Membangun Dialog Budaya. Implementasi Dialog Centre for Dialogue and Cooperation amongs
bisnis. Dengan kerjasama ini kedua negara ini bisa saling mengerti dan memahami sehingga terbentuk kerjasama yang damai.
Dalam melakukan dialog tentang kebudayaan, CDCC juga mendorong proses proses perspektif budaya yang tinggi, terbuka dan diterima oleh seluruh
aspirasi baik itu minoritas ataupun mayoritas, karena CDCC mempunyai nilai kesetaraan dalam melakukan dialog.
Sejalan dengan pendapat Eep Saefullah Fatah mengutarakan bahwa Publik adalah warga negara yang mempunyai keberanian untuk menegaskan
eksistensi dirinya, hal ini menarik untuk kutip. “Publik adalah warga negara yang memiliki kesadaran akan dirinya, hak-
haknya, kepentingan-kepentingannya. Publik adalah warga negara yang memiliki keberanian menegaskan eksistensi dirinya, memperjuangkan
pemenuhan hak-haknya, dan mendesak agar kepentingan-kepentingannya terakomodasi. Sehingga publik bukanlah kategori pasif, melainkan aktif.
Publik bukan kerumunan massa yang diam mass of silent.”
77
Contoh dari dialog yang terbuka tentang budaya adalah tentang masalah pemanasan global global warming. CDCC bukan hanya mendiskusi hal ini
dengan pakar-pakar yang seperti dilakukan oleh kelompok lain dengan mengundang ahli lingkungan hidup atau dari pemerintahan, tapi CDCC
mendorong serta melakukan dialog dengan mengumpulkan tokoh-tokoh adat yang selama ini dipinggirkan untuk membahas tentang masalah pemanasan global,
seperti kutipan wawancara di bawah ini, “Dialog yang pernah lakukan yaitu dalam level elit, seperti isu tentang
global warming. CDCC mengumpulkan tokoh-tokoh adat yang salama ini dipinggirkan, mereka dikumpulkan untuk membahas tentang global
warming dalam perspektif mereka”.
78
77
Eep Saefulloh Fatah, Zaman Kesempatan : Agenda-Agenda Besar Demokratisasi Pasca Orde Baru
, Bandung : Mizan, 2000, h. 269-270.
78
Wawancara Pribadi dengan Piet Hizbullah Khaidir, Jakarta 8 Desember 2010.
Hutan merupakan tempat tinggal dari suku-suku yang tertinggal di Indonesia. Hutan yang ada di Indonesia semakin hari semakin berkurang karena
terjadi penebangan hutan yang tidak teratur dan terkontrol oleh pemerintah. Dalam dialog ini tokoh-tokoh adat mengeluhkan mengenai pemansan global, dan
kecewa terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang memberikan Hak Penebangan Hutan HPH terhadap perusahan sangat mudah dan tidak tegas.
Dengan memberikan izin yang mudah itu kerusakan hutan dan lingkungan terjadi dimana-mana, serta eksistensi suku-suku yang tertinggal pun akan terancam.
Selama ini suku-suku tertinggal di Indonesia kurang mendapat perhatian dari pemerintah, pemerintah hanya lebih mengutamakan kepentingan perusahaan
dengan memberikan HPH yang sangat mudah. Oleh karena itu CDCC sebagai pusat dari dialog memberikan ruang yang bebas terhadap tokoh-tokoh adat untuk
meluapkan perasaan yang selama ini mereka rasakan terhadap ketidakadilan pemerintah.
Dalam melakukan dialog tentang kebudayaan CDCC juga mengangkat isu mengenai Palestina-Israel. Biasanya kebayakan kelompok lain dalam
membahas isu tentang Palestina-Israel hanya melihat dari sudut politik dan agama, akan tetapi CDCC melihat isu ini dari sudut budaya.
79
Kalau melihat kondisi kehidupan sosial masyarakat Palestina, mereka hidup dalam berbagai suku dan agama berbeda. Kehidupan masyarakat Palestina
terdiri bukan hanya dari suku arab saja atau dari agama Islam saja, akan tetapi meraka hidup dalam keaneka ragaman, ada Islam, Yahudi dan Nasrani.
79
Wawancara pribadi dengan Piet Hizbullah khaidir, Jakarta 8 Desember 2010.
Kekejaman Israel memang kalau dilihat dari perspektif agama, terlihat seolah-oleh perang antara Islam melawan yahudi. Tapi kalau dilihat dari
perspektif budaya Israel telah melakukan kejahatan kemanusiaan dengan merenggut nyawa dan merampas kebebasan warga Palestina.
Apapun agamanya, setiap orang pasti terpanggil hatinya melihat kekejaman Israel menghancurkan Palestina. Oleh karena itu CDCC dan Partai
Damai Sejahtera PDS prihatin dengan keadaan rakyat Palestina yang mengenaskan. Kami peduli dengan nasib yang menimpa rakyat Palestina,
Sehingga dari hasil dialog tersebut atas nama PDS, Rusyandi Hutasoit selaku Ketua Umum menyerahkan bantuan senilai 1.000 dolar Amerika dan Rp 3 Juta.
80
Pada dialog tersebut, dihadiri oleh Ketua MUI, Amidan dan Dubes Palestina untuk Indonesia Fariz Al Mehdawi. Pada dialog ini mereka sepakat
bahwa kekerasan yang dilakukan oleh Israel melanggar hak asasi manusia. Pada dialog ini juga merupakan cermin dari kerukunan kehidupan beragama, sehingga
ini merupakan pesan damai bagi dunia pada umumnya dan khususnya Israel yang kini membombardir jalur Gaza.
Dalam melakukan dialog budaya CDCC juga melalui seni, yaitu dengan lukisan yang mempunyai tujuan ingin mengeratkan ukhuwah kedua ormas besar
di Indonesia dengan melukis kedua tokoh pendiri Muhammadiyah dan tokoh pendiri NU.
81
80
CDCC News, artikel diakses pada tanggal 12 Januari 2011dari http: www.cdccfoundation.org
81
Wawancara pribadi dengan Abdul Mu’ti, Jakarta, 8 September 2010
Keinginan menyatukan umat Islam bukan hanya dengan cara mempertemukan mereka secara langsung. Perbedaan pandangan antara satu
organisasi keumatan dengan lainnya adalah hal yang lumrah atau sunnatullah. Sebetulnya bukan sesuatu hal yang harus diperdebatkan, misalnya dalam
penentuan penaggalan Hijriah. Walaupun belum menentukan suatu formula yang tepat dua ormas besar Muhammadiyah dan NU mencoba menggunakan cara-cara
elegan. Namun ternyata, keinginan untuk lebih merukunkan dua ormas Islam itu
tidak hanya keinginan dari Muhammadiyah dan NU sendiri. CDCC memfasilitasi Seorang pelukis asal Jawa Timur, Dukan Wahyudi mencoba menuangkan dalam
seni lukis yang bertemakan “The Lamp” dimana pada satu media kanvas berukuran 90x150 cm, tokoh pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan dan
tokoh pendiri Nahdotul Ulama NU KH. Hasyim Asy’ari dilukiskan dalam satu bingkai.
Lukisan ini menceritakan dua tokoh Islam yaitu Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy’ari ibaratnya seperti lampu yang menerangi umat dari kegelapan,
kalau salah satu lampu ini mati artinya akan muncul perbedaan, karena itu kedua lampu ini harus tetap terjaga memberikan penerangan.
Pada waktu yang sama yang kebetualan hadir Ketua Dewan Tanfidz NU KH. Sholahudin Wahid menanggapi lukisan tersebut. Beliau menyatakan bahwa
kedua tokoh itu menunjukan Islam yang moderat rahmatan lil alamin, selain pemikiran-pemikirannya kedua tokoh ini sangat luar biasa, berbeda dengan
pejabat yang banyak saat ini belum tentu dapat membimbing umat dengan baik.
Kedua tokoh ini mempunyai kelebihan, mudah-mudahan kita sebagai generasi penerus bisa meneladani mereka. Dengan meneladani mereka semoga kedepan
Islam dapat memberikan sumbangsih yang besar kepada bangsa melalui akhlak yang baik.
Disisi lain, Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsudin juga mengutarakan penyandingan dua tokoh utama yang menjadikan dua ormas besar
ini ada, harus dijadikan hal yang penting oleh jamaah kedua ormas Islam besar Muhammadiyah dan NU sehingga bisa menjadi penerang, pelita yang terus
menyinari umat dan bangsa hampir satu abad lamanya dengan mempererat ukhuwah islamiyah.
Mendekatkan antara Muhammadiyah dan NU itu sangat penting. Kedua ormas besar ini mutlak berkaloborasi, bersinergi dan bekerjasama dalam
membangun umat Islam, kalau umat Islam maju bangsa Indonesia akan mengalami kemajuan. Meskipun ada nuansa-nuansa perbedaan itu lebih karena
faktor politik, tetapi perlu diresapi oleh warga Muhammadiyah dan NU harus tetap berada pada jati dirinya sebagai gerakan dakwah dan gerakan kultural yang
mencerahkan umat.