Partisipasi Politik Pemilih Pada Tingkat Pendidikan Formal Rendah Terhadap Pemilukada Kota Medan 2010 (Studi Kasus : Pemilihan Putaran Kedua di Lingkungan IV Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli)

(1)

SKRIPSI

Partisipasi Politik Pemilih Pada Tingkat Pendidikan

Formal Rendah Terhadap Pemilukada Kota Medan 2010

(studi kasus : pemilihan putaran kedua di lingkungan IV kelurahan titi papan kecamatan

medan deli)

DISUSUN

O

L

E

H

:

MUKHAIRA MULIA MIRAZA

070906017

ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Rumusan Masalah ... 7

I.3. Tujuan Penelitian ... 8

I.4. Manfaat Penelitian ... 9

I.5. Kerangka Teori ... 9

I.5.1. Perilaku Politik ... 10

I.5.2. Partisipasi Politik... 16

I.5.3. Perilaku Pemilih ... 19

I.5.3.1. Orientasi Pemilih ... 21

I.5.3.2. Jenis-jenis Pemilih ... 21

I.5.4. Pemilihan Langsung Kepala Daerah ... 22

I.5.4.1. Parameter Demokrasi Pemilihan Kepala Daerah Langsung... 22

I.6. Metodologi Penelitian ... 24

I.6.1. Jenis Penelitian ... 24

I.6.2. Lokasi Penelitian ... 24

I.6.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

I.6.4. Teknik Pengumpulan Data ... 27

I.6.5. Teknik Analisa Data ... 28

I.7. Sistematika Penulisan ... 28

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... I.1. Deskripsi Kelurahan Titipapan Kecamatan Medan Deli Titipapan ... 29 BAB III Penyajian Data ...


(3)

A. Data Responden ... 36

Tabel 8 (Distribusi Responden Berdasarkan Usia) ... 36

Tabel 9 (Distribusi Responden Berdasarkan Agama) ... 37

Tabel 10 (Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan)... 38

Tabel 11 (Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin) ... 39

Tabel 9 (Distribusi Responden Berdasarkan Agama) ... 37

B. Jawaban Responden ... 40

BAB IV Penutup ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 66


(4)

Abstrak

Keyword (pendidikan dan partisipasi politik)

Pendidikan merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan ketrampilan memutuskan terhadap persoalan – persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan. Oleh karena itu mengapa pendidikan penting, pendidikan formal tinggi bisa memberikan informasi tentang politik dan persoalan – persoalan politik, bisa mengembangkan kecakapan menganalisa dan menciptakan minat dan kemampuan berpolitik. Secara konseptual, partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara lansung atau secara tidak lansung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan tersebut mencakup kegiatan tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan pendekatan atau hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan lain sebagainya.


(5)

Abstrak

Keyword (pendidikan dan partisipasi politik)

Pendidikan merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan ketrampilan memutuskan terhadap persoalan – persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan. Oleh karena itu mengapa pendidikan penting, pendidikan formal tinggi bisa memberikan informasi tentang politik dan persoalan – persoalan politik, bisa mengembangkan kecakapan menganalisa dan menciptakan minat dan kemampuan berpolitik. Secara konseptual, partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara lansung atau secara tidak lansung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan tersebut mencakup kegiatan tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan pendekatan atau hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan lain sebagainya.


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hampir di setiap negara demokrasi bahkan komunis menganggap Pemilu sebagai sebuah media dalam melakukan suksesi kekuasaan atau pergantian kekuasaan hal itulah yang menjadi satu rumusan penting yang di pikirkan oleh para teoritisi pada masa lalu maupun masa kini yang menjadikan Pemilu sebuah hal yang sangat signifikan nilainya. Salah satu karakteristik dari pemilu adalah adanya partisipasi dari warga negara dalam kehidupan politik. Partisipasi dapat beraneka ragam bentuknya, mulai dari yang resmi atau mengikuti jalur yang ditetapkan oleh pemerintah (konvensional) sampai bentuk yang tidak resmi (inkonvensional).

Partisipasi politik merupakan suatu masalah yang dianggap pada akhir – akhir ini, banyak dipelajari orang terutama dalam kaitannya dengan perkembangan negara – negara berkembang. Partisipasi politik merupakan salah satu aspek penting demokrasi. Secara konseptual, partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara lansung atau secara tidak lansung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan tersebut mencakup kegiatan tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan pendekatan atau hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan lain sebagainya.1

1


(7)

Selain bentuk partisipasi politik yang aktif ada juga partisipasi yang bersifat pasif atau apatis. Bentuk apatis politik apati, anomie, sinisme dan alienasi. Secara umum keempatnya didefenisikan sebagai suatu kegiatan yang tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap orang lain disekitar lingkungannya.2

Seperti halnya Lipset, penulis ingin melakukan penelitian bahwa pendidikan itu mempengaruhi partisipasi politik. Di banyak negara pendidikan tinggi sangat mempengaruhi partisipasi politik, mungkin karena pendidikan tinggi, bisa memberikan informasi tentang politik, bisa mengembangkan kecakapan menganalisa dan menciptakan minat dan kemampuan dalam berpolitik. Orang terpelajar lebih sadar akan pengaruh pemerintah terhadap kehidupan mereka, lebih meperhatikan kehidupan politik, memperoleh lebih banyak informasi tentang proses – proses politik dan lebih kompeten dalam tingkah laku politiknya.

Partisipasi politik dapat juga terwujud dalam berbagai bentuk, studi – studi tentang partisipasi dapat menggunakan skema klasifikasi yang agak berbeda – beda namun kebanyak riset belakangan ini membedakan jenis – jenis perilaku yaitu : kegiatan pemilihan yang mencakup pemungutan suara, akan tetapi juga sumbangan – sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan. Ikut dalam pemungutan suara adalah jauh lebih luas dibandingkan dengan bentuk – bentuk partisipasi politik lainnya dan oleh sebab itu faktor – faktor yang berkaitan dengan kejadian itu seringkali membedakannya dari jenis – jenis partisipasi lainnya.

3

2

Michael Rusf dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2003, hal 143.


(8)

Berangkat dari teori diatas dan seiring dengan indikator kemajuan dibidang pendidikan, pembangunan ekonomi, stabilitas politik, ideologi dan keamanan, maka meningkat pula pola pikir dan taraf hidup masyarakat disertai meningkatnya tuntutan kebutuhan masyarakat secara kualitas dan kuantitas. Masyarakat juga menjadi semakin kritis dalam setiap langkah, pemikiran , ucapan, tindakan, serta memberikan partisipasinya secara intens. Hal ini harus ditanggapi secara wajar, karena kenyataan ini justru menunjukkan semakin tingginya kesdaran berbangsa dan bernegara di kalangan masyarakat.

Meningkatnya rata – rata tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat dan berimbang dengan akomodasi yang mendukung terutama pada sarana dan prasarana serta kenyataan yang ada di dunia komunikasi, setiap kesempatan mendatangkan peluang dan peluang haruslah berbuah yang menguntungkan di dalam partisipasi masyarakat. Perencanaan harus berdasarkan fakta yang baru dan aktual. Hal itu berbentuk visi yang mengantarkan tujuan pembangunan berisikan bobot pembinaan partisipasi politik. Sehingga aktivitas pembangunan diwarnai dengan berbagai macam istilah politik seperti pembangunan politik, sosialisasi politik, partisipasi politik, sistem politik, kebijakan publik, dan pendidikan politik.

Dalam penelitian ini penulis membahas partisipasi politik dari segi tingkat pendidikan. Tingkat partisipasi politik sangat memiliki hubungan erat pendidikan, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang itu dapat mempengaruhi tingginya tingkat partisipasi masyarakat dibidang politik. Partisipasi berhubungan dengan kepentingan – kepentingan masayarakat sehingga apa yang dilakukan rakyat dalam partisipasi politiknya menunjukkan derajat kepentingan mereka.


(9)

Seperti yang diketahui bahwa yang menjadi calon walikota Medan dan wakil walikota Medan 2010 pada putaran kedua menyisakan dua pasangan calon yakni :

1. Drs. H. Rahudman Harahap, MM dan Drs. Dzulmi Eldin S, M.Si. (pasangan nomor urut 6)

2. Dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP. (pasangan nomor urut 10)

Dengan sistem Pilkada Langsung yang berlangsung di Kota Medan, maka setiap calon pasangan berjuang untuk mendapatkan suara terbanyak dan dukungan dari masyarakat, Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan Pemilihan Umum Daerah Langsung untuk memilih Calon Walikota Medan dan Wakil Walikota Medan tahun 2010. Dari luas geografis dan jumlah penduduk di wilayah kelurahan Titi Papan, di Lingkungan IV terdapat 3 TPS yakni TPS 10, TPS 11 dan TPS 11 perolehan suara yang diperoleh dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :


(10)

Tabel 1

Perolehan Suara Pemilih Putaran Kedua Di Lingkungan IV Kelurahan Titi Papan pada Pilkada Kota Medan Tahun 2010.

No. Data Pemilih Jenis

Kelamin

TPS

10 11 12

1. Jumlah Pemilih Daftar Pemilih Tetap (DPT)

Lk 221 200 230

Pr 209 225 208

Jml 430 425 438

2. Jumlah Pemilih DPT yang menggunakan Hak

Pilih

Lk 95 109 89

Pr 119 128 130

Jml 214 237 219

3. Jumlah Pemilih DPT yang tidak menggunakan

Hak Pilih

Lk 126 91 141

Pr 90 97 78

Jml 227 188 219

Sumber : rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara kelurahan titi papan

Dan rekapitulasi hasil suara untuk kedua belah pihak pada lingkungan IV yaitu TPS 10,11 dan 12 dapat dilihat tabel di bawah ini :


(11)

Tabel 2

Perolehan Suara putaran kedua Pilkada 2010 kota Medan

No. Nama pasangan calon TPS 10 TPS 11 TPS 12

1. Drs. H. Rahudman

Harahap, MM dan Drs. Dzulmi Eldin S, M.Si. (pasangan nomor urut 6)

192 suara 192 suara 190 suara

2 Dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP. (pasangan nomor urut 10)

21 suara 42 suara 27 suara

Sumber : rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara kelurahan titi papan

Dari tabel 1 dan 2 diatas tersebut terlihat bahwa perolehan suara tidak sepenuhnya dipergunakan oleh para pemilih yang memiliki hak untuk memilih dan perbedaan yang jauh hasil suara yang didapat dari kedua pasangan. Dengan jumlah yang hampir setengah dari pengguna hak pilih tidak menggunakan haknya di TPS 10,11 dan 12, dapat dikatakan perolehan suara mengalami efek dari tingkat partisipasi politik masyarakat di wilayah titi papan itu sendiri, tingkat partisipasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Dari penjabaran yang diatas apakah benar menjadi pengaruh tingkat partisipasi pemilihan kepala daerah di kota medan tahun 2010, oleh karena itu, dengan adanya pilkada ini maka rakyatlah yang menentukan siapa yang akan duduk menduduki jabatan walikota Medan 2010 – 2015. Pemberian suara atau voting secara umum dapat diartikan sebagai : “ sebuah proses dimana seorang anggota


(12)

dalam suatu kelompok menyatakan pendapatnya dan ikut menentukan konsensus diantara anggota kelompok seorang pejabat maupun keputusan yang diambil”.4

Penduduk di Kelurahan Titi Papan mayoritas merupakan tamatan SLTP/Sederajat (4.006 jiwa) dan diikuti dengan tamatan SLTA/Sederajat yakni 3.683 jiwa. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat sekitar didominasi oleh pendidikan yang telah mencapai tingkat menengah pertama yang seharusnya diselesaikan pada tingkat menengah atas. Semakin tinggi tingkat pendidikan mempengaruhi informasi dan pengetahuan yang didapat oleh masing – masing orang yang memiliki hak pilih. Keikutsertaan masyarakat dalam aktivitas politik yang salah satunya adalah pemberian suara dalam pilkada memerlukan Pendidikan merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan ketrampilan memutuskan terhadap persoalan – persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan. Oleh karena itu mengapa pendidikan penting, pendidikan formal tinggi bisa memberikan informasi tentang politik dan persoalan – persoalan politik, bisa mengembangkan kecakapan menganalisa dan menciptakan minat dan kemampuan berpolitik.

Dari uraian tersebut saya sebagai peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul

Pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi politik pada pemilihan umum kepala daerah di Kota Medan pada tahun 2010 (studi kasus : pemilihan putaran kedua di lingkungan IV kelurahan titi papan kecamatan medan deli)

1.2. Rumusan Masalah

4

Gosnel F Horald. 1943. Ensyklopedia of the social science, New York : Mc Grew Hill Book Company. Hal 32.


(13)

pendidikan yang cukup bukan saja itu namun juga informasi yang dapat diambil dan ditelaah secara bijak. Dapat dikatakan bahwa mayoritas penduduk di daerah ini hanya mengeyam pendidikan formal ditaraf rendah atau hanya sampai pendidikan sekolah tingkat menengah pertama dan bagaimana pengaruhnya terhadap partisipasi politiknya terhadap Pilkada Kota Medan 2010.

Dari latar belakang penelitian tersebut, maka yang jadi rumusan masalah adalah : “Seberapa besar faktor tingkat pendidikan formal yang rendah mempengaruhi partisipasi politik dalam pilkada kota Medan tahun 2010 di lingkungan IV kelurahan titi papan, kecamatan Medan Deli di putaran kedua?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi pemilih terhadap pasangan calon walikota dan wakil walikota Kota Medan 2010 pada putaran kedua. 2. Untuk mengetahui perilaku pemilih diwilayah lingkungan IV kelurahan titi

papan kecamatan Medan Deli terhadap partisipasi politik.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi saya sebagai penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengasah kemampuan penulis dalam meneliti fenomena politik yang terjadi, sehingga menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti.


(14)

2. secara teoritis hasil penelitian ini sekiranya dapat bermanfaat menambah khazanah kepustakaan politik.

3. sebagai rujukan bagi mahasiswa yang berminat dalam penelitian yang berkaitan dengan judul ini.

1.5 Kerangka Teori

Bagian ini merupakan unsur yang paling penting di dalam penelitian, karena pada bagian ini saya mencoba menjelaskan fenomena yang sedang diamati dengan menggunakan teori – teori yang relevan dengan penelitiannya. Teori menurut Masrisingarimbun dan sofian effendi dalam buku Metode Penelitian Sosial mengatakan, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.5

5

Masri Singarimbun da sofian effendi, Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP3ES, 1998, hal 37.

Seperti halnya Lipset, bahwa pendidikan itu mempengaruhi partisipasi politik. Di banyak negara pendidikan tinggi sangat mempengaruhi partisipasi politik, mungkin karena pendidikan tinggi, bisa memberikan informasi tentang politik, bisa mengembangkan kecakapan menganalisa dan menciptakan minat dan kemampuan dalam berpolitik. Orang terpelajar lebih sadar akan pengaruh pemerintah terhadap kehidupan mereka, lebih meperhatikan kehidupan politik, memperoleh lebih banyak informasi tentang proses – proses politik dan lebih kompeten dalam tingkah laku politiknya


(15)

1.5.1 Perilaku Politik

Perilaku politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan kekuasaan politik. Interaksi anatar pemerintah dan masyarakat, antar lembaga pemerintah dan antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupaka perilaku politik.6

Perilaku politik dapat dibagi dua, yaitu :

Sejalan dengan penertian politik, perilaku politik berkenaan dengan tujuan suatu masyarakat, kebijakan untuk mencapai suatu tujuan, serta sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat kearah pencapaian tersebut.

Dalam pelaksanaan pemilu disuatu negara ataupun dalam pelaksanaan pilkada lansung di suatu daerah, perilaku masyarakat dalam menentukan sikap dan pilihan dalam pelaksanaan pemilu atau pilkada tersebut hal ini jugalah yang membuat digunakannya teori perilaku politik dlam proposal penelitian ini.

7

1. Perilaku politik lembaga – lembaga dan para pejabat pemerintah. 2. Perilaku politik warga negara biasa ( baik individu maupun

kelompok).

Yang pertama bertanggung jawab membuat, melaksanakan dan menegakkan keputusan politik, sedangkan yang kedua berhak mempengaruhi pihak yang pertama dalam melaksanakan fungsinya karena apa yang dilakukan pihak pertama

6


(16)

menyangkut kehidupan pihak kedua. Kegiatan politik yang dilakukan oleh warga negara biasa (individu atau kelompok) disebut partisipasi politik.

Dalam melakukan kajian terhadap perilaku politik, dapat dipilih tiga unit analisis yaitu :

1. Aktor politik (meliputi aktor politik, aktivitas politik, dan individu warga negara biasa).

2. Agregasi politik (yaitu individu aktor politik secara kolektif seperti partai politik, birokrasi, lembaga – lembaga pemerintahan).

3. Topologi kepribadian politik (yaitu kepribadian pemimpin, seperti Otoriter, machiavelist, dan demokrat).

Ada 4 faktor yang mempengaruhi perilaku politik aktor politik (pemimpin, aktivis, dan warga biasa) yaitu :8

1. Lingkungan Sosial Politik tak langsung seperti sistem politik, ekonomi, budaya dan media massa.

2. Lingkungan sosial politik langsung yang membentuk kepribadian aktor seperti keluarga, agama, sekolah, dan kelompok bergaul. Dari lingkungan ini, seorang aktor politik mengalami proses sosialisasi dan internalisasi nilai dan norma masyarakat dan norma kehidupan bernegara.

3. Struktur kepribadian. Hal ini tercermin dalam sikap individu ( yang berbasis kepentingan, penyesuaian diri dan eksternalisasi).

4. Lingkungan sosial politik langsung berupa situasi yaitu keadaan yang mempengaruhi aktor secara langsung ketika hendak melakukan sesuatu

8


(17)

kegiatan seperti cuaca, keadaan keluarga, keadaan ruang, kehadiran orang lain, suasana kelompok, dan ancaman dengan segala bentuknya.

Perilaku politik merupakan salah satu aspek dari perilaku secara umum karena disamping perilaku masih ada perilaku yang lain seperti perilaku ekonomi, perilaku budaya, perilaku keagamaan dan sebagainya. Perilaku politik merupakan perilaku yang menyangkut persoalan politik. Sejalan dengan pengertian politik, perilaku politik berkenaan dengan tujuan suatu masyarakat, kebijakan untuk mencapai suatu tujuan, serta sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu otoritas yang mengatur kehidupan masyarakat kearah pencapaian tujuan tersebut. Politik senantiasa berkenaan dengan tujuan masyarakat secara umum ( public goal) dan bukan tujuan orang perorang. Upaya yang dilakukan individu/ perorangan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari merupakan perilaku politik, yang dalam hal itu adalah perilaku – perilaku politik ekonomi. Perilaku politik dapat dijumpai dalam berbagai bentuk misalnya, dalam suatu negara, ada pihak yang memerintah dan ada pihak yang diperintah. Terhadapa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Yang selalu melakukan kegiatan politik adalah pemerintah dan partai politikkarena fungsi mereka dalam bidang politik. Keluarga sebagai suatu kelompok melakukan berbagai kegiatan, termasuk didalamnya adalah kegiatan politik. Dalam hal para anggota suatu keluarga secara bersama memberikan dukungan pada organisasi politik tertentu, memberikan iuran, ikut berkampanye menghadapi pemilu, keluarga yang bersangkutan telah berperan dalam kegiatan politik, disamping kegiatan yang lain.

Suatu perbuatan tertentu dapat dikatakan lebih dari satu jenis perilaku, apabila kegiatan tersebut mencakup berbagai aspek sekaligus, misalnya suatu


(18)

perusahaan memperjuangkan bea masuk yang rendah atas barang – barang yang diimpor dari luar negeri. Upaya tersebut dapat termasuk perilaku ekonomi dan sekaligus perilaku politik. Merupakan perilaku ekonomi karena tujuan yang ingin dicapai adalah peningkatan keuntungan dari kegiatan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dimaksudkan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Perilaku politik tidaklah merupakan sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi mengandung keterkaitan dengan hal – hal yang lain. Perilaku politik yang ditujukan oleh individu merupakan hasil pengaruh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal, yang menyangkut lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya. Mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku politik tidak akan diuraikan di sini karena akan dikupas secara khusus pada bagian tersendiri.

Berkaitan dengan perilaku politik, astu hal yang perlu dibahas adalah apa yang disebut sikap politik. Walaupun antara sikap dan perilaku terdapat kaitan yang sangat erat, keduanya perlu dibedakan. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi baru merupakan kecendrungan atau pre-disposisi. Dari suatu sikap tertentu dapat diperkirakan tindakan apa yang akan dilakukan berkenaan dengan objek yang dimaksud.

Sikap mengandung tiga komponen yaitu kognisi, afeksi, dan konasi.9

Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku politik khususnya masyarakat yang memiliki pluralisme budaya yang tinggi, seringkali terdapat kegiatan yang Kognisi berkenaan dengan ide dan konsep, afeksi menyangkut kehidupan emosional, sedangkan konasi merupakan kecendrungan bertingkah laku.

9


(19)

bervariasi dan tidak mustahil terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya. Untuk memahami perilaku politik diperlukan tinjauan dari sudut pandang yang multidimensi. Hal itu berarti bahwa latar belakang dan faktor – faktor yang mendorong perilaku politik tidak bersifat memberikan pengaruh.

Perilaku politik merupakan produk sosial sehingga untuk memahaminya diperlukan dukungan konsep dari berbagai disiplin ilmu, konsep sosiologi, psikologi sosial, antropologi sosial, geopolitik, ekonomi dan konsep sejarah digunakan secara integral. Dengan demikian, memahami perilaku politik tidak hanya menggunakan konsep politik saja, tetapi juga didukung konsep ilmu – ilmu sosial lainnya. Dengan demikian memahami perilaku politik berarti menilai serta mempertanyakan tempat dan peranan warga negara dalam sistem politik. Dengan presepsi ini terbentuklah pemahaman konsep yang memadukan dua tingkat orientasi politik, yaitu sistem dan individu.

Dalam pendekatan behavioralis individulah yang dipandang secara aktual melakukan kegiatan politik, sedangkan perilaku lembaga pada dasarnya merupakan perilaku individu dengan pola tertentu. Dibalik tindakan lembaga – lembaga politik. Oleh karena itu, untuk menjelaskan perilaku suatu lembaga yang perlu ditelaah bukan lembaganya, melainkan latar belakang individu yang secara aktual mengendalikan lembaga.. demikian pula kelompok – kelompok kekuatan politik diluar pemerintah dan individu – individu warga negara lebih ditekankan pada aktifitas sumber daya manusianya, sebagai pelaku politik.

Dalam mengkaji perilaku politik seringkali dilakukan dari sudut pandang psikologis disamping pendekatan struktural fungsional dan struktur konflik. Sudut pandang psikologis ini menjelaskan pertimbangan – pertimbangan latar belakang


(20)

secara menyeluruh, baik aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya, maupun pertimbangan kepentingan lain.

Perilaku politik aktor politik seperti perencanaan, pengambilan keputusan, dan penegakan keputusan dipengaruhi oleh berbagai dimensi dan latar belakang yang merupakan bahan dalam pertimbangan poltiknya. Demikian juga warga negara biasa dalam berperilaku politik juga dipengaruhi oleh berbgai faktor dan latar belakang.

Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku politik aktor politik ada empat yakni :

1. Lingkungan sosial politik tak langsung, seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem budaya dan media massa.

2. lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian aktor politik seperti, keluarga, agama, sekolah dan kelompok pergaulan. 3. struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu.

4. faktor sosial politik langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang mempengaruhi aktor secara langsung ketika akan melakukan suatu kegiatan seperti cuaca, keadaan keluarga, kehadiran seseorang, keadaan ruang, susunan kelompok, dan ancaman dengan segala bentuknya.10

Digunakannya teori partisipasi politik dalam proposal penelitian ini adalah karena, tingkat partisipasi politik adalah faktor yang menentukan apakah pemilu ataupun Pilkada yang berlangsung berhasil atau tidak, semakin tinggi tingkat

1.5.2 Partisipasi Politik

10


(21)

partisipasi pemilih, maka tingkat keberhasilan Pemilu ataupun Pilkada semakin tinggi.

Berikut ini dikekemukakan sejumlah “rambu – rambu” partisipasi politik :11

1. Partisipasi politik berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan orientasi tidak selalu termanifestasikan dalam perilakunya.

2. Kegiatan tersebut diarahkan untuk mempengaruhi perilaku selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Seperti mengajukan alternative kebijakan umum, dan kegiatan mendukung atau menentang keputusan politik yang dibuat pemerintah.

3. Kegiatan yang berhasil (efektif) maupun yang gagal mempengaruhi pemerintah termasuk konsep partisipasi politik.

4. Kegiatan mempengaruhi kebijakan pemerintah secara langsung yaitu mempengaruhi pemerintah dengan menggunakan perantara yang dapat meyakinkan pemerintah.

5. Mempengaruhi pemerintah memalui prosedur yang wajar dan tanpa kekerasan seperti mengikuti Pemilu, mengajukan petisi, bertatap muka, dan menulis surat atau prosedur yang tak wajar seperti kekerasan, demonstrasi,mogok,kudeta,revolusi,dll.

Partisipasi sebagai suatu bentuk kegiatan dibedakan atas dua bagian, yaitu:12

1. Partisipasi aktif yakni kegiatan yang berorientasi pada output dan input politik. Seperti halnya mengajukan usul kebjakan ke pemerintah,

11


(22)

mengajukan kritik, dan perbaikan meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintahan.

2. Partisipasi pasif, yakni kegiatan yang hanya berorientasi pada output politik. Pada masyarakat yang termasuk kedalam jenis partisipasi ini hanya menuruti segala kebijakan pemerintah dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemeriuntah.

Kemudian terhadap masyarakat yang tidak termasuk kedalam kedua kategori ini, yaitu masyarakat yang menganggap telah terjadinya penyimpangan sistem politik dari apa yang mereka cita – citakan. Kelompok ini disebut apatis (golongan putih).

Faktor – faktor yang memepengaruhi partisipasi politik seseorang adalah :

1. Kesadaran politik, yakni kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai warga negata.

2. Kepercayaan politik, yaitu sikap dan kepercayaan orang tersebut terhadap pemerintahannya.

Berdasarkan dua faktor tersebut, terdapat empat tipe partisipasi politik yaitu :13

1. Partisipasi politik aktif jika memiliki kesadaran dan kepercayaan politik yang tinggi.

2. Partisipasi politik apatis jika memiliki kesadaran dan kepercayaan politik yang rendah.

3. Partisipasi politik pasif jika memiliki kesadaran politik rendah, sedangkan kepercayaan politiknya tinggi.

13


(23)

4. Partisipasi politik militan radikal jika memiliki kesadaran politik tinggi, sedangkan kepercayaan politiknya rendah.

Partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi kehidupannya.14

Semua pihak yang menjadi tujuan utama kontestan untuk dipengaruhi dan diyakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang berkaitan pendukungan bisa diartkan bahwa itu adalah pemilih.

Perlu diketahui bahwa yang berperan melakukan kegiatan politik itu adalah warga negara yang mempunyai jabatan dalam pemerintahan dan warga negara yang mempunyai jabatan dalam pemerintahan dan warga negara biasa yang tidak memiliki jabatan. Yang berwenang membuat dan melaksanakan keputusan politik adalah pemerintah. Namun demikian, warga masyarakat berhak mempengaruhi proses pembuatan serta pelaksanaan keputusan tersebut.

1.5.3 Perilaku Pemilih

15

Pemilih dalam hal ini dapat berbentuk konstituen maupun masyarakat pada umumnya. Konstituen umumnya merupakan masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu panduan hidup bernegara yang tertuang dalam institusi politik seperti partai dan seorang pemimpin.16

Pemberian suara pada pilkada secara langsung diwujudkan dengan memberikan suara pada pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

14

Ibid 140

15


(24)

yang didukungnya atau ditujukan dengan perilaku masyarakat dalam memilih pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Adapun perilaku pemilih dapat dianalisis dengan tiga pendekatan yaitu :17

1. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan – pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih seseorang. Contoh : pekerjaan, pendidikan dan lain sebagainya, pengelompokkan sosial seperti umur, jenis kelamin, agam dan semacamnya dianggap memiliki peranan yang cukup menentukan karena kelompok – kelompok inilah yang mempunyai peranan besar dlam membentuk sikap, presepsi dan orientasi seseorang.

2. Pendekatan Psikologis

Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi – terutama konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku pemilih. variabel – variabel itu tidak dapat dihubungkan dengan perilaku memilih kalau ada proses sosialisasi. Oleh karena itu, menurut pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi – terutama konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku pemilih. variabel – variabel itu tidak dapat dihubungkan dengan perilaku pemilih kalau ada proses sosialisasi. Oleh karena itu, menurut pendekatan ini sosialisasilah yang sebenarnya mempengaruhi dan menentukan perilaku memilih / partisipasi politik seseorang. Oleh karena itu, pendekatan psikologis menekankan pada tiga aspek psikologis

17


(25)

sebagai kajian utama yaitu ikatan emosional pada suatu partai politik, orientasi terhadap isu – isu dan orientasi terhadap kandidat.

3. Pendekatan Rasional

Dalam perilaku politik, masyarakat akan dapat bertindak secara rasional, yakni memberikan suara yang dianggap mendatangkan keuntungan yang sebesar – besarnya dan menekan kerugian.

1.5.3.1 Orientasi Pemilih18

Pemilih jenis ini bisa dikategorikan ada dua macam yakni berdasarkan ideologi dan yang satu lagi berdasarka program kerja.

1. Orientasi Policy – problem Solving

Pemilih akan melihat bagaimana kontestan dapat menawarkan kerja dan solusi atas permasalahan yang ada. Kecendrungan ini merupakan sifat objektivitas pemilih terhadap kontestan.

2. Orientasi Ideologi

Aspek – aspek subjektivitas seperti kedekatan nilai, budaya, norma, emosi dan psikografis. Semakin dekat kesamaan partai atau kontestan pemilu, pemilih akan cenderung memilih kontestan tersebut.

1.5.3.2 Jenis – jenis Pemilih

1. Pemilih Rasional

Pemilih mengutamakan kemampuan kontestan terhadap pemecahan permasalahan dan berorientasi rendah terhadap faktor ideologi.


(26)

3. Pemilih Tradisional

Pemilih jenis ini memiliki orientasi yang tinggi terhadap ideologi kontestan. Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial – budaya, nilai, asal – usul, paham dan agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai politik atau kontestan pemilu.

4. Pemilih Skepsis

Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi baik ideologi maupun problem solving. Mereka menggangap dan berkeyakinan siapapun yang menjadi pemenang sama saja dan tidak ada perubahan yang berarti. Dan jika mengikuti pemilu mereka memilih secara acak.

1.5.4. Pemilihan Langsung Kepala Daerah

Pemilihan Langsung Kepala Daerah baik itu Gubernur/wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, maupun Walikota/Wakil Walikota, dilaksanakan mulai bulan Juni 2005 dan dipilih secara langsung oleh rakyat. Hal ini merupakan pelaksanaan dari Undang – Undang No. 32/2004 tentang pemerintahan Daerah pasal 56 jo Pasal 119 dan Peraturan Pemerintah (PP) No.6/2005 tentang tata cara pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah. Dengan lahirnya UU No.32/2004 dan PP No. 6/2005 merupakan hukum yang harus dilaksanakan. Dengan pemilihan langsung, yang menggunakan asas – asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, pilkada langsung layak disebut


(27)

sebagai sistem rekrutmen pejabat publik yang hampir memenuhi parameter demokratis.19

1. Menggunakan mekanisme Pemilu yang teratur.

1.5.4.1 Parameter Demokrasi Pemilihan Kepala Daerah Langsung

Beberapa Parameter untuk melihat terciptanya demokrasi di pemilihan umum menurut pendapat Bingham Powel (1978). Antara lain :

2. Adanya rotasi kekuasaan.

3. Pemilihan dilakukan secara terbuka. 4. Akuntabilitas publik.

Penjelasannya antara lain :

a. Pemilu

Rekrutmen yang dilakukan secara teratur dengan tenggang waktu yang jelas, kompetitif, jujur dan adil.

b. Rotasi Kekuasaan

Kekuasaan tidak boleh dipegang dengan waktu lama secara terus menerusjika seperti itu yang terjadi maka lebih dikatakan sistem seperti itu disebut monarkhi.

c. Rekrutmen terbuka

Terbuka buat semua orang atau kelompok untuk mengisi jabatan politik, jika tidak maka itu bisa disebut dengan otoriter atau totaliter yang merekrut hanya dariseseorang saja.

d. Kepercayaan publik

19


(28)

Pemegang jabatan publik harus senantiasa mempertanggungjawabkan kepada publik apa yang dilakukan secara pribadi maupun menjabat sebagai pejabat publik.

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini saya sebagai penulis, menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Pendekatan ini digunakan agar menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati. Penelitian juga berguna untuk menggambarkan atau melukiskan apa yang sedang diteliti dan berusaha untuk memberikan gambaran yang jelas dan mendalam tentang apa yang sedang diteliti dan menjadi pokok permasalahan. Seperti yang diungkapkan Nawawi, “prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain – lain”). Adapun ciri – ciri pokok metode deskriptif adalah :

1. Memusatkan perhatian pada masalah – masalah yang ada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah – masalah yang bersifat aktual.

2. Menggambarkan fakta – fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya.


(29)

1.6.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Deli tepatnya di Kelurahan Titi Papan Lingkungan IV. Alasan pemilihan lokasi tersebut karena kawasan daerah tersebut dihuni oleh berbagai macam Suku, Agama, Ras, dan Pekerjaan yang pada penelitian dapat memberikan data mengenai Partisipasi Politik di wilayah ini secara keseluruhan melalui keanekaragaman SARA yang cukup mewakili.

1.6.3 Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, flora dan fauna, gejala, dan peristiwa dan lain sebagainya, sehungga objek – objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.20

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, saya menggunakan

Maka, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua warga lingkungan IV kelurahan Titi Papan, Kecamatan Medan Deli karena pada wilayah TPS ini memiliki variasi pendidikan yang beragam dan tidak terdominasi oleh jumlah tingkat pendidikan formal yang mengenyam pendidikan rendah. Dan memiliki hak pilih dalam Pilkada Medan 2010 yaitu sejumlah 1293 orang ( yang terdiri dari 651 laki – laki dan 642 perempuan) yang tersebar di 3 TPS (Tempat Pemungutan Suara) yakni TPS 10, TPS 11, TPS 12.


(30)

rumus taro yamane21. Dengan presisi 10 % dan tingkat kepercayaan 90% yakni sebagai berikut :

Ket : n = Sampel d2 = Presisi

N = Populasi

Dari Rumus Taro Yamane tersebut maka besar sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah :

Untuk menentukan jumlah masing – masing sampel dilingkungan tersebut maka tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah tehnik stratified random sampling. Tehnik pengambilan sampel ini digunakan apabila populasinya yang heterogen tidak seragam dalam hubungan variabel yang diteliti.

Melihat penduduk yang terdaftar seragam dalam hubungan variabel yang diteliti. Melihat jumlah penduduk yang terdaftar sebagai peserta terdiri dari 3 TPS yaitu :

21


(31)

1. TPS 10 sebanyak 430 2. TPS 11 sebanyak 425 3. TPS 12 sebanyak 438

Maka ditentukan jumlah sampel untuk masing – masing TPS, yaitu :

TPS 10 :

TPS 11 :

TPS 12 :

Kemudian untuk mengambil sampel yang akan dijadikan sebagai responden sebanyak 93 sampel yang telah ditentukan maka tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling yakni dengan memilih unsur yang paling mudah dan memiliki karakteristik yang sesuai dengan penelitian.22

1. Data Primer

1.6.4 Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, dipergunakan dua sumber pengumpulan data, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

Data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek yang diteliti, hal ini dapat berasal dari masyarakat pemilih di lingkungan IV kelurahan titi papan kecamatan Medan Deli pada Pilkada 2010 Kota Medan. Yakni berupa berbentuk


(32)

kuesioner, dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Ini dilakukan dengan cara penelitian pencatatan dokumen (library research) dari sumber mana saja yang relevan dengan masalah yang diteliti.

1.6.5 Tehnik Analisa Data

Metode kualitatif defenitif sebagai prosedur penelitian yang memadukan data kuantitatif namun mendeskripsikan ucapan, tulisan dan perilaku yang diamati.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian yang digunakan dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian.

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisikan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan mengenai Partisipasi Pemilih Pada Pilkada Kota Medan 2010 putaran


(33)

kedua di Lingkungan IV Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli.

BAB IV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini berisikan kesimpulan analisi dan saran dari hasil penelitian yang diperoleh.


(34)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

1. 1 Deskripsi Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli Kota Medan

Kelurahan Titi Papan memiliki 16 Lingkungan yang tersebar diwilayah kelurahan Titi Papan. masing – masing lingkungan dikepalai oleh seorang kepala lingkungan (Kepling). Dengan jumlah penduduk di kelurahan Titi Papan kurang lebih adalah 11.682 jiwa, terdiri dari 2.135 Kepala Keluarga. Secara geografis Luas Kelurahan, terdiri dari:

– Luas Pemukiman = 0.38 km2

– Luas Pekarangan = 0.01 km2

– Luas Tanaman = 0.004 km2

– Luas Perkantoran = 0.05 km2

– Luas Prasarana = 0.54 km2

Total Luas = 0.54 km2

Jumlah lingkungan yang terdapat di wilayah Kelurahan Titi Papan adalah sebanyak 16 (enam belas) lingkungan, dengan masing-masing Kepala Lingkungan sebagai berikut:


(35)

Tabel 3

Jumlah Lingkungan dan Nama Kepala Lingkungan

No Lingkungan

1 Lingkungan I 2 Lingkungan II 3 Lingkungan III 4 Lingkungan IV 5 Lingkungan V 6 Lingkungan VI 7 Lingkungan VII 8 Lingkungan VIII 9 Lingkungan IX 10 Lingkungan X 11 Lingkungan XI 12 Lingkungan XII 13 Lingkungan XIII 14 Lingkungan XIV 15 Lingkungan XV 16 Lingkungan XVI Sumber: Profil Kelurahan Titi Papan 2010

Kelurahan Titi Papan berbatasan dengan rincian sebagai berikut :

A. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Rengas Pulau Kec. Medan

Marelan.

B. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kota Bangun Kabupaten Deli

Serdang.

C. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Besar Kecamatan Medan

Labuhan.

D. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan


(36)

1. 2 Demografi Penduduk

Hal yang menjadi keterkaitan pada partisipasi masyarakat pada Pilkada Medan

Tahun 2010 di Kelurahan Titi Papan meliputi agama atau nilai – nilai kepercayaan

yang dianut oleh para pemilih, untuk mengetahui agama dan nilai – nilai kepercayaan

masyarakat di wilayah kelurahan Titi Papan dapat dilihat pada Tabel berikut :

Menurut agama dan keyakinan yang dianut, penduduk di Kelurahan Titi Papan menganut 5 jenis agama yang terdiri dari Islam, Protestan, Katolik, Budha, Hindu, dan Sikh. Uraiannya dijelaskan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4

Jumlah Penduduk Menurut Agama

No Uraian Jumlah

1 Islam 5.915

2 Protestan 2.341

3 Katolik 198

4 Budha 3.109

5 Hindu 39

6 Sikh 20

J u m l a h 11.682

Sumber : Profil Kelurahan Titi Papan 2010

Dapat dilihat pada tabel 3 mayoritas penduduk ,di Kelurahan Titi Papan beragama Islam (5.975 jiwa) dapat juga dilihat pada kelurahan Titi Papan jumlah urutan kedua dikuti dengan agama Budha sebanyak 3.109 jiwa. Jika dikaitkan dengan unsur keagamaan yang sama antara pemilih dan calon walikota akan lebih baik jika melihat dari sudut pandang sosiologis, dikarenakan dapat merebut basis massa yang didominasi oleh penduduk yang beragama Islam. Dapat juga dilihat jumlah penduduk selain beragama Islam cukup bisa memiliki basis massa yang


(37)

signifikan. Akan tetapi jika nantinya didapati bahwa penduduk lingkungan IV Kelurahan Titi Papan tergolong tipe pemilih kritis atau rasional, maka pendekatan sosiologis saja tidak cukup untuk meraih suara di Kelurahan ini terutama Lingkungan IV.

Disamping itu juga karakteristik responden juga meliputi etnisitas / kesukuan, hal ini dapat memberikan gambaran sejauhmana seseorang terlibat dalam partisipasi politik di dalam Pilkada di Lingkungan IV kelurahan Titi Papan. untuk mengetahui etnis/suku maka dapat dilihat dalam tabel dibawah ini

Tabel 5

Jumlah Penduduk Menurut Etnisitas/Kesukuan

No Uraian Jumlah

1 Simalungun 736

2 Tapanuli 2.551

3 Karo 217

4 Minang 1.616

5 Nias 176

6 Melayu 1.470

7 Aceh 1.541

8 Jawa 1.280

9 Tiong Hoa 3.102

10 India 69

11 Manado 311

J u m l a h 11.682

Sumber: Profil Kelurahan Titi Papan 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas suku yang terdapat di Kelurahan Titi Papan yaitu suku Tiong Hoa sebanyak 3.102 jiwa. Diikuti dengan suku Tapanuli sebanyak 2.551 jiwa dan paling sedikit adalah penduduk yang memiliki suku India (69 jiwa). Beragamnya suku melengkapi persebaran jumlah penduduk di wilayah


(38)

kelurahan Titi Papan, unsur kesukuan china memiliki peluang cukup besar jika para pemilih menggunakan unsur etnisitas.

Unsur yang lainnya yang merupakan menjadi salah satu faktor dapat

mempengaruhi partisipasi politik, untuk lebih mengetahui tingkat pendidikan yang

terdapat pada kelurahan Titi Papan dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 6

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Umur Jumlah

1 Belum Sekolah 778

2 Pernah sekolah tidak tamat 35

3 SD/Sederajat 2.747

4 SLTP/Sederajat 4.006

5 SLTA/Sederajat 3.683

6 D1 133

7 D2 64

8 D3 73

9 SI 152

10 S2 8

11 S3 3

J u m l a h 11.682

Sumber : Profil Kelurahan Titi Papan

Dapat dilihat bahwa penduduk di Kelurahan Titi Papan mayoritas merupakan tamatan SLTP/Sederajat (4.006 jiwa) dan diikuti dengan tamatan SLTA/Sederajat yakni 3.683 jiwa. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat sekitar didominasi oleh pendidikan yang telah mencapai tingkat menengah pertama yang seharusnya diselesaikan pada tingkat menengah atas. Semakin tinggi tingkat pendidikan mempengaruhi informasi dan pengetahuan yang didapat oleh masing – masing orang yang memiliki hak pilih. Keikutsertaan masyarakat dalam aktivitas


(39)

politik yang salah satunya adalah pemberian suara dalam pilkada memerlukan pendidikan yang cukup bukan saja itu namun juga informasi yang dapat diambil dan ditelaah secara bijak. Dengan cara seperti itu lebih dapat membantu seseorang dalam memilih pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan. Jika kondisi seperti ini maka setiap pasangan calon harus lebih pintar dan cerdas untuk mendapatkan suara. Dapat dikategorikan bahwa pemilih yang berpendidikan tinggi adalah pemilih yang rasional dan kritis sedangkan untuk berpendidikan dibawah standard ataupun tidak mengeyam sekalipun adalah pemilih yang bersifat pragmatis (untung dan rugi). Maka untuk mendapatkan suara di wilayah yang berpendidikan tinggi, calon melakukan pendekatan rasional dan psikologis. Dapat dilihat juga faktor lain yang menjadi pengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat di Kelurahan Titi Papan khususnya di Lingkungan IV yakni mata pencaharian, untuk mengetahui mata pencaharian dapat dilihat tabel dibawah berikut ini :

Tabel 7

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah

1. Pegawai Swasta 1.576

2. Pegawai Negeri 403

3. Wiraswasta 2.649

4. TNI/Polri 380

5. Pensiunan 475

Jumlah 5.483


(40)

Wiraswasta merupakan pekerjaan yang paling dominan dilakukan oleh penduduk di Kelurahan Titi Papan (2.649 jiwa). Pekerjaan wiraswasta tersebut antara lain seperti pedagang, tukang becak, supir, dan lainnya. Hal ini juga mempengaruhi penduduk dalam partisipasi politiknya. Partisipasi politik melibatkan masyarakat yang telah mencapai usia 17 tahun dan memiliki kelayakan serta tidak kehilangan hak pilihnya sebagai warga negara baik laki – laki maupun perempuan. Tentunya pemberian suara mencerminkan partisipasi penduduk di Lingkungan IV kelurahan Titi Papan. dilihat pada tabel sebelumnya pada uraian Bab I terlihat partisipasi politik pada Pilkada putaran kedua bisa dikatakan rendah karena hampir setengah dari jumlah pemilih yang terdaftar dilingkungan IV tidak menggunakan hak pilihnya. Hal apa saja yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat tentunya ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan penjabarannya melalui hasil penelitian.


(41)

BAB III

PENYAJIAN DATA

Setelah pelaksanaan penelitian di lapangan dengan metode penyebaran kuesioner/angket ataupun dengan cara mewawancarai responden dengan membawa kuesioner/angket secara penentuan kluster penduduk namun juga dengan menggunakan hasil sample dari rumus Taro Yamane yakni sebanyak 93 sample, maka diperoleh berbagai data mengenai keadaan responden serta jawaban – jawaban dari beberapa pertanyaan yang diajukan. Dalam Bab ini akan membahas data – data yang diperoleh selama menjalankan penelitian di Lingkungan IV kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli,Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

A. DATA RESPONDEN

TABEL 8

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No. Umur Jumlah Persentase

1. 2. 3. 4.

17 – 24 Tahun 25 – 30 Tahun 31 – 40 Tahun 41 – 60 Tahun keatas

15 11 23 44

16,13 % 11,83 % 24,73 % 47,31 %


(42)

Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Lingkungan IV kelurahan Titi Papan kecamatan Medan Deli di dominasi oleh penduduk berumur 41 – 60 Tahun dibandingkan kelompok usia yang lainnya. Dengan demikian dapat digarisbawahi kelompok umur yang dominan pada kelompok usia 41 – 60 tahun hampir mencakup setengah dari total ketiga kelompok umur lainnya.

TABEL 9

Distribusi Reponden Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah Persentase

1. 2. 3. 4. 5. 6. Islam Protestan Khatolik Budha Hindu Sikh 51 20 2 27 1 1 50,73 % 20,14 % 1,79 % 26,71 % 0,43 % 0,20 %

Jumlah 93 100 %

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa pemilih di Lingkungan IV kelurahan Titi Papan kecamatan Medan Deli yang beragama Islam lebih dominan dalam memberikan suara dalam pemilihan umum kepala daerah Kota Medan tahun


(43)

2010, dan disusul oleh penganut yang beragama budha, yakni lebih dari seperempat populasi di kelurahan Titi Papan dimiliki oleh agama ini.

Tabel 10

Distribusi Reponden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. S1 D3 D1 SMU/Sederajat SLTP/Sederajat SD/Sederajat

Belum Pernah Sekolah

2 2 2 27 33 23 6 2,41% 2,31% 1,80% 29,53% 33,52% 23,53% 6,50%

Jumlah 93 100 %

Dari Tabel diatas diketahui bahwa jumlah penduduk di kelurahan Titi Papan lebih banyak pada tingkat pendidikan SLTP sederajat, tidak begitu tertinggal jauh dari jumlah penduduk yang berpendidikan diatasnya seperti SMU/sederajat. Tingkat partisipasi politik tentunya lebih banyak didominasi oleh tingkat pendidikan yang dominan dibanding dengan tingkat pendidikan yang lain.


(44)

TABEL 11

Distribusi Reponden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1. Laki – Laki 49 50,35 %

2. Perempuan 44 49,65 %

Dari Tabel diatas terlihat bahwa tingkat partisipasi politik dalam memberikan suara dalam Pemilihan umum Kepala Daerah di lingkungan IV kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli dalam memberikan suara pada Pilkada Kota medan 2010 yang berjenis kelamin laki – laki lebih banyak dengan sampel jumlah data pemilih tetap berjumlah 50,35 %.

B. JAWABAN RESPONDEN

TABEL 12

Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 1

Apakah anda menggunakan hak pilih Pilkada Kota Medan 2010 pada putaran kedua ?

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya 52 51,82 %

2. Tidak 41 48,18 %


(45)

Pertanyaan no. 1 ini hanya untuk memastikan bahwa kuisioner/angket penelitian ini hanya diisi oleh warga Lingkungan IV Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli yang menggunakan maupun yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemiihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah Kota Medan 2010 pada putaran kedua.

TABEL 13

Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 2

Apa alasan anda memilih dalam Pilkada Kota Medan 2010 pada putaran kedua (khusus yang menggunakan hak pilih) ?

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Warga Negara Yang Memiliki Hak 34 65,38 %

2. Diajak Keluarga atau Teman 6 11,54 %

3. Pengaruh Tokoh atau Kharisma Calon 5 9,62 %

4. Adanya Imbalan atau Pemberian Materi - -

5. Kesamaan Agama atau Suku 7 13,46 %

JUMLAH 52 100 %

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa alasan warga Lingkungan IV Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli yang memberikan suaranya dalam Pilkada Kota Medan 2010 putaran kedua didominasi oleh jawaban sadar akan haknya sebagai warga negara. Sedangkan kesamaan agama dan kesukuan menempati urutan kedua dan beberapa jawaban yang minoritas dan boleh saja diabaikan.Berdasarkan data


(46)

diatas, partisipasi pemilih dilaksanakan dalam bentuk partisipasi aktif yakni pemberian suara dalam pilkada kota Medan 2010 secara langsung memberikan berbagai alasan yang terangkum dalam berbagai alasan, dapat ditarik kesimpulan dari data bahwa mayoritas masyarakat yang menggunakan hak pilih merupakan bentuk kewajiban yang harus dilaksanakan dalam kehidupan berwarganegaraan. Di lain sesi jawaban dapat kita lihat sebagaian kecil menjawab pada opsi – opsi yang berbeda pula namun tidak memaknai apa pemberian suara itu.Sementara pemilih yang mengemukakan pendapat pada jawaban sadar akan hak politik telah memiliki kesadaran aktif akan haknya dalam wujud demokrasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : tingkat pendidikannya sudah cukup diatas rata – rata, kemudian faktor ekonomi yang baik dan faktor informasi yang mudah didapat dan mungkin saja kehidupan mereka lebih baik dari kelompok yang lainnya.

TABEL 14

Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 3

Apakah anda pernah melihat, mendengar atau menonton kampanye pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Pilkada Kota Medan 2010

pada putaran kedua ?

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya 92 98,92 %

2. Tidak 1 1,18 %


(47)

Dari Tabel diatas dapat kita ketahui bahwa mayoritas warga di lingkungan IV kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli telah mendapatkan sarana informasi dari bentuk kampanye dengan berbagai cara yakni dengan melihat, mendengar dan menonton secara langsung bentuk – bentuk dari kampanye dari calon pasangan Walikota Kota Medan 2010. Sebanyak 98,92 % cukup memberikan kejelasan bahwa kampanye dalam bentuk seperti itu secara tidak langsung diterima oleh masyarakat untuk didengar, dan dilihat.

TABEL 15

Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 4 Jika pernah, kampanye dalam bentuk apa ?

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Tatap Muka langsung Dengan Calon 54 58,06 %

2. Berita melalui media (TV,Radio,Koran) 15 16,13 %

3. Spanduk, Baliho, Stiker 20 21,51 %

4. Melalui anggota keluarga 1 1,08 %

5. Melalui tokoh masyarakat 2 2,15 %

6. Melalui Partai 1 1,08 %

7. Melalui Teman - -


(48)

Dari Tabel 15 memperlihatkan bahwa bentuk kampanye secara langsung dengan bertatap muka dengan calon lebih sering dijumpai oleh warga lingkungan IV Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli yakni sebanyak 58,06 % selain itu bentuk kampanye melalui berbagai sarana dan media menempati urutan kedua dan ketiga, jika dilihat hampir separuh dari sampel mengabaikan bentuk kampanye dari media namun lebih sering berjumpa dengan calon. Bentuk seperti ini dengan cara menjumpai calon atau calon turun langsung ke lapangan lebih efektif dan rasa simpati kepada calon untuk memilih akan lebih besar. Dikarenakan calon pasangan walikota dan wakil walikota Kota Medan 2010 mudah dikenali oleh khalayak ramai ketimbang hanya sekedar brosur atau bentuk baliho serta penyampaian melalui sarana media.

TABEL 16

Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 5

Bentuk kampanye mana yang dibawah ini, anda paling sukai ?

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Tatap Muka langsung Dengan Calon 52 55,91 % 2. Berita melalui media (TV,Radio,Koran) 20 21,51 %

3. Spanduk, Baliho, Stiker 15 16,13 %

4. Melalui anggota keluarga 1 1,08 %

5. Melalui tokoh masyarakat 5 5,38 %

6. Melalui Partai 1 1,08 %

7. Melalui Teman - -


(49)

Berdasarkan Tabel 16 diatas dapat dilihat bahwa masyarakat di lingkungan IV Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli lebih memilih kampanye dalam bentuk bertemu langsung dengan calon hal ini dapat dilihat dengan jumlah persentase masyarakat sebesar 55,91 % ini juga seiring dengan Tabel 15 yang mana masyarakat lebih intens dengan kampanye dalam bentuk ini meskipun dapat juga dipengaruhi oleh berbagai bentuk kampanye melalui media namun hal itu tidak begitu signifikan di wilayah ini.

TABEL 17

Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 6

Siapakah yang tahun lalu anda pilih ketika melakukan pemilihan umum daerah pada Pilkada Kota Medan putaran kedua tahun 2010 ?

No. Jawaban Jumlah Persentase

1.

Drs. H. Rahudman Harahap, MM dan Drs. Dzulmi Eldin S, M.Si. (pasangan

nomor urut 6)

47 50,54 %

2.

Dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP.(pasangan nomor urut 10)

5 5,38 %

3. Tidak Memilih Keduanya namun memilih pada putaran pertama

30 32,26 %

4. Tidak Memilih baik putaran pertama maupun putaran kedua

11 11,83 %


(50)

Dapat dilihat dari tabel bahwa warga lingkungan IV kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli lebih banyak (dominan) memilih pasangan Drs. H. Rahudman Harahap, MM dan Drs. Dzulmi Eldin S, M.Si. pada putaran kedua Pemilihan Kota Medan tahun 2010 dari 93 responden, 47 responden memilih pasangan ini yakni sebesar 50,54 % sedangkan untuk pasangan Dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP. Hanya dipilih oleh 5 responden yakni sebesar 5,38 % selebihnya sebanyak 41 orang tidak memilih dengan pembagian tidak memilih putaran kedua maupun putaran pertama dan kedua tidak memilih, dilihat dari data tabel diatas hampir setengah tidak menggunakan hak pilih. Beberapa faktor yang mempengaruhi beberapa kandidat untuk dapat dipilih antara lain :

1. Orientasi kandidat yaitu pengetahuan terhadap pasangan calon Walikota dan wakli walikota Medan.

2. Orientasi isu yang meliputi informasi yang disampaikan oleh pasangan calon walikota dan wakil walikota.

Untuk membentuk orientasi terhadap kandidat pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan tentunya para pemilih harus mengetahui terlebih dahulu pengetahuan terhadap pasangan kandidat, hal ini dikarenakan agar diperoleh pengetahuan yang komperhensif terhadap kandidat maju dalam Pilkada secara langsung. Dengan demikian, pemilih tidak salah pilih dalam memberikan penilaian dan memberikan suaranya. Kondisi ini sesungguhnya baru dirasakan oleh masyarakat sebagai pemberi suara pada pilkada secara langsung tahun 2010, namun demikian pengetahuan terhadap kandidat dirasakan masih kurang, hal ini terlihat adanya responden yang tidak memilih pasangan calon. Seperti yang diungkapkan oleh Milbrath dan Goel beberapa kategori seseorang tidak berpartisipasi dalam politik antara lain : bentuk apatis yakni orang yang menarik diri dari proses politik. Sedangkan yang lain yakni spektator adalah orang – orang yang setidak – tidaknya pernah


(51)

ikut dalam proses partisipasi politik23

No.

. Kedua kategori ini cukup menjelaskan pengkategorian warga lingkungan IV kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli yang tidak ikut berpartisipasi dalam Pemilihan Langsung Kepala Daerah Kota Medan 2010.

TABEL 18

Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 7

Manakah dibawah ini yang menjadi faktor yang mempengaruhi calon untuk dapat dipilih oleh anda?

Jawaban Jumlah Persentase

1. Figur Ketokohan Calon 5 5,38 %

2. Kinerja/ prestasi 63 67.74 %

3. Visi – Misi Calon 8 8.60 %

4. Kesamaan Agama 10 10,75 %

5. Kesamaan Suku 4 4,30 %

6. Rekam Jejak 3 3,23 %

7. Partai Yang Mendukung - -

8. Banyak Memberikan Sumbangan berupa Materi (uang dan barang –

barang)

- -

JUMLAH 93 100 %

Dari tabel 18 menunjukkan faktor yang paling dominan yang mempengaruhi pemilih dalam memiih calon Walikota dan Wakil Walikota Kota Medan 2010 pada warga lingkungan IV kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli dipengaruhi oleh kinerja/prestasi dari pasangan calon tersebut dapat dikatakan calon yang incumbent


(52)

lebih berpeluang untuk mendapatkan suara dan jika bagi pasangan yang bukan incumbent mereka harus lebih populer dengan berbagai langkah yang dianggap sebuah prestasi semasa hidup khususnya di wilayah ini. Terlihat dengan jumlah responden sebesar 67,74 % menyukai atau memilih kinerja/prestasi calon. Kemudian diikuti oleh beberapa jawaban yang dapat diabaikan pengaruhnya.

TABEL 19

Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 8

Apakah anda percaya bahwa pasangan calon yang maju dapat membawa Kota Medan Kearah yang lebih baik, baik itu Ekonomi Sosial

Budaya, Hukum dan Sosial ?

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Percaya 67 72,04 %

2. Tidak Percaya 26 27,96 %

JUMLAH 93 100 %

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa sebanyak 72,04 % responden memilih percaya akan adanya perubahan yang ke arah yang lebih baik. Meningkatnya jumlah pemilih yang percaya akan atas pilihannya karena pada putaran pertama mereka telah memilih dan percaya pada putaran kedua, calon yang mereka pilih akan menang. Maka meskipun beberapa responden tidak memilih pada putaran kedua, mereka telah memilih pada putaran pertama pada Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan 2010 oleh sebab itu, pada quisioner mereka tidak memilih pada putaran kedua namun mereka percaya adanya perubahan.


(53)

TABEL 20

Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 9 Apakah anda menerima hasil Pilkada Kota Medan 2010 ?

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya 65 69,89 %

2. Tidak 28 30,11 %

JUMLAH 93 100 %

Dari tabel diatas dapat kita lihat mayoritas responden masyarakat lingkungan IV kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli menerima hasil Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan 2010 yakni sebanyak 69,89 % sedangkan yang tidak menerima sebanyak 30,11 %.

TABEL 21

Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 10

Apakah anda percaya bahwa Pilkada Kota Medan dapat memberikan perubahan yang cukup berarti dalam perubahan yang lebih baik pada

Kota Medan ?

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Percaya 77 82,80 %

2. Tidak Percaya 16 17,20 %


(54)

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pemilih di lingkungan IV Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli sebanyak 82,80 % percaya akannya perubahan jika pilkada kota Medan terlaksana.

TABEL 22

(Jawaban Responden terkait pertanyaan dibawah ini sesuai dengan tingkat pendidikan)

Manakah dibawah ini yang menjadi faktor yang mempengaruhi calon untuk dapat dipilih oleh anda?

No. Tingkat

Pendidikan

Jawaban Jum

lah

Persentase

1. Sarjana - Figur Ketokohan Calon - Kinerja Prestasi

- Visi Misi Calon - Kesamaan Agama - Kesamaan Suku - Rekam Jejak

- Partai Yang mendukung - Banyak memberi sumbangan materi (berupa uang dan barang – barang) - 1 1 - - - - - - 1,07 % 1,07 % - - - - -

2. Diploma - Figur Ketokohan Calon - Kinerja Prestasi

- Visi Misi Calon - Kesamaan Agama

- 4 - - - 4,30 % - -


(55)

- Kesamaan Suku - Rekam Jejak

- Partai Yang mendukung - Banyak memberi sumbangan materi (berupa uang dan barang – barang) - - - - - - - -

3. SMU - Figur Ketokohan Calon - Kinerja Prestasi

- Visi Misi Calon - Kesamaan Agama - Kesamaan Suku - Rekam Jejak

- Partai Yang mendukung - Banyak memberi sumbangan materi (berupa uang dan barang – barang) - 21 6 - - - - - - 22,58 % 6,45 % - - - - -

4. SMP - Figur Ketokohan Calon - Kinerja Prestasi

- Visi Misi Calon - Kesamaan Agama - Kesamaan Suku - Rekam Jejak

- Partai Yang mendukung - Banyak memberi sumbangan materi (berupa uang dan barang –

3 25 1 2 2 - - - 3,22 % 23,25 % 1,07 % 2,14 % 2,14 % - - -


(56)

barang)

5. SD - Figur Ketokohan Calon - Kinerja Prestasi

- Visi Misi Calon - Kesamaan Agama - Kesamaan Suku - Rekam Jejak

- Partai Yang mendukung - Banyak memberi sumbangan materi (berupa uang dan barang – barang) 2 11 - 4 3 2 - - 2,14 % 1,07 % - 4,30 % 3,21 % 2,14 %

Jumlah 93

Dilihat dari Tabel dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan formal rendah yang bertaraf pada tingkat dasar dan pendidikan menengah pertama dalam partisipasi politiknya cukup mendominasi , maka tingkat faktor yang paling dominan dalam faktor yang mempengaruhi calon untuk dapat dipilih yakni kinerja dan prestasi dari calon yang maju dalam Pilkada Kota Medan 2010, kecenderungan pemilih di lingkungan IV kelurahan titi papan kecamatan Medan Deli pada tingkat pendidikan formal rendah mendominasi pada pilihan kinerja dan prestasi. Dengan ini dapat dilihat bahwa dapat diambil kesimpulan tingkat pendidikan yang mempengaruhi pemilih dengan alasan kinerja dan prestasi didominasi oleh tingkat pendidikan formal yang rendah sedangkan untuk pendidikan yang tinggi dapat bervariasi karena sudah bersifat rasionalitas.


(57)

BAB IV PENUTUP

Dari Uraian diatas dapat dikatakan saya sebagai peneliti menjumpai berbagai hal yang baru dalam mempraktekkan teori penelitian dan kemudian dapat dikemukakan sebagai hasil dari sebuah penelitian yang berdasarkan analisis deskriptif dari semua ini dapat diambil atau dijadikan petikan ilmu yang dapat berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang keilmuan politik. Oleh sebab itu maka saya sebagai peneliti dari penelitian ini dapat menarik kesimpulan serta juga saran untuk kedepan yang lebih baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang saya teliti di lapangan dapat ditarik beberapa kesimpulan atas fakta lapangan yang berupa berbentuk deskriptif bahwa para pemilih dalam Pilkada Kota Medan 2010 pada lingkungan IV Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli memiliki kecenderungan yang berbeda dalam memilih calon Walikota dan Wakil Walikota Medan dengan beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi antara lain :

- Figur Ketokohan Calon. - Partai yang Mendukung Calon. - Kinerja/ prestasi Calon. - Calon yang memberi materi. - Visi – misi Calon.

- Kesamaan Agama Calon dan Pemilih. - Kesamaan Suku Calon dan Pemilih. - Rekam Jejak Calon.

Pengetahuan/informasi yang mereka ketahui akan Calon Walikota dan Wakil Walikota dan isu yang diusung oleh para calon juga menjadi pengaruh bagi pemilih yang memiliki tingkat pendidikan yang telah mengeyam pendidikan diatas wajib 9


(58)

Tahun contohnya seperti SMU dan pada tingkat diploma serta sarjana. Beberapa faktor lain yang juga menjadi menjadi pengaruh pada tingkat pendidikan seperti diatas yakni pengaruh dari kinerja dan prestasi. Pada sampel diatas bahwa mayoritas pemilih yang memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah cenderung memilih berdasarkan faktor yang mempengaruhi yaitu kinerja dan prestasi. Tentunya isu yang dibawa oleh kandidat calon dalam mengkampanyekan kurang diperhatikan, para pemilih pada lingkungan IV kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli lebih cenderung untuk melihat hasil kerja sebelumnya. Hal ini sangat berpengaruh pada calon yang mencalonkan dirinya kembali (incumbent) dan apabila kinerja dipandang baik maka tentunya sangat menguntungkan si calon yang pernah menjabat. Pada putaran kedua ini sangat bermanfaat bagaimana konsolidasi team lapangan sebagai pencipta image calon sangat diharapkan bagi calon sendiri karena pemilih akan menemui kejenuhan karena telah melakukan pemilihan pada putaran pertama.

Ketika dilihat dari uraian hasil penelitian diatas hampir setengah dari populasi sampel pemilih tidak menggunakan hak pilihnya pada Pilkada Kota Medan 2010 di Lingkungan IV Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli di putaran kedua. Partisipasi politik masyarakat memiliki perbedaan dalam intensitas dan bentuknya. Hal itu di samping berkaitan dengan sistem politik, juga berhubungan dengan perubahan – perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Meluasnya partisipasi politik dipengaruhi oleh Weimer24

24

Sudijono sastroatmodjo, op. cit, Hal 89.

disebutkan paling tidak terdapat lima. Dari kelima hal yang dapat menyebabkan timbulnya gerakan ke arah partisipasi yang lebih luas dalam proses politik itu yang pertama modernisasi. Modernisasi disegal bidang berimplikasi pada komersialisasi pertanian, industrialisasi, meningkatnya arus urbanisasi, peningkatan kemampuan baca tulis, perbaikan pendidikan dan


(59)

pengembangan media massa/media komunikasi secara lebih luas. Kemajuan itu berakibat pada partisipasi warga kota baru seperti kaum buruh, kaum pedagang, dan profesional untuk ikut serta mempengaruhi kebijakan dan menuntut keikutsertaannya dalam kekuasaan politik sebagai bentuk kesadarannya bahwa mereka pun dapat mempengaruhi nasibnya sendiri.

Faktor – faktor yang menyebabkan tingkat partisipasi antara lain :

1. Faktor sosial ekonomi, yakni menempatkan variabel status sosial ekonomi sebagai variabel penjelasan perilaku non – voting selalu mengandung makna ganda. Setidaknya ada empat indikator yakni :

2. a. Tingkat pendidikan, b. Tingkat pendapatan, c. Pekerjaan dan d. Pengaruh keluarga.

3. Faktor politik, meliputi :

a. Komunikasi Politik adalah komunikasi yang mempunyai konsekuensi politik secara aktual dan potensial.

b. Kesadaran politik, menyangkut pengetahuan, minat, dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik.

c. Pengetahuan masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan. d. Kontrol masyarakat terhadap kebijakan publik.

Dan pola perilaku pemilih Indonesia pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Orientasi Agama yakni agama pemilih memiliki korelasi nyata dengan perilaku pemilih.

2. Faktor kelas sosial dan kelompok sosial lainnya yakni kelas sosial, tingkat pendidikan, kekayaan dan pekerjaan.


(60)

4. Faktor identifikasi yakni keluarga memberikan pengaruh.25

Faktor yang kedua adalah terjadinya perubahan – perubahan struktur kelas sosial. Perubahan struktur kelas baru itu sebagai akibat dari terbentuknya kelas menengah dan pekerja baru yang maik meluas dalam era industrialisasi dan modernisasi. Dari hal itu muncul persoalan yaitu siapa yang berhak ikut serta dalam pembuatan keputusan – keputusan politik yang akhirnya membawa perubahan – perubahan dalam pola partisipasi politik. Kelas menengah baru itu secara kritis menyuarakan kepentingan – kepentingan masyarakat yang terkesan secara demokratis.

Faktor Ketiga yakni Pengaruh kaum intelektual dan meningkatnya komunikasi massa merupakan faktor meluasnya partisipasi masyarakat. Ide – ide baru seperti nasionalisme, liberalisme, dan egaliterisme membangkitkan tuntutan - tuntutan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Komunikasi yang meluas mempermudah penyebaran ide – ide politik tersebut secara cepat. Hal itu berimplikasi pada tuntutan – tuntutan rakyat dalam ikut serta menentukan dan mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Faktor keempat adalah adanya konflik diantara pemimpin – pemimpin politik. Pemimpin politik yang bersaing memperebutkan kekuasaan seringkali mencapai kemenangan dilakukan dengan cara mencari dukungan massa. Dalam konteks ini mereka beranggapan adalah sah apabila yang mereka lakukan demi kepentingan rakyat dan dalam upaya memperjuangkan ide – ide partisipasi masyarakat. Implikasinya adalah munculnya tuntutan terhadap hak – hak rakyat, baik hak asasi manusia, keterbukaan, demokratisasi, maupun isu – isu kebebasan pers. Dengan

25

Nursal, Adnan, political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu, Jakarta PT.Gramedia Pustaka Utama 2004, Hal 83.


(61)

demikian pertentangan dan perjuangan kelas menengah terhadap kaum bangsawan yang memegang kekuasaan mengakibatkan perluasan hak pilih rakyat.

Faktor kelima, menurut weimer adalah adanya keterlibatan pemerintah yang semakin meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah ini seringkali merangsang tumbuhnya tuntutan – tuntutan yang terorganisasi untuk ikut serta dalam mempengaruhi pembuatan keputusan politik. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari perbuatan pemerintah dalam segala bidang kehidupan.

Ada dua variabel penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi politik seseorang 26 yakni kesadaran politik seseorang dan kepercayaan politik terhadap pemerintah. Aspek kesadaran politik seseorang meliputi kesadaran terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara baik hak – hak politik, hak ekonomi maupun hak – hak mendapat jaminan sosial dan hukum. Selain itu kesadaran wara negara terhadap kewajibannya dalam sistem politik, kehidupan sosial dan kewajiban lain ikut memberikan pengaruh terhadap tinggi rendahnya seseorang dalam politik. Faktor pertama menyangkut seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang akan lingkungan masyarakat dan politik di sekitarnya, dan menyangkut minat dan perhatiannya terhadap lingkungannya. Faktor kedua menyangkut penilaian dan apresiasinya terhadap pemerintah, baik terhadap kebijakan – kebijakan maupun terhadap pelaksanaan pemerintahnya. Penilaian itu merupakan rangkaian dari kepercayaannya, baik yang menyangkut apakah pemerintah itu dapat dipercaya atau tidak maupun apakah pemerintah dapat dipengaruhi atau tidak. Artinya, apabila pemerintah dipandang tidak dapat dipengaruhi dalam proses


(62)

pengambilan keputusan politik, untuk berpartisipasi secara aktif baginya merupakan hal yang sia – sia.

Status sosial dan status ekonomi memiliki kontribusi yang penting dalam mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik. Kedudukan sosial tertentu, misalnya orang yang memiliki jabatan atau kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, akan memiliki tingkat partisipasi politik yang cenderung lebih tinggi daripada orang yang hanya memiliki kedudukan sosial yang rendah. Demikian pula dalam kaitanya dengan status ekonomi, seseorang yang meiliki status ekonomi tinggi dipandang lebih cenderung untuk berpartisipasi politik secara aktif, dibandingkan dengan yang status ekonominya lebih rendah. Variabel lainnya adalah afiliasi politik orang tuanya memiliki pengaruh besar terhadap aktif tidaknya seseorang dalam politik.27

Ada empat alasan yang mempengaruhi partisipasi seseorang menurut Milbrath antara lain : 1. Berkenaan dengan rangsangan politik dikatakan bahwa keterbukaan dan kepekaan seseorang terhadap perangsang politik melaui kontak – kontak pribadi, organisasi dan media massa akan memberikan pengaruh bagi keikutsertaan seseorang dalam kegiatan politik. Dapat dicontohkan misalnya seseorang yang dalam lingkungan keluarganya sering melakukan pembicaraan – pembicaraan, diskusi – diskusi mengenai kehidupan politik sesederhana apapun pembicaraannya, dapat mempengaruhi seseorang untuk aktif terlibat dalam partisipasi politik. Di samping itu dengan mengikuti kegiatan dan organisasi politik secara nyata akan membawa pengaruh bagi partisipasi politiknya secara luas. Keterbukaan dan kepekaaannya menerima perangsang politik melalui media massa akan mendorong seseorang terlibat secara aktif dalam politik. Dengan mengikuti

27


(63)

secara katif perkembangan – perkembangan politik melalui media massa, seseorang akan memiliki referensi yang cukup aktual untuk memberikan tanggapan dan akhirnya sebagai bahan dalam partisipasi politiknya.

Meskipun demikian dalam menanggapi perangsang – perangsang politik itu tentu dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, nilai – nilai, pengalaman – pengalaman, dan dan kepribadian uang dimiliki seseorang. Seorang individu akan merasa mampu memecahkan permasalahan – permasalahan politik yang ada, apabila ia cukup memiliki informasi dan bahan – bahan mengenai permasalahan tersebut yang diperolehnya dari perangsang politik yang diterimanya. Sebaliknya orang merasa tidak memiliki informasi tentang permasalahn tersebut akan cenderung memilih diam dan merasa tidak memiliki kemampuan untuk menyumbangkan pemikiran dalam mengatasi masalah politik itu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa informasi dan pengetahuan politik yang dimiliki seseorang memiliki arti penting dalam mempengaruhi keterlibatan seseorang dalam partisipasi politik.

Sikap dan nilai – nilai yang dimiliki individu juga memiliki pengaruh dalam partisipasi politik. Sikap sinis, acuh, dan terasing sangat mungkin memiliki dampak yang cukup besar terhadap partisipasi politiknya. Orang – orang yang tidak mau tahu atau orang tidak tahu menahu tentang kegiatan politik merupakan kelompok yang cenderung memiliki partisipasi politik rendah. Sementara itu seseorang yang pernah aktif dalam organisasi – organisasi politik ataupun organisasi sosial dapat mendorong seseorang untuk aktif berpartisipasi dalam kehidupan politik. Pengalaman seseorang terlibat dalam organisasi – organisasi itu menjadi faktor pendorong yang penting bagi keterlibatannya dibandingkan dengan seseorang yang belum memiliki pengalaman sama sekali.


(1)

partisipasi politik tidak dapat terlepas dari sosialisasi politik sebagai suatu proses kesadaran politik ke arah partisipasi politik yang luas selanjutnya.

Perkembangan partisipasi politik di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari faktor – faktor tersebut khususnya Medan sebagai miniatur dari kehidupan majemuk di Indonesia. Pasang surut partisipasi politik masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah dilalui oleh masyarakat Indonesia. Kondisi politik, struktur politik, dan kematangan perilaku politik rakyat menjadi bagian yang penting dari bentuk partisipasi politik rakyat.

Pada masa berlakunya demokrasi konstitusional dan demokrasi liberal, partisipasi massa dalam bidang politik tinggi, partisipasi dalam bentuk – bentuk yang tidak konvensional bahkan seringkali dipilih oleh rakyat dalam menyuarakan aspirasi politiknya. Munculnya partisipasi politik ini tentu tidak dengan sendirinya, tetapi karena faktor – faktor yang mendukung lahirnya bentuk partisipasi politik masa itu. Ada lima faktor yang mendorong partisipasi politik masyarakat Indonesia secara meluas pada waktu itu yang dikemukakan oleh Arbi Sanit28 antara lain : pertama adanya kebebasan berkompetisi di segala bidang. Termasuk didalamnya bidang politik. Kedua adanya kenyataan berpolitik secara luas dan terbuka. Kondisi tersebut memungkinkan tumbuhnya kreatifitas berpolitik. Ketiga adanya keleluasaan untuk mengorganisasi diri sehingga organisasi masyarakat dan partai dapat tumbuh dengan subur. Keempat adanya penyebaran sumber daya politik dikalangan masyarakat yang berupa kekayaan dalam masyarakat. Kelima adanya distribusi kekuasaan di kalangan masyarakat sehingga tercipta suatu perimbangan kekuasaan. Hal ini juga terjadi pula di kalangan – kalangan lembaga pemerintahan yang faktor – faktor semuanya itu dapat menetralisasi ikatan primordial di antara elit dan massa seperti ikatan patronal


(2)

dan patrimonal. Partisipasi politik masyarakat waktu itu tumbuh sebagai refleksi atas sistem politik yang ada. Dengan kondisi sistem politik yang ada. Dengan kondisi sistem politik secara meluas tidak dapat dibendung – bendung lagi.

Sistem demokrasi liberal membuka keemungkinan yang sangat besar dan bebas bagi terjadinya persaingan bebas dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam bidang politik. Seringkali keputusan – keputusan yang telah ditetapkan secara spontan ditolak atau disetujui oleh masyarakat. Massa merupakan elemen yang reaktif terhadap setiap perubahan keadaan sosial politik yang terjadi. Di samping itu adanya kebebasan berpolitik yang menyuarakan kepentingan pribadinya. Sistem multi partai yang ada di satu sisi menampilkan dinamika politik masyarakat, disisilain, karena relatif belum dewasanya kesadaran politik rakyat dan sistem politik, menyebabkan instabilitas politik. Selain itu disadari pula bahwa masa itu distribusi kekuasaan dan sumber – sumber daya politik secara relatif ada di kalangan masyarakat dengan pemusatan kekuasaan yang relatif kecil dan kekuasaan ekonomi yang tidak terpusat pada satu atau dua orang saja. Dengan kondisi itu, selain tidak tercipta perimbangan kekuatan politik, juga tidak adanya satu sektor kekuatan politik yang disebabkan oleh sekelompok oranng yang memiliki akses – akses ekonomi sehingga sangat menentukan keputusan – keputusan politik.

Sementara itu, pada masa demokrasi terpimpin faktor – faktor yang ada sebelumnya hampir tidak dapat diketemukan. Kenyataan itu tampak sekali dalam praktek – praktek politiknya. Sulit sekali menemukan iklim persaingan politik, kebebasan dan keterbukaan politik dalam masa itu. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya kepemimpinan yang bermakna mengarahkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat.


(3)

Hal itu berakibat pada makin kecilnya porsi keterbukaan dan persaingan, serta kebebasan dalam kehidupan politik. Situasi saat itu mendorong kearah monopoli dan sentralisasi kekuasaan sehingga distribusi kekuasaan tidak merata pada seluruh rakyat. Ciri yang penting pada saat itu ialah menguatkan ikatan patronase dan semakin suburnya ikatan pemimpin dengan pendukung yang seringkali atas dasar ikatan emosional. Sistem politi yang terjadi memungkinkan pada orang – orang yang segaris menjadi tersisih dalam sistem itu. Hal itu mengakibatkan ketergantungan yang sangat antara rakyat dengan pemimpinnya sehingga menimbulkan kemandekan ide, aspirasi, dan partisipasinya. Dengan sistem politik yang demikian itu, dapat terlihat rendahnya tingkat partisipasi politik yang dimiliki oleh masyarakat. Munculnya orde yang menbangun sistem politik dan tatanan kelembagaan secara konstitusional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, memiliki pengaruh terhadap partisipasi politik rakyat. Orde itu cenderung untuk menciptakan kondisi sosial politik dan sosial ekonomi yang mapan sebagai sarana dalam melaksanakan pembangunan. Stabilitas politik dan stabilitas ekonomi berusaha diciptakan dan dipelihara sebagai modal bagi terciptanya kondisi untuk membangun.

Pembangunan nasional dengan ciri khas dua variabel diatas juga dihadapkan dengan pencapaian suatu pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dengan tuntutan pemerataan yang seimbang. Pencapaian pertumbuhan ekonomi rata – rata sebesar 6 % per tahun dipandang cukup tinggi. Persoalannya adalah menyangkut apakah pertumbuhan ekonomi itu telah dirasakan bersama seluruh warga masyarakat.

Modernisasi dan transformasi sosial tampaknya merupakan karakteristik pembangunan di Indonesia. Tuntutan – tuntutan kearah perubahan berkembang cepat untuk mencapai target – target pembangunan. Hal itu tentu saja membutuhkan peran


(4)

Upaya menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan nampak diperbesar seperti dalam program Keluarga Berencana, Transmigrasi, Pemberantasan Buta Huruf, Pemberantasan Kemiskinan, dan sebagainya. Semua itu hanya dapat tercapai dengan sarana meningkatkan partisipasi aktif masyarakat.

Sebagian orang masih sering mempertanyakan format partisipasi masyarakat, terutama yang berkaitan dengan partisipasi politik. Ada semacam keraguan bahwa partisipasi yang dilakukan bukanlah bentuk partisipasi politik yang sesungguhnya, tetapi hanyalah partisipasi semu (pseudo participation). Angggapan tersebut seringkali mengambil contoh dalam mekanisme pemilihan umum lima tahunan, yang dipandang tidak mencerminkan bentuk partisipasi politik yang sesungguhnya. Untuk melihat hal itu, tampaknya perlu dipahami bagaimana format partisipasi politik di beberapa negara berkembang yang menganut model pembangunan yang berbeda.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas saya sebagai peneliti memberikan saran atas apa yang menjadi kesimpulan dan fakta penelitian dilapangan antara lain :

1. Dalam usaha meningkatkan partisipasi masyarakat dalam aktifitas politik perlu adanya peningkatan kualitas produk dari hasil kegiatan politik yang melibatkan masyarakat. Seperti contohnya hasil pilkada yang menghasilkan pasangan incumbent yang dengan kata lain masyarakat masih memiliki kepercayaan untuk kembali kepada kekuasaan untuk kembali memimpin. 2. Perlunya sosialisasi lebih lanjut akan pentingnya hak pilih, karena dari hasil

penelitian sampel yang diambil pada lingkungan IV kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli sebanyak 48,18 % tidak menggunakan hak pilihnya pada putaran kedua pilkada kota Medan 2010 yang lalu.


(5)

3. Perlunya peningkatan dalam pendidikan politik dan pembangunan politik dalam tubuh masyarakat mengenai kesadaran politik agar memiliki peranan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

4. Bagi para pasangan calon yang ingin maju pada pilkada berikutnya hendaknya memperhatikan isu – isu yang dibawa karena masyarakat semakin dewasa. Dengan tingkat pendidikan yang semakin memasuki wajib 9 tahun keatas, kecendrungan pemilih akan lebih rasional.


(6)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Asfar, Muhammad, Pemilu dan Perilaku Memilih 1955 – 2004, Pustaka Eureka.,2006

Budiharjo, Miriam, Dasar – dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, Jakarta : Gramedia., 2008.

Firmanzah, Marketing Politik., Jakarta : Yayasan Obor Indonesia., 2007.

Michael Rusf dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2003.

Nursal, Adnan, political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu, Jakarta PT.Gramedia Pustaka Utama 2004

Prihatmoko. Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar. 2005.

Singarimbun, Masri dan sofian Effendi, Metode Penelitian Sosial., Jakarta : LP3ES 1998.

Sastroatmojo, sujijono. Perilaku Politik., Semarang.,Ikip Semarang Press., 1995. Surbakti, Ramlan ., Memahami Ilmu Politik., Jakarta : Gramedia Widya Sarana.

1992.

Surbakti, Ramlan., Dasar – dasar Ilmu Politik., Surabaya , Airlangga University Press. 1984.

Sumber

Kepala Lingkungan IV Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli