Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete Dengan Berbagai Konsentrasi Hasil Ekstraksi Daun Jambu Mete Hasil Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete

20

3.7.2 Pembuatan stok kultur jamur Trichophyton sp

Satu koloni jamur Trichophyton sp diambil dengan menggunakan jarum ose steril, lalu diinokulasikan pada permukaan media potato dextrose agar miring dengan cara menggores. Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 20– 25 C selama 48 jam. 3.8 Pembuatan Inokulum Jamur 3.8.1 Pembuatan inokulum jamur Microsporum canis Koloni jamur diambil dari stok kultur padat dengan jarum ose steril lalu disuspensikan ke dalam 10 ml larutan fisiologis. Kemudian diinkubasi pada suhu 20 – 25 C sampai didapat kekeruhan dengan transmitan 25 menggunakan alat spektrofotometer visible panjang gelombang 580 nm Ditjen POM, 1995.

3.8.2 Pembuatan inokulum jamur Trichophyton sp

Koloni jamur diambil dari stok kultur padat dengan jarum ose steril lalu disuspensikan ke dalam 10 ml larutan fisiologis. Kemudian diinkubasi pada suhu 20 – 25 C sampai didapat kekeruhan dengan transmitan 25 menggunakan alat spektrofotometer visible panjang gelombang 580 nm Ditjen POM, 1995.

3.9 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete Dengan Berbagai Konsentrasi

Sebanyak 5 g ekstrak etanol daun jambu mete ditimbang, lalu ditambahkan DMSO hingga volume total 10 ml dan diaduk hingga larut dan didapat konsentrasi 500 mgml, kemudian dibuat pengenceran selanjutnya sampai diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 400 mgml; 300 mgml; 200 mgml; 150 mgml, 125 mgml, 100 mgml; 90 mgml; 80 mgml; 70 mgml; 60 mgml; 50 mgml; 40 mgml; 30 mgml; 20 mgml; 10 mgml. 21

3.10 Pengujian Aktivitas Antijamur Terhadap Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete

Pengujian aktivitas antijamur dilakukan terhadap ekstrak etanol daun jambu mete dengan berbagai konsentrasi. Pengujian ini dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan pencadang kertas.

3.10.1 Jamur Microsporum canis

Sebanyak 0,1 ml inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah itu dituang media potato dextrose agar sebanyak 20 ml dengan suhu 45 – 50 o C, selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja agar media dan suspensi jamur tercampur rata dan biarkan media memadat. Pada media yang telah padat diletakkan beberapa pencadang kertas yang telah direndam ekstrak etanol daun jambu mete dengan berbagai konsentrasi, kemudian diinkubasi pada suhu 20 – 25 C selama 48 jam. Lalu diukur diameter daerah hambatan pertumbuhan di sekitar pencadang dengan menggunakan jangka sorong.

3.10.2 Jamur Trichophyton sp

Sebanyak 0,1 ml inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah itu dituang media potato dextrose agar sebanyak 20 ml dengan suhu 45- 50 o C, selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja agar media dan suspensi jamur tercampur rata dan biarkan media memadat. Pada media yang telah padat diletakkan beberapa pencadang kertas yang telah direndam ekstrak etanol daun jambu mete dengan berbagai konsentrasi, kemudian diinkubasi pada suhu 20–25 C selama 48 jam. Lalu diukur diameter daerah hambatan pertumbuhan di sekitar pencadang dengan menggunakan jangka sorong. 22 3.11 Pembuatan Formula Sediaan Gel 3.11.1 Pembuatan basis gel Formula dasar gel menurut Soebagio, dkk., 2007: Aqupec HV – 505 1 g Trietanolamin 2 g Gliserin 30 g Propilenglikol 5 g Metil paraben 0,2 g Air suling ad 100 g Formula dasar gel yang digunakan: Aqupec HV – 505 1 g Trietanolamin 4 g Gliserin 30 g Propilenglikol 5 g Metil paraben 0,2 g Air suling ad 100 g Cara pembuatan: Aqupec HV–505 sebagai basis gel dikembangkan dengan air suling panas sebanyak 20 bagian dari beratnya. Trietanolamin dicampur dalam Aqupec HV- 505 yang telah dikembangkam lalu digerus hingga homogen. Gliserin dan propilenglikol ditambahkan, digerus hingga homogen kemudian ditambahkan metil paraben yang dilarutkan dengan air panas, digerus hingga homogen, lalu dicukupkan dengan air suling sedikit demi sedikit hingga 100 g dan digerus hingga terbentuk gel Soebagio, dkk., 2007. 23

3.11.2 Komposisi formula

Komposisi formula gel ekstrak etanol daun jambu mete dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 Komposisi formula gel ekstrak etanol daun jambu mete Keterangan: B = Formula tanpa ekstrak etanol daun jambu mete FI = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 10 FII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 12,5 FIII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 15 3.11.3 Cara pembuatan sediaan a. Formula I Cara pembuatan: ke dalam lumpang dimasukkan 10 g ekstrak etanol daun jambu mete ditambahkan 90 g basis gel sambil digerus sampai homogen. b. Formula II Cara pembuatan: ke dalam lumpang dimasukkan 12,5 g ekstrak etanol daun jambu mete ditambahkan 87,5 g basis gel sambil digerus sampai homogen. c. Formula III Cara pembuatan: ke dalam lumpang dimasukkan 15 g ekstrak etanol daun jambu mete ditambahkan 85 g basis gel sambil digerus sampai homogen.

3.12 Evaluasi Sediaan

Evaluasi sediaan meliputi evaluasi fisik dan biologi. Evaluasi fisik meliputi: pemeriksaan stabilitas sediaan, pemeriksaan homogenitas, penentuan pH dan viskositas serta uji iritasi pada kulit. Evaluasi biologi meliputi penentuan No Nama Bahan Blanko g FI g FII g FIII g 1. Ekstrak etanol daun jambu mete - 10 12,5 15 2. Basis gel 100 90 87,5 85 24 aktivitas antijamur sediaan gel ekstrak etanol daun jambu mete terhadap jamur Microsporum canis dan Trichophyton sp dengan metode difusi agar menggunakan pencadang kertas.

3.12.1 Pemeriksaan stabilitas fisik sediaan

Cara: masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup bagian atasnya. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai dibuat. Bagian yang diamati berupa perubahan warna, bentuk, dan bau dari sediaan Ansel, 2008. Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada minggu ke 0, 4, 8, dan minggu ke 12.

3.12.2 Pemeriksaan homogenitas sediaan

Cara: Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butir–butir yang kasar Ditjen POM, 1979. Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada minggu ke 0, 4, 8, dan minggu ke 12.

3.12.3 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan mengunakan pH meter. Cara: alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH netral pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut, elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan hingga 100 ml air suling, kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, sampai alat menunjukkan harga pH yang konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH sediaan 25 Rawlins, 2003. Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada minggu ke 0, 4, 8, dan minggu ke 12.

3.12.4 Penentuan viskositas sediaan

Penentuan viskositas sediaan menggunakan viskometer Brookfield. Cara: Spindel 64 dipasang pada tempatnya dan dimasukkan ke dalam sediaan hingga dalam tanda batas. Motor dinyalakan dengan speed 3 dan spindel dibiarkan berputar, setelah jarum menunjukkan angka yang tetap maka pengukuran dianggap selesai. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing-masing formula gel. Viskositas diperoleh dengan mengalikan angka yang terbaca dengan nilai faktor yaitu 1000 Djajadisastra, dkk., 2007; Voight, 1994. Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada minggu ke 0, 4, 8, dan minggu ke 12.

3.12.5 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dilakukan dengan cara uji tempel terbuka open test. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada lengan bawah bagian dalam yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu 2,5 x 2,5 cm, dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada kulit lengan bawah bagian dalam sebanyak 2 kali sehari selama dua hari berturut-turut. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya kemerahan diberi tanda +, gatal-gatal ++, bengkak +++ dan yang tidak menunjukkan reaksi diberi tanda - Wasitaatmadja, 1997; Tranggono dan Latifah, 2007. 26

3.13 Uji Aktivitas Antijamur Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete

Uji aktivitas antijamur dilakukan untuk mengetahui aktivitas antijamur sediaan gel ekstrak etanol daun jambu mete yang dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan pencadang kertas dengan cara mengukur diameter hambatan pertumbuhan jamur terhadap jamur Microsporum canis dan Trichophyton sp.

3.13.1 Jamur Microsporum canis

Sebanyak 0,1 ml inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah itu dituang media potato dextrose agar sebanyak 20 ml dengan suhu 45 – 50 o C, selanjutnya cawan digoyang agar media dan suspensi jamur tercampur rata. Pada media yang telah padat diletakkan beberapa pencadang kertas, sebanyak 0,1 ml gel ekstrak etanol daun jambu mete dimasukkan ke dalam pencadang kertas, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 20 – 25 C selama 48 jam, setelah itu diukur diameter daerah hambatan zona jernih pertumbuhan di sekitar pencadang dengan menggunakan jangka sorong.

3.13.2 Jamur Trichophyton sp

Sebanyak 0,1 ml inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah itu dituang media potato dextrose agar sebanyak 20 ml dengan suhu 45 – 50 o C, selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja agar media dan suspensi jamur tercampur rata. Pada media yang telah padat diletakkan beberapa pencadang kertas, sebanyak 0,1 ml gel ekstrak etanol daun jambu mete dimasukkan ke dalam pencadang kertas, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 20 – 25 C selama 48 jam, setelah itu diukur diameter daerah hambatan zona jernih pertumbuhan di sekitar pencadang dengan menggunakan jangka sorong. 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi Daun Jambu Mete

Hasil maserasi dari 500 g serbuk daun jambu mete dengan pelarut etanol 70 dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator dan di freeze dryer diperoleh ekstrak kental 60,5 g rendemen 12,1.

4.2 Hasil Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete

Hasil uji aktivitas antijamur ekstrak etanol daun jambu mete dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Hasil uji aktivitas antijamur ekstrak etanol daun jambu mete Konsentrasi mgml Diameter daerah hambatan mm Microsporum canis Trychophyton 500 21,8 ± 0,06 21,1 ± 0,15 400 19,2 ± 0,15 19,9 ± 0,1 300 18,2 ± 0,06 17,4 ± 0,1 200 17,8 ± 0,16 16,1 ± 0,15 150 17,0 ± 0,15 15,8 ± 0,15 125 16,3 ± 0,21 15,0 ± 0,3 100 15,1 ± 0,10 14,6 ± 0,2 90 14,8 ± 0,15 12,4 ± 0,15 80 13,5 ± 0,15 11,8 ± 0,15 70 12,2 ± 0,16 10,5 ± 0,21 60 11,3 ± 0,2 10,1 ± 0,15 50 10,7 ± 0,1 9,1 ± 0,3 40 9,4 ± 0,15 7,6 ± 0,2 30 8,6 ± 0,2 6,9 ±0,15 20 7,0 ± 0,21 - Blanko - - Keterangan: = hasil rata-rata tiga kali pengukuran - = tidak ada hambatan 28 Hasil uji aktivitas antijamur menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jambu mete dapat menghambat pertumbuhan jamur Microsporum canis dan Trichophyton sp, ini terlihat dengan adanya zona jernih di sekitar pencadang. Penelitian ini menggunakan metode difusi agar dengan cara mengukur daerah bening di sekitar pencadang kertas, dimana daerah bening di sekitar pencadang kertas meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak. Data menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jambu mete efektif untuk menghambat pertumbuhan jamur Microsporum canis dan Trichophyton sp, sedangkan pada blanko tidak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap kedua jamur yang digunakan. Aktivitas antijamur dapat disebabkan adanya kandungan senyawa kimia yaitu fenol Sulistyawati dan Mulyati, 2009. Hasil uji aktivitas antijamur dari ekstrak etanol daun jambu mete yang efektif pada jamur Microsporum canis dengan konsentrasi 100 mgml dengan diameter 15,1 ± 0,10 mm dan pada jamur Trychophyton sp dengan konsentrasi 100 mgml dengan diameter 14,6 ± 0,2 mm. Hasil uji aktivitas antijamur memenuhi syarat menurut Ditjen POM 1995, suatu zat dikatakan memiliki daya hambat yang memuaskan dengan diameter daerah hambatan lebih kurang 14 sampa 16 mm. Hasil uji aktivitas antijamur ekstrak etanol daun jambu mete dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 45. 4.3 Hasi Evaluasi Sediaan 4.3.1 Pemeriksaan stabilitas fisik sediaan