Untuk itu penulis tertarik membuat penulisan skripsi yang berjudul
“PERANAN POLRI
DALAM PEMBERANTASAN
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA STUDI KASUS POLSEKTA PANCUR BATU”
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah : 1.
Bagaimana perkembangan penyalahgunaan narkotika dan pengaturan hukumnya di Indonesia ?
2. Bagaimana peranan Polri dalam pemberantasan penyalahgunaan
narkotika?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah : 1.
Untuk mengetahui perkembangan penyalahgunaan narkotika dan pengaturan hukumnya di Indonesia.
2. Untuk mengetahui peranan Polri dalam upaya pemberantasan
penyalahgunaan narkotika
dan yang
menjadi kendala
dalam pemberantasan penyalahgunaan narkotika.
Disamping tujuan yang akan dicapai sebagaimana yang dikemukakan diatas, maka penulisan skripsi ini juga bermanfaat untuk :
1. Manfaat Secara Teoritis
Yaitu untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum, khususnya hukum pidana. Selain itu, memberikan pengetahuan
yang mendalam mengenai perkembangan penyalahgunaan narkotika dan pengaturan hukumnya di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2. Manfaat Secara Praktis
Yaitu untuk mengetahui peranan POLRI dalam pemberantasan penyalahgunaan
narkotika. Serta
yang menjadi
kendala dalam
pemberantasan penyalahgunaan narkotika tersebut. D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi yang berjudul “Peranan Polri Dalam Pemberantasan Penyalahgunaan Narkotika Studi Kasus Polsekta Pancur Batu” adalah hasil
pemikiran penulis sendiri. Skripsi ini menurut sepengetahuan penulis belum pernah ada yang membuat. Kalaupun ada, penulis yakin bahwa substansi
pembahasannya berbeda. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang POLRI
a. Istilah dan Pengertian Polri
Istilah Polisi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “politeia” yang
berarti pemerintahan negara kota. Untuk mengontrol negara kota tersebut tidak cukup dilaksanakan oleh seoarang pemimpin, tetapi perlu dibentuk satu kesatuan
aparat penegak hukum yang dapat menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat.
4
Pengertian Polisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
Badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum menangkap orang yang melanggar undang-undang dsb; Anggota
4
M.Karjadi,
Polisi, Filsafat dan Perkembangan Hukumnya
, Politeia, Bogor 1978, halaman 65
Universitas Sumatera Utara
badan pemerintah pegawai Negara yang bertugas menjaga keamanan dsb.
Berdasarkan pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
Tentang Kepolisian Negara Replubik Indonesia, yang dimaksud dengan kepolisian adalah segala hal ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga
Polisi sesuai dengan perundang-undangan.
b. Fungsi dan Tugas Polri
Sebagai aparat penegak hukum yang ditempatkan paling depan untuk menindak kasus pidana termasuk narkotika, polisi berkewajiban untuk
memberikan jaminan dan perlindungan bagi masyarakat agar terhindar dari penyalahgunaan zat atau obat-obatan terlarang tersebut. Hal ini dapat tumbuh
melalui standar profesi yang tinggi dan tugas sebagai panutan sadar hukum serta perilaku sesuai dengan hukum. Kehadiran Polisi sebenarnya juga dapat dilihat dari
upaya orisinil masyarakat guna secara sistematis bertahan terhadap kemungkinan munculnya kekacauan atau ketidaktertiban.
5
Polisi sebagai bagian dari warga Negara Republik Indonesia yang merupakan ujung tombak dari penegakan hukum tidak lepas dari kewajiban
tugasnya tersebut. Kewajiban Polisi pada hakekatnya dapat di bedakan atas 2 macam, antara lain :
a. Kewajiban preventif ialah kewajiban yang melaksanakan segala usaha, kegiatan dan pekerjaan dalam rangka penyelenggaraan melindungi Negara beserta
badan hukumnya, kesejahteraan, kesentausaan, keamanan, ketertiban umum, orang-orang dan harta bendanya dengan jalan mencegah terjadinya tindak pidana;
5
Adrianus Meliala,
Mengkritisi Polisi
, Kanisius, Yogyakarta, 2001, hlm 111
Universitas Sumatera Utara
b. Kewajiban represif ialah kewajiban yang melakukan segala usaha, kegiatan dan pekerjaan untuk membantu tugas kehakiman guna memberantas
segala tindak pidana yang telah dilakukan dengan cara menyidik, menahan, memerikasa, menggeledah, dan membuat berita acara pemeriksaan pendahuluan
serta mengajukan kepada kejaksaan untuk diadakan penuntutan pidana di muka hakim yang berwajib.
Dalam membahas fungsi Polisi mengacu pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002, yaitu :
“Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan Negara Republik Indonesia di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayom dan pelayanan
kepada masyarakat”. Berdasarkan Pasal 13 Undang -Undang Nomor 2 Tahun 2002, tugas pokok
kepolisian adalah : a.
Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b.
Menegakkan hukum; dan c.
Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Mengacu pada tugas pokok kepolisian sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, terlihat jelas bahwa tugas yang
diemban polisi tidaklah ringan, terutama tugas yang menyangkut memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Hal ini disebabkan karena semakin kritis
dan berkembangnya keterbukaan pada pergaulan di dalam masyarakat, yang pada akhirnya menimbulkan berbagai macam persoalan dan permasalahan.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam kaitannya dengan tugas pokok Polri, maka menurut Pasal 14 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 Kepolisian Negara Republik Indonesia
bertugas : a.
Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap
hukum dan peraturan perundangundangan; d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, danbentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya; h. Menyelenggarakan
identifikasi kepolisian,
kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban danatau bencana termasuk
Universitas Sumatera Utara
memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi danatau pihak yang berwenang;
k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta
l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
c. Wewenang Polri
Dalam upaya melaksanakan tugasnya itu, tindakan seorang anggota polisi harus berdasarkan pada suatu wewenang sebagaimana diatur dalam pasal 15 ayat
1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu :
a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan,dan penyitaan;
b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;
d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
Universitas Sumatera Utara
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan; i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau
mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil
untukdiserahkan kepada penuntut umum; dan l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
2. Tinjauan Tentang Narkotika a. Pengertian dan Jenis-Jenis Narkotika
Secara umum, yang dimaksud dengan narkotika adalah sejenis zat yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi orang-orang yang
menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkan kedalam tubuh.
6
Istilah yang dipergunakan disini bukanlah “narcotics” pada farmasi, melainkan sa
ma artinya dengan “drug”, yaitu sejenis zat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-pengaruh tertentu pada tubuh si
pemakai, yaitu : a. Mempengaruhi kesadaran ;
6
Taufik Makarao, Suhasril, Moh.Zakky. Tindak Pidana Narkotika, Penerbit Ghalia
Indonesia,
Jakarta, 2003, hal 16
Universitas Sumatera Utara
b. Memberikan dorongan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku manusia ; c. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat berupa :
1. Penenang ; 2. Perangsang bukan rangsangan sex
3. Menimbulkan halusinasi pemakainya tidak mampu membedakan antara khayalan dan kenyataan, kehilangan kesadaran akan waktu dan tempat.
7
Menurut Prof. Sudarto S.H., dalam bukunya Kapita Selekta Hukum Pidana
bahwa : Perkataan narkotika berasal dari perkataan Yunanai “Narke”, yang berarti
Terbius sehingga tidak merasa apa- apa.”
8
Menurut Smith Kline dan French Clinical Staff, narkotika adalah zat-zat atau obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan
zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan syaraf sentral.
9
Pengertian narkotika menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 yaitu :
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongangolongan sebagaimana terlampir dalam Undang-
Undang ini.”
7
Soedjono D. “Segi Hukum Tentang Narkotika di Indonesia, penerbit PT. Karya Nusantara, Bandung, 1976, halaman 14.
8
Djoko Prakosa, bambang Riyadi Lany dan Mukhsin, “Kejahatan-Kejahatan yang Merugikan dan Membahayakan Negara,” penerbit Bina Aksara, halaman 480.
9
Hari Sasangka. Narkotika dan Psikotropika Dalan Hukum Pidana, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 2003, hal 33
Universitas Sumatera Utara
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika pada Pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa narkotika digolongkan menjadi 3 tiga,
yaitu narkotika golongan I, narkotika golongan II, dan narkotika golongan III. a.
Narkotika golongan I Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Pada lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang termasuk narkotika golongan I ada 65 jenis. Dibawah ini delapan
diantaranya yaitu sebagai berikut : 1.
Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya.
10
Tumbuhan Papaver Somniferum L adalah tumbuhan warna keputih- putihan tegak dengan tinggi 30-100 cm dan mengandung getah.
Memperbanyak diri dengan biji. Biji tanaman Papaver kecil-kecil mengandung minyak berwarna putih. Daunnya lebar berbentuk bulat telur,
lonjong, bergigi kasar, tangkainya besar. Bunganya hermaphrodite, diameter sampai 18 cm, berwarna putih atau merah. Bila bunganya mulai
berjatuhan kira-kira 10-15 hari kemudian buahnya sudah dapat dipetik. Buah yang belum masak berbentuk bola dengan garis tengah 5-7 cm,
dalam bahasa inggris disebut Poppy. Bila buah muda ini digores akan mengeluarkan getah seperti susu, juice atau opium. Jika menjadi kering
10
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Universitas Sumatera Utara
berwarna coklat kehitam-hitaman. Yang disebut candu mentah raw opium, yakni bahan mentah candu. Tanaman ini tidak tumbuh subur di
dataran rendah tropika, oleh karena itu tanaman ini tidak ada di Indonesia, disamping memang dilarang.
11
2. Opium Mentah
Merupakan getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum L yang hanya mengalami pengolahan sekedar untuk
pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya. 3.
Opium masak terdiri dari : a. candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan
pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan maksud mengubahnya
menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan. b. jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah
candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain. c. jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.
4. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae
termasuk buah dan bijinya. 5. Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk
serbuk dari
semua tanamangenus
Erythroxylon dari
keluarga Erythroxylaceae
yang menghasilkan kokain secara langsung atau melalui perubahan kimia.
11
Hari Sasangka.
Narkotika dan Psikotropika Dalan Hukum Pidana
, Penerbit Mandar
Maju, Bandung, 2003, hal 36
Universitas Sumatera Utara
6. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.
7. Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina . 8. Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua bagian
dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.
Tanaman Cannabis merupakan tanaman setahun yang mudah tumbuh tanpa memerlukan pemeliharaan istimewa. Tanaman ini tumbuh pada
daerah beriklim sedang. Pohonnya cukup rimbun dan tumbuh segar di daerah tropis. Ia dapat ditanam dan tumbuh liar di semak belukar. Pohon
ganja merupakan tumbuhan berumah dua, artinya pohon yang satu hanya berbunga jantan, yang satu lagi berbunga betina. Yang jantan pohonnya
agak tinggi dibanding pohon yang betina. Pada bunga betina terdapat hidung tudung bulu-bulu runcing yang mengeluarkan sejenis dammar
harsa. Dan ganja berbentuk runcing berjari-jari ganjil 5, 7, atau 9.
12
Yang popular disalahgunakan adalah tanaman Genus Cannabis dan kokaina.
Cannabis di Indonesia dikenal dengan nama ganja atau biasa disebut cimeng
, Sedangkan untuk Kokaina adalah bubuk putih yang diambil dari daun pohon koka dan menjadi perangsang yang hebat.
13
12
Hari Sasangka.
Narkotika dan Psikotropika Dalan Hukum Pidana
, Penerbit Mandar
Maju,
Bandung, 2003, hal 48
13
O.C. Kaligis,
Narkoba dan Peradilannya di Indonesia Reformasi hukum Pidana melalui Perundangandan Peradilan,
Alumni, Bandung, 2002, hlm 254.
Universitas Sumatera Utara
Ad. Narkotika golongan II Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi danatau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Narkotika golongan II ada 86 jenis. Dibawah ini delapan diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Alfasetilmetadol
2. Alfameprodina
3. Alfametadol
4. Alfaprodina
5. Alfentanil
6. Morferidina
7. Morfin metobromida dan turunan morfina nitrogen pentafalent lainnya
termasuk bagian turunan morfina-N-oksida, salah satunya kodeina-N- oksida
8. Nikomorfina
Yang paling populer digunakan adalah jenis heroin yang merupakan keturunan dari morfin. Heroin dibuat dari pengeringan ampas bunga opium yang
mempunyai kandungan morfin dan banyak digunakan dalam pengobatan batuk dan diare. Ada juga heroin jenis sintetis yang digunakan untuk mengurangi rasa
sakit disebut pelhipidine dan methafone. Heroin dengan kadar lebih rendah dikenal dengan sebutan putauw.
14
Putauw merupakan jenis narkotika yang paling
14
Ibid., hlm 253
Universitas Sumatera Utara
sering disalahgunakan. Sifat putauw ini adalah paling berat dan paling berbahaya. Putauw
menggunakan bahan dasar heroin dengan kelas rendah dengan kualitas buruk dan sangat cepat menyebabkan terjadinya kecanduan.
Ad. Narkotika golongan III Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
danatau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Pada lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang termasuk narkotika golongan III ada 14 macam. Dibawah ini delapan
diantaranya yaitu sebagai berikut : 1.
Asetildihidrokodeina 2.
Dekstropropoksifena 3.
Dihidrokodeina 4.
Etilmorfina 5.
Kodeina 6.
Nikodikodina 7.
Nikokodina 8.
Norkodeina Perbedaan mendasar dari ketiga golongan narkotika ini adalah sebagai
berikut : 1.
Narkotika Golongan I : Berguna untuk ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi dengan resiko ketergantungan sangat tinggi.
Universitas Sumatera Utara
2. Narkotika Golongan II : Berguna untuk pengobatan dan digunakan sebagai
alternative pengobatan terakhir serta sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dangan resiko ketergantungan tinggi.
3. Narkotika Golongan III : Berguna untuk pengobatan, terapi dan
pengembangan ilmu pengetahuan dengan resiko ketergantungan rendah.
15
b. Pengertian Penyalahgunaan
Pengertian penyalahgunaan adalah menggunakan kekuasaan dan sebagainya tidak sebagaimana mestinya.
16
Menurut Dr. Soedjono Dirdjosisworo. SH dalam bukunya kriminologi, penyalahgunaan narkotika adalah bentuk kejahatan berat yang sekaligus
merupakan penyebab yang dapat menimbulkan berbagai bentuk kejahatan.
17
Terjadinya penyalahgunaan narkotika di dalam masyarakat tentunya sangat mempengaruhi masyarakat itu sendiri. Pengaruh itu bisa berupa pengaruh
terhadap ketenangan dalam masyarakat, pengaruh terhadap timbulnya kejahatan dalam masyarakat dan lain sebagainya.
F. Metode Penelitian