BAB II PERKEMBANGAN PEREDARAN NARKOTIKA DAN PENGATURAN
HUKUM DI INDONESIA A. Perkembangan Peredaran Narkotika
Pada zaman prasejarah di negeri Mesopotamia sekitar Irak sekarang , di
kenal suatu barang yang namanya “Gil” artinya “bahan yang menggembirakan”. Gil ini lazimnya digunakan sebagai obat sakit perut, kemampuan Gil sangat
terkenal pada saat itu, dan Gil menyebar di dunia Barat sampai Asia dan Amerika.
18
Di Tiongkok bahan sejenis Gil disebut dengan candu yang sudah dikenal sejak tahun 2735 sebelum Masehi. Candu pernah menghancurkan Tiongkok pada
tahun 1840-an yaitu dipergunakan sebagai subversif oleh inggris, sehingga menimbulkan suatu perang yang terkenal dalam sejarah, yaitu Perang Candu The
Opiun War pada tahun 1839-1842, yang dimenangkan oleh Inggris setelah berhasil merusak mental lawannya melalui candu. Proses pengolahan candu pada
zaman dahulu masih sangat sederhana, salah satu prosesnya ialah menghilangkan bau, yakni dengan cara dicampur dengan air sulingan dan disimpan dalam guci 8
delapan sampai 12 dua belas bulan, setelah kering baru dipergunakan untuk keperluan pengobatan.
19
Sejalan dengan perkembangan kolonisasi maka perdagangan candu semakin tumbuh subur dan pemakaian candu secara besar-besaran dilakukan
18
Redaksi Badan Penerbit Alda Jakarta, “Menanggulangi Bahaya Narkotika”, Jakarta
tahun 1985, halaman 31.
19
Ibid, halaman 30.
Universitas Sumatera Utara
dikalangan ethnis cina, terutama di negara-negara jajahan ketika itu, termasuk Indonesia yang berada di bawah kekuasaan pemerintah kolonial Belanda.
20
Masalah penyalahgunaan narkotika ini bukan saja merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian bagi negara Indonesia, melainkan juga bagi dunia
Internasional. Memasuki abad ke-20 perhatian dunia internasional terhadap
masalah narkotika semakin meningkat, salah satu dapat dilihat melalui Single Convention on Narcotic Drugs
pada tahun 1961.
21
Masalah ini menjadi begitu penting mengingat bahwa obat-obat narkotika itu adalah suatu zat yang dapat
merusak fisik dan mental yang bersangkutan, apabila penggunanya tanpa resep dokter.
Peredaran penyalahgunaan narkotika yang terjadi di Indonesia sangat bertentangan dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia untuk mewujudkan
manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil, makmur, sejahtera tertib dan damai berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera tersebut perlu peningkatan secara terus menerus usaha
– usaha di bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan termasuk ketersediaan narkotika sebagai obat, disamping
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Meskipun narkotika sangat bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan
sesuai dengan standar pengobatan, terlebih jika disertai dengan peredaran narkotika secara gelap akan menimbulkan akibat yang sangat merugikan
20
Sumarmo Ma’some,
Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat
, CV. Haji Masagung, 1987, halaman 5.
21
Kusno Adi, 2009,
Kebija kan Kriminal Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Oleh Anak,
UMM Press, Malang, halaman 30.
Universitas Sumatera Utara
perorangan maupun masyarakat khususnya generasi muda bahkan dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai
– nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan nasional.
Peningkatan pengendalian dan pengawasan sebagai upaya pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika sangat diperlukan, karena
kejahatan narkotika pada umumnya tidak dilakukan oleh perorangan secara berdiri sendiri, melainkan dilakukan secara bersama
– sama yaitu berupa jaringan yang dilakukan oleh sindikat yang terorganisasi secara rapi dan sangat rahasia.
Perkembangan penyalahgunaan narkoba sudah sangat memperihatinkan. Kalau dulu, peredaran dan pecandu narkoba hanya berkisar di wilayah perkotaan,
kini tidak ada satupun kecamatan, atau bahkan desa di republik ini yang bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap obat terlarang itu. Kalau dulu peredaran
dan pecandu narkoba hanya berkisar pada remaja dan keluarga mapan, kini penyebarannya telah merambah kesegala penjuru strata sosial ekonomi maupun
kelompok masyarakat dari keluarga melarat hingga konglomerat, dari pedesaan hingga perkotaan, dari anak muda hingga yang tua
– tua.
22
Maraknya pengedaran dan penggunaan narkotika akhir-akhir ini menyebabkan timbulnya kekhawatiran di kalangan masyarakat. Sasaran peredaran
dan penggunanya bukan hanya tempat-tempat hiburan malam, tetapi sudah merambah kedaerah pemukiman kampus dan bahkan kesekolah-sekolah.
22
F.Agsya, 2010,
Undang-Undang Narkotika dan Undang-Undang Psikotropika
, Asa Mandiri, Jakarta, halaman 6
Universitas Sumatera Utara
Beberapa pengamat pendidikan bahkan meyakini di Indonesia tidak ada lagi satupun kampus terbebas dari peredaran narkotika.
23
Adapun data pengungkapan kasus narkotika yang berhasil diungkap Polri tahun 2007 sampai tahun 2011 seperti tabel berikut ini :
No Tahun Jumlah
1. 2007
11.380 2.
2008 10.008
3. 2009
11.135 4.
2010 17.834
5. 2011
19.045 Jumlah
69.402 Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba, Maret 2012
Tidak terlepas dari akibat yang ditimbulkan oleh penggunaan, perlu dicermati pula mengapa penggunaan narkotika meningkat akhir-akhir ini. Timbul
suatu pertanyaan, sebenarnya apa yang menyebabkan mereka menggunakan narkotika. Para pemakai bukannya tidak mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh
pemakaian narkotika tersebut. Mereka mengetahui akibat dari perbuatan yang dilakukannya, baik dari segi fisik maupun psikis, sebab kebanyakan pemakai
berasal dari kalangan yang berpendidikan, akan tetapi itu tidak menghentikan mereka untuk mengkonsumsi narkotika.
Pada umumnya secara keseluruhan faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana narkotika dapat dikelompokkan menjadi :
23
M.Wresiniro,
Masalah Narkotika Psikotropika dan Obat-Obat Berbahaya,
Jakarta : Yayasan Mitra Bintibmas, 1999, halaman 413
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor internal pelaku 2. Faktor eksternal pelaku
24
Ad.1. Faktor internal pelaku Ada berbagai macam penyebab kejiwaan yang dapat mendorong seseorang
terjerumus kedalam tindak pidana narkotika, penyebab internal itu antara lain sebagai berikut :
a. Perasaan Egois
Merupakan sifat yang dimiliki oleh setiap orang. Sifat ini seringkali mengdominasi perilaku seseorang tanpa sadar, demikian juga bagi orang
yang berhubungan dengan narkotikapara pengguna dan pengedar narkotika. Pada suatu ketika rasa egoisnya dapat mendorong untuk
memiliki dan atau menikmati secara penuh apa yang mungkin dapat dihasilkan dari narkotika.
b. Kehendak ingin bebas
Sifat ini adalah juga merupakan suatu sifat dasar yang dimiliki manusia. Sementara dalam tata pergaulan masyarakat banyak, norma-norma yang
membatasi kehendak bebas tersebut. Kehendak ingin bebas itu muncul dan terwujud kedalam perilaku setiap kali seseorang dihimpit beban pemikiran
maupun perasaan. Dalam hal ini, seseorang yang sedang dalam himpitan tersebut melakukan interaksi dengan orang lain sehubungan dengan
narkotika, maka dengan sangat mudah orang tersebut akan terjerumus pada tindak pidana narkotika.
24
A.W., Widjaya,
Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika,
Bandung :Armico, 1985 halaman 25
Universitas Sumatera Utara
c. Kegoncangan Jiwa
Hal ini pada umumnya terjadi karena salah satu sebab yang secara kejiwaan hal tersebut tidak mampu dihadapidiatasinya. Dalam keadaan
jiwa yang labil, apabila ada pihak-pihak yang berkomunikasi dengannya mengenai narkotika maka ia akan dengan mudah terlibat tindak pidana
narkotika d.
Rasa Keingintahuan Perasaan ini pada umumnya lebih dominan pada manusia yang usianya
masih muda, perasaan ingin ini tidak terbatas pada hal-hal yang positif, tetapi juga kepada hal-hal yang sifatnya negatif. Rasa ingin tahu tentang
narkotika, ini juga dapat mendorong seseorang melakukan perbuatan yang tergolong dalam tindak pidana narkotika.
Ad. 2. Faktor eksternal pelaku Faktor-faktor yang datang dari luar ini banyak sekali, diantaranya yang
paling penting adalah sebagai berikut : a.
Keadaan Ekonomi Keadaan ekonomi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2dua, yaitu
keadaan ekonomi yang baik dan keadaan ekonomi yang kurang atau miskin. Pada keadaan ekonomi yang baik maka orang-orang dapat
mencapai atau memenuhi kebutuhannya dengan mudah. Demikian juga sebaliknya, apabila keadaan ekonomi kurang baik maka pemenuhan
kebutuhan sangat sulit adanya, karena itu orang-orang akan berusaha untuk dapat keluar dari himpitan ekonomi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hubungannya dengan narkotika, bagi orang-orang yang tergolong dalam keadaan ekonomi yang baik dapat mempercepat keinginan-
keinginan untuk mengetahui, menikmati, dan sebagainya tentang narkotika. Sedangkan bagi yang keadaan ekonominya sulit dapat juga
melakukan hal tersebut, tetapi kemungkinannya lebih kecil daripada mereka yang ekonominya cukup.
Berhubung narkotika tersebut terdiri dari berbagai macam dan harga, maka dalam keadaan ekonomi yang bagaimanapun narkotika dapat beredar dan
dengan sendirinya tindak pidana narkotika dapat saja terjadi. b.
Pergaulan atau lingkungan Pergaulan ini pada pokoknya terdiri dari pergaulan atau lingkungan tempat
tinggal, lingkungan sekolah atau tempat kerja dan lingkungan pergaulan lainnya. Ketiga lingkungan tersebut dapat memberikan pengaruh yang
negatif terhadap seseorang, artinya akibat yang ditimbulkan oleh interaksi dengan lingkungan tersebut, seseorang dapat melakukan perbuatan yang
baik dan dapat pula sebaliknya. Apabila dilingkungan tersebut narkotika dapat diperoleh dengan mudah, maka dengan sendirinya kecenderungan
melakukan tindak pidana narkotika semakin besar. c.
Kemudahan Kemudahan disini dimaksudakan dengan semakin banyaknya beredar
jenis-jenis narkotika dipasar gelap maka akan semakin besar pula peluang terjadinya tindak pidana narkotika.
Universitas Sumatera Utara
d. Kurangnya Pengawasan
Pengawasan disini dimaksudkan adalah pengendalian terhadap persediaan narkotika, penggunaan, dan peredarannya. Jadi tidak hanya mencakup
pengawasan yang dilakukan pemerintah, tetapi juga pengawasan oleh masyarakat. Pemerintah memegang peranan penting membatasi mata
rantai peredaran, produksi, dan pemakaian narkotika. Dalam hal kurangnya pengawasan ini, maka pasar gelap, produksi gelap, dan
populasi pecandu narkotika akan semakin meningkat. Pada akhirnya, keadaan semacam itu sulit untuk dikendalikan. Disisi lain keluarga
merupakan inti dari masyarakat seyogyanya dapat melakukan pengawasan intensif terhadap anggota keluarganya untuk tidak terlibat dalam perbuatan
yang tergolong pada tindak pidana narkotika. Dalam hal kurangnya pengawasan seperti yang dimaksud diatas, maka tindak pidana narkotika,
bukan merupakan perbuatan yang sulit untuk dilakukan. e.
Ketidaksenangan dengan Keadaan Sosial Bagi sesorang yang telah terhimpit oleh keadaan sosial maka narkotika
dapat menjadikan sarana untuk melepaskan diri dari himpitan tersebut, meskipun sifatnya hanya sementara. Tapi bagi orang-orang tertentu yang
memiliki wawasan, uang, dan sebagainya, tidak saja dapat menggunakan narkotika sebagai alat yang melepaskan diri dari hipitan keadaan sosial,
tetapi lebih jauh dapat dijadikan alat bagi pencapaian tujuan-tujuan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Kedua faktor tersebut tidak selalu berjalan sendiri-sendiri dalam suatu peristiwa pidana narkotika, tetapi dapat juga merupakan kejadian yang disebabkan
karena kedua faktor tersebut saling mempengaruhi secara bersama. Peredaran gelap narkotika di Indonesia melalui beberapa jalur, yakni jalur
darat, jalur udara, jalur laut. Peredaran narkotika lewat jalur darat dapat terjadi karena lemahnya sistem pengawasan dan keamanan di wilayah perbatasan.
Peredaran gelap narkotika melalui laut juga kerap dilakukan. Indonesia yang merupakan negara kepulauan tentu banyak memiliki lautan yang dapat berfungsi
sebagai pintu masuk kedalam negeri ini. Masalahnya tidak semua wilayah laut yang ada di Indonesia ini mendapatkan perhatian dan pengawalan yang optimal
dari pemerintah. Luasnya lautan yang dimiliki Indonesia tidak diimbangi dengan jumlah personel yang mencukupi. Akibatnya beberapa wilayah perbatasan laut
indonesia menjadi tidak terjaga. Celah inilah yang banyak diincar oleh pengedar narkotika luar untuk dapat membawa masuk narkotika mereka ke Indonesia
melalui jalur laut. Peredaran gelap narkotika melalui jalur udara juga mengkhawatirkan. Berkali-kali dinas bea dan cukai bandara menggagalkan
penyelundupan narkotika membuktikan kalau penyelundupan narkotika melalui jalur bandara sangatlah sering dilakukan. Ketersediaan alat pendeteksi yang
canggih mutlak diperlukan agar penyelundupan narkotika melalui bandara tersebut tidak dapat lolos dari pemeriksaan, karena cara dan modus yang
dilakukan untuk menyelundupkan narkotika melalui jalur udara ini semakin hari semakin beragam.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia menjadi sasaran ekspor utama negara-negara produsen narkotika seperti Belanda dan Iran. Harga 1 butir ekstasi di Belanda hanya bekisar Rp. 3000.
Ekstasi itu kemudian diselundupkan ke Malaysia dan harganya meningkat menjadi Rp 30.000. Dari Malaysia, ekstasi diedarkan ke Indonesia dan harganya
menjadi Rp 300.000 per butir. Sementara untuk sabu asli Iran, di negara asalnya Rp 100 juta per kilogram. Sabu itu kemudian diselundupkan ke Malaysia
harganya menjadi Rp 300 juta. Tiba di Indonesia, harga sabu itu menjadi Rp 1,5 miliar.
25
Peredaran gelap narkotika yang dilakukan dari Negara Malaysia karena antara Indonesia dengan Malaysia memiliki letak geografis yang sangat dekat.
Sehingga menjadi salah satu alasan mudah masuknya berbagai jenis narkotika. Tidak hanya memiliki batas perairan, antara Indonesia juga memiliki perbatasan
darat yang cukup luas yakni di sebelah utara Pulau Kalimantan. Selain melalui jalur resmi penerbangan dan pelabuhan, para pengedar
narkotika asal Malaysia juga biasa memanfaatkan jalur tidak resmi baik jalur tidak resmi perbatasan darat maupun perairan. Penyelundupan narkotika kerap terjadi di
perbatasan Entikong Malaysia, Tanjung Balai Karimun, Dumai, termasuk Aceh hingga Batam yang memiliki kawasan bebas perdagangan
26
. Adapun sasaran peredaran gelap narkotika di wilayah Indonesia adalah meliputi Jakarta, Bali,
25
http:megapolitan.kompas.comread2012100417240495Harga.Mahal.Buat.Indonesi a.Jadi.Sasaran.Ekspor.Narkotika
26
http:www.suarapembaruan.comhomeperedaran-narkoba-dari-negara-tetangga- semakin-marak20945
Universitas Sumatera Utara
Jawa Barat, Jawa Timur, Riau, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Lampung, Banten, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Aceh.
27
B. Pengaturan hukum penyalahgunaan narkotika di Indonesia