nilai kemanusiaan yang telah dianugerahkan Allah melalui fitrah- Nya”.
27
Oleh karena itu, dengan keluasan ilmu dan akhlak yang dimilikinya, peserta didik dapat memiliki wawasan yang luas, kepribadian yang baik,
dan meraih kesempurnaan hidup sebagai makhluk Allah. Dengan demikian, peserta didik sangat membutuhkan sosok
pendidik yang banyak pengalaman, luas pengetahuannya, bijaksana, pemaaf, tenang dalam memberi pengajaran,
28
karena bagi peserta didik sosok pendidik itu sebagai contoh bagi mereka, sehingga mereka dapat
menguasai ilmu pengetahuan luas dan kepribadian yang baik.
c. Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena kurikulum merupakan
alat untuk mencapai tujuan pendidikan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan.
Terdapat banyak rumusan pengertian kurikulum dari para ahli, diantaranya Crow dan Crow merumuskan bahwa kurikulum adalah
“rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis yang diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan
suatu program didikan tertentu”.
29
Harold B. Alberty dan Elsie J. Alberty dalam bukunya Reorganizing The High School Curriculum
mengartikan “kurikulum dengan aktivitaskegiatan yang dilakukan murid sesuai dengan peraturan-
peraturan sekolah”.
30
27
HAMKA, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998, jilid 6, h. 4033-4036 dalam Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA tentang
Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008, h. 159.
28
HAMKA, Lembaga Hidup, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001, h. 241
29
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Graha Media Pratama, 2005, h. 175
30
Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, h. 58
Zakiah Daradjat menyatakan kurikulum adalah “suatu program
pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-
tujuan pendidikan tertentu”.
31
Oleh karena itu, untuk memahami kurikulum sekolah, tidak hanya dengan melihat dokumen kurikulum sebagai suatu program tertulis, akan
tetapi juga bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan anak didik baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Dari pengertian diatas dapat dilihat kalau kurikulum senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, sehingga cakupan
kurikulum, dengan berbagai aliran, pendekatan, dan coraknya amat beragam. Sebagai agama yang terbuka dan dinamis. Keberadaan
kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan, karena dengan kurikulum itulah kegiatan belajar mengajar akan dapat mencapai
tujuan yang diharapkan, baik tujuan yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Dilihat dari definisi pendidikan Islam, pendidik, maupun peserta didik secara umum, maka pendidikan juga tidak ada bedanya antara
pendidikan laki-laki dan perempuan, tetap sama dan mengacu kepada rumusan-rumusan pendidikan Islam itu sendiri, sebagaimana para tokoh
pendidikan Islam memberikan pandangan tentang pengertian pendidikan Islam.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Islam sangat menginginkan kaum perempuan dan laki-laki, bisa memperoleh
pendidikan yang layak agar mereka memiliki pengetahuan yang seimbang, sehingga mereka dapat berjalan seiring dalam berbagai aspek kehidupan
dan beribadah demi mencapai kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak.
4. Akhlak dan Anak
31
Zakiah Daradjat, dkk, op. cit., h. 122
Adapun Akhlak adalah salah satu hasil yang dapat dirasakan oleh orang yang telah mendapatkan pendidikan atau dengan kata lain, orang
berpendidikan sudah semestinya memiliki Akhlak dan tentunya Akhlak yang terpuji, yang dapat dijadikan contoh teladan bagi orang yang berada
disekitarnya. Sebab akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam diri seorang terdidik. Ini sesuai definisi akhak yang dapat ditemukan dalam kitab Dairatul
Ma’arif sebagaimana dikutip oleh H. Abuddin Nata, bahwa:
“Sifat-sifat manusia yang terdidik”.
32
Seperti halnya Pendidikan, akhlak pun memiliki banyak definisi yang dikemukakan oleh para ulama Islam yang memiliki konsentrasi pada taSAWuf
khususnya, diantaranya Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin dan Ibnu Maskawih wafat pada tahun 421H1030 M dalam kitabnya Tahzibul
Akhlak wa Tathhir al- ‘Araq. Dan jika diamati mendalam dari semua definisi
tentang akhlak yang dikemukakan oleh mereka, secara subtansi tidak dapat ditemukan perbedaan berarti bahkan terkesan dapat saling melengkapi
kekurangan definisi yang satu dan lainnya. Darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :
a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga menjadi kepribadiaannya. b.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
c. Perbuatan akhlak adalah erbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa adanya paksaan atau tekanan dari luar. d.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
e. Perbuatan Akhlak khususnya akhlak yang baik adalah perbuatan yang
dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah swt, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.
33
32
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997, h. 5.