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan disonansi kognitif pemilik sepeda motor Yamaha Matic pada Mahasiswa Manajemen Reguler dan Ekstensi Fakultas Ekonomi USU Medan.

Pada penelitian ini data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner yang pengukurannya menggunakan skala likert dan diolah secara deskriptif dan statistik melalui analisis faktor yang menggunakan program SPSS versi 14 for windows.

Berdasarkan hasil penelitian melalui analisis faktor diketahui bahwa ke-22 faktor dari dimensi emosional, kebijaksanaan pembelian dan perhatian setelah transaksi mempunyai pengaruh negatif terhadap pembentukan disonansi kognitif konsumen pemilik sepeda motor Yamaha Matic pada mahasiswa Manajenen Reguler san ekstensi Fakultas Ekonomi USU Medan atau dapat disimpulkan bahwa disonansi kognitif konsumen pemilik sepeda motor Yamaha Matic rendah. Sedangkan dari 22 faktor dapat direduksi menjadi 6 (lima) faktor utama yaitu harapan tepat, pilihan tepat, perasaan tepat, keadaan tepat, keputusan tepat dan persetujuan tepat.


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah S.W.T yang telah memberi rahmat dan hidayah Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Sepeda

motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1 Program Reguler Dan Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU Medan. Tidak lupa shalawat

beriring salam penulis haturkan kepada Junjungan Nabi Besar Rasullah Muhammad S.A.W beserta keluarga dan para sahabat yang diharapkan syafaat Nya di kemudian hari.

Penulis mendapat bantuan dari banyak pihak, demi sukses dan lancarnya penulisan skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak melakukan pembaharuan dan terobosan di berbagai bidang hingga memajukan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik, mendorong dan memajukan mahasiswa/i Departeman Manajemen untuk berjuang dan mempersiapkan diri demi menyongsong masa depan dan meraih cita-cita.


(4)

3. Dra. Nisrul Irawaty, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajeman Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Drs. Raja Bongsu Hutagalung, Msi selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu, memotivasi dan memberi perhatian penuh kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan benar.

5. Dr. Endang Sulistiya Rini, M.Si dan Liasta Ginting, SE, M.Si selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan berupa saran dan kritik yang membangun demi baiknya skripsi ini.

6. Para dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik mahasiswa/i dengan penuh dedikasi, loyalitas dan profesionalitas guna membentuk mahasiswa/i yang berkarakter sehingga siap untuk menyongsong masa depan.

7. Kedua orang tua penulis tercinta yakni M. Idris Harahap dan Siti Fatimah yang telah memberikan motivasi, bimbingan, dan dukungan dalam segala hal.

8. Kakak dan abang penulis yakni Nur Ismanizar Harahap dan M. Januar Yusuf Harahap serta abang ipar Arif Suheri yang telah banyak memberi nasehat, motivasi dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Kemanakan penulis Fadiah dan Naila serta adinda Ayu yang jadi inspirasi dan penambah semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Para sahabat-sahabatku di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Departemen Manajemen angkatan 2006 Ekstensi ; Hendra, Dika, Soni, Bang Jumadi, Siti serta teman-teman lain yang senantiasa membantu, memotivasi dan mendoakan penulis agar terus semangat dalam menyelesaikan skripsi ini


(5)

terutama kawan-kawan manajemen pemasaran 05 Eks dan kawan-kawan D3 Keuangan 02.

11.Para karyawan/wati Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya Pegawai Departemen Manajemen: Bang Jumadi, Kak Dani, Kak Vina, Kak Nur yang telah banyak membantu penulis dalam perkuliahan maupun penilisan skripsi ini..

12.Pihak-pihak lainnya yang tidak penulis cantumkan di atas oleh karena itu penulis memohon maaf. Semoga dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.

Medan, Juni 2009 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Kerangka Konseptual ... 3

D. Hipotesis ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

F. Metode Penelitian ... 7

1. Batasan Operasional ... 7

2. Definisi Operasional Variabel... 7

3. Pengukuran Variabel ... 9

4. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 10

5. Populasi dan Sampel ... 10

6. Jenis Data ... 12

7. Teknik Pengumpulan Data ... 12

8. Teknik Analisis Data ……… … ... 13

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 17

B. Definisi Produk ... 18

C. Atribut Produk ... 19

D. Pengembangan Produk ... 20

E. Differensiasi Produk ... 23


(7)

G. Perilaku Pembelian ... 25

H. Cognitive Dissonance 26 I. Dimensi Cognitive Dissonance... 27

J. Postpurchase Dissonance ... 28

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Profil Yamaha ... 29

B. Profil Yamaha Matic ... 34

C. Gambaran Umum Yamaha Matic ... 35

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Sampel... 40

B. Analisis Deskriptif ... 42

1. Variabel Emosional ... 43

2. Variabel Kebijaksanaan Pembelian ... 48

3. Variabel Perhatian Setelah Transaksi... 49

C. Analisis Faktor ... 51

1. Variabel Emosional ... 52

2. Variabel Kebijaksanaan Pembelian ... 60

3. Variabel Perhatian Setelah Transaksi... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No. Uraian Halaman

Tabel 1.1 Definisi Operasional Variabel ... 8

Tabel 1.2 Instrumen Skala Likert ... . 9

Tabel 1.3 Populasi dan Sampel ... 11

Tabel 3.1 Spesifikasi Mio ... 35

Tabel 3.2 Spesifikasi Mio Sporty CW ... 37

Tabel 3.3 Spesifikasi Mio Soul ... 38

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur ... 40

Tabel 4.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

Tabel 4.3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jurusan ... 41

Tabel 4.4 Karakteristik Sampel Berdasarkan Stambuk ... 42

Tabel 4.5 Distribusi Pendapat Sampel Terhadap Variabel Emosional ... 43

Tabel 4.6 Distribusi Pendapat Sampel Terhadap Variabel Kebijakan Pembelian ... 48

Tabel 4.7 Distribusi Pendapat Sampel Terhadap Variabel perhatian Setelah Transaksi ... 50

Tabel 4.8 KMO and Bartlett’s Test ... 53

Tabel 4.9 Anti-images Matrices ... 54

Tabel 4.10 Total Variance Explained ... 56

Tabel 4.11 Component Matrix(a) ... 57

Tabel 4.12 KMO and Bartlett’s Test ... 60


(9)

Tabel 4.14 Total Variance Explained ... 61

Tabel 4.15 KMO and Bartlett’s Test ... 62

Tabel 4.16 Anti-images Matrices ... 63


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 4

Gambar 3.1 Logo Yamaha ... 33

Gambar 3.2 Yamaha Mio ... 35

Gambar 3.3 Yamaha Mio Sporty CW ... 36


(11)

ABSTRAK

Muhammad Arif Harahap (2009). Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departeman Manajemen Fakultas Ekonomi USU Medan. Dosen Pembimbing: Bapak Drs Raja Bongsu Hutagalung, Msi. Ketua Departemen Manajemen: Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. Dosen Penguji I: Ibu Dr. Endang Sulistiya Rini, SE, M.Si dan Dosen Penguji II: Bapak Drs. Liasta Ginting, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan disonansi kognitif pemilik sepeda motor Yamaha Matic pada Mahasiswa Manajemen Reguler dan Ekstensi Fakultas Ekonomi USU Medan.

Pada penelitian ini data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner yang pengukurannya menggunakan skala likert dan diolah secara deskriptif dan statistik melalui analisis faktor yang menggunakan program SPSS versi 14 for windows.

Berdasarkan hasil penelitian melalui analisis faktor diketahui bahwa ke-22 faktor dari dimensi emosional, kebijaksanaan pembelian dan perhatian setelah transaksi mempunyai pengaruh negatif terhadap pembentukan disonansi kognitif konsumen pemilik sepeda motor Yamaha Matic pada mahasiswa Manajenen Reguler san ekstensi Fakultas Ekonomi USU Medan atau dapat disimpulkan bahwa disonansi kognitif konsumen pemilik sepeda motor Yamaha Matic rendah. Sedangkan dari 22 faktor dapat direduksi menjadi 6 (lima) faktor utama yaitu harapan tepat, pilihan tepat, perasaan tepat, keadaan tepat, keputusan tepat dan persetujuan tepat.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seorang konsumen dapat merasakan ketidaknyaman setelah melakukan suatu pembelian atau tidak. Apabila konsumen merasakan ketidaknyamanan pasca melakukan transaksi pembelian berarti konsumen telah mengalami kondisi disonansi kognitif. “Disonansi kognitif adalah ketidaknyamanan pembelian karena konflik setelah pembelian” (Kotler dan Armstrong, 2001: 228). Kondisi disonansi kognitif pembeli dapat diukur dengan tiga dimensi yakni emosional, kebijaksanaan pembelian dan perhatian setelah transaksi. Seorang konsumen akan mengalami disonansi kognitif pasca melakukan pembelian suatu produk, terutama sekali produk yang mahal salah satu contohnya adalah produk otomotif seperti sepeda motor.

Hampir setiap produsen sepeda motor dewasa ini memproduksi sepeda motor yang diakui memiliki teknologi hebat, hemat BBM serta harga yang ekonomis. Hal ini mempengaruhi konsumen dalam memilih sepeda motor sebagai kendaraan pilihan mereka. Yamaha Mio merupakan pengembangan produk yang dilakukan oleh PT. Yamaha Motor dalam usahanya untuk mendiffererensiasikan produknya dalam hal sepeda motor matic. Sepeda motor Yamaha matic didesain sebagai sepeda motor untuk konsumen yang ingin memiliki sepeda motor automatic dengan kualitas tinggi, model yang trendi dan sporty namun hemat bahan bakar. Produk ini juga memiliki sejumlah keunggulan dibanding sepeda motor merek lain. Keunggulannya antara lain: sepeda motor Yamaha matic dalam hal ini Yamaha Mio generasi terbaru telah teruji sebagai sepeda motor yang bandel, bertenaga dengan kapasitas 115 cc, gesit dan


(13)

suaranya tidak berisik, suku cadangnya lebih mudah didapat dan dilengkapi dengan bagasi yang cukup luas namun tetap hemat bahan bakar. Dari hal inilah yang membuat banyak masyarakat memilih menggunakan sepeda motor matic Yamaha Mio, sehingga menempatkan sepeda motor ini sebagai salah satu sepeda motor terlaris di Indonesia.

Mahasiswa merupakan salah satu kelompok masyarakat yang banyak menggunakan kendaraan sepeda motor untuk melakukan kegiatannya sehari-hari. Sepeda motor automatic merupakan salah satu pilian mereka karena sepeda motor automatic lebih mudah dikendarai dan cocok untuk pria dan wanita. Namun informasi-informasi baik informasi-informasi yang positif maupun yang negatif mengenai sepeda motor Yamaha matic akan membuat konsumen dalam dalam hal ini Mahasiswa merasa dihadapkan pada suatu kondisi yang membingungkan, dimana kepercayaan mereka tidak sejalan bersama, hal inilah yang akan mengakibatkan timbulnya disonansi.

Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas , maka hal yang menarik untuk diteliti adalah : Faktor-faktor apa saja yang membentuk Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik sepeda motor Yamaha Matic pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU?


(14)

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survey literature (Kuncoro, 2003: 4).

Penelitian 22 item yang didesain oleh Sweeney, Hausknect dan Soutar (2000: 369) menyatakan bahwa Cognitive Dissonance dapat di ukur dengan tiga dimensi yaitu: Emotional, Wisdhom of Purchase, Concern Over the Deal. Kerangka penelitian ini mengemukakan variabel-variabel yang akan diteliti yaitu Emotional (Emosional) sebagai X1, Wisdhom of Purchase (Kebijaksanaan Pembelian) sebagai X2, Concern

Over the Deal (Perhatian setelah Transaksi) sebagai X3, dan Cognotive Dissonance

(Disonansi Kognitif) sebagai Y.

Emotional (Emosional) adalah ketidaknyamanan psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan pembelian. Wisdhom of Purchase (Kebijaksanaan Pembelian) adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian, dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka sangat membutuhkan produk tersebut atau apakah mereka telah memilih produk yang sesuai. Concern over the Deal (Perhatian setelah Transaksi) adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka telah dipengaruhi oleh tenaga penjual yang bertentangan dengan kemauan atau kepercayaan mereka. Dimensi ini menghasilkan 22 item yang dapat digunakan untuk mengukur Cognitive Dissonance (Disonansi kognitif). Tiga dimensi dari 22 item tersebut bukan hal yang


(15)

baru untuk mengukur Cognitive Dissonance karena sudah digunakan Sweeney, at all (2003: 227) untuk mengukur Cognitive Dissonance pada penelitian sebelumnya.

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Sumber: Soutar dan Sweeney, 2003 (data diolah oleh penulis)

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara atas rumusan masalah, yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiono, 2003:306).

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka hipotesis penelitian ini adalah:

“Faktor- faktor dari dimensi Emosional (Emotional) yaitu telah membuat sesuatu yang salah (1), putus asa (2), menyesal (3), kecewa (4), takut(5), hampa (6), marah (7), cemas (8), kesal (9), frustasi (10), sakit hati (11), depresi (12), marah dengan diri sendiri (13), muak (14), mendapat masalah (15), Kebijakan Pembelian

(Wisdom of Purchase) yaitu telah melakukan hal yang tepat untuk membeli sepeda

motor Yamaha matic (16), merasa bahwa sangat membutuhkan sepeda motor Yamaha matic (17), seharusnya tidak perlu membeli suatu apapun (18), telah membuat pilihan yang tepat (19), Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over the

Deal) yaitu telah melakukan kesalahan dengan persetujuan yang dibuat (20), telah

melakukan suatu ketololan (21), tenaga penjual telah membuat bingung (22),

Emotional (Emosional) (X1)

Wisdhom of Purchase (Kebijaksanaan Pembelian) (X2)

Concern Over the Deal (Perhatian setelah Transaksi) (X3)

Cognitive Dissonance (Disonansi kognitif) (Y)


(16)

mempunyai pengaruh terhadap pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU”.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang membentuk Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU.

b. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor utama yang membentuk Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan

Sebagai sumbangan informasi dan pengetahuan agar dapat meningkatkan penjualan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelanggannya.

b. Bagi Departemen Manajemen FE USU

Menambah koleksi skripsi di perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(17)

Untuk memperdalam pengetahuan di bidang manajemen pemasaran mengenai perubahan sikap konsumen pasca pembelian.

d. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasioanal

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel independen (X) yaitu seberapa besar pengaruh disonansi kognitif pemilik sepeda motor Yamaha Matic yang terdiri dari variabel Emotional (Emosional) sebagai X1, Wisdhom of Purchase (kebijaksanaan Pembelian)

sebagai X2, dan Concern Over the deal (Perhatian setelah Transaksi) sebagai

X3.

2. Variabel dependen (Y) yaitu pembentukan Cognitive Dissonance (disonansi kognitif) pemilik sepeda motor Yamaha Matic pada mahasiswa S1 Program Regular dan Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU.

2. Definisi Operasional Variabel

Penguraian definisi operasional varibel-variabel yang akan diteliti merupakan suatu cara untuk mempermudah pengukuran variabel penelitian. Selain itu juga memberi batasan-batasan pada obyek yang akan diteliti.

a. Emosional (Emotional)

Berkaitan dengan situasi psikologi konsumen setelah melakukan pembelian, dalam hal ini kondisi psikologi konsumen secara alami mempertanyakan apakah tindakan yang dilakukannya telah tepat.


(18)

b. Kebijakan Pembelian (Wisdom of Purchase)

Berkaitan dengan keputusan yang telah dilakukan, disini konsumen mempertanyakan apakah dia telah membeli suatu barang yang benar-benar dengan apa yang dibutuhkannya.

c. Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over the Deal)

Berkaitan dengan kekecewaan konsumen dimana pada kondisi ini konsumen cenderung kurang yakin dengan keputusan yang telah dibuatnya (Sweeney, et all).

Tabel 1.1

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi

Variabel Indikator Pengukuran

Variabel Emosional (Emotional) Berkaitan dengan situasi psikologi konsumen, mempertanyakan apakah tindakan yang dilakukannya telah tepat.

1.Membuat sesuatu yang salah; 2.putus asa; 3.menyesal; 4.kecewa; 5.takut; 6.hampa; 7.marah; 8.cemas; 9.kesal; 10.frustasi; 11.sakit hati; 12.depresi; 13.marah dengan diri sendiri; 14.muak; 15mendapat masalah. Skala Likert Variabel Kebijakan Pembelian (Wisdom of Purchase) Berkaitan dengan keputusan yang telah dilakukan, mempertanyakan apakah dia telah membeli barang yang benar dengan apa yang dibutuhkannya

1.Sangat membutuhkan sepeda motor Yamaha matic; 2.perlu membeli sepeda motor Yamaha matic; 3.telah membuat pilihan yang tepat; 4.telah melakukan hal yang tepat.


(19)

Variabel Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over the Deal) Berkaitan dengan kekecewaan konsumen dimana cenderung kurang yakin dengan keputusan yang telah dibuatnya

1.tidak merasa melakukan suatu ketololan; 2.tenaga penjual tidak membuat mereka bingung; 3.merasa nyaman dengan persetujuan yang telah dibuat.

Skala Likert

Sumber: Soutar dan Sweeney, 2003 (data diolah penulis)

3. Pengukuran Variabel

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah faktor Emotional (emosional), Wisdhom of Purchase (Kebijaksanaan Pembelian) dan Concern Over the Deal (Perhatian setelah Pembelian). Ketiga variabel tersebut diukur dengan skala likert yaitu digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiono 2006:104).

Peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden, dengan menggunakan skala 1 sampai 5 untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian ini yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2

Instrumen Skala Likert

No Pertanyaan Skor

1 Sangat setuju 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1


(20)

Responden diharuskan memilih salah satu dari sejumlah kategori jawaban yang tersedia pada penelitian ini, kemudian masing-masing jawaban diberi skor tertentu (5, 4, 3, 2, 1). Skor jawaban dari responden dijumlahkan, dan jumlah ini merupakan total skor. Total skor inilah yang menjadi tafsir sebagai posisi responden dalam skala likert.

4. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kampus Ekonomi Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. T. M. Hanafiah, SH Medan. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan peneliti dengan pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner kepada Mahasiswa Program Reguler dan Ekstensi Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara yang dilakukan pada bulan Februari 2009 sampai April 2009.

5. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Manajemen Fakultas Ekonomi USU yaitu angkatan 2006 dan angkatan 2007 yang telah menggunakan sepeda motor Yamaha Matic yang berjmlah 685 orang.

b. Sampel

Metode penarikan sampel yang dipakai adalah Propotianate Stratified Random Sampling. Propotianate Stratified Random Sampling yaitu metode penarikan sampel acak secara proporsional untuk setiap kelompok strata dalam populasi. Tehnik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiono, 2006:92).

Sedangkan dalam menentukan jumlah sampel, penulis menggunakan rumus dari Slovin (Umar, 2004: 78) sebagai berikut:


(21)

N n = 1 + (Ne2)

dimana:

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Taraf Kesalahan 10% 685 n =

1 + ( 685. 0.12)

= 87,26

Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 87,26 dibulatkan menjadi 87 orang dengan taraf kesalahan 10%. Untuk lebih jelasnya mengenai populasi dan sampel dalam penlitian ini, dapat dilihat pada Table 1.3.

Tabel 1.3 Populasi dan Sampel

Program Studi

Mahasiswa

Jumlah

2006 2007

Manajemen Reguler 210 229 439

Manajemen Ekstensi 137 109 246

Jumlah Populasi

685


(22)

6. Jenis Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data primer (primary data) dan data sekunder (secondary data).

a. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan kuesioner dan wawacara kepada responden terpilih.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka dengan mepelajari berbagai tulisan dari buku, jurnal, majalah dan internet untuk mendukung penelitian ini.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ialah: a. Kuesioner

Meyebarkan daftar petanyaan kepada responden terpilih tentang bagaimana pengaruh faktor Emotional (Emosional), Wishdhom of Purchase (Kebijaksanaan Pembelian) dan Concern Over the Deal (Perhatian setelah Pembelian) berpengaruh terhadap pembentukan Cognitive Dissonance (Disonansi kognitif) konsumen pemilik sepeda motor Yamaha Matic pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU.

b. Wawancara


(23)

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dibuat untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam buku yang memberikan landasan bagi perumusan hipotesis, penyusunan kuesioner, dan pembahasan teoretis. Peneliti juga menyertakan informasi yang didapat melalui artikel yang relevan dari jurnal-jurnal ilmiah dan buku-buku lain yang berkaitan dengan penelitian.

8. Teknik Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah salah satu dari metode analisis, dengan cara data disusun dan dikelompokkan, kemudian dianalisis sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan.

b. Analisis Faktor

Analisis faktor digunakan untuk mereduksi faktor sehingga didapat faktor-faktor utama yang membentuk Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Ponsel Nokia berkamera pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitian ini, analisis faktor menggunakan bantuan aplikasi software SPSS 14.0 for Windows Evaluation Version.

Proses dasar dari analisis faktor, adalah:

1. Menentukan variabel yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, variabel yang akan dianalisis adalah variabel Emosional (Emotional) yang terdiri dari 15 faktor yaitu telah membuat sesuatu yang salah (1), merasa putus asa (2), merasa menyesal (3), merasa kecewa dengan diri sendiri (4), merasa takut(5), merasa hampa (6), merasa marah (7), merasa cemas atau khawatir (8), merasa


(24)

kesal atau jengkel (9), merasa frustasi (10), merasa sakit hati (11), merasa depresi (12), merasa marah dengan diri sendiri (13), merasa muak (14), mendapat masalah (15). Variabel Kebijakan Pembelian (Wisdom of Purchase) terdiri dari 4 faktor yaitu merasa bahwa telah melakukan hal yang tepat untuk membeli sepeda motor Yamaha matic (16), merasa bahwa sangat membutuhkan sepeda Yamaha matic (17), merasa bahwa seharusnya tidak perlu membeli suatu apapun (18), dan merasa bahwa telah membuat pilihan yang tepat (19). Variabel Perhatian setelah Transaksi (Concern Over the Deal) terdiri dari 3 faktor yaitu terkejut bahwa telah melakukan kesalahan dengan persetujuan yang dibuat (20), telah melakukan suatu ketololan (21), terkejut bahwa tenaga penjual telah membuat bingung (22).

2. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan dengan menggunakan metode Bartlett test of sphercity serta pengukuran MSA (Measure of Sampling Adequacy). Hipotesis untuk signifikansi adalah:

Ho = Sampel (variabel) belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut Hi = Sampel (variabel) sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut Kriteria dengan melihat probabilitas (signifikan):

Angka Sig.>0,05 maka Ho diterima Angka Sig,<0,05 maka Ho ditolak

Angka MSA (Measure of Sampling Adequacy) berkisar antara 0 sampai 1, dengan kriteria:

MSA-1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. MSA>0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalis lebih lanjut


(25)

MSA<0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan variabel lainnya.

Dasar MSA ini akan digunakan untuk menganalisis setiap variabel.

3. Hasil Anti Image Matrics perlu diperhatikan, khususnya pada angka korelasi yang bertanda a (arah diagonal dari kiri atas ke kanan bawah). Dengan kriteria angka MSA seperti dibahas di atas, maka apabila terlihat MSA variabel tidak memenuhi batas 0,5 maka variabel tersebut dikeluarkan kemudian pengujian diulang lagi. Misal ada lebih dari satu variabel yang mempunyai MSA di bawah 0,5 maka yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil, dan tentunya proses pengujian tetap diulang.

4. Melakukan proses inti pada analisis faktor, yakni factoring atau melakukan ekstraksi terhadap sekumpulan variabel yang ada, sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Banyak metode untuk melakukan proses ekstraksi, namun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode yang paling populer digunakan yaitu Principal Component Analysis.

5. Interpretasi atas faktor yang telah terbentuk, khususnya memberi nama atas faktor yang terbentuk tersebut yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut.


(26)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Jurnal penelitian dengan judul “Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Mobil Toyota Avanza” dilakukan oleh Edwin Japarianto, staf pengajar Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Penelitian ini mencoba untuk melihat pembentukan Disonansi Kognitif konsumen pada saat mereka memutuskan untuk membeli mobil Toyota Avanza. Disonansi kognitif memiliki tiga demensi yaitu, emotional, wisdom of purchase, concern over the deal. Emotional ditinjau dari putus asa, menyesal, kecewa dengan diri anda sendiri, takut, hampa, marah dengan diri sendiri, muak dan mendapat masalah. Wisdom of purchase ditinjau dari sangat membutuhkan mobil merek Toyota Avanza, perlu membeli mobil merek Toyota Avanza, telah membuat pilihan yang tepat, telah melakukan hal yang tepat untuk membeli mobil merek Toyota Avanza, sedangkan concern over the deal ditinjau dari tidak merasa telah melakukan suatu ketololan, Tenaga Penjual tidak membuat mereka bingung, merasa nyaman dengan persetujuan yang telah dibuat. Menggunakan Analisis faktor hasil penelitian memunculkan 3 faktor utama pembentuk disonansi yaitu: pilihan tepat, keputusan tepat, persetujuan tepat.


(27)

B. Definisi Produk

Penawaran produk adalah jantung dari program pemasaran suatu organisasi dan biasanya merupakan langkah awal dalam membentuk bauran pemasaran. Sebuah produk didefinisikan sebagai segala sesuatu, baik menguntungkan maupun tidak, yang diperoleh seseorang melalui pertukaran (Lamb, 2001: 414).

Kebanyakan orang menganggap bahwa produk adalah barang yang dikenal sehari-hari. Barang memang produk, akan tetapi produk lebih luas maknanya. Simamora (2001: 3) menyebutkan, produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Senada dengan itu Kotler dan Armstrong (2001: 346) menyebutkan, produk sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapat perhatian, dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Profesor Theodore Levitt dari Harvard berpendapat: Sebuah produk bukanlah sebuah produk jika tidak dapat dijual. Atau sebenarnya barang itu hanyalah sebuah benda museum”(Kotler, 2003: 159).

Definisi produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen didalam pemasaran. Kepuasan konsumen tidak hanya mengacu pada bentuk fisik produk, melainkan satu paket kepuasan yang didapat dari pembelian produk kepuasan tersebut merupakan akumulasi kepuasan fisik, psikis, simbolis, dan pelayanan yang diberikan oleh produsen.

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk dibeli konsumen karena dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan atau memberi manfaat tertentu. Karakteristik


(28)

produk tidak hanya meliputi aspek fisik produk (tangible features), tetapi juga aspek non fisik (intangible features) seperti citra dan jasa yang tidak dapat dilihat.

C. Atribut Produk

Mowen dan Michael (2002: 312) menyebutkan , atribut adalah karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki oleh objek. Atribut intrinsik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat actual produk, sedangkan atribut ekstrinsik adalah segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk, seperti nama merek, kemasan dan label.

Perusahaan harus menyadari bahwa kepercayaan terhadap obyek, atribut, dan manfaat menunjukan persepsi konsumen, dan karena itu, umumnya kepercayaan seseorang konsumen berbeda dengan konsumen lainnya. Mereka juga harus mengingat bahwa kepercayaan mereka sendiri terhadap sebuah merek tertentu sangat berbeda dari pasar target. Kepercayaan yang kita katakan mewakili assosiasi yang konsumen bentuk diantara objek, atribut, dan manfaat, didasarkan atas proses pembelajaran kognitif. Seseorang membentuk tiga jenis kepercayaan :

1. Kepercayaan atribut-objek (Object - attribute believe)

Pengetahuan tentang sebuah objek memiliki atribut khusus yang disebut kepercayaan atribut-objek. Kepercayaan atribut-objek menghubungkan sebuah atribut dengan objek, seperti seseorang, barang, atau jasa. Jadi, kepercayaan bahwa sebuah kendaraan roda empat dikendarai pada jalan pedesaan merupakan kepercayaan atribut-objek. Melalui kepercayaan atribut objek, konsumen menyatakan apa yang mereka ketahui tentang sesuatu dalam hal variasi atributnya. 2. Kepercayaan manfaat-atribut (attribute- benefit believe)


(29)

Seseorang mencari produk dan jasa yang akan menyelesaikan masalah-masalah mereka dan memenuhi kebutuhan mereka dengan kata lain, memiliki atribut yang akan memberikan manfaat yang dapat dikenal. Hubungan atribut dengan manfaat ini menggambarkan jenis kepercayaan kedua, yang disebut kepercayaan atribut-manfaat. Kepercayaan atribut-manfaat merupakan persepsi konsumen tentang seberapa jauh sebuah atribut tertentu menghasilkan, atau memberikan, manfaat tertentu. Persepsi bahwa sebuah kendaraan yang dikendarai di tanah lapang memberikan pandangan yang lebih baik tentang jalan merupakan kepercayaan atribut-manfaat.

3. Kepercayaan manfaat-objek (object benefit believe)

Jenis kepercayaan ketiga dibentuk dengan menghubungkan objek dan manfaatnya. Kepercayaan objek-manfaat merupakan persepsi konsumen tentang seberapa jauh produk, orang, atau jasa tertentu yang akan memberikan manfaat akan timbul karena dengan membeli sebuah Ford Explorer atau Jeep Cherokee, saya akan memiliki pandangan yang sangat baik tentang jalanan.

D. Pengembangan Produk.

Penciptaan bauran pemasaran (marketing mix) meliputi inisiatip dan koordinasi dari kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan produk, promosinya, penetapan harganya, dan distribusinya. Senada dengan itu Mowen dan Michael (2002: 58) menyebutkan istilah produk cukup luas, yaitu terdiri dari objek fisik, jasa, tempat, dan organisasi. Prinsip-prinsip perilaku konsmen dapat diaplikasikan pada empat bidang dari proses pengembangan produk baru: pembangkitan ide (idea generation), pengujian


(30)

konsep (concept testing), pengembangan produk (product development), dan pengujian pasar (market testing).

Pembangkitan ide (idea generation) dari pengembangan produk baru meliputi lima bidang utama dari analisis perilaku konsumen yang berguna bagi para manajer ketika mereka sedang menghimpun ide-ide untuk produk baru adalah: sikap konsumen, perubahan gaya hidup, faktor-faktor situasional, budaya lainnya, dan sub budaya.

Pengujian konsep (concept testing) meliputi pengujian awal tentang ide produk. Konsep produk adalah keinginan konsumen dimana perusahaan mencoba untuk membentuknya menjadi sebuah ide produk. Misalkan konsep produk untuk komputer pribadi yang baru adalah membuat komputer yang diinginkan konsumen sebagai prodk yang mudah digunakan, mudah dibawa, IBM compatible, kuat dan murah harganya. Perusahaan akan menentukan apakah ada pasar untuk konsep produk seperti itu, dengan demikian perusahaan harus melakukan analisis pemosisian-produk serta survey untuk mengidentifikasi setiap konsumen terhadap konsep seperti ini.

Perusahaan akan mengetahui apa yang dirasakan konsumen terhadap konsep produk tersebut, apabila sesuai dengan maksud manajemen, maka dimulailah proses pengembangan produk (product development) yang terdiri dari pengembngan, pengujian, pemberian nama, dan pembuatan prototype kemasan. Berbagai konsep perilaku konsumen sangat penting pada fase ini, sebagai contoh, para peneliti harus berusaha mencari tahu bagaimana para konsumen memproses informasi tentang produk. Apakah produk ini mudah dipergunakan (misalnya, tidak terlalu kompleks bagi rata-rata konsumen pada umumnya), apakah kemasan menarik perhatian, dan dapatkah konsumen mengingat nama produk.


(31)

Fase pengembangan produk telah disimpulkan memuaskan, maka produk dapat diuji untuk dipasarkan. Pengujian pasar (maketing testing) meliputi kegiatan penempatan produk melalui distribusi terbatas pada konsumen keseluruhan bauran pemasaran (Mowen dan Michael, 2002: 58).

Kotler dan Armstrong (2001: 399) menyebutkan, perusahaan dapat memperoleh produk baru dalam dua cara. Pertama adalah melalui akusisi dengan membeli seluruh perusahaan, sebuah paten, atau sebuah lisensi untuk menghasilkan prodk orang lain. Kedua adalah melalui pengembangan produk baru dalam departemen penelitian dan pengembangan milik perusahaan. Produk baru yang dimaksud adalah produk original, perbaikan produk, modifikasi produk, dan merek baru yang dikembangkan perusahaan melalui berbagai upaya penelitian dan pengembangannya sendiri. Produk baru penting untuk mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan dan keuntungan perusahaan serta untuk menggantikan produk-produk yang sudah kuno.

Senada dengan itu Lamb (2001: 446) menyebutkan, Konsultan manajemendan teknologi booz, Allen dan Halminton telah mempelajari proses pengembangan produk baru lebih dari tiga puluh tahun. Menganalisa lima penelitian besar selama periode tersebut, berkesimpulan bahwa perusahaan yang sukses dalam mengembangkan dan memperkenalkan produk baru umumnya melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Membuat komitmen jangka panjang yang diperlukan untuk mendukung inovasi dan pengembangan produk baru.

b. Menggunakan pendekatan khusus perusahaan, digerakan oleh tujuan korporasi dan strategi-strategi yang telah ditegaskan sebagai strategi utama mereka.

c. Menjadikan pengalaman sebagai modal untuk mencapai dan mempertahankan keunggulan bersaing (Competitive advantage).


(32)

d. Membangun suatu lingkaran gaya manajemen, struktur organisasi dan dukungan manajemen puncak yang kondusif guna mencapai tujuan spesifik produk baru serta tujuan korporasi.

Kebanyakan perusahaan mengikuti proses pengembangan produk baru yang dilakukan secara formal, biasanya dengan menjalankan strategi produk baru.

E. Differensiasi Produk.

Diferensiasi adalah aktivitas untuk mendesain produk agar memiliki ciri khas yang membedakannya dengan produk pesaing. Differensiasi ini memerlukan penelitian penelitian pasar yang cukup serius karena agar bisa benar-benar berbeda, diperlukan pengetahuan tentang produk pesaing. Diferensiasi produk ini biasanya hanya mengubah sedikit karakter produk, antara lain kemasan dan tema promosi tanpa mengubah spesifikasi produk, meskipun itu diperbolehkan (Http:kopisusu.wordpress.com).

Tujuan dari strategi diferensiasi adalah mengembangkan positioning yang tepat sesuai keinginan konsumen potensial yang ingin dituju. Pasar akan melihat perbedaan produk anda dan akan dibanding dengan produk pesaing, sehingga akan lebih mudah mengembangkan marketing mix untuk produk tersebut.

Kotler (2003:6) menyebutkan cara melakukan diferensiasi adalah sebagai berikut:

a. Produk (fitur, performa, kesesuaian, daya tahan, kehandalan, kemampuan untuk diperbaiki, gaya, desain).

b. Jasa (pengiriman, pemasangan, pelatihan bagi pelanggan, konsultasi dan perbaikan). c. Tenaga kerja (kompentensi, keramahan, kredibilitas, keandalan, kecepatan,


(33)

d. Citra (simbol, media tertulis dan audio/video, suasana, dan peristiwa).

Mowen dan Michael (2002: 55) menyebutkan, differensiasi produk (product differentiation) adalah proses memanipulasi bauran pemasaran untuk menempatkan sebuah merek, sehingga para para konsumen dapat merasakan perbedaan yang berarti antara merek tersebut dengan pesaingnya.

F. Macam-macam Differensiasi Produk.

Menurut Kotler (2000: 329), diferensiasi produk dapat dibedakan menjadi: a. Bentuk

b. Keistimewaan (Feature) c. Mutu Kinerja

d. Mutu Kesesuaian e. Daya Tahan (Durability) f. Keandalan (Reability) g. Mudah Diperbaiki h. Gaya (Style)

i. Rancangan (Design)

G. Perilaku Pembelian

Menurut Kotler (2003: 221) definisi dari perilaku pembelian adalah perilaku pembelian berbeda diantara pasta gigi, raket tenis, kamera yang mahal dan mobil baru. Keputusan yang lebih rumit biasanya melibatkan lebih banyak pelaku dan lebih banyak kesadaran pembeli.


(34)

Kotler membagi perilaku pembelian kedalam empat tipe perilaku pembelian berdasarkan tingkat keterlibatan pembelian dan tingkat perbedaan diantara merek.

1. Perilaku Pembelian Kompleks.

Konsumen berada dalam perilaku pembelian yang kompleks ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan mempunyai persepsi yang signifikan mengenai perbedaan diantara merek. Biasanya konsumen tidak tahu terlalu banyak tentang kategori produk dan harus berusaha untuk mengetahuinya, sehingga pemasar harus menyusun strategi untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang atribut produk, kepentingannya, tentang merek perusahaan, dan atribut penting lainnya.

2 Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi

Perilaku pembelian pengurangan disonansi terjadi ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi dengan pembelian yang mahal, tidak sering atau beresiko, namun melihat sedikit perbedaan antar merek. Pembeli biasanya mempunyai respon terhadap harga atau memberikan kenyamanan. Konsumen akan memperhatikan informasi yang mempengaruhi keputusan pembelian mereka.

3. Perilaku Pembelian Kebiasaan

Perilaku pembelian kebiasaan terjadi dalam kondisi dimana konsumen mempunyai keterlibatan rendah dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar merek Konsumen membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan kesetiaan terhadap merek. Pemasar dapat membuat keterlibatan antara produk dan konsumennya, misalnya dengan menciptakan produk yang melibatkan situasi atau emosi personal melalui iklan.


(35)

Perilaku ini terjadi dalam kondisi dimana konsumen mempunyai tingkat keterlibatan yang rendah tetapi mempersepsikan adanya perbedaan merek yang signifikan. Dalam kasus ini konsumen sering kali beralih merek. Perilaku demikian biasanya terjadi pada produk–produk yang sering dibeli, harga murah, dan konsumen sering mencoba merek–merek baru.

H. Cognitive Dissonance

Ketika orang menghadapi ketidak-konsistenan atau keraguan antara nilai atau opini konsumen dan perilaku konsumen, konsumen cenderung merasa adanya ketegangan didalam dirinya yang disebut ketidaksesuaian kognitif (cognitive dissonance) (Lamb, 2001: 195).

Cognitive Dissonance dideskripsikan sebagai suatu kondisi yang membingungkan, yang terjadi pada seseorang ketika kepercayaan mereka tidak sejalan bersama. Kondisi ini mendorong mereka untuk merubah pikiran, perasaan, dan tindakan mereka agar sesuai dengan pembaharuan. Disonansi dirasakan ketika seseorang berkomitmen pada dirinya sendiri dalam melakukan suatu tindakan yang tidak konsisten dengan perilaku dan kepercayaan mereka yang lainnya.

Menurut Festinger, cognitive dissonance theory dibentuk dalam tiga konsep yaitu:

a. Seseorang lebih suka untuk konsekuen dengan cognitions mereka dan tidak suka menjadi tidak konsisten dalam pemikiran, kepercayaan, emosi, nilai dan sikap. b. Disonansi terbentuk dari ketidaksesuian psycological, lebih dari ketidaksesuaian

logical, dimana dengan meningkatkan ketidaksesuaian akan meningkatkan disonansi yang lebih tinggi.


(36)

c. Disonansi adalah konsep Psychological yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan dan mengharapkan dampak yang bisa diukur.

d. Disonansi adalah konsep psychological yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan dan mengharapkan dampak yang bisa diukur.

I. Dimensi Cognitive Dissonance

Penelitian 22 item yang didesain oleh Sweeney, Hausknecht dan Soutar (200: 369) menyatakan bahwa cognitive Dissonance dapat diukur dengan tiga dimensi yaitu: Emotional, Wisdhom of Purchase, dan Concern Over the deal. Emotional adalah ketidaknyamanan psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan pembelian. Wisdhom of Purchase adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian, dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka sangat membutuhkan produk tersebut atau apakah mereka telah memilih produk yang sesuai. Concern Over the Deal adalah ketidaknyaman yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka telah dipengaruhi oleh tenaga penjual yang bertentangan dengan kemauan atau kepercayan mereka. Dimensi ini menghasilkan 22 item yang dapat digunakan untuk mengukur cognitive dissonance. Tiga dimensi dari 22 item tersebut bukan hal yang baru untuk mengukur cognitive dissonance karena sudah digunakan Sautar dan Sweeney (2003: 227) untuk cognitive dissonance pada penelitian sebelumnya.

J. Postpurchase Dissonance

Berdasarkan teori Dissonance Cognitive, ketidaksenangan atau ketidaksesuaian muncul ketika seseorang konsumen memegang pemikiran yang bertentangan mengenai suatu kepercayaan atau suatu sikap. Contohnya: ketika konsumen telah membuat suatu


(37)

komitmen memberi uang muka atau memesan sebuah produk, terutama sekali untuk produk yang mahal seperti kendaraan bermotor atau komputer, mereka sering mulai merasa disonansi kognitif ketika mereka berpikir tentang keunikannya dan kualiatas positif dari merek yang tidak dipilih.

Dissonansi cognitive yang timbul setelah terjadinya pembelian disebut postpurchase Dissonance. Dimana pada purchase dissonance, konsumen memiliki perasaan yang tidak nyaman mengenai kepercayaan mereka, perasaan yang cenderung untuk memecahkannya dengan merubah sikap mereka agar sesuai dengan perilaku mereka (http:puslit.petra.ac.id).


(38)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A.Profil Yamaha

Yamaha corporation didirikan pada tanggal 1 juli 1955 dan bermarkas di Shizuoka jepang. Selain Yamaha motor, Yamaha Corporation juga turut membawahi produk-produk seperti boats, recreational vehicles, marine engines, personal watercrafts, electrohybrid vehicles, automobile engines, aeronautics, power product, pools, aqua environments, life science, parts, dan intellegnt machinery.

Yamaha corporation memiliki cabang di berbagai daerah di dunia antara lain Amerika Utara, Eropa, Asia/Oceania, Australia, Jepang, dan Amerika Latin.

Misi perusahaan adalah menjadi sebuah perusahaan yang menciptakan kando (sebuah perasaan kepuasan yang mendalam yang dirasakan secara terus menerus ketika seseorang mengalami atau menghadapi sesuatu). Yamaha adalah sebuah perusahaan yang menawarkan kesenangan dan kehidupan yang lebih terpuaskan bagi semua orang di seluruh dunia.

Prinsip-prinsip manajemen :

1. Menciptakan nilai yang melebihi harapan pelanggan

2. Menetapkan sebuah lingkungan perusahaan yang membantu perkembangan penghargaan diri sendiri

3. Memenuhi tanggung jawab sosial pada masyarakat global

Yamaha Indonesia berdiri sejak 6 juli 1974. Pengelolaan dan pengendalian investasi yamaha dilakukan oleh PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia. Produk


(39)

terdapat beberapa perusahaan yang dinaungi dan berafiliasi dengan Yamaha corporation antara lain :

1. PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) 2. PT. Yamaha Motor Manufacturing West Java (YMMWJ) 3. PT. Yamaha Motor Parts Manufacturing Indonesia (YPMI) 4. PT. Yamaha Motor Nuansa Indonesia (YMNI)

5. PT. Yamaha Motor Electronics Indonesia (YEID) 6. PT. TOYO BESQ Precision Parts Indonesia (TBI) 7. PT. Kyowa Indonesia

8. PT. Sakura Java Indonesia

Pasar Indonesia telah lama diperhitungkan sebagai salah satu pasar terbesar di dunia. Peluang Yamaha untuk mendominasi pasar di masa depan terbentang luas, karena Yamaha mengutamakan kualitas, kesempurnaan produk, inovasi tanpa henti, termasuk aspek pelayanan pada konsumen.

Saat ini Yamaha indonesia memiliki Fasilitas produksi seluas lebih dari 300.000 m2, Lebih dari 6000 teknisi dan Staff yang terlatih, Kapasitas produksi lebih dari 3.500 sepeda motor per hari, Inventaris suku cadang yang besar dan lengkap, Tiga jalur perakitan yang beroperasi selama 24 jam, Dukungan fasilitas penunjang yang lengkap: Penelitian dan Pengembangan, pelatihan khusus, dan fasilitas penunjang modern.

Penghargaan atas yang pernah di raih Yamaha indonesia antara lain : 1. Sertifikat ISO 9001 pada tahun 2001

2. Sertifikat ISO 14001 pada tahun 2004.

Yamaha selalu mengutamakan kebutuhan dan keinginan konsumen. Untuk memenuhi permintaan akan gaya yang dinamis yang merupakan ciri khas generasi


(40)

muda sedunia, Yamaha terus memperbaharui visi dengan memanfaatkan keunggulan teknologi. Bagian Penelitian dan Pengembangan Yamaha bertanggungjawab dalam mempersiapkan langkah yang diperlukan untuk merealisasikan visi ini menjadi kenyataan. Dibantu dengan sistem komputerisasi yang tercanggih, tim profesional kami memastikan bahwa setiap jenis sepeda motor yang dihasilkan telah didisain sesuai dengan perkembangan zaman, serta merefleksikan kualitas modern dan dinamis, sejalan dengan keinginan konsumen.

Mesin yang handal menjadi jantung setiap sepeda motor Yamaha. Kualitas dan performa setiap mesin ditentukan oleh ketepatan fabrikasi bagian-bagian mesin tersebut dan pelaksanaan perakitan oleh teknisi yang yang berpengalaman, dengan menggunakan alat dan perlengkapan modern, disertai prosedur pengontrolan kualitas yang ketat pada setiap tahap perakitannya. Secara teratur jalur perakitan Yamaha menghasilkan 3.000 sepeda motor per hari. Dengan standar operasional yang tepat, ketat dan efisien, lebih dari 280 suku cadang disatukan menjadi sepeda motor yang berkualitas tinggi. Dalam pengembangan usaha manufaktur yang sangat kompetitif saat ini, agar selalu menjadi yang terkemuka, Yamaha Indonesia terus melaksanakan langkah-langkah modernisasi. Sebagai contoh adalah dengan digunakannya teknologi robot yang mutakhir dan kontrol kualitas dengan sistem komputer pada setiap hasil produksi. Sesuai dengan upaya Yamaha untuk menjamin kepuasan konsumen secara maksimal, maka disamping memperketat sistem pengontrolan kualitas, setiap sepeda motor yang telah selesai dirakit harus melalui tes akhir untuk memenuhi standar mutu Internasional. Dengan fasilitas pengujian yang canggih, seluruh fungsinya baik mekanik maupun kelistrikan, diperiksa satu per satu. Komitmen Yamaha terhadap kualitas dan jaminan kepuasan konsumen dibuktikan dengan keberhasilan perusahaan dalam meraih sertifikat ISO


(41)

9001. Untuk memenuhi persyaratan ISO 9001, maka setiap proses manufaktur harus mengikuti Pedoman Mutu yang sudah dibakukan. Pedoman ini mengatur semua aspek prosedur, perencanaan, dan instruksi kerja yang mutlak harus dilaksanakan dengan tepat, sehingga mutu setiap produksi tetap terpelihara.

Kualitas Yamaha tidak hanya sebatas selesai produksi saja. Yang terpenting adalah memastikan bahwa seluruh produk dapat tiba di tempat tujuan tepat pada waktunya dan dalam kondisi yang sama baiknya seperti pada saat meninggalkan pabrik. Baik pengiriman melalui darat, laut, maupun udara, standar dan efisiensi yang tinggi diterapkan dalam kualitas pengemasan Yamaha. Sejak 1974 kami telah memproduksi lebih dari 5.000.000 sepeda motor. Hal ini memberikan banyak pengalaman bagi kami dalam melaksanakan proses pengemasan dan pengiriman yang sesuai, yang sangat penting bagi konsumen.

Untuk memastikan bahwa konsumen Yamaha di seluruh pelosok Nusantara dapat menikmati standar kualitas yang sama untuk setiap produk dan pelayanan, maka Yamaha telah menunjuk pihak-pihak yang profesional dan dapat diandalkan sebagai mitra kerja. Melalui jaringan lebih dari 800 Dealer, Yamaha menyediakan dukungan pelayanan yang lengkap, termasuk jasa perawatan dan penyediaan suku cadang. Yamaha indonesia menyediakan :

1. Lebih dari 800 Dealer di seluruh Indonesia

2. Layanan jasa perawatan dan suku cadang yang lengkap

3. Lebih dari 140.000 jenis suku cadang

Yang menjadi bukti nyata dari kualitas produk Yamaha Indonesia adalah kesuksesan di pasar Internasional dan partisipasi secara penuh dalam jaringan penjualan Yamaha secara global. Di samping itu, pengalaman selama bertahun-tahun dalam mengekspor


(42)

sepeda motor dan suku cadang ke negara-negara di Eropa, Amerika Latin, Afrika dan negara Asia lainnya, semakin memantapkan reputasi Yamaha di dunia sebagai produsen sepeda motor dengan performa dan kualitas yang tinggi.

Yamaha Indonesia memiliki komitmen untuk menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat. Selain mendukung berbagai program sosial, Yamaha juga menyediakan kursus/ pelatihan kepada mahasiswa mengenai teknik sepeda motor. Dengan fasilitas yang sama juga memberikan pelatihan teknik kepada individu perorangan di luar perusahaan Yamaha, berupa bimbingan bagi mereka yang berminat untuk menjalankan usaha kecil pelayanan dan perawatan sepeda motor (bengkel). Suatu program yang sangat populer dan telah berlangsung lama di Indonesia adalah penyelenggaraan program tahunan balap sepeda motor Yamaha, yang membuka peluang bagi para pemenang yang berbakat untuk mendapatkan sponsor penuh dalam YAMAHA RACING TEAM dan berkesempatan untuk turut serta dalam ajang balap sepeda motor Internasional.

Sumber

Gambar 3.1 Logo Yamaha

B. Profil Yamaha Matic

Di awal tahun 2000-an Yamaha Indonesia mengeluarkan produk skuter outometic yaitu Yamaha Nuovo yang merupakan cikal bakal dari produk Yamaha matic sekarang ini. Yamaha terus melakukan pengembangan dan modifikasi terhadap produk skuter outomaticnya untuk menarik konsumen sehingga lahirlah produk skuter outomatic yang bernama Yamaha Mio. Yamaha Mio pertama kali diproduksi pada


(43)

tahun 2004, Yamaha Mio pada awalnya diposisikan sebagai motor untuk kaum wanita namun seiring berjalannya waktu para pria pun menginginkan hal yang sama. Karena itu produsen sepeda motor Jepang ini merancang sepeda motor skuter otomatis untuk pria yaitu Yamaha Mio Soul. Yamaha Mio Soul ini merupakan modifikasi dari Yamaha Mio. Produk skuter bertransmisi otomatis Yamaha Mio soul ini ditujukan khusus untuk penggemar sepeda motor skuter otomatis segmen pria, dengan body lebih besar dan sporty dibanding dengan sepeda motor Yamaha Mio. Selain itu, tampilan Mio Soul terlihat lebih futuristik dengan spedometer berdesain mirip badan pesawat tempur, Stealth.

Sejak tahun 2005 penjualan Yamaha mengalami peningkatan yang sangat signifikan setiap tahunnya yaitu berkisar 300 ribu unit per tahun. Serta menjadikan Yamaha berada pada peringkat kedua klasemen penjualan sepeda motor di indonesia sampai sekarang. Adapun sumbangsih terbesar berasal dari penjualan sepeda motor bertipe moped, khususnya Yamaha Mio. Bahkan Yamaha Mio berada pada peringkat pertama dalam klasemen penjualan sepeda motor matic mengalahkan merek-merek saingan seperti Honda Vario, Beats, dan Suzuki Spin.

C. Gambaran Umum Yamaha Matic

Yamaha mengeluarkan beberapa produk sepeda motor outomatic terbaru guna memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen. Adapun produk-produk tersebut adalah:


(44)

1. Mio

Sumber

Gambar 3.2 Yamaha Mio

Tabel 3.1 Spesifikasi Mio

Product Name : MIO

Product Type : Automatic

Product Price : Rp. 11,310,000

Harga On The Road untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya.

MESIN Keterangan

Tipe Mesin 4 langkah, SOHC 2-Klep pendingin udara Diameter x Langkah 50.0 x 57.9 mm

Volume Silinder 113.7 CC Perbandingan Kompresi 8.8 : 1

Kopling Kering, Sentrifugal Otomatis Susunan Silinder Tunggal

Karburator NCV24x1 (Keihin) Sistem Pengapian DC-CDI

Pelumas Wet Sump

Kapasitas Oli Mesin 0.9 Liter

Transmisi V-Belt Otomatis Rasio Gigi 2.399 - 0.829 Caster / Trail

Mesin

26.5 derajat/ 100 mm

Keterangan

Sistem Rem Depan Hydraulic Single Disc Sistem Rem Belakang Drum

CHASIS

Berat Kosong 87 Kg Tipe Rangka Steel Tube Kapasitas Tangki 3,7 Liter


(45)

Jarak Sumbu Roda 1,240 mm Jarak ke Tanah 130 mm Tinggi Tempat Duduk 745 mm

SUSPENSI / BAN

Suspensi Depan Teleskopik Suspensi Belakang Teleskopik Ukuran Ban Depan 70/90-14MC 34P Ukuran Ban Belakang 80/90-14MC 34P

PERFORMA

Dimensi (P x L x T) 1,820 x 675 x 1,050 mm Sistem Starter Kick & Electric

Daya Maksimum 6.54 Km (8.9 ps) / 8,000 rpm Torsi Maksimum 7.84 Nm (0.88 kgf.m) / 7,000 rpm

GARANSI

3 tahun/ 36.000 Km : Mesin (Sesuai ketentuan)

2 tahun : kelistrikan (Rotor, Stator, CDI, Ignition Coil, Motor Starter Assy) 6 bulan/ 6.000 Km : Umum (Diluar kelistrikan)

SERVIS GRATIS : 3 kali + 2 kali oli mesin

Sumber

2. Mio Sporty CW

Sumber

Gambar 3.3 Yamaha Mio Sporty CW

Tabel 3.2

Spesifikasi Mio Sporty CW

Product Name : MIO SPORTY CW Product Type : Automatic

Product Price : Rp. 12,085,000


(46)

MESIN Keterangan

Tipe Mesin 4 langkah, SOHC 2-Klep pendingin udara AIS (Air Induction System) EURO 2 Ready Diameter x Langkah 50.0 x 57.9 mm

Volume Silinder 113.7 CC Perbandingan Kompresi 8.8 : 1

Kopling Kering, Sentrifugal Otomatis Susunan Silinder Tunggal

Karburator NCV24x1 (Keihin) Sistem Pengapian DC-CDI

Pelumas Wet Sump

Kapasitas Oli Mesin 0.9 Liter

Transmisi V-Belt Otomatis Rasio Gigi 2.399 - 0.829

Caster / Trail 26.5 derajat/ 100 mm Sistem Rem Depan Hydraulic Single Disc Sistem Rem Belakang Drum

CHASIS

Berat Kosong 87 Kg Tipe Rangka Steel Tube Kapasitas Tangki

Mesin

3,7 Liter

Keterangan

Jarak Sumbu Roda 1,240 mm Jarak ke Tanah

Mesin

130 mm

Keterangan

Tinggi Tempat Duduk 745 mm

SUSPENSI / BAN

Suspensi Depan Teleskopik Suspensi Belakang Teleskopik Ukuran Ban Depan 70/90-14MC 34P Ukuran Ban Belakang 80/90-14MC 34P

PERFORMA

Dimensi (P x L x T) 1,820 x 675 x 1,050 mm Sistem Starter Kick & Electric

Daya Maksimum 6.54 Km (8.9 ps) / 8,000 rpm Torsi Maksimum 7.84 Nm (0.88 kgf.m) / 7,000 rpm

GARANSI

3 tahun/ 36.000 Km : Mesin (Sesuai ketentuan)

2 tahun : kelistrikan (Rotor, Stator, CDI, Ignition Coil, Motor Starter Assy) 6 bulan/ 6.000 Km : Umum (Diluar kelistrikan)

SERVIS GRATIS : 4 kali + 2 kali oli mesin


(47)

3. Mio Soul

Sumber

Gambar 3.4 Yamaha Mio Soul

Tabel 3.3 Spesifikasi Mio Soul

Product Name : MIO SOUL Product Type : Automatic Product Price : Rp. 13,000,000

Harga On The Road untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya.

MESIN Keterangan

Tipe Mesin 4 langkah, SOHC 2-Klep pendingin udara AIS (Air Induction System) EURO 2 Ready Diameter x Langkah 50.0 x 57.9 mm

Volume Silinder 113.7 CC Perbandingan Kompresi 8.8 : 1

Kopling Kering, Sentrifugal Otomatis Susunan Silinder Tunggal

Karburator NCV24x1 (Keihin) Sistem Pengapian DC-CDI

Pelumas Wet Sump

Kapasitas Oli Mesin 0.9 Liter

Transmisi V-Belt Otomatis Rasio Gigi 2.399 - 0.829

Caster / Trail 26.5 derajat/ 100 mm Sistem Rem Depan Hydraulic Single Disc Sistem Rem Belakang Drum

CHASIS

Berat Kosong 87 Kg Tipe Rangka Steel Tube Kapasitas Tangki 3,7 Liter Jarak Sumbu Roda 1,240 mm


(48)

Jarak ke Tanah 130 mm Tinggi Tempat Duduk 745 mm

SUSPENSI / BAN

Suspensi Depan Teleskopik Suspensi Belakang Teleskopik Ukuran Ban Depan 70/90-14MC 34P Ukuran Ban Belakang 80/90-14MC 34P

PERFORMA

Dimensi (P x L x T) 1,820 x 675 x 1,050 mm Sistem Starter Kick & Electric

Daya Maksimum 6.54 Km (8.9 ps) / 8,000 rpm Torsi Maksimum 7.84 Nm (0.88 kgf.m) / 7,000 rpm

GARANSI

3 tahun/ 36.000 Km : Mesin (Sesuai ketentuan)

2 tahun : kelistrikan (Rotor, Stator, CDI, Ignition Coil, Motor Starter Assy) 6 bulan/ 6.000 Km : Umum (Diluar kelistrikan)

SERVIS GRATIS : 4 kali + 2 kali oli mesin


(49)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa S1 program Reguler dan Ekstensi Manajemen Fakutas Ekonomi USU yaitu angkatan 2006 dan 2007 yang telah menggunakan sepeda motor Yamaha Matic yang berjumlah 685. Dari jumlah populasi 685 orang tersebut dapat ditarik sampel dengan cara propotianate Stratified Random Sampling yatu metode penarikan sampel acak secara prporsional untuk setiap kelompok strata dalam populasi. Maka jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 87 orang dengan taraf kesalahan 10%.

Gambar karakteristik sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada uraian berikut:

1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur Tabel 4.1

Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur

Umur (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)

17 – 25 58 66.67

26 ke atas 29 33.33

Jumlah 87 100

Sumber: Data Primer (Diolah Penulis, 2008)

Pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa umur sampel 17-25 tahun sebesar 58 orang atau 66.67% dan 26 ke atas sebesar 29 atau 33.33. Jumlah sampel terbesar berada pada tingkatan umur 17-25 tahun.


(50)

2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2

Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Laki-laki 38 43.68

Perempuan 49 56.68

Jumlah 87 100

Sumber: Data Primer (Diolah Penulis, 2009)

Pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jenis kelamin sampel laki-laki yaitu sebanyak 38 orang atau 43.68% dan jenis kelamin sampel perempuan sebanyak 49 orang atau 56.68%. Sampel dari jenis kelamin perempuan adalah yang terbesar sehingga mengindikasikan bahwa sebagian besar peminat sepeda motor Yamaha Matic adalah perempuan.

3.Karakteristik Sampel Berdasarkan Jurusan Tabel 4.3

Karakteristik Sampel Berdasarkan Jurusan

Jurusan/Program Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Reguler 51 58.62

Ekstensi 36 41.38

Jumlah 87 100

Sumber: Data Primer (Diolah Penulis, 2009)

Pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa Jurusan Manajemen Reguler yaitu sebanyak 51 orang atau 58.62% dan Jurusan Manajemen Ekstensi sebanyak 36 orang atau 41.38%. Sampel dari Jurusan Manajemen Reguler adalah yang terbesar sehingga mengindikasikan bahwa sebagian besar peminat sepeda motor Yamaha Matic adalah Jurusan Manajemen Reguler.


(51)

4. Karakteristik Sampel Berdasarkan Stambuk Tabel 4.4

Karakteristik Sampel Berdasarkan Stambuk

Stambuk Frekuensi (Orang) Persentase (%)

2006 Reguler 23 26.44

2006 Ekstensi 20 22.99

2007 Reguler 28 32.18

2007 Ekstensi 16 18.39

Jumlah 87 100

Sumber: Data Primer (Diolah Penulis, 2009)

Pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa Jurusan Manajemen Reguler stambuk 2006 yaitu sebanyak 23 orang atau 26.44%, Jurusam Manajemen Ekstensi stambuk 2006 yaitu sebanyak 20 atau sebesar 22.99%, Jurusan Manajemen Reguler stambuk 2007 yaitu sebanyak 28 atau sebesar 32.18% dan Jurusan Manajemen Ekstensi tambuk 2007 sebanyak 16 orang atau 18.39%. Sampel dari Jurusan Manajemen Reguler stambuk 2007 adalah yang terbesar sehingga mengindikasikan bahwa sebagian besar peminat sepeda motor Yamaha Matic adalah Jurusan Manajemen Reguler stambuk 2007.

B. Analisis Deskriptif

Berdasarkan angket penelitian “Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif

(Cagnitive Dissonance) Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU Medan.” yang telah disebarkan kepada 87 orang sampel, maka telah diperoleh hasil dan

tiap-tiap jawaban yang diperoleh akan diberikan skor sesuai dengan penilaian sebagai berikut:

1. Sangat Setuju (SS) : diberi skor 1 2. Setuju (S) : diberi skor 2


(52)

3. Netral (N) : diberi skor 3 4. Tidak Setuju (TS) : diberi skor 4 5. Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 5

1.Variabel Emosional

Emosional adalah ketidaknyamanan psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan pembelian. Indikatornya yaitu setelah melakukan pembelian konsumen merasakan: telah membuat sesuatu yang salah (1), putus asa (2), menyesal (3), kecewa dengan diri sendiri (4), takut (5), hampa (6), marah (7), cemas atau kwatir (8), kesal atau jengkel (9), frustasi (10), sakit hati (11), depresi (12), marah dengan diri sendiri (13), muak (14) dan masalah (15). Tanggapan dari konsumen pemilik sepeda motor Yamaha Matic adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5

Distribusi Pendapat Sampel Terhadap Variabel Emosional

Item SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1) Total

Pertayaan F % F % F % F % F % F %

1 1 1.15 7 8.05 22 25.29 54 62.07 3 3.45 87 100 2 - - 4 4.60 18 20.69 53 60.92 12 13.79 87 100 3 - - 7 8.05 19 21.84 55 63.22 6 6.90 87 100 4 1 1.15 7 8.05 17 19.54 41 47.13 21 24.14 87 100 5 1 1.15 4 4.60 22 25.29 46 52.87 14 16.09 87 100 6 - - 7 8.05 15 17.24 48 55.17 17 19.54 87 100 7 - - 11 12.64 17 19.54 47 54.02 12 13.79 87 100 8 3 3.45 5 5.75 25 28.74 43 49.43 11 12.64 87 100 9 2 2.30 7 8.05 26 29.89 40 45.98 12 13.79 87 100 10 - - 4 4.60 16 18.39 39 44.83 28 32.18 87 100 11 1 1.15 7 8.05 20 22.99 47 54.02 12 13.79 87 100 12 - - 7 8.05 11 12.64 44 50.57 25 28.74 87 100 13 - - 2 2.30 11 12.64 53 60.92 21 24.14 87 100 14 - - 4 4.60 14 16.09 49 56.32 20 22.99 87 100 15 - - 9 10.34 26 29.89 38 43.68 14 16.09 87 100 Sumber: Data Primer (Diolah Penulis, 2009)

Berdasarkan data dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa tanggapan sampel sebanyak 87 orang terhadap pertanyaan sebagai berikut:


(53)

1) Pada item pertanyaan 1 (saudara merasa telah membuat sesuatu yang salah) 1 orang atau sebesar 1.15% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 7 orang atau sebesar 8.05% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 22 orang atau sebesar 25.29% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 54 orang atau sebesar 62.07% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 3 orang atau sebesar 3.45% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

2) Pada item pertanyaan 2 (saudara merasa putus asa) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 4 orang atau sebesar 4.60% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 18 orang atau sebesar 20.70% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 53 orang atau sebesar 60.92% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 12 orang atau sebesar 13.79% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

3) Pada item pertanyaan 3 (saudara merasa menyesal) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 7 orang atau sebesar 8.05% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 19 orang atau sebesar 21.84% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 55 orang atau sebesar 63.22% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 6 orang atau sebesar 6.90% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

4) Pada item pertanyaan 4 (saudara merasa kecewa dengan diri saudara sendiri) 1 otang atau sebesar 1.15% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 7 orang atau sebesar 8.05% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 17 orang atau sebesar 19.54% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 41 orang atau sebesar 47.13% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 21 orang atau sebesar 24.14% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.


(54)

5) Pada item pertanyaan 5 (saudara merasa takut) 1 orang atau sebesar 1.1% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 4 orang atau sebesar 4.60% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 22 orang atau sebesar 25.29% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 46 orang atau sebesar 52.87% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 14 orang atau sebesar 16.09% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

6) Pada item pertanyaan 6 (saudara merasa hampa) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 7 orang atau sebesar 8.05% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 15 orang atau sebesar 17.24% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 48 orang atau sebesar 55.17% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 17 orang atau sebesar 19.54% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

7) Pada item pertanyaan 7 (saudara merasa marah) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 11 orang atau sebesar 12.64% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 17 orang atau sebesar 19.54% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 47 orang atau sebesar 54.02% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 12 orang atau sebesar 13.79% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

8) Pada item pertanyaan 8 (saudara merasa cemas atau khawatir) 3 orang atau sebesar 3.44% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 5 orang atau sebesar 5.75% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 25 orang atau sebesar 28.74% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 43 orang atau sebesar 49.43% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 11 orang atau sebesar 12.64% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.


(55)

9) Pada item pertanyaan 9 (saudara merasa kesal atau jengkel) 2 orang atau sebesar 2.30% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 7 orang atau sebesar 8.05% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 26 orang atau sebesar 29.89% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 40 orang atau sebesar 45.98% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 12 orang atau sebesar 13.79% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

10)Pada item pertanyaan 10 (saudara merasa frustasi) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 4 orang atau sebesar 4.60% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 16 orang atau sebesar 18.39% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 39 orang atau sebesar 44.83% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 28 orang atau sebesar 32.18% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

11)Pada item pertanyaan 11 (saudara merasa sakit hati) 1 orang atau sebesar 1.45% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 7 orang atau sebesar 8.05% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 20 orang atau sebesar 22.99% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 47 orang atau sebesar 54.02% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 12 orang atau sebesar 13.79% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

12)Pada item pertanyaan 12 (saudara merasa depresi) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 7 orang atau sebesar 8.05% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 11 orang atau sebesar 12.64% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 44 orang atau sebesar 50.57% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 25 orang atau sebesar 28.74% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.


(56)

13)Pada item pertanyaan 13 (saudara merasa marah dengan diri saudara sendiri) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 2 orang atau sebesar 2.30% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 11 orang atau sebesar 12.64% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 53 orang atau sebesar 60.92% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 21 orang atau sebesar 24.14% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

14)Pada item pertanyaan 14 (saudara merasa muak) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 4 orang atau sebesar 4.60% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 14 orang atau sebesar 16.09% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 49 orang atau sebesar 56.32% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 20 orang atau sebesar 22.99% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

15)Pada item pertanyaan 15 (saudara merasa mendapat masalah) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 9 orang atau sebesar 10.34% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 26 orang atau sebesar 29.89% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 38 orang atau sebesar 43.68% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 14 orang atau sebesar 16.09% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

2. Variabel Kebijaksanaan Pembelian

Kebijaksanaan pembelian adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian, dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka merasa butuh atau telah membeli produk yang sesuai. Tanggapan dari konsumen pemilik sepeda motor Yamaha Matic adalah sebagai berikut:


(1)

Communalities

Initial Extraction

salah 1.000 .733

putusasa 1.000 .622

menyesal 1.000 .704

kecewa 1.000 .396

takut 1.000 .710

hampa 1.000 .789

marah 1.000 .662

cemas 1.000 .617

kesa 1.000 .646

frustasi 1.000 .697

sakithati 1.000 .590

depresi 1.000 .652

marahdgndirisendiri 1.000 .594

muak 1.000 .500

masalah 1.000 .599

Extraction Method: Principal Component Analysis. Total Variance Explained

Component

Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %

1 5.226 34.843 34.843 5.226 34.843 34.843

2 1.964 13.096 47.939 1.964 13.096 47.939

3 1.279 8.525 56.464 1.279 8.525 56.464

4 1.041 6.938 63.402 1.041 6.938 63.402

5 .983 6.557 69.959

6 .804 5.358 75.317

7 .704 4.696 80.013

8 .685 4.566 84.580

9 .565 3.770 88.350

10 .443 2.956 91.305

11 .380 2.535 93.840

12 .291 1.943 95.783

13 .255 1.701 97.484

14 .208 1.389 98.872

15 .169 1.128 100.000


(2)

Correlation Matrix(a)

salah

putu sas

a

menye sal

kecew

a takut hamap mara

h

cema

s kesal frustasi sakithati depresi

marahdgndirise

ndiri muak Masalah Correlati

on

Salah

1.000 .415 .585 .256 .081 .089 -.001 .196 .157 .005 .048 -.062 .003 -.050 .176

putusasa

.415 1.00

0 .581 .400 .115 .424 .289 .266 .309 .268 .083 .262 .088 .129 .042

menyesal .585 .581 1.000 .238 .154 .285 .198 .306 .192 .054 .055 .218 .104 .155 .072

Kecewa .256 .400 .238 1.000 .350 .389 .308 .436 .251 .235 .075 .311 .264 .302 .172

Takut .081 .115 .154 .350 1.000 .637 .416 .393 .137 .173 .178 .366 .266 .302 -.026

Hampa .089 .424 .285 .389 .637 1.000 .620 .559 .411 .544 .156 .561 .401 .418 .016

Marah -.001 .289 .198 .308 .416 .620 1.000 .537 .535 .487 .110 .377 .361 .532 .092

Cemas .196 .266 .306 .436 .393 .559 .537 1.000 .550 .404 .036 .401 .396 .317 .150

Kesa .157 .309 .192 .251 .137 .411 .535 .550 1.000 .612 .123 .338 .364 .323 .157

Frustasi .005 .268 .054 .235 .173 .544 .487 .404 .612 1.000 .171 .621 .539 .428 .220 Sakithati .048 .083 .055 .075 .178 .156 .110 .036 .123 .171 1.000 .195 .157 .139 .021 Depresi -.062 .262 .218 .311 .366 .561 .377 .401 .338 .621 .195 1.000 .597 .503 .189

Marahdgn

dirisendiri .003 .088 .104 .264 .266 .401 .361 .396 .364 .539 .157 .597 1.000 .435 .233

Muak -.050 .129 .155 .302 .302 .418 .532 .317 .323 .428 .139 .503 .435 1.000 .236

Masalah .176 .042 .072 .172 -.026 .016 .092 .150 .157 .220 .021 .189 .233 .236 1.000 Sig.

(1-tailed)

Salah

.000 .000 .008 .227 .205 .497 .034 .073 .483 .329 .284 .490 .324 .052

putusasa .000 .000 .000 .144 .000 .003 .006 .002 .006 .222 .007 .209 .118 .348

menyesal .000 .000 .013 .077 .004 .033 .002 .037 .311 .307 .021 .168 .075 .254


(3)

Hampa .205 .000 .004 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .075 .000 .000 .000 .442

Marah .497 .003 .033 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .154 .000 .000 .000 .198

Cemas .034 .006 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .372 .000 .000 .001 .083

Kesa .073 .002 .037 .009 .104 .000 .000 .000 .000 .127 .001 .000 .001 .074

Frustasi .483 .006 .311 .014 .055 .000 .000 .000 .000 .056 .000 .000 .000 .020

Sakithati .329 .222 .307 .245 .050 .075 .154 .372 .127 .056 .035 .073 .100 .424

Depresi .284 .007 .021 .002 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .035 .000 .000 .040

marahdgn

dirisendiri .490 .209 .168 .007 .006 .000 .000 .000 .000 .000 .073 .000 .000 .015

Muak .324 .118 .075 .002 .002 .000 .000 .001 .001 .000 .100 .000 .000 .014

Masalah .052 .348 .254 .055 .404 .442 .198 .083 .074 .020 .424 .040 .015 .014

Extraction Method: Principal Component Analysis.


(4)

Factor Analysis

KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling

Adequacy. .665

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square

38.166

df 6

Sig. .000

Anti-image Matrices melakukan halsalah tidakmemb utuhkan perlumem beli pilihantida ktepat Anti-image Covariance melakukanhalsal

ah .811 .013 -.226 -.199

tidakmembutuhk

an .013 .877 -.099 -.228

perlumembeli -.226 -.099 .810 -.150

plihantidaktepat -.199 -.228 -.150 .768

Anti-image Correlation melakukanhalsal

ah .654(a) .015 -.279 -.253

tidakmembutuhk

an .015 .655(a) -.117 -.278

perlumembeli -.279 -.117 .691(a) -.190

pilihantidaktepat -.253 -.278 -.190 .657(a)

a Measures of Sampling Adequacy(MSA) Communalities

Initial Extraction

melakukanhals

alah 1.000 .467

tidakmembutuh

kan 1.000 .322

perlumembeli 1.000 .506 plihantidaktepat 1.000 .575 Extraction Method: Principal Component Analysis Inverse of Correlation Matrix

Graduate College Gender

Starting Salary melakukanhals

alah 1.233 .018 -.344 -.320

tidakmembutuh

kan .018 1.140 -.139 -.338

perlumembeli -.344 -.139 1.234 -.241


(5)

Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %

1 1.870 46.755 46.755 1.870 46.755 46.755

2 .899 22.470 69.225

3 .654 16.358 85.582

4 .577 14.418 100.000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Factor Analysis

KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling

Adequacy. .553

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square

41.467

df 3

Sig. .000

Anti-image Matrices melakukanke

salahn

melakukanket ololan

membuatbin gung Anti-image Covariance melakukankesalahan .779 -.308 .029

meakukanketololan -.308 .634 -.306

membuatbingung .029 -.306 .783

Anti-image Correlation membuatkesalah .569(a) -.438 .037

melakukanketololan -.438 .534(a) -.434

membuatbingung .037 -.434 .571(a)

a Measures of Sampling Adequacy(MSA)

Communalities Initial Extraction elakukank

esalahan 1.000 .505

melakuka

nketololan 1.000 .756 membuat

bingung 1.000 .500

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Total Variance Explained

Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %


(6)

2 .811 27.034 85.742

3 .428 14.258 100.000

Extraction Method: Principal Component Analysis. Inverse of Correlation Matrix

Graduate Gender College

elakukank

esalahan 1.283 -.623 .047

melakuka

nketololan -.623 1.578 -.616 membuat