Perilaku Pemilih pada Pemilukada Medan 2010 Putaran II Studi Kasus: Jemaat HKBP Resort Cinta Damai di Kec Medan Helvetia)

(1)

PERILAKU PEMILIH PADA PEMILUKADA MEDAN 2010 PUTARAN II (Studi Kasus: Jemaat HKBP Resort Cinta Damai di Kec Medan Helvetia)

D I S U S U N

OLEH

NAMA : EDO MANGARA MANURUNG

NIM : 060906019

Dosen Pembimbing : Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si Dosen Pembaca :Drs. Tonny Situmorang, MA

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Bapa di surga atas segala berkat dan karunia yang telah diberikan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini ialah: “PERILAKU PEMILIH PADA PEMILUKADA MEDAN 2010 PUTARAN KEDUA (STUDI KASUS: JEMAAT HKBP RESORT CINTA DAMAI DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA)”. Penelitian ini membahas mengenai perilaku pemilih Jemaat HKBP resort Cinta Damai. Penelitian ini dilaksanakan untuk membahas faktor apa yang menjadi dominan ketika indikator pendekatan sosiologis sangat minim bagi jemaat HKBP pada Pemilukada Medan Putaran Kedua.

Sistematika dari penelitian ini sendiri dibagi menjadi empat Bab yaitu, Bab I membahas latar belakang masalah, rumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penelitian. Bab II deskripsi objek penelitian yaitu Jemaat HKBP resort Cinta Damai, Bab III berisikan data dan fakta yang diperoleh dilapangan dan analisis data, Bab IV berisikan kesimpulan dan saran dari penelitian.


(3)

Dalam menyelesaikan penelitian ini, saya mendapatkan begitu banyak dukungan moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si. sebagai Ketua Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. P. Antonius Sitepu M.Si. sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi, dimana selama proses skripsi telah banyak memberikan dukungan dan arahan kepada saya serta sudah banyak meluangkan waktu dalam membimbing saya.

4. Bapak Drs. Tonny P. Situmorang, M.Si. sebagai dosen pembaca bagi skripsi saya yang telah banyak memberikan waktunya, masukan maupun kritik yang membangun.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Pdt Games Purba. S,th dan bapak St. Simangunsong selaku Pendeta dan Sintua di HKBP resort Cinta Damai yang telah membantu memberikan data Jemaat kepada saya serta memberi kesempatan untuk melakukan penelitian di HKBP resort Cinta Damai.


(4)

8. Kedua orang tua yang selalu ada di hati saya, alm R. Manurung dan E. Manalu .

9. Kepada Kakak-kakak saya tersayang kk Delisma, kk Sondang, kk Rina, kk Desima, kk Erna, kk Ana, kk Gege (yang semuanya boru Manurung) yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada saya serta telah sangat luar biasa mengisi peran sebagai Orang Tua pengganti bagi saya, kalian yang terbaik yang aku miliki.

10.Kepada Margareth Elisa Karina Purba, S.Si yang selalu setia menemani, mendukung, dan memotivasi saya.

11.Kepada teman-teman politik 06 Amran, Jeffry, Sabar, Ari G, Wahyu, dan lain-lain yang tidak bisa saya sebut kan satu persatu, terima kasih telah menjadi teman diskusi saya.

12.Kepada teman-teman Berdikari 18 bang Ken, Bang chopit, Bang buaya, roney sagala, Sihar Sitorus, dan semua teman-teman A.K.A mak Egi resto.


(5)

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pihak-pihak yang telah membaca skripsi ini. Pada dasarnya kritik tersebut sangat berguna untuk mengevaluasi dan memotivasi penulis untuk dapat lebih baik kedepannya.

Medan, November 2012


(6)

ABSTRAK

Seiring bergesernya peran masyarakat dalam proses pemilukada dan berubah-ubahnya peraturan mengenai pemilukada pasca orde baru maka sering memunculkan fenomena politik yang menarik. Fenomena politik tersebut dapat kita analisis dengan menggunakan pendekatan perilaku atau lebih tepatnya perilaku pemilih. Perilaku pemilih adalah kompleks dan selalu berubah-ubah. Secara umum menurut para ahli perilaku pemilih dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor sosiologis, faktor psikologis, dan faktor pilihan rasional.

Faktor sosiologis adalah faktor yang sering mendominasi perilaku pemilih di Indonesia, kesamaan Agama, etnis, dan marga masih sangat kental mempengaruhi perilaku pemilih di Indonesia terutama bagi masyarakat yang terikat atau berada disekitar lingkaran organisasi yang bersifat keagamaan, etnisitas, maupun marga. HKBP merupakan organisasi keagama yang jemaatnya di dominasi oleh etnis Batak Toba yang masih kental dengan adat istiadat dalam melakukan hal-hal tertentu termasuk memilih pemimpin, istilah turun temurun

Dang tumaggonan tu halak adong do di hita”cukup mewakili bahwa mereka

sangat mengedepankan kesamaan dalam memilih pemimpin.

Pada pemilukada Medan Putaran kedua, dua pasangan calon yang lolos bersaing tidak satupun memiliki kesamaan dengan jemaat HKBP baik dilihat dari agama, suku, dan marga. Dengan minimnya indikator pendekatan sosiologis (agama, suku, dan marga) bagaimana verifikasi jemaat HKBP resort Cinta Damai dalam menjatuhkan pilihanya pada salah satu pasangan calon pada pemilukada Medan putaran kedua?pendekatan apa yang menjadi dominan mempengaruhi mereka ketika pendekatan sosiologis menjadi indikatoor yang minim.

Metode yang digunakan untuk menjawab masalah pada penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan tabel tunggal, yakni suatu metode lebih didasarkan kepada pemberian gambaran yang terperinci dari sudut pandang peneliti. Kemudian data yang ada dikelompokkan dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan uraian, kemudian dianalisa dengan cara menggambarkan data yang diperoleh dengan mengadakan atau member interpretasi.

Pada pemilukada Medan 2010 putaran kedua ketika indikator pendekatan sosiologis sangat minim, jemaat HKBP resort Cinta Damai lebih dipengaruhi pendekatan pilihan rasional dalam memberikan pilihan hal ini dapat dilihat dari indikatornya yakni Visi-misi dan rekam jejak yang memiliki persentase yang sangat tinggi.


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

ABSTRAK ...v

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1. 1 Latar Belakang ...1

1. 2 Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah ...9

1. 2. 1 Rumusan Masalah...9

1. 2. 2 Pembatasan Masalah ...10

1. 3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ...11

1. 3. 1 Tujuan Penelitian ...11

1. 3. 2 Manfaat Penelitian ...11

1. 4 Kerangka Teori ...12

1. 4. 1 Perilaku Politik ...12

1. 4. 2 Perilaku Pemilih ...15

1. 4. 2. 1 Pendekatan Sosiologis ...17

1. 4. 2. 2 Pendekatan Psikologis ...17

1. 4. 2. 3 Pendekatan Rasional ...19

1. 4. 2. 4 Konfigurasi Pemilih ...20

1. 4. 3 Pemilihan Umum Kepala Daerah ...23

1. 5 Metodologi Penelitian ...27


(8)

1. 5. 2 Lokasi Penelitian ...27

1. 5. 3 Populasi dan Sampel ...27

1. 5. 4 Teknik Pengumpulan Data ...29

1. 5. 5 Teknik Analisis Data ...29

1. 6 Sistematika Penulisan ...30

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ...31

2. 1 Sejarah Singkat dan Struktur Kepengurusan...31

2. 1. 1 HKBP ...31

2. 1. 2 Struktur Kepengurusan HKBP ...33

2. 2 HKBP resort Cinta Damai ...34

2. 2. 1 Sejarah Singkat ...34

2. 2. 2 Deskripsi HKBP resort Cinta Damai ...36

2. 3 Kondisi Demografi ...37

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ...39

3. 1 Penyajian Data ...39

3. 2 Identitas Responden ...39

3. 3 Perilaku Pemilih ...43

3. 3. 1 Penyajian Jawaban Responden ...43

3. 3. 2 Analisis Jawaban Responden ...48

3. 4 Pemilukada Medan Putaran Kedua ...50

3. 4. 1 Penyajian Jawaban Responden ...50


(9)

BAB IV PENUTUP ...60

4. 1 Kesimpulan ...60

4. 2 Saran ...62

DAFTAR PUSTAKA ...63


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Rekapitulasi Putaran Pertama Pilkada Kota Medan ... 5

Tabel 2.1 Distribusi Jemaat HKBP Berdasarkan Jenis Kelamin... 37

Tabel 2.2 Distribusi Jemaat HKBP berdasarkan usia... 37

Tabel 2.3 Distribusi Jemaat HKBP Berdasarkan Pekerjaan ... 38

Tabel 3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

Tabel 3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 40

Tabel3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan... 41

Tabel 3.4 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 42

Tabel3.5 Distribusi Jawaban Responden Tentang Apakah Faktor Identitas Partai Mempengaruhi bapak/Ibu dalam memilih pada Pemilukada... 43

Tabel 3.6 Distribusi jawaban responden tentang apakah faktor figure kandidat mempengaruhi bapak/ibu dalam memilih pada Pemilukada ... 44

Tabel 3.7 Distribusi jawaban responden tentang apakah faktor visi-misi kandidat mempengaruhi bapak/ibu dalam memilih pada pemilukada ... 45

Tabel 3.8 Distribusi jawaban responden tentang apakah faktor rekam jejak kandidat mempengaruhi bapak/ibu dalam memilih pada pemilukada ... 46

Tabel 3.9 Distribusi jawaban responden tentang apakah faktor kesamaan agama, etnis, dan marga mempengaruhi bapak/ibu dalam memilih pada pemilukada ... 47

Tabel 3.10 Distribusi responden berdasarkan partisipasi pada pemilukada Medan putaran kedua ... 50


(11)

Tabel 3.11 Distribusi responden berdasarkan pilihan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada pemilukada Medan putaran kedua ... …….51 Tabel 3.12 Distribusi responden berdasarkan alasan memilih pasangan calon

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada pemilukada Medan putaran kedua ... 52 Tabel 3.13 Distribusi jawaban responden tentang siapa yang paling

mempengaruhi mereka dalam memberikan suara pada pemilukada Medan putaran kedua ... 54 Tabel 3.14 Distribusi responden berdasarkan alasan memilih pasangan calon

Rahudman Harahap- Dzulmi Eldin ... 55 Tabel 3.15 Distribusi responden berdasarkan alasan memilih pasangan calon

Sofyan Tan- Nelly Armayanti ... 56 Tabel 3.16 Perbandingan Persentase Pendekatan Psikologis dan PIlihan Rasional

Pada Pemilukada Medan putaran kedua... 58 Tabel 3.17 Perbandingan Persentase Faktor Identifikasi Partai dengan Figur


(12)

DAFTAR GAMBAR


(13)

ABSTRAK

Seiring bergesernya peran masyarakat dalam proses pemilukada dan berubah-ubahnya peraturan mengenai pemilukada pasca orde baru maka sering memunculkan fenomena politik yang menarik. Fenomena politik tersebut dapat kita analisis dengan menggunakan pendekatan perilaku atau lebih tepatnya perilaku pemilih. Perilaku pemilih adalah kompleks dan selalu berubah-ubah. Secara umum menurut para ahli perilaku pemilih dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor sosiologis, faktor psikologis, dan faktor pilihan rasional.

Faktor sosiologis adalah faktor yang sering mendominasi perilaku pemilih di Indonesia, kesamaan Agama, etnis, dan marga masih sangat kental mempengaruhi perilaku pemilih di Indonesia terutama bagi masyarakat yang terikat atau berada disekitar lingkaran organisasi yang bersifat keagamaan, etnisitas, maupun marga. HKBP merupakan organisasi keagama yang jemaatnya di dominasi oleh etnis Batak Toba yang masih kental dengan adat istiadat dalam melakukan hal-hal tertentu termasuk memilih pemimpin, istilah turun temurun

Dang tumaggonan tu halak adong do di hita”cukup mewakili bahwa mereka

sangat mengedepankan kesamaan dalam memilih pemimpin.

Pada pemilukada Medan Putaran kedua, dua pasangan calon yang lolos bersaing tidak satupun memiliki kesamaan dengan jemaat HKBP baik dilihat dari agama, suku, dan marga. Dengan minimnya indikator pendekatan sosiologis (agama, suku, dan marga) bagaimana verifikasi jemaat HKBP resort Cinta Damai dalam menjatuhkan pilihanya pada salah satu pasangan calon pada pemilukada Medan putaran kedua?pendekatan apa yang menjadi dominan mempengaruhi mereka ketika pendekatan sosiologis menjadi indikatoor yang minim.

Metode yang digunakan untuk menjawab masalah pada penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan tabel tunggal, yakni suatu metode lebih didasarkan kepada pemberian gambaran yang terperinci dari sudut pandang peneliti. Kemudian data yang ada dikelompokkan dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan uraian, kemudian dianalisa dengan cara menggambarkan data yang diperoleh dengan mengadakan atau member interpretasi.

Pada pemilukada Medan 2010 putaran kedua ketika indikator pendekatan sosiologis sangat minim, jemaat HKBP resort Cinta Damai lebih dipengaruhi pendekatan pilihan rasional dalam memberikan pilihan hal ini dapat dilihat dari indikatornya yakni Visi-misi dan rekam jejak yang memiliki persentase yang sangat tinggi.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pasca runtuhnya orde baru dan beralihnya sistem pemerintahan yang sentralistik ke arah desentralistik di Indonesia memunculkan banyak perubahan yang signifikan, salah satunya adalah kekuasaan yang diberikan kepada daerah untuk mengatur pemerintahannya sendiri (otonomi) termasuk dalam mengatur dan menjalankan proses pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerahnya yang saat ini sering di sebut dengan pemilukada. Proses demokrasi yang berjalan di Indonesia saat ini memunculkan masyarakat sebagai bagian penting di dalam sebuah proses pemerintahan, termasuk salah satunya dalam proses pemilukada, masyarakat telah memiliki hak untuk dapat mengikuti secara langsung proses setiap tahapan pemilukada dimulai dari kampanye, berkecimpung di dalam partai politik, sampai pada puncaknya yakni pemberian suara pada pemilukada. Jika pada masa orde baru masyarakat memiliki kontribusi yang minim didalam proses pemilihan kepala daerah maka pada saat ini masyarakat menjadi bagian yang sangat penting di dalam proses pemilihan kepala daerah, baik itu masyarakat secara individu maupun kelompok/organisasi.

Berdasarkan pernyataan diatas, disamping peran partai politik sebagai kendaraan/sarana untuk bersaing pada pemilukada, para kandidat juga dipaksa


(15)

untuk memahami perilaku masyarakat, seperti perilaku politik dan perilaku pemilihnya. Perilaku pemilih menurut Ramlan Surbakti adalah:

aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih(vote or not vote) di dalam suatu pemilihan umum. Bila voters memutuskan untuk memilih (to vote), apakah partai atau kandidat X ataukah partai atau kandidat Y.1

Pemilihan Umum Kepala Daerah atau yang biasa kita singkat dengan Pemilukada adalah gambaran baru demokrasi di negara Republik Indonesia. Pasca

Bentuk-bentuk perilaku pemilih dalam hal ini dapat berupa keikutsertaan masyarakat dalam kampanye, partai politik, dan puncaknya dalam pemberian suara pada pemilu. Studi perilaku pemilih dimaksudkan sebagai suatu studi yang memusatkan diri pada bidang yang menggelutikebiasaan atau kecenderungan masyarakat dalam pemilihan umum, serta latar belakang mengapa mereka melakukan pilihan itu. Faktor-faktor seperti agama, suku, ikatan emosional pada seorang calon atau partai politik, ataupun isu-isu politik dan kandidat masih dianggap sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan pilihan.Secara umum perilaku pemilih dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diuraikan dari tiga pendekatan yaitu, pendekatan sosiologis, psikologis dan pilihan rasional. Ketiga faktor tersebut menurut ilmuan politik cukup memberikan pengaruh kepada pemilih dalam menjatuhkan pilihannya, namun faktor mana yang paling dominan mempengaruhi perilaku pemilih dalam sebuah Pemilukada masih menjadi perdebatan.

1


(16)

runtuhnya rezim orde baru Negara Republik Indonesia tidak lagi menerapkan sistem sentralistik,(UU No.22/1999) menjadi dasar pemerintahan yang desentralisasi diterapkan di Indonesia kemudian ditegaskan oleh (UU No.32/2004). Setiap daerah memiliki hak untuk mengatur dan menjalankan pemerintahan di daerahnya (otonomi) dan pusat hanya memiliki hak untuk mengawasi, termasuk proses pemilihan kepala daerahnya. Kepala daerah dan wakil kepala daerah tidak lagi ditunjuk langsung oleh pemerintah pusat melainkan dipilih langsung oleh masyarakat yang menjadi penduduk di daerah tersebut (UU No.32/2004). Lahirnya pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan suatu langkah maju dalam proses demokratisasi di Indonesia. “Melalui pemilihan kepala daerah secara langsung berarti mengembalikan hak-hak dasar masyarakat di daerah untuk berpartisipasi dalam proses politik dalam rangka rekrutmen politik lokal secara demokratis”.2

Sebuah sistem politik yang memiliki pengaturan konstitusi tentang pergantian para pejabat pemerintah, bersama- sama dengan pengaturan sosial yang memperbolehkan sebagian besar penduduk untuk turut mempengaruhi keputusan- keputusan penting dengan cara memilih oposisi untuk menduduki jabatan- jabatan politik.

Lipset mendefinisikan demokrasi di dalam masyarakat ialah:

3

2

Joko. J. Prihatmoko. Pilkada Secara Langsung. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2005. Hal 21

3

Seymour Martin Lipset. Political Man; Basis Sosial Tentang Politik. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2007. Hal 20

Definisi secara umum diambil oleh Lipset dari tulisan Joseph Schumpeter

dan Max Weber, memiliki implikasi setidaknya pada tiga kondisi atau prasyarat


(17)

(1) Keyakinan-keyakinan yang berkaitan dengan institusi-institusi yang dianggap sah yakni, diterima oleh semua orang sebagai institusi-institusi yang harus ada, seperti partai politik, pers bebas, dan sebagainya;

(2) Sekelompok pemimpin politik yang berkuasa

(3) Sekelompok atau beberapa kelompok pemimpin yang diakui bersaing untuk memperebutkan kekuasaan. 4

Pemilukada kota Medan 2010 merupakan Pemilukada secara langsung yang kedua. Pemilukada pertama kota Medan berlangsung pada 2005, pada Pemilukada yang kedua KPUD kota Medan meloloskan 10 pasangan calon walikota dan wakil walikota. Pemilukada kota Medan berlangsung 2 (dua) putaran dimana pada putaran pertama tidak ada calon yang mencapai kuota suara sah sebesar 30%, sesuai ketentuan undang-undang nomor 12 Tahun 2008 pasal 107.


(18)

Berikut adalah hasil putaran pertama Pemilukada kota Medan 2010 :

Tabel 1. 1

Hasil Putaran pertama Pilkada Kota Medan 2010

No. Pasangan Calon Perolehan Suara Presentase Ranking

1 SjahrialAnas-Yahya Sumardi 19,698 2.89 9

2 Sigit Pramono-Nurlisa Ginting 97,485 14.31 3

3 Indra Bekti Harahap-Delyuzar 9,598 1.41 10

4 Bahdin Tanjung-Kasim siyo 34,964 5.13 6

5 Joko Susilo-Amir Mirza H 28,432 4.17 8

6 Rahudman Harahap-Eldin 150,553 22.09 1

7 M.Arif Nasution-Supratikno 29,902 4.39 7

8 Maulana Pohan-Ahmad Arif 76,581 11.24 5

9 Ajib Shah-Binsar Situmorang 93,344 13.70 4

10 Sofyan Tan-Nelly Armayanti 140,835 20.67 2

Sumber : KPU Medan

Putaran kedua berlangsung pada tanggal 16 Juni 2010, dengan pasangan nomor urut 6 (Rahudman-Eldin) bersaing dengan pasangan nomor urut 10 (Sofyan Tan-Nelly).Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin dipastikan menjadi walikota dan wakil walikota Medan periode 2010-2015. Setelah Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Medan menetapkan pasangan tersebut sebagai pemenang pemilukada kota medan putaran kedua dengan jumlah suara sah sebesar 485,446 suara, dari total suara sah sebesar 736,881, sementara


(19)

pasangan Sofyan Tan dan Nelly Armayanti memperoleh suara sebesar 251,435 suara, sedangkan suara tidak sah sebanyak 14,038 suara.

HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) merupakan organisasi agama yang dikembangkan oleh kelompok missionaries Jerman Reinische Mission Gesselschaft (RMG).5

5

Bungaran Antonius Simanjuntak, Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2009 hal. 4

Sinode Pertama untuk menetapkan program kerja dan pembagian wilayah tugas pengembangan agama Kristen kepada orang Batak dilaksanakan oleh tiga misionaris belanda yang bersedia bekerja sama dengan RMG yakni Pendeta Heine, Klammer, Betz, dan Van Asselt sejak pada tanggal 7 Oktober 1861 yang ditetapkan sebagai hari Sinode HKBP (Keuning,1958; Sihombing, 1961). Perkembangan HKBP tidak dapat terlepas dari berkembangnya juga etnis Batak pada umumnya dan etins Batak Toba pada khususnya, wilayah perkembangan awal HKBP di Tapanuli Utara yang dimana merupakan wilayah pusat perkembangan etnis Batak Toba mengakibatkan sampai saat ini organisasi Gereja HKBP identik dengan etnis Batak Toba (sebagian besar jemaatnya etnis Batak Toba). HKBP ditata mengikuti sistem keuskupan, mirip gereja Katolik Roma. Pemimpin tertinggi dipegang oleh Ephorus, didalam memilih Ephorus tidak seluruh jemaat dilibatkan melainkan hanya utusa-utusan dari gereja dan biasanya diwakilkan oleh pendeta. Begitu pula dengan pendeta sebagai pemimpin jemaat pada setiap gereja-gereja resort juga tidak dipilih oleh jemaat melainkan ditunjuk langsung oleh pusat. Jadi didalam memilih pemimpinnya jemaat HKBP memiliki peran yang minim. Hal ini menurut penulis mengakibatkan ketidakpekaan jemaat HKBP dalam proses pemilihanuntuk memilih pemimpin,


(20)

seperti yang diungkapkan Pdt. Games.Purba,S.Th. “sistem pemilihan pemimpin di dalam struktur organisasi HKBP mengakibatkan jemaatnya kurang peka terhadap prosesnyasehingga cenderung tradisional, faktor kesamaan (marga, suku, dan agama) sampai saat ini menjadi faktor yang sangat dominan dalam mempengaruhi jemaat kita dalam memberikan suara dalam proses pemilihan pemimpin”.6 Pernyataan tersebut menjadi dasar ketertarikan penulis dalam meneliti jemaat HKBP sebagai objek penelitiannya, dimana pada putaran kedua pilkada Medan 2010 tidak terdapat pasangan calon yang memiliki kriteria atau indikator dominan seperti tersebut diatas (suku, marga, agama) yang mempengaruhi pemberian suara jemaat HKBP. Apalagi ditambah pernyataan St. T.H. Simangunsong yakni“Sampai saat ini HKBP belum pernah dan tidak diperbolehkan mengarahkan jemaatnya dalam mengambil keputusan politik, seperti memberikan dukungan kepada salah satu pasangan calon pemimpin didalam proses pemilihan umum”.7

Dengan melihat data dilapangan dimana kec.Medan Helvetia merupakan salah satu wilayah dimana Sofyan Tan unggul pada putaran pertama, Sofian Tan kemungkinan menjadi pilihan dari sebagian besar jemaat HKBP resort Cinta Damai dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti figure kandidat, dimana Sofyan Tan merupakan tokoh masyarakat yang cukup dikenal oleh

Artinya jemaat diberikan kebebasan untuk melakukan proses keputusan politik didalam pemilihan umum secara individu, hal ini jugalah yang menjadi pertimbangan penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini.

6

Hasil wawancara dengan Pdt. Games Purba,S. Th. Selaku Pendeta dan Pemimpin jemaat Gereja HKBP resort Cinta Damai pada tanggal 3Juni 2012 di Gereja HKBP resort Cinta Damai

7

Hasil wawancara dengan St. T.H. Simangunsong . Selaku Sintua dan Pemimpin sektor I Gereja HKBP resort Cinta Damai pada tanggal 3Juni 2012 di Gereja HKBP resort Cinta Damai


(21)

masyarakat Medan Helvetia, hal ini terbukti dengan unggulnya perolehan suara Sofyan Tan yang cukup signifikan pada putaran pertama di wilayah Medan Helvetia seperti hal nya di Medan Sunggal yang merupakan lingkungan tempat tinggal dari Sofyan Tan. Kemudian faktor partai pendukung dibelakang Sofyan Tan yaitu PDS sebagai partai Kristen juga bisa dijadikan salah satu yang memberi pengaruh jemaat HKBP resort Cinta Damai untuk memilihnya.

Dari pernyataan diatas, faktor apa yang mempengaruhi jemaat dalam memberikan suara? Apakah faktor figure kandidat dan partai pendukung benar merupakan faktor berpengaruh bagi perilaku pemilih jemaat HKBP, jika melihat minimnya indikator etnis dan agama yang bisa dijadikan faktor mempengaruhi untuk memberikan suara mereka pada pemilukada Medan putaran kedua? Hal inilah yang menjadi alasan penulis merasa tertarik untuk meneliti permasalahan perilaku pemilih dengan jemaat HKBP sebagai objek dari penelitiannya.

Kelurahan Cinta Damai merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan. Kelurahan Cinta Damai memiliki penduduk yang heterogen secara etnisitas dan agama, adapun etnis yang mendominasi di Kelurahan ini adalah Batak Toba dan Cina. Secara umum penduduk di kelurahan Cinta Damai memeluk agama yang telah diakui di Indonesia, adapun Kristen Protestan cukup mendominasi di daerah ini, dimana terdapat 4 gereja yang berdiri di wilayah ini dengan dua diantaranya adalah HKBP (Sion dan Cinta damai), sekitar 80% jemaat HKBP resort Cinta Damai mendiami wilayah ini, 12 sektor punguan HKBP resort Cinta Damai yang berdiri, 9 diantaranya berada di dalam kelurahan Cinta Damai. Hal ini lah yang menjadi


(22)

pertimbangan penulis memilih HKBP resort Cinta Damai sebagai objek penelitian dan kelurahan Cinta Damai di kecamatan Medan helvetia sebagai lokasi penelitian dimana fokus penelitian ini adalah Jemaat HKBP.

Berdasarkan latarbelakang diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk mencari faktor apa yang mempengaruhi pemilih jemaat HKBP dalam memberikan suaranya dan selanjutnya tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILUKADA MEDAN 2010 PUTARAN KEDUA(Studi Kasus: Jemaat HKBP resort Cinta Damai di Kecamatan Medan Helvetia).

1.2. Rumusan dan Pembatasan masalah 1.2.1 Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang menyatakan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah.8

1. ketika indikator agama dan etnis sangat minim, faktor apa yang paling dominan mempengaruhi jemaat HKBP (resort Cinta

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah adalah

8


(23)

Damai)pada Pemilukada Medan 2010 putaran ke II di kel. Cinta Damai, Kec.Medan Helvetia.

2. Diantara Figur Kandidat dan Identifikasi partai, manakah yang paling dominan mempengaruhi Perilaku Pemilih Jemaat HKBP resort Cinta Damai Pada Pemilukada Medan 2010 Putaran Kedua.

1.2.2 Pembatasan Masalah

Agar penelitan terfokus terhadap permasalahannya, akan lebih baik jika dibuat pembatasan masalahnya. Pada penelitian ini adapun masalah yang ingin diteliti ialah:

1. Objek penelitian ialah pemilih dengan latar belakang jemaat HKBP resort Cinta Damai yang namanya terdaftar di Kelurahan Cinta damai dan tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT)

2. Penelitian hanya dilakukan kepada pemilih jemaat HKBP yang memberikan suaranya secara sahpada Pemilukada Putaran Kedua.

3. Masalah yang diteliti ialah perilaku pemilih jemaat HKBP dalam Pemilukada Medan putaran ke II.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan penulis dalam meneliti permasalahan ini adalah untuk mengetahuifaktor apa yang paling dominan mempengaruhi perilaku jemaat


(24)

HKBP resort Cinta Damai ketika indikator agama dan etnis sangat minim pada pemilukada Medan 2010 putaran ke II.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Sebagai sebuah karya ilmiah tentu penelitian itu memiliki banyak manfaat. Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis yaitu semakin memperkaya refrensi yang ada dan menambah wawasan atau pengetahuan, serta pemahaman penulis tentang perilaku pemilih. Selain itu juga melatih penulis dalam membuat sebuah karya ilmiah.

2. Bagi jemaat HKBP resort Cinta Damai agar lebih memahami dan menambah wawasan atau pengetahuan khususnya pada permasalahan perilaku pemilih, serta untuk kawan-kawan khususnya mahasiswa dan mahasiswi ilmu politik sebagai penambah refrensi mengenai perilaku pemilih.

3. Bagi institusi penelitian ini dapat menambah refrensi ilmu pengetahuan dan karya ilmiah di Jurusan Ilmu politik, khususnya pengenai perilaku pemilih.


(25)

1.4. Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian lebih mendalam, seorang penulis perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari segi mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.9

Menurut FN Karliger, teori adalah sebuah konsep atau konstruksi yang berhubungan satu dengan yang lain,suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan yang sistematis dari fenomena.10

… Perilaku Politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Yang melakukan kegiatan adalah pemerintah dan masyarakat, kegiatan yang dilakukan pada dasarnya dibagi dua yaitu fungsi- fungsi pemerintahan yang dipegang oleh pemerintah dan fungsi- fungsi politik yang dipegang oleh masyarakat.

1.4.1. Perilaku Politik

Berikut ini merupakan pengertian dari Perilaku Politik menurut beberapa ahli:

Menurut Ramlan Surbakti:

11

…Interaksi antara pemerintah dan masyarakat, antarlembaga pemerintah dan antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik. Perilaku Sedangkan Menurut Sudijono Sastroadmojo Perilaku Politik adalah:

9

Hadiri Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress, 1955, Hal. 40

10

Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta:Reineka Cipta, 1997, hal 20.

11


(26)

politik merupakan salah satu dari perilaku secara umum karena disamping perilaku politik masih ada perilaku yang lain seperti perilaku ekonomi, perilaku budaya, perilaku keagamaan dan sebagainya. Perilaku politik merupakan perilaku yang menyangkut persoalan politik.12

Terlepas dari beberapa pendekatan tersebut, Bambang Cipto (1999) dalam Indra Ismawan (1999:23) menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan pemilih dapat diperkirakan menurut tolak ukur tradisional yang meliputi tiga Perilaku politik, sebagaimana perilaku manusia pada umumnya, dapat dijelaskan melalui beberapa pendekatan. Jika kita melihat melalui pendekatan budaya politik dan pendekatan sosiologis, menyatakan bahwa pilihan politik seseorang sedikit banyak ditentukan oleh sejauh mana orientasi politik individu terhadap sistem politik secara keseluruhan termasuk di dalamnya partai politik, aktor,atau elit politik. Asumsi pendekatan budaya politik dan pendekatan sosiologis menyatakan bahwa orientasi seseorang terbentuk melalui keanggotaan pada berbagai tipe kelompok sosial. Luas sempitnya orientasi dan pemahaman seseorang ditentukan oleh ruang lingkup dari kelompok sosial dan/atau keagamaan yang dimasukinya. Dengan kata lain, seseorag yang hanya terlibat ke dalam keanggotaan kelompok primer, misalnya adat atau desa, akan memiliki orientasi yang lebih sempit ketimbang mereka yang terlibat ke dalam organisasi yang lebih luas, misalnya partai politik. Pendekatan psikologis lebih melihat faktor kekuatan dari dalam diri individu sebagai faktor yang menentukan pilihan-pilihan politiknya. Kekuatan psikis tersebut terefleksikan ke dalam sikap-sikap dan kepribadian yang dibentuk melalui proses sosialisasi.

12


(27)

aspek penting, yakni Faktor pertama, party identification (Identifikasi partai).

Identifikasi partai merupakan perasaan terikat pada kelompok di mana ia menjadi anggota ataupun kelompok yang ia pilih. Identifikasi partai akan berkaitan dengan kesetiaan (loyalitas) dan ketidaksetiaan (volatilitas) dari massa suatu partai. Semakin tinggi identifikasi partai akan semakin menjamin loyalitas massa partai, sebaliknya semakin rendah identifikasi partai akan semakin rendah pula loyalitas massanya. Di Indonesia, identifikasi partai agaknya sulit dijelaskan karena tidak ada satu partai politik pun yang memiliki massa pendukung yang jelas. Kalaupun ada hanya nampak latar belakang kelompok agamanya saja, Hal itu bukan termasuk cirri atau identifikasi partai tersebut. Yang ada justru massa mengambang(floating mass). Loyalitas massa pendukung partai akan berpengaruh

terhadap kemenangan partai dalam pemilu. Oleh karena itu, setiap partai akan mengupayakan tetap terjaminnya loyalitas partai sekali pun dengan menggunakan politik uang (money politic).

Faktor penentu kedua adalah isu-isu di seputar kandidat dari suatu partai maupun isu-isu di seputar partai tersebut(Issues of candidate and party). Faktor

ini nyata sekali berkaitan dengan merosotnya perolehan suara PDIP pada pemilu 2004. Jika dibandingkan dengan pemilu 1999, suara PDIP pada pemilu 2004 mengalami penurunan sekitar 15%. Menurut Riswanda Imawan dalam opininya di Harian Kompas (20/4/2004) disebabkan oleh disamping adanya protest voters terhadap PDIP dalam pemilu, juga adanya fenomena split voting (suara terbelah). Oleh beberapa pengamat, terbelahnya suara PDIP ini disinyalir sebagai akibat dari beberapa tokoh puncak PDIP yang beramai-ramai mendirikan Partai Nasional


(28)

Banteng Kemerdekaan (PNBK) dan Partai Tanah Air Indonesia (PITA). Faktor ketiga yang ikut dalam menentukan pengambilan keputusan pemilih dalam menjatuhkan pilihannya adalah kepribadian, gaya hidup, dan performa dari partai maupun kandidat partai.

1.4.2. Perilaku Pemilih

Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan. Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat pada umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian termanifestasi dalam institusi politik seperti partai politik. Di samping itu, pemilih merupakan bagian masyarakat luas yang bisa saja tidak menjadi konstituen partai politik tertentu. Masyarakat terdiri dari beragam kelompok. Terdapat kelompok masyarakat yang memang non-partisan, di mana ideologi dan tujuan politik mereka tidak dikatakan kepada suatu partai politik tertentu. Mereka ‘menunggu’ sampai ada suatu partai politik yang bisa menawarkan program politik yang bisa menawarkan program kerja yang terbaik menurut mereka, sehingga partai tersebutlah yang akan mereka pilih.13

Perilaku pemilih dan partisipasi politik merupakan dua hal tidak dapat dipisahkan. Partisipasi politik dapat terwujud dalam berbagai bentuk. Salah satu wujud dari partisipasi politik ialah kegiatan pemilihan yang mencakup “suara,

13


(29)

sumbangan- sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon atau setiap tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi hasil proses pemilihan”.14

Jack C Plano mendefinisikan perilaku pemilih sebagai “suatu studi yang

memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau kecenderungan pilihan rakyat dalam pemilihan umum, serta latar belakang mengapa mereka melakukan pemilihan itu”.15

Dalam menganalisis perilaku pemilih dan untuk menjelaskan pertimbangan- pertimbangan yang digunakan sebagai alasan oleh para pemilih dalam menjatuhkan pilihannya, dikenal dua macam pendekatan yaitu, Mahzab “Columbia yang menggunakan pendekatan sosiologis dan Mahzab Michigan yang dikenal dengan pendekatan Psikologis”.16 “Selain itu terdapat juga pendekatan pilihan rasional yang melihat perilaku seseorang melalui kalkulasi untung rugi yang didapat oleh individu tersebut”.17

Pendekatan sosiologis sebenarnya berasal dari Eropa kemudian dikembangkan di Amerika Serikat oleh ilmuwan sosial yang memiliki latar belakang pendidikan Eropa. Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup

1.4.2.1 Pendekatan sosiologis

14

Samuel P. Hutington dan Joan Nelson. Partisipasi Politik di Negara Berkembang.Jakarta. Rineka Cipta. 1990. Hal 16

15

Jack C. Plano, Robert E. Ringgs dan Helenan S. Robin. Kamus Analisa Politik. Jakarta. C.V. Rajawali Press. 1985. Hal 280

16

Afan Gaffar. Javanese Voters: a Case Study of Election under a Hegemonic Party System.Yogyakarta. GajahMadaUniversity Press. 1992. Hal 4- 9

17


(30)

signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Pengelompokan sosial seperti usia (tua-muda), jenis kelamin (laki-perempuan), agama, kelas sosial, organisasi agama, atau organisasi kemasyarakatan dan semacamnya dianggap memiliki peranan di dalam menentukan pilihan-pilihan politiknya.18

Pendekatan psikologis merupakan fenomena Amerika Serikat karena dikembangkan sepenuhnya di Amerika Serikat melalui melalui Survey Research

Center di Universitas Michigan. Munculnya pendekatan ini merupakan reaksi atas

ketidakpuasan beberapa ilmuwan politik terhadap pendekatan sosiologis. Beberapa ilmuwan yang menganut pendekatan psikologis ini menganggap pendekatan sosiologis secara metodologis sulit dilaksanakan, terutama dalam aspek pengukurannya. Misalnya, bagaimana mengukur secara tepat sejumlah indikator kelas sosial, kelompok primer atau sekunder, kelompok agama, Untuk itu, pemahaman terhadap pengelompokan sosial baik secara formal, seperti organisasi keagamaan, organisasi masyarakat, organisasi profesi maupun pengelompokan informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun kelompok kecil lainnya akan sangat berguna bagi penjelasan perilaku pemilih seseorang. Pengelompokan ini memiliki peranan besar dalam membentuk sikap,persepsi,dan orientasi seseorang, yang nantinya sebagai dasar atau preferensi dalam menentukan pilihan politiknya.

1.4.2.2. Pendekatan Psikologis

18


(31)

organisasi masyarakat dan sebagainya. Apakah variabel tersebut benar-benar memberikan sumbangan pada perilaku pemilih.

Menurut pendekatan ini, perilaku pemilih ditentukan oleh kekuatan psikologis yang berkembang dalam diri pemilih (voters) sebagai produk dari

proses sosialisasi. Mereka menjelaskan bahwa sikap seseorang sebagai refleksi dari kepribadian seseorang merupakan variabel yang menentukan dalam mempengaruhi perilaku politiknya. Menurut Greenstein terdapat tiga alasan mengapa sikap sebagai variabel sentral untuk menjelaskan perilaku pemilih. Pertama, sikap merupakan fungsi kepentingan. Artinya, penilaian terhadap suatu obyek diberikan berdasarkan motivasi, minat, dan kepentingan orang tersebut. Kedua, sikap merupakan fungsi penyesuaian diri. Seseorang bersikap tertentu sesuai dengan kepentingan orang itu untuk sama atau tidak sama dengan tokoh yang diseganinya atau kelompok panutannya. Ketiga, sikap merupakan eksternalisasi dan pertahanan diri. Artinya, sikap seseorang itu merupakan upaya untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis yang mungkin berwujud mekanisme pertahanan (defence mechanism) dan eksternalisasi diri sperti

proyeksi,rasionalisasi, dan identifikasi.19

Pendekatan rasional sebenarnya diadopsi dari ilmu ekonomi. Mereka melihat adanya analogi antara pasar (ekonomi) dan perilaku pemilih (politik). Apabila secara ekonomi masyarakat dapat bertindak secara rasional yaitu mereka

1.4.2.3. Pendekatan Rasional

19Ibid.,


(32)

menekan ongkos sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, maka dalam perilaku politik pun masyarakat akan dapat bertindak secara rasional, yakni memberikan suara ke pasar yang dianggap mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan menekan kerugian. Dalam konteks pilihan rasional, ketika pemilih merasa tidak mendapatkan faedah dengan memilih partai atau calon pemimpin yang tengah berkompetisi,ia tidak akan melakukan pilihan pada pemilu. Hal ini didasarkan pada kalkulasi ekonomi, di mana perhitungan biaya yang dikeluarkan lebih besar dengan apa yang didapatnya kelak. Maka jalan terbaik bagi pemilih adalah melakukan kegiatan atau aktivitas kesehariannya.

Pendekatan ini juga mengandaikan bahwa calon pemimpin, calon legislatif atau partai yang bertanding akan berupaya dan berusaha untuk mengemukakan berbagai program untuk menarik simpati dan keinginan pemilih memilih. Namun apabila partai ataupun calon pemimpin gagal mempromosikan programnya pada pemilih, maka pilihan untuk tidak memilih adalah rasional bagi pemilih. Oleh karena itu, pada pemilu 2008 sistem pemilihan diubah, dan mempersilakan rakyat untuk ikut andil memilih pasangan presiden yang mereka anggap dapat memberikan harapan. Layaknya seorang pembeli di pasar.

1.4.2.4.Konfigurasi Pemilih

Perilaku pemilih merupakan sebuah studi yang memusatkan pemilih sebagai objek dari masalah yang diteliti. Berikut ini merupakan konfigurasi pemilih atau tipe- tipe pemilih:20

20

Firmanzah. Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. 2007. Hal 134- 138


(33)

• Pemilih Rasional

Dalam konfigurasi pertama terdapat pemilih rasional (rational voter), di mana pemilih memiliki orientasi tinggi pada ‘policy-problem-solving’ dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi. Pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program kerjanya.

Ciri khas pemilih jenis ini adalah tidak begitu mementingkan ikatan ideologi kepada suatu partai politik atau seorang kontestan. Faktor seperti “faham, asal-usul, nilai tradisional, budaya, agama, dan psikografis memang dipertimbangkan juga, tetapi bukan hal yang signifikan”. Hal yang terpenting bagi jenis pemilih adalah apa yang bisa (dan yang telah) dilakukan oleh sebuah partai atau seorang kontestan, daripada faham dan nilai partai dan kontestan. Oleh karena itu, ketika sebuah partai politik atau calon kontestan ingin menarik perhatian pemilih dalam matriks ini, mereka harus mengedepankan solusi logis akan permasalahan ekonomi, pendidikan, kesejahteraan, sosial-budaya, hubungan luar negeri, pemerataan pendapatan, disintegrasi nasional, dan lain-lain. Pemilih tipe ini tidak akan segan-segan beralih dari sebuah partai atau seorang kontestan ke partai politik atau kontestan lain ketika mereka dianggap tidak mampu menyelesaikan permasalahan nasional.

• Pemilih Kritis

Pemilih jenis ini merupakan perpaduan antara tingginya orientasi pada kemampuan partai politik atau seorang kontestan dalam menuntaskan


(34)

permasalahan bangsa maupun tingginya orientasi mereka akan hal-hal yang bersifat ideologis. Pentingnya ikatan ideologis membuat loyalitas pemilih terhadap sebuah partai atau seorang kontestan cukup tinggi dan tidak semudah ‘rational vote’ untuk berpaling ke partai lain. Proses untuk menjadi pemilih jenis ini bisa terjadi melalui dua mekanisme. Pertama, jenis pemilih ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk menentukan kepada partai politik mana mereka akan berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bisa juga terjadi sebaliknya, pemilih tertarik dulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah partai/kontestan baru kemudian mencoba memahami nilai-nilai dan faham yang melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan.

Pemilih jenis ini akan selalu menganalisis kaitan antara sistem nilai partai (ideologi) dengan kebijakan yang dibuat. Tiga kemungkinan akan muncul ketika terdapat perbedaan antara nilai ideologi dengan ‘platform’ partai: (1) memberikan kritik internal, (2) frustasi, dan (3) membuat partai baru yang memiliki kemiripan karakteristik ideologi dengan partai lama. Kritik internal merupakan manifestasi ketidaksetujuan akan sebuah kebijakan partai politik atau seorang kontestan. Ketika pemilih merasa kritikannya tidak difasilitasi oleh mekanisme internal partai politik, mereka cenderung menyuarakannya melalui mekanisme eksternal partai, umpamanya melalui media massa seperti televisi, radio, dan sebagainya. Frustasi merupakan posisi yang sulit bagi pemilih jenis ini. Di satu sisi, mereka merasa bahwa ideologi suatu partai atau seorang kontestan adalah yang paling sesuai dengan karakter mereka, tapi di sisi lain mereka merasakan adanya


(35)

ketidaksesuaian dengan kebijakan yang akan dilakukan partai. Biasanya pemilih ini akan melihat-lihat dahulu (wait and see) sebelum munculnya ide kemungkinan yang ketiga, yaitu membentuk partai baru. Pembuatan partai biasanya harus dipelopori oleh tokoh-tokoh yang tidak puas atas kebijakan suatu partai. Mereka memiliki kemampuan untuk menggalang massa, ide, konsep, dan reputasi untuk membuat partai tandingan dengan nilai ideologi yang biasanya tidak berbeda jauh dengan partai sebelumnya.

• Pemilih Tradisional

Pemilih dalam jenis ini memiliki orientasi yang sangat tinggi dan tidak terlalu melihat kebijakan partai politik atau seorang kontestan sebagai sesuatu yang penting dalam pengambulan keputusan. Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budayanya, nilai, asal-usul, faham, dan agama sebagai ukuran untuk memilih suatu partai politik. Kebijakan semisal ekonomi, kesejahteraan, pemerataan pendapatan dan pendidikan, dan pengurangan angka inflasi dianggap sebagai parameter kedua. Biasanya pemilih jenis ini lebih mengutamakan figur dan kepribadian pemimpin, mitos dan nilai historis sebuah partaipolitik atau seorang kontestan. Salah satu karakteristik mendasar jenis pemilih ini adalah tingkat pendidikan yang rendah dan sangat konservatif dalam memegang nilai serta faham yang dianut.

• Pemilih Skeptis

Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi cukup tinggi dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan, juga tidak menjadikan kebijakan


(36)

sebagai sesuatu yang penting. Keinginan untuk terlibat dalam sebuah partai politik pada pemilih jenis ini sangat kurang, karena ikatan ideologis mereka memang rendah sekali. Mereka juga kurang memedulikan ‘platform’ dan kebijakan sebuah partai politik. Kalaupun berpartisipasi dalam pemungutan suara, biasanya mereka melakukannya secara acak atau random. Mereka berkeyakinan bahwa siapapun dan partai apapun yang memenangkan pemilu tidak akan bisa membawa bangsa ke arah perbaikan yang mereka harapkan. Selain itu, mereka tidak memiliki ikatan emosional dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan.

1.4.3. Pemilihan Umum Kepala Daerah

Otonomi daerah adalah wewenang untuk mengatur rumah tangga daerah yang melekat baik pada Negara kesatuan maupun pada Negara federasi.21

Otonomi daerah adalah implementasi dari prinsip desentralisasi pemerintahan dan dekonsentrasi dari kekuasaan.

Hakikat otonomi daerah adalah desentralisasi atau proses pendemokratisasian pemerintahandengan keterlibatan langsung masyarakat melalui pendekatan lembaga perwakilan sebagai personifikasi dalam Undang-Undang no. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pada pasal 1 ayat 5 yakni “otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan”.

22

21

DR.J.Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Rineka Cipta, Jakarta, 2002 Hal. 3

22

Hendarmin Danadireksa, Arsitektur Konstitusi Demokrasi, Bandung, Fokus Media, 2007 hal.189


(37)

melakukan pengolahan wilayah baik melalui penerbitan kebijakan daerah seperti peraturan daerah seperti mengatur dan menjalankan proses pemilihan umum kepala daerahnya (Pemilukada), karena salah satu tujuan dari otonomi daerah menurut Undang-Undang no.32 tahun 2004 adalah meningkatkan partisipasi dan menyalurakan aspirasi masyarakat didalam politik, salah satunya melalui proses pemilukada secara langsung.

Pemilihan umum merupakan sarana bagi rakyat untuk menyalurkan aspirasinya dalam menentukan wakil- wakilnya baik di lembaga legislatif maupun eksekutif, juga merupakan sarana ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan politik.Demokrasi Indonesia mengalami perubahan signifikan pasca runtuhnya orde baru. Kehidupan berdemokrasi menjadi lebih baik, rakyat dapat dengan bebas menyalurkan pendapat dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik yang sangat dibatasi pada orde baru.

Kelahiran pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan salah satu kemajuan dari proses demokrasi dan merupakan salah satu bentuk implementasi otonomi daerah di Indonesia. Melalui pemilihan kepala daerah secara langsung berarti mengembalikan hak-hak dasar masyarakat di daerah untuk menentukan kepala daerah maupun wakil kepala daerah yang mereka kehendaki.Pemilihan kepala daerah langsung juga merupakan salah satu bentuk penghormatan terhadap kedaulatan rakyat, karena melalui pemilihan kepala daerah langsung ini menandakan terbukanya ruang yang cukup agar rakyat bebas memilih pemimpinnya.


(38)

Proses pemilihan kepala daerah di laksanakan melalui beberapa tahapan. Dimulai dari tahap pendaftaran, penyaringan, penetapan pasangan calon, rapat paripurna khusus, pengiriman berkas pemilihan, pengesahan dan pelantikan. Dalam rangka penyelenggaraan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab, kepala daerah dan wakil kepala daerah memiliki peranan yang sangat penting dibidang penyelenggaraan pemerintahan, pengembangan dan pelayanan masyarakat dan bertanggung jawab sepenuhnya tentang jalannya pemerintahan daerah.23

Berdasarkan perkembangan hukum dan politik untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih efektif dan akuntabel sesuai dengan aspirasi masyarakat, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah perlu dilakukan secara lebih terbuka dengan melibatkan partisipasi masyarakat, Oleh karena itu penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perlu dilakukan perubahan dengan memberikan Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah diterapkan prinsip demokrasi. Sesuai dengan Pasal 18 ayat (4) UUD 1945, kepala daerah dipilih secara demokratis, Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur mengenai pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dipilih secara langsung oleh rakyat yang diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik.

23

Deddy Supriady Bratakusuma dan Dadang Solihid. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2002. Hal. 61


(39)

kesempatan bagi calon perseorangan untuk ikut serta dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.

Dalam kaitannya dengan Pemilukada Medan 2010, menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tentang Pemerintahan Daerah. Bahwa dalam rangka mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan agar mampu melahirkan kepemimpinan daerah yang efektif dengan memperhatikan prinsip demokrasi, persamaan, keadilan, dan kepastian hukum dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia bahwa untuk mewujudkan kepemimpinan daerah yang

demokratis yang memperhatikan prinsip persamaan dan keadilan,

penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan perundang- undangan.

1.5. Metodologi Penelitian 1.5.1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Dimana penulis akan menggambarkan dan melukiskan subjek ataupun objek yang diamati dan tentu saja sesuai dengan fakta-fakta yang terlihat di lapangan selama dalam melakukan penelitian. Akan dipaparkan juga di


(40)

dalamnya tentang hasil atau data-data yang telah diamati atau telah diteliti oleh penulis.

1.5.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di kelurahan Cinta Damai. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena 80% jemaat HKBP resort Cinta Damai bertempat tinggal di kelurahan Cinta Damai Kecamatan Medan Helvetia.

1.5.3. Populasi dan sampel A. Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua jemaat Huria Kristen Batak protestan (HKBP) Cinta Damai yang terdaftar dan tercatat dengan jumlah sebesar2198

B. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi2198 (total jemaat HKBP resort Cinta Damai)dengan menggunakan tekhnik random sampling.

Dimana dengan metode acak peneliti akan menarik sampel dari 12 sektor punguan/perkumpulan jemaat yang berada dibawah koordinasi HKBP resort Cinta Damai. Dalam menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan rumus Taro

Yamane,24

=

N

N d +1

sebagai berikut:

24


(41)

Keterangan :

n = jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%

dari rumus diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

=

2198 2198(0.1)2+ 1

= 95.64

Maka jumlah sampelnya adalah 96 orang.

1.5.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkkan data dan informasi yang dibutuhkan maka penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Data Primer yang didasarkan pada peninjauan langsung pada objek yang diteliti untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. Studi lapangan yang dilakukan dengan berkunjung langsung ke lokasi penelitian dan melakukan wawancara serta menyebarkan angket atau kuesioner kepada responden yang termasuk dalam sampel penelitian. Responden menjawab dengan memilih pilihan jawaban yang telah disediakan di dalam daftar pertanyaan, atau disebut juga dengan field research.

2. Data Sekunder, yaitu dengan mencari sumber data dan informasi melalui buku-buku, jurnal, internet, diskusi dan lain-lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini, atau dengan kata lain disebut denga library reaserch


(42)

1.5.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis data kualitatif dengan menggunakan sistem tabel tunggal, dimana jenis analisa data seperti ini banyak dipergunakan dalam jenis penelitian deskriptif, yakni suatu metode lebih didasarkan kepada pemberian gambaran yang terperinci dan metode penelitian seperti ini lebih mengutamakan penghayatan dan berusaha memahami suatu peristiwa dalam situasi tertentu menurut pandangan peneliti.25

25

Hadari Namawi, Op. cit., hal 40

Kemudian data yang ada dikelompokkan dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan uraian. Dalam hal ini penulis hanya menganalisa dengan cara menggambarkan data yang diperoleh dengan mengadakan atau memberi interpretasi.

1.6. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Rumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Metodologi penelitian dan Sistematika Penulisan

BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini penulis memberikkan gambaran lokasi penelitian, baik dari segi demografi dan geografi. Dalam bab ini penulis juga memperdalam bahasan mengenai HKBP yang dimana jemaatnya merupakan objek dari penelitian ini.


(43)

BAB III :ANALISA HASIL PENELITIAN

Pada bab ini data dan informasi akan disajikan dan dianalisa secara sistematis berdasarkan penelitian yang dilakukan.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan ulasan terakhir yang berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran-saran di dalamnya.


(44)

BAB II

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

2. 1 Sejarah Singkat dan Struktur Kepengurusan 2. 1. 1 Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)

Menurut catatan sejarah, HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) merupakan organisasi agama yang dikembangkan oleh kelompok missionaries Jerman Reinische Mission Gesselschaft (RMG). 26

Pada tahun 1932 tepatnya tanggal 11 Juni, HKBP menerima pengakuan hukum dari pemerintahan kolonial Belanda sebagai reachts-pearsson. Pengakuan

Sinode Pertama untuk menetapkan program kerja dan pembagian wilayah tugas pengembangan agama Kristen kepada orang Batak dilaksanakan oleh tiga misionaris belanda yang bersedia bekerja sama dengan RMG yakni Pendeta Heine, Klammer, Betz, dan Van Asselt sejak pada tanggal 7 Oktober 1861 yang ditetapkan juga sebagai hari berdirinya HKBP (Keuning,1958; Sihombing, 1961). Dr.I.L Nomensen merupakan Ephorus pertama HKBP, beliau tiba pada tanggal 23 Juni 1862 dan dipandang sebagai missionaries yang telah melakukan pekerjaan raksasa dalam pengembangan agama Kristen bagi orang Batak. Dalam perkembangannya HKBP diiringi konflik-konflik baik dari luar seperti dengan HKB (Huria Kristen Batak), BNZ (Batak Nias Zending) maupun dari dalam organisasi (antara pemimipin pribumi yang melahirkan gereja baru yakni GKPI).

26

Bungaran Antonius Simanjuntak, Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2009 hal. 4


(45)

dimana orang-orang batak menginginkan kebebasan dari orang asing dalam mengatur dan menjalankan HKBP sebagai sebuah organisasi gereja. Tugas organisasi gereja diambil alih oleh pemimpin pribumi Ephorus orang Batak

pertama yakni Ds. K. Sirait yang dipilih oleh sinode darurat. Pada tahun 1940 para missionaries Jerman ditangkap dan dipenjarakan karena Jerman bermusuhan dengan Belanda. Oleh karena itu semua missionaries Jerman dianggap musuh pemerintahan Belanda. Peristiwa tersebut menyebabkan RMG secara resmi putus hubungan dengan HKBP sejak 10 Mei 1940. Setelah HKBP terlepas dari RMG dan berbentuk badan hukum yang sudah diakui oleh pemerintah Belanda, namun tetap saja mereka dianggap tidak berdiri sendiri. Pemerintah kolonial Belanda memutuskan bahwa HKBP dibawah pembinaan BNZ (Batak Nias Zending) oleh orang Belanda dengan atau tanpa orang Indonesia (tidak ada istilah Batak).

Mulai dari awal perkembangannya sampai saat ini, HKBP identik dengan etnis Batak Toba, sebagian besar Jemaat HKBP di dominasi oleh etnis Batak Toba, hal ini dikarenakan secara history HKBP pertama kali berkembang di daerah keresidenan Tapanuli khususnya Tapanuli Utara dimana daerah tersebut adalah daerah pusat perkembangan dari etnis Batak Toba. Jadi secara history HKBP tidak dapat terlepas dari etnis Batak Toba, sampai pada hari ini.


(46)

2. 1. 2 Struktur Kepengurusan/Organisasi HKBP

Gambar 2.1

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) ditata mengikuti sistem keuskupan, mirip gereja Katolik Roma. Pemimpin tertinggi dari HKBP disebut Ephorus,

Ephorus dipilih oleh para pendeta melalui Sinode Godang, didalam menjalankan

tugasnya Ephorus akan dibantu oleh Sekjen dan sejumlah kepala Departemen,

Kemudian ditingkat berikutnya dibawah Departemen adalah Praeses yang

memimpin distrik-distrik gereja, sementara dibawah distrik terdapat Resort yang dipimpin oleh Pendeta dan dibantu oleh Guru Huria, Bibelvrouw dan Diakones, disetiap resort biasanya ada beberapa Pagaran dan Sektor untuk mengkoordinir

EPHORUS

SEKJEN DEPARTEMEN

PRAESES

DISTRIK

RESORT

PAGARAN

SEKTOR


(47)

Jemaat individu yang merupakan bagian terkecil dari struktur organisai agama HKBP.

2. 2 HKBP resort Cinta Damai 2.2.1 Sejarah Singkat

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) resort Cinta Damai berdiri pada tahun 1982 tepatnya telah berusia 30 tahun. Pada awalnya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) resort cinta Damai ini belum menjadi sebuah resort, akan tetapi merupakan pagaran dari HKBP resort Sei Putih. Pagaran merupakan sebuah bagian yang lebih rendah daripada resort di dalam struktur organisasi HKBP. Barulah pada 11 April 1999 HKBP cinta damai ini disahkan sebagai sebuah resort atas kesepakatan dan persetujuan pemimpin/Pendeta dan para Sintua HKBP resort Sei Putih.27

Seiring perkembangannya sebagai resort, HKBP Cinta damai telah memiliki dua pagaran yakni HKBP Royate dan HKBP Maranata. Secara keseluruhan HKBP merupakan sebuah organisasi yang dimana kepengurusannya bersifat otonomi agar lebih mudah dalam menjangkau dan mengkoordinir jemaatnya yang begitu banyak dan bertempat tinggal beda wilayah. HKBP Cinta Damai sebagai sebuah resort kemudian membentuk kepengurusan berdasarkan sektor-sektor daerah tempat tinggal masing-masing anggota. Pengurus disetiap sektor akan dipimpin oleh seorang Sintua. Sampai saat ini HKBP resort Cinta Damai telah terbagi menjadi 12 sektor.

27

Hasil wawancara dengan St.T.H. Simangunsong sintua HKBP resort Cinta damai pada tanggal 04 Agustus 2012 di Kelurahan cinta Damai.


(48)

Huria Kristen Batak Protestan Cinta Damai sebagai gereja resort dipimpin oleh Pendeta, masa bakti seorang Pendeta pada satu gereja resort pada awalnya ialah 5 tahun masa bakti selama 1 periode, akan tetapi sejak tahun 2004 terjadi perubahan melalui pusat menjadi 4 tahun masa bakti selama 1 periode. Setelah 1 periode masa jabatan selesai maka Pendeta tersebut bisa saja diperpanjang untuk satu periode lagi atau digantikan dan dipindahkan ke gereja resort yang lainnya oleh pusat, karena Pendeta tersebut tidak memiliki hak untuk menentukan dimana lokasi tugas beliau berikutnya.

Selama berdiri sebagai gereja resort, HKBP Cinta Damai telah 4 kali berganti Pendeta (pemimpin jemaat), yaitu :

1. Pdt. Marudut Nababan (1999-2004) 2. Pdt. J. Damanik (2004-2008) 3. Pdt. M. Simanjuntak (2008-2012) 4. Pdt. Games. G. Purba (2012-sekarang)

Pendeta Games G. Purba merupakan pendeta yang saat ini memimpin jemaat di HKBP resort Cinta Damai, beliau dibantu oleh:

1. Bvr. Lambok Boangmanalu selaku Bibelvrow, 2. St. L.J. Tambunan, S. Th selaku Ketua parartaon, 3. St. Dimpos Sibarani selaku bendahara Huria,

4. St. Drs. B. Simanjuntak selaku Ketua Dewan Koinonia, 5. St. Drs. P. Simanjuntak selaku Ketua Dewan Marturia, dan 6. St. K. Simanjuntak selaku Ketua Dewan Diakonia.


(49)

2. 2. 2 Deskripsi Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) resort Cinta Damai

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) resort Cinta Damai beralamat di jalan Pantai Timur No. 4 kelurahan Cinta Damai. Huria Kristen Batak Protestan resort Cinta Damai terdiri dari 12 sektor. Ke 12 sektor tersebut adalah :

1. Sektor I (pasar 1/bumi asri/asrama dodik kel. Cinta Damai) 2. Sektor II (pasar 2/Pamen Kodam jl Binjai, Kampung lalang) 3. Sektor III (pasar 2 kel.Cinta Damai)

4. Sektor IV (perumahan Guru/SMA Tanjung Gusta) 5. Sektor V (pasar 3 kel. Cinta Damai)

6. Sektor VI (pasar 4, gang Beringin kel. Cinta Damai) 7. Sektor VII (pasar 5 dan 6 kel. Cinta Damai)

8. Sektor VIII (belakang terminal Pinang Baris) 9. Sektor IX (jatioso)

10.Sektor X (sukowati-jl.amal/komplek BKN)

11.Sektor XI (pondok Karya jl. Perwira kel. Cinta Damai) 12.Sektor XII (Pargodungan)

Dari ke 12 sektor diatas total KK dan jemaat HKBP resort Cinta Damai adalah 475 KK (kepala keluarga) dan 2198 jemaat.


(50)

2. 3 Kondisi Demografi

Tabel 2.1

Distribusi Jemaat Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Frekuensi Presentase

Laki-laki 1105 50.27%

Perempuan 1093 49.73%

Jumlah 2198 100%

Sumber Data: Daftar/Papan informasi HKBP resort Cinta Damai 2011

Jumlah total jemaat HKBP resort Cinta damai adalah 2198 orang yang terdiri dari 1105 orang laki-laki dan 1093 perempuan. Adapun jumlah kepala keluarga yang ada di HKBP resort Cinta Damai ialah sebanyak 475 kepala keluarga.

Tabel 2.2

Distribusi Jemaat Berdasarkan Usia

Umur Frekuensi Persentase

0-5 174 7.92%

6-11 350 15.91%

12-16 196 8.94%

17+ 1478 67.23%

Jumlah 2198 100%


(51)

Kaitannya dengan Pemilukada Medan 2010 dilihat dari komposisi jemaat berdasarkan usia dapat kita lihat bahwa jemaat yang memiliki hak pilih (usia 17+) ada sebanyak 67.23% atau sebesar 1478 jemaat.

Tabel 2.3

Distribusi Jemaat Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Persentase

PNS/TNI-POLRI 413 41.90%

Wiraswasta 217 22%

Pegawai Swasta 292 29.57%

Pensiunan 64 6.53%

Jumlah 986 100%

Sumber Data: Daftar/Papan informasi HKBP resort Cinta Damai 2011

Dilihat dari komposisi pekerjaan jemaat HKBP resort Cinta Damai

sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil baik itu Pegawai pemerintah kantor maupun TNI/POLRI. Hal ini dapat dijelaskan karena kelurahan Cinta Damai berada diantara Pusat Kota Medan dan wilayah Kabupaten Binjai serta lokasi HKBP resort Cinta Damai yang berdekatan dengan Kodam BB I.


(52)

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

3. 1. Penyajian Data

Setelah penulis melakukan penelitian yakni dengan terjun langsung kelapangan melalui penyebaran angket, maka diperoleh berbagai data mengenai keadaan responden. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai data yang telah diperoleh selama penelitian dilakukan di jemaat HKBP resort Cinta Damai kelurahan Cinta Damai.

3. 2. Identitas Responden

Tabel 3. 1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-Laki 57 59.37%

2 Perempuan 39 40.63%

Jumlah 96 100%

Sumber Data: Kuesioner Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jemaat HKBP resort Cinta Damai yang terpilih sebagai responden dari penelitian ini mayoritas adalah jemaat dengan jenis kelamin laki-laki, dimana responden berjenis kelamin laki-laki


(53)

sebanyak 57 orang atau sekitar 59.37% sedangkan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 39 orang atau sebesar 40.63%.

Tabel 3. 2

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 SMP/Sederajat 1 1.04%

2 SMA/Sederajat 37 38.54.%

3 D3/Sederajat 23 23.95%

4 S1/Sederajat 32 33.34%

5 S2/Sederajat 3 3.13%

Jumlah 96 100%

Sumber data: Kuesioner Penelitian

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata responden mayoritas berpendidikan menengah keatas, dimana responden yang berpendidikan SMA/Sederajat ada sebanyak 37 orang atau sebesar 38.54% dan S1/Sederajat sebanyak 32 orang atau sebesar 33.34%. banyaknya responden dengan latar belakang pendidikan tinggi dan menengah merupakan sebuah kewajaran mengingat sebagian besar jemaat HKBP resort Cinta Damai bekerja sebagai PNS/TNI dan pegawai swasta.


(54)

Tabel 3.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase

1 TNI/Pensiunan 26 27.1%

2 PNS 33 34.4%

3 Pegawai Swasta 16 16.7%

4 Wiraswasta 9 9.3%

5 Lain-lain 12 12.5%

Jumlah 96 100%

Sumber data: Kuesioner Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas jemaat HKBP yang menjadi responden pada penelitian ini ialah jemaat dengan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan jumlah 33 orang atau sebesar 34.4%. dan TNI/Pensiunan dengan jumlah 26 orang atau sebesar 27.1%. hal ini wajar karena HKBP resort Cinta Damai yang terletak di kelurahan Cinta Damai cukup dekat dengan pusat kota Medan dan Binjai serta Kodam BB I, sehingga jemaat HKBP resort Cinta Damai yang sebagian besar warga Kelurahan Cinta Damai rata-rata bekerja sebagai PNS dan TNI.

Jemaat dengan latar belakang pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil tersebar merata diseluruh sektor perkumpulan HKBP resort Cinta Damai, sedangkan TNI/Pensiunan umumnya terdaftar di sektor II (Pamen Kodam jl.Binjai) dan sektor XI (Pondok Karya jl.Perwira).


(55)

Tabel 3. 4

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Persentase

17-27 Tahun 13 13.54%

28-38 Tahun 23 23.96%

39-49 Tahun 27 28.13%

50 Tahun keatas 33 34.38%

Jumlah 96 100%

Sumber Data: Kuesioner Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat mayoritas jemaat yang menjadi responden ialah jemaat dengan usia 50 tahun keatas. Banyaknya jemaat dengan usia 50 tahun keatas yang menjadi responden mungkin dikarenakan kebiasaan mereka yang lebih bersemangat untuk menghadiri dan mengikuti kegiatan partamiangan sektor dibanding usia dibawahnya.


(56)

3. 3 Perilaku Pemilih

3. 3. 1 Penyajian Jawaban Responden

Tabel 3. 5

Distribusi Jawaban Responden tentang apakah faktor identitas partai mempengaruhi bapak dan ibu dalam memilih pada pemilukada No Jawaban responden Jumlah Persentase

1 Sangat mempengaruhi 8 orang 8.33%

2 Mempengaruhi 32 orang 33.33%

3 Kurang mempengaruhi 5 orang 5.56%

4 Tidak mempengaruhi 51 orang 52.78%

Jumlah 96 orang 100%

Sumber Data: Kuesioner Penelitian (diolah)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden lebih dominan menganggap identitas partai tidak mempengaruhi mereka dalam memberikan suara mereka pada pemilukada. Hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban responden dimana sekitar 52.78% atau 51 orang menjawab bahwa identitas partai tidak mempengaruhi mereka dalam memberikan suara kepada calon pada pemilukada, sedangkan yang menganggap identitas partai itu sangat dan mempengaruhi hanya 8.33% dan 33.33 % dan sisanya sebesar 5.56% menganggap identitas partai kurang mempengaruhi.


(57)

Sedangkan untuk mengetahui distribusi jawaban responden tentang figur kandidat dalam mempengaruhi keputusan mereka dalam memberikan suara pada pemilukada dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. 6

Distribusi jawaban responden tentang apakah faktor figur kandidat mempengaruhi bapak dan ibu dalam memilih pada pemilukada

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1 Sangat mempengaruhi 40 orang 41.67%

2 Mempengaruhi 37 orang 38.89%

3 Kurang mempengaruhi 0 orang 0%

4 Tidak mempengaruhi 19 orang 19.44%

Jumlah 96 orang 100%

Sumber Data: Kuesioner Penelitian (diolah)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden menganggap faktor figure kandidat sangat mempengaruhi mereka dalam memilih pada pemilukada. Hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban responden yang dimana sekitar 41.67% menganggap sangat mempengaruhi dan 38.89% menganggap mempengaruhi mereka dalam memberikan suara kepada calon pada pemilukada. Kenalnya kita kepada calon pemimpin daerah kita baik secara kualitas maupun kwantitas sangatlah penting menurut salah satu pendapat responden yang peneliti wawancara.


(58)

Sedangkan untuk mengetahui distribusi jawaban responden tentang visi-misi kandidat dalam mempengaruhi keputusan mereka untuk memberikan suara pada pemilukada dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. 7

Distribusi jawaban responden tentang apakah visi-misi kandidat mempengaruhi bapak dan ibu dalam memilih pada pemilukada

No. Jawaban responden Jumlah Persentase 1 Sangat mempengaruhi 19 orang 19.44%

2 Mempengaruhi 37 orang 38.89

3 Kurang mempengaruhi 11 orang 11.11%

4 Tidak mempengaruhi 29 orang 30.55%

Jumlah 96 orang 100%

Sumber Data: Kuesioner Penelitan (diolah)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jawaban responden relative seimbang dalam menanggapi faktor visi-misi kandidat dalam mempengaruhi mereka pada saat memberikan suara kepada calon pada pemilukada. Hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban responden yang relative berimbang antara mempengaruhi (38.89%) dan tidak mempengaruhi (30.55%). Responden yang memilih visi- misi mempengaruhi keputusan mereka dalam memilih adalah responden yang sebagian besar berpendidikan diploma dan Sarjana serta sebagian SMA.


(59)

Sedangkan untuk distribusi jawaban responden tentang rekam jejak pasangan kandidat dalam mempengaruhi keputusan mereka untuk memberikan suara pada pemilukada dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. 8

Distribusi jawaban responden tentang apakah rekam jejak kandidat mempengaruhi bapak dan ibu dalam memilih pada pemilukada

No. Jawaban responden Jumlah Persentase

1 Sangat mempengaruhi 16 orang 16.67%

2 Mempengaruhi 35 orang 36.11%

3 Kurang mempengaruhi 16 orang 16.67%

4 Tidak mempengaruhi 29 orang 30.55%

Total 96 orang 100%

Sumber Data: Kuesioner Penelitian (diolah)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jawaban responden relative seimbang dalam menanggapi faktor rekam jejak kandidat dalam mempengaruhi mereka pada saat memberikan suara kepada calon pada pemilukada. Hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban responden yang relative berimbang antara mempengaruhi (36.11%) dan tidak mempengaruhi (30.55%).

Sedangkan untuk distribusi jawaban responden tentang kesamaan agama, suku, dan marga sebagai faktor mempengaruhi dalam keputusan memberikan suara kepada calon pada pemilukada dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(60)

Tabel 3. 9

Distribusi jawaban responden tentang apakah kesamaan agama, etnis, dan marga mempengaruhi bapak dan ibu dalam memilih pada pemilukada

No. Jawaban responden Jumlah Persentase

1 Sangat mempengaruhi 37 orang 38.89%

2 Mempengaruhi 33 orang 33.35%

3 Kurang mempengaruhi 13 orang 13.88%

4 Tidak mempengaruhi 13 orang 13.88%

Total 96 orang 100%

Sumber Data: Kuesioner Penelitian (diolah)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden lebih dominan menganggap faktor agama sangat mempengaruhi mereka dalam memberikan suara mereka pada pemilukada. Hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban responden yang sangat besar yakni 38.89% dan 33.35%. adapun responden yang memilih faktor agama, etnis, dan marga sangat mempengaruhi adalah responden yang rata-rata berumur 35- 50 tahun keatas dan dari tingkat pendidikan Sarjana maupun SMA atau SMP, hal ini dapat dijelaskan karena mereka yang berumur 35- 50 tahun keatas cenderung masih terikut dengan pemahaman atau prinsip adat batak toba yang memiliki istilah “dang tumagonan tu halak adong do di hita”

yang artinya dalam bahasa Indonesia “untuk apa orang lain kalau masih ada dari kita”. Hal tersebut di dapat penulis saat wawancara kecil kebeberapa responden dan rata-rata responden menanggapi dengan SANGAT SETUJU apabila prinsip tersebut tetap dipegang dalam memilih pemimpin maupun memilih apapun.


(61)

Sedangkan responden yang memberi jawaban KURANG MEMPENGARUHI dan TIDAK MEMPENGARUHI rata- rata dari responden yang berusia 17- 34 tahun dan berpendidikan sarjana dan diploma.

3. 3. 2 Analisis Jawaban Responden

Berdasarkan keseluruhan tabel di atas dimana lima alasan mempengaruhi perilaku pemilih yang diangkat peneliti sebagai pertanyaan kuesioner peneliti untuk mengetahui sikap responden dalam mengahadapi proses pemilihan pemimpin dapat dilihat bahwa, Figur kandidat dan kesamaan agama, etnis, dan marga merupakan alasan responden paling dominan dalam memberikan suaranya pada pemilukada. Figure kandidat pada saat ini memang menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam mendapatkan suara pada pemilukada, hal ini terbukti partai-partai tidak lagi mengedepankan kandidat calon mereka berdasarkan kekuatan materi dan nama besar dari calon yang akan diusung tersebut, tetapi lebih melihat kepada kesan positif masyarakat terhadap calon yang akan diusung oleh partai tersebut, hal ini dapat kita lihat pada proses pemilihan Gubernur DKI Jakarta baru-baru ini, dimana menangnya pasangan calon tersebut sangat dominan di pengaruhi oleh figure kandidat yakni kesan positif masyarakat terhadap pasangan calon tersebut.

Sedangkan untuk faktor kesamaan agama, etnis, dan agama tetap dijadikan responden sebagai salah satu faktor yang sangat mempengaruhi, responden dengan jangkauan usia 35- 50 tahun keatas dan dari segala tingkat pendidikan tetap menjadikan kesamaan agama, etnis, dan marga sebagai faktor yang


(62)

mempengaruhi. Hal ini karena mereka yang rata- rata berusia tua cenderung masih memegang kuat prinsip atau istilah Batak Toba “dang tumagonan tu halak adong

do di hita”.

Sedangkan untuk alasan visi-misi dan rekam jejak persentasenya relative berimbang antara sangat mempengaruhi dan tidak mempengaruhi. Untuk identifikasi partai responden dominan menganggap tidak mempengaruhi keputusan mereka dalam memberikan suara kepada calon pada pemilihan umum kepala daerah.

3. 4 Pemilukada Medan Putaran Kedua 3. 4. 1 Penyajian Jawaban Responden

Tabel 3. 10

Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Pada Pemilukada Medan Putaran Kedua

No. Partisipasi Jumlah Persentase

1 YA 96 100%

2 TIDAK 0 0%

3 TIDAK TAHU 0 0%

Total 96 100%

Sumber Data: Kuesioner Penelitian

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 96 responden yang diberikan daftar pertanyaan seluruhnya (100%) ikut berpartisipasi dalam


(63)

Pemilukada Medan Putaran Kedua, pertanyaan ini dibuat untuk memastikan agar setiap orang yang menjadi responden memang memberikan suaranya, hal ini mengingat batasan penelitian dimana yang menjadi sampel/responden penelitian adalah orang yang menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada Medan Putaran Kedua.

Sedangkan untuk distribusi responden berdasarkan pilihan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. 11

Distribusi Responden Berdasarkan Pilihan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pada Pemilukada Medan Putaran Kedua

No. Pilihan Calon Jumlah Persentase

1 Rahudman – Dzulmi Eldin 24 25%

2 Sofyan Tan- Nelly Armayanti 72 75%

Total 96 100%

Sumber Data: Kuesioner Penelitian

Dari tabel diatas dapat dilihat 96 pemilih jemaat HKBP resort Cinta Damai yang menjadi responden 75% diantaranya memilih pasangan Sofyan-Tan dan Nelly Armayanti. Sedangkan responden yang memilih pasangan calon Rahudman dan Dzulmi Eldin hanya sebesar 25%. Berdasarkan data di atas dapat dilihat jarak perolehan suara yang cukup signifikan antara kedua pasangan calon.

Dengan tidak adanya indikator untuk faktor kesamaan agama, etnis, dan marga yang sangat mempengaruhi responden dalam memberikan suaranya seperti


(64)

yang telah dipaparkan peneliti pada bab sebelumnya berdasarkan data kuesioner, dari kedua pasang calon yang bersaing pada Pemilukada Medan Putaran Kedua ini. Kenapa responden cenderung memilih pasangan Sofyan tan- Nelly Armayanti. Jadi faktor apakah yang mempengaruhi responden untuk memilih pasangan calon pada Pemilukada Medan Putaran Kedua ini melihat cukup signifikannya perbedaan suara berdasarkan data pada tabel diatas. Apakah faktor figure kandidat yang menjadi faktor sangat berpengaruh bagi responden untuk memilih seperti yang dihasilkan data kuesioner pada pemaparan sebelumnya, atau ada faktor lain seperti visi-misi dan rekam jejak kandidat atau bahkan faktor identifikasi partai yang pada pemaparan sebelumnya memiliki persentase yang kecil dalam memberi pengaruh terhadap perilaku pemilih responden. Tabel dibawah ini akan dapat kita lihat alasan responden dalam memberikan suaranya pada pemilukada Medan putaran kedua.

Tabel 3. 12

Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pada Pemilukada Medan Putaran Kedua

No. Alasan Memilih Calon Jumlah Persentase

1 Kesamaan Partai 17 orang 17.70%

2 Kesamaan ideology 7 orang 7.30%

3 Kedekatan Emosional 2 orang 2.08%

4 Visi-Misi 40 orang 41,67%


(1)

4.2 Saran

Agar kemajuan dibidang sosial, budaya, politik maupun ekonomi di Kotamadya Medan semakin maju sebaiknya masyarakat pada umumnya dan jemaat HKBP resort Cinta Damai pada khususnya tidak terlalu mengedepankan Kesamaan Suku, Agama, dan Kekerabatan Marga dalam memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerahnya, terutama bagi masyarakat yang terikat dengan Organisasi Keagamaan, Organisasi Kesukuan, dan lain-lain. Alangkah lebih baiknya lebih mengedepankan pendekatan Pilihan Rasional (Visi- Misi, Rekam jejak maupun Program Kerja Pasangan Calon) dalam memberikan suara pada Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah maupun Pemilihan Calon Anggota Legislatif.

Jemaat HKBP resort Cinta Damai agar tetap memilih dengan mengedepankan Pilihan Rasional pada Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah walaupun dengan kondisi indikator Agama, Suku, dan kekerabatan Marga ada pada salah satu pasangan calon/kandidat.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Bratakusuma Deddy Supriady dan Solihin Dadang, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Firmanzah, Marketing Politik, Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2007.

Jalaludin, Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1991.

Nawawi, Hadiri, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1955.

Lipset Seymour Martin, Political Man; Basis Sosial Tentang Politik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Simanjuntak, Bungaran Antonius, Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009.

Surbakti, Ramlan, Pemilih dan Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1992. Usman, Husaini, dan Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial, Bandung: Bumi

Aksara, 2004.

Prihatmoko. Joko. J, Pilkada Secara Langsung, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Sastroatmodjo Sudijono, Perilaku Politik, Semarang: IKIP Semarang Press,1995. .

Kaloh, J, DR, Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Jakarta: Rhineka Cipta, 2002.

Undang- Undang

UU NO. 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas UU NO. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.


(3)

Lampiran I

KUESIONER

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Daftar pertanyaan kuesioner ini hanya dipergunakan untuk keperluan akademis semata, mohon dijawab dengan jujur.

2. Bacalah pertanyaan terlebih dahulu secara teliti sebelum anda memberikan jawaban.

3. Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang anda yakini.

4. Jika ada pertanyaan yang kurang anda mengerti silahkan Tanya kepada peneliti.

A. Identitas Responden

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan :


(4)

Lampiran II

B. Perilaku Pemilih

1. Apakah faktor identitas partai mempengaruhi bapak dan ibu dalam menjatuhkan pilihan pada sebuah pemilihan umum kepala daerah?

a. Sangat mempengaruhi b. Mempengaruhi

c. Kurang mempengaruhi d. Tidak mempengaruhi

2. Apakah pengenalan figure kandidat mempengaruhi bapak dan ibu dalam menjatuhkan pilihan pada sebuah pemilihan umum kepala daerah?

a. Sangat mempengaruhi b. Mempengaruhi

c. Kurang mempengaruhi d. Tidak mempengaruhi

3. Apakah visi misi dari kandidat mempengaruhi bapak dan ibu dalam menjatuhkan pilihan pada sebuah pemilihan umum kepala daerah?

a. Sangat mempengaruhi b. Mempengaruhi

c. Kurang memoengaruhi d. Tidak mempengaruhi

4. Apakah rekam jejak pasangan calon mempengaruhi bapak dan ibu dalam menjatuhkan pilihan pada pemilihan umum kepala daerah?

a. Sangat mempengaruhi b. Mempengaruhi

c. Kurang mempengaruhi d. Tidak mempengaruhi

5. Didalam kebiasaan Batak Toba ada istilah “Dang tumagonan tu halak adong do di hita”. Apakah bapak dan ibu setuju menerapkannya dalam menjatuhkan pilihan pada sebuah pemilihan umum kepala daerah?

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju


(5)

Lampiran III

C. Pemilukada Putaran kedua

6. Apakah bapak/ibu ikut dalam pemilukada Medan putaran ke II? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

7. Pasangan calon manakah yang anda pilih dalam pemilihan kepala daerah Medan Putaran ke II?

a. Drs. H. Rahudman Harahap, MM- Drs. H. Dzulmi Eldin,S. Msi. b. dr. Sofyan Tan-Nelly armayanti, SP. MSP

8. Apakah anda memilih pasangan yang sama pada pemilukada putaran pertama dan kedua?

a. Ya b. Tidak

9. Sebutkan? Jika masih ingat siapa yang anda pilih putaran pertama (hanya untuk yang menjawab Tidak pada pertanyaan no 8)

10.Dalam menentukkan pilihan siapa yang paling mempengaruhi anda? a. Saya secara mandiri menentukkan pilihan.

b. Suami atau istri c. Orang tua d. Pendeta e. Lingkungan

11.faktor apa yang mempengaruhi anda dalam menjatuhkan pilihan anda pada pemilukada Medan putaran ke II 2010.

a. Kesamaan Partai dengan Calon

b. Kesamaan ideology dengan partai pendukung pasangan calon

c. Kedekatan emosional dengan pasangan calon (teman kerja,teman sejak usia muda)

d. Visi misi yang dijanjikan pasangan calon

e. Diberikan imbalan oleh pasangan calon (uang, sembako, DLL)

f. Rekam Jejak pasanngan Calon (hal-hal yang pernah dilakukan pasangan calon)


(6)

12.Apakah ada faktor/alasan lain dari pernyataan diatas yang menjadi alasan anda memberikan suara kepada pasangan calon yang saudara pilih pada pemilukada putaran II?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

13.Sebutkan (untuk responden yang menjawab “Ya”pada pertanyaan no 12) 14.Jika seandainya ada dari salah satu pasangan calon/kandidat yang satu

suku atau agama dengan anda apakah akan langsung memilihnya? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu