BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Anak jalanan menjadi fenomena yang menuntut perhatian bagi pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia karena anak jalanan juga
mempunyai posisi penting sebagai penerus bagi keluarga maupun penerus cita-cita bangsa. Untuk menjalankan tanggung jawabnya tersebut, anak perlu mendapat
perhatian khusus dan kesempatan yang besar untuk terpenuhi kebutuhannya. Pada kenyataannya, masih banyak anak yang hidup dalam kondisi yang tidak dapat
terpenuhi kebutuhannya. Situasi tersebut menyebabkan anak jalanan memiliki latar belakang masalah kehidupan yang bervariasi, persoalan yang kompleks yang
dihadapi. Selain itu, anak-anak jalanan tidak mempunyai pendidikan yang tinggi karena situasi dan kondisi ekonomi. Kurangnya ilmu pengetahuan dan pendidikan
yang dimiliki oleh anak jalanan dan aturan-aturan yang tidak ada pada mereka, maka perilaku-perilaku merekapun tidak ada yang mengontrol sehingga timbul
perilaku kekerasan yang dapat merugikan baik diri sendiri maupun orang lain, sehingga banyak masyarakat yang menolak jika perilaku kekerasan itu muncul
Tantama, 2012. Perilaku kekerasasn merupakan respon individu terhadap kemarahan
melalui gerakan fisik yang destruktif seperti memukul dan merusak orang lain, diri sendiri, dan lingkungan Keliat dalam gowi 2011. Teori lain menjelaskan bahwa
perilaku kekerasan di sebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu pola asuh orang tua dan lingkungan Gowi, 2011. Pola asuh orang tua merupakan interaksi
antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi
anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat Aisyah, 2010. Orang tua memberikan dasar pembentukkan tingkah
laku, watak, moral dan pendidikan kepada anak. Pengaruh pola asuh orang tua dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah besar artinya.
Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi salah satu diantaranya ialah mengasuh anak-anaknya. Dalam mengasuh anaknya orang tua di pengaruhi oleh
budaya yang ada di lingkunganya. Disamping itu, orang tua juga di warnai oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing dan mengarahkan anaknya.
Sikap tersebut dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbeda-beda, karena orang tua mempunyai pola asuh tertentu Rolas, 2010.
Orang tua mempunyai peran sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara, dan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Selain itu, orang tua
mempunyai peranan penting dalam pembentukan identitas anak. Pentingnya unsur pola asuh orang orang tua dalam kehidupan anak menyebabkan
dibutuhkanya pola asuh orang tua. Akan tetapi, banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka mendidik membuat anak merasa tidak diperhtaikan,
di batasi kebebasanya, bahkan ada yang merasa tidak di sayang oleh orang tuanya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Baumrind Latifah. M, 2010
menunjukkan bahwa: “ orang tua yang demokratis lebih mendukung perkembangan anak terutama dalam kemandirian dan tanggungjawab. Sementara,
orang tua yang otoriter merugikan, karena anak tidak mandiri, kurang bertanggung jawab serta agresif, sedangkan orang tua yang permisif mengakibatkan anak
kurang mampu dalam menyelesaikan diri di luar rumah”. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat dari Grotevant Cooper dalam Adwiyah, 2010 menyatakan
bahwa keluarga dan pola asuh orang tua memiliki peran penting dalam pembentukan identitas diri anak. Pada kenyataanya, dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan yang dilalui anak banyak ditemukan juga bahwa tidak semua hal berjalan sesuai dengan harapan dan rencana apalagi ketika muncul perilaku
yang tidak diharapkan seperti kekerasan. Selain pola asuh orang tua perilaku kekerasan anak juga di sebabkan oleh lingkungan karena dalam proses tumbuh
kembang anak, pengaruh lingkungan sangat besar bagi perkembanganya. Lingkungan beserta dengan dinamikanya baik perilaku, kebiasaan,
kondisi maupun budaya yang berkembang di lingkungan tersebut akan menjadi tempat anak melakukan proses belajar dan menjadi modelcontoh bagi anak
dalam bertumbuh kembang karena akan terjadi transfer dinamika lingkungan tersebut ke diri anak. Ketika anak berada pada lingkungan keluarga dan
masyarakat yang menunjukkan dan memperlakukan mereka dengan perilaku - perilaku agresif maka anakpun akan mencontohmeniru dan menerapkan perilaku
agresif pula sesuai dengan model yang diamati. Oleh karena itu, sangat penting akan pembelajaran positif dari lingkungan sehingga anakpun akan dapat belajar
dan bertumbuh kembang secara positif. Lingkungan anak, seperti orang tua dan masyarakat
sebagai agent of change atau “agen pengubah‟ bagi terbentuknya pengembangan perilaku anak secara positif diharapkan bisa benar-benar
memahami bahwa dalam perkembangan anak, anak sangat penting mendapatkan contoh-contoh nyata atas sikap positif sehingga anak-anak dapat meniru dan
mencontoh sikap positif tersebut dari lingkungan tumbuh kembangnya.
Kerjasama dari berbagai pihak dalam lingkungan dimana anak tinggal diharapkan menjadi bagian integral yang bersama-sama disadari dan diwujudkan demi
pengembangan positif anak. Pada akhirnya kerjasama dari masing-masing pihak dalam lingkungan tersebut diharapkan dapat memberdayakan diri secara kontinyu
pada tataran komunitas secara umum, sehingga akan dapat menciptakan perilaku dan karakter anak yang positif, seperti menurunnya perilaku kekerasan anak dan
meningkatnya tata krama di kalangan anak dan orang tua dalam lingkungan tempat tinggalnya Tantama, 2012.
Dari hasil survei yang dilakukan oleh Kompas tahun 2012 didapatkan jumlah anak jalanan di Indonesia mencapai 7.315 orang , di kota-kota besar
seperti Jakarta jumlah anak jalanan sebanyak 4.827 di antaranya berada dalam binaan pemprov DKI. Sedangkan di Malang berdasarkan Data dari JKJT
Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur terdapat 625 orang Suryaonline, 2013. Berdasarkan wawancara dengan salah satu kepengurusan di penampungan anak
jalanan yang berada Jl.Tanjung Putrayudha II Malang terdapat 25 anak jalanan dengan umur rata-rata di bawah 16 tahun. Pilihan mereka untuk menekuni
kehidupan anak jalanan yang sarat dengan berbagai kekerasan penindasan itu biasanya didasari pada kenyataan bahwa hanya kehidupan anak jalanan sajalah
yang mungkin dapat menerima dan memberikan nafkah bagi mereka yang sebagian besar tidak berpendidikan formal dan tidak mempunyai keterampilan
yang memadai. Dengan kondisi yang demikian, mereka tetap dapat mengintip berbagai peluang ekonomi yang muncul dalam kehidupan jalanan. Inilah yang
menyebabkan pilihan pekerjaan mereka sebagai mata pencaharian menjadi sangat beragam, seperti pengamen, amplop, dan nyepek. Untuk mendapatkan
penghasilan yang memadai mereka memerlukan waktu kerja yang panjang dan sebagai akibatnya akan mucul berbagai masalah sosial yang akut seperti banyak
anak yang terpaksa meninggalkan sekolah atau tidak bersekolah sama sekali. Kondisi ini akan semakin diperparah oleh sikap orangtua mereka yang sengaja
mengekploitasi anak-anaknya untuk mendapatkan uang. Pola asuh orang tua dan peran lingkungan masyarakat sangat penting bagi
perkembangan perilaku anak. Selain itu orang tua dan masyarakat sekitar juga dapat mengetahui dan menyadari situasi dan kondisi lingkungan anak saat ini dan
mampu menindaklanjutinya dengan menjadi model yang baik untuk tumbuh kembang anak, sehingga anakpun akan dapat belajar dan berperilaku secara
positif. Dengan demikian diharapkan dapat menurunkan perilaku kekerasan anak. Berdasarkan latar belaknag di atas peneliti tertarik untuk mengambil
penelitian “ Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dan Lingkungan Terhadap Perilaku Kekerasan Anak Jalanan Di Jl.Putrayudha II Malang.
1.2 Rumusan Masalah