MAKALAH PENGARUH KASIH SAYANG ORANG TUA

MAKALAH
PENGARUH KASIH SAYANG ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN
ANAK BERBAKAT

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Anak Berbakat
Dosen Pengampu : Aluwis S.Pd,. M.Pd

Irfan Satria
1505117251

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU

2017

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita hadirat kan kepada Allah Swt karena berkat rahmat dan karuniaNya lah penulis dapat menyusun makalah yang berjudul“Pendidikan” tepat pada waktu yang
telah ditentukan.
Dalam hal ini penulis juga berterima kasih kepada Aluwis S.Pd,. M.Pd dosen

pembimbing mata kuliah Pembinaan Anak Berbakat yang telah membimbing penulis dalam
menyusun makalah ini.
Dalam karya ilmiah ini penulis akan membahas mengenai “Pengaruh Kasih Sayang
Orang Tua terhadap Perkembangan Berbakat Anak”. Dalam makalah ini telah dibahas
mengenai pengaruh yang timbul jika tidak adanya rasa kasih sayang orang tua terhadap anak,
sehingga menyebabkan perkembangannya terganggu. Tidak hanya itu saja, bakat serta
kemampuan yang dimiliki oleh anak tersebut akan terganggu juga.
Pada dasarnya dalam menyelesaikan suatu masalah ataupun tugas juga mengalami
kesulitan baik itu dari segi internal maupun eksternal. Dalam menyelesaikan makalah ini
penulis juga mengalami kesulitan,tetapi dengan kerja keras dan doa dari semua pihak, maka
karya ilmiah ini juga menuju penyelesaian walaupun terdapat kekurangan karena
kesempurnaan hanya milik-Nya, oleh karena itu penulis juga mengharapkan kritik dan saran
serta masukan-masukan positif yang membangun yang sekiranya dapat menyempurnakan
makalah ini dan bermanfaat bagi dalam kehidupan sehari-hari. Atas masukan-masukan yang
diberikan pembaca , penulis mengucapkan terimakasih.
Pekanbaru, Juni 2017

Penulis

PENGARUH KASIH SAYANG ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN

ANAK BERBAKAT
Irfan Satria
1505117251
Abstrak: Dalam mengembangkan anak yang berbakat perlu disadari bahwa generasi

semacam demikian ini tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka sungguh memerlukan
lingkungan subur yang sengaja diciptakan untuk itu, yang memungkinkan

potensi

anak-

anak itu dapat tumbuh optimal sehingga menjadi lebih sehat, cerdas dan berprilaku baik.
Suasana penuh kasih sayang, mau menerima anak sebagai mana adanya, menghargai
potensi anak, memberi rangsangan-rangsangan yang kaya untuk segala aspek perkembangan
anak, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik, semua sungguh merupakan jawaban
nyata bagi tumbuhnya generasi unggul di masa yang akan datang. Orang tua mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan anak, maka kemampuan orang tua dalam hal
memberikan kasih sayang akan menyebabkan anak merasa nyaman berada dalam keluarga
tersebut, sehingga anak mempunyai figur dari keluarganya untuk dijadikan acuan dalam

kehidupannya, serta akan termotivasi dalam mengembangkan bakatnya, karena anak tersebut
sudah mendapatkan rasa kasih sayang dari orang tuanya, maka ketika anak itu berusaha untuk
mengembangkan bakatnya, ia akan merasa termotivasi dan memiliki penguatan atas bakat
yang dimilikinya tersebut. Namun kenyataanya pada masa sekarang ini dampak dari pesatnya
kemajuan di segala bidang, banyak para orang tua yang tadinya dapat mencurahkan tenaga
dan fikirannya dalam mengurus rumah tangga dan pendidikan anak sudah sangat berkurang,
mereka sibuk dengan pekerjaannya di luar rumah, sehingga tugas untuk mendidik anak
sebagian besar diserahkan pada pihak di sekolah. Ini juga menyebabkan anak akan merasa
kurang kasih sayang dari orang tuanya, karena tidak adanya peran dari orang tua tersebut
dalam hal pemberian kasih sayang.
Kata kunci : kasih sayang, orang tua, perkembangan, anak berbakat

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagaimana diketahui, orang tua merupakan sosok individu yang paling dekat
dengan anak. Banyak dari orang tua berharap dan menginginkan anak yang cerdas dan
berprestasi. Bahkan menginginkan keksuksesan bagi anaknya. Berbagai cara dijalani
untuk memberikan yang terbaik bagi si buah hati. Seperti les privat, menyekolahkan di
tempat yang bagus, tambahan bimbingan belajar, bahkan menempatkan anak pada

sanggar-sanggar tertentu. Hanya untuk menginginkan si anak mampu menjadi anak
yang berbakat.
Setiap anak dilahirkan mempunyai karakter yang berbeda satu sama lainnya.
Perlu disadari bahwa setiap anak memiliki kecenderungan bakat tersendiri yang ia
miliki. Seorang anak dengan anak yang lain memiliki bakat yang berbeda masingmasingnya. Seorang anak berhak mencoba semua bakat, sampai mereka menemukan
bakat yang benar-benar ia minati. Dengan memberikan anak kesempatan tersebut,
orang tua juga akan lebih cepat mengetahui bakat apa yang dimiliki anaknya. Namun
orang tua harus memiliki respon, pengawasan dan analisa tentang kegiatan yang
mengacu pada bakat si buah hati. Selektifitas orang tua sangat dituntut bila mana bakat
anak itu terlihat tidak baik. Bila anak telah memperlihatkan bakat yang ia minati dan itu
baik, orang tua perlu memberikan dukungan untuknya. Karena bakat tidak akan
berkembang jika tidak penguat.
Penguatan yang diberikan dapat berupa kasih sayang oleh orang tua kepada
anak. Jika seorang anak tanpa memiliki rasa kasih sayang yang diberikan oleh orang tua
kepada anaknya, maka akan menyebabkan terganggunya perkembangan anak tersebut.
Tidak hanya perkembangannya saja yang terganggu, tetapi bakat yang dimilikinya akan
terganggu juga.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengaruh kasih sayang orang tua terhadap anak?
2. Apa yang mempengaruhi perkembangan anak?

3. Apa pengaruh dari kasih sayang orang tua terhadap perkembangan anak
berbakat?

C. Tujuan Penulisan Masalah
1. Untuk mengetahui apa pengaruh yang timbul terhadap kasih sayang orang tua
terhadap anak
2. Untuk mengetahui apa yang mempengaruhi perkembangan anak
3. Untuk mengetahui pengaruh dari kasih sayang orangtua terhadap
perkembangan anak berbakat

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kasih Sayang Orang Tua
1. Pengertian Kasih Sayang Orang Tua
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kasih berarti perasaan sayang, cinta,
suka kepada (Tim Penyusun KBBI, 2007:512) dan sayang mempunyai arti cinta (Tim
Penyusun KBBI, 2007:512). Makna kata kasih dan sayang dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2002: 394, dan 789) bersifat sirkumlokutif (berputarputar). Pada pemberian definisi kata kasih dinyatakan, "perasaan sayang (cinta, suka
kepada)", sedangkan pada kata sayang dinyatakan, "kasihan ... sayang akan
(kpd); mengasihi". Oleh karena itu, penentuan pengertian kata kasih sayang hendaknya

bersifat serentak, bukan terpisah antara kata kasih dan sayang. Secara kongkrit yang
dimaksud kasih sayang adalah perasaan cinta atau sayang kepada seorang anak. Cinta
adalah emosi terpenting dalam kehidupan manusia. Ia adalah faktor terpenting dalam
menyatukan hati antar manusia dan pembentukan kasih sayang di antara sesama
manusia (Az-Zahrani, 2005:228). Sehingga dalam hal ini kata-kata kasih sayang
mempunyai pengertian yang sama dan saling melengkapi, yaitu adanya perasaan
sayang, suka, dan cinta terhadap sesuatu hal, dan dalam penulisan ini yang menjadi
objeknya adalah seorang anak.
Menurut Muhardi (1986: 64) kata kasih sayang merujuk pada kata philia (cinta
sesama manusia), karena di samping kata philia ada kata agape (cinta kepada
Tuhan), kata eros dan amour (cinta antara laki-laki dengan perempuan, biologis).
Dengan demikian, kasih sayang

merujuk pada perasaan cinta sesama manusia, baik

kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain.
Kasih sayang juga mengandung pengertian kelekatan. Kelekatan adalah ikatan
kasih sayang yang berkembang antara anak dengan pengasuhnya (Bashori, 2003:31).
Oleh karena ikatan kasih sayang ini bersifat afeksional, maka kelekatan cenderung
menetap pada diri individu. Kelekatan juga terkait dengan kemampuan eksplorasi.

Anak yang aman kelekatannya akan dengan penuh percaya diri melakukan
eksplorasi lingkungan (Bashori, 2003:33). Dalam hal ini termasuk juga eksplorasi
terhadap ilmu pengetahuan. Sedangkan orang tua adalah orang yang sudah tua, ibu-ibu,
bapak- bapak. Orang tua adalah orang yang dianggap tua pandai, cerdas (KBBI,
2007:802). Menurut Zakiah Daradjat, orang tua adalah pembina pribadi yang pertama

dalam kehidupan anak (Daradjat,

1970:56). Sehubungan dengan

penelitian

ini

penulis memberikan batasan pengertian bahwa yang dimaksud orang tua di sini
adalah ayah dan ibu, sebagai orang yang dianggap tua dalam sebuah keluarga yang
mempunyai hubungan darah. Berpijak pada pengertian di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa kasih sayang orang tua adalah adanya rasa cinta, senang, serta
suka dari orang tua (ayah dan ibu kandung) sebagai pembina pribadi terhadap anak
dalam sebuah keluarga. Kalau suatu keluarga dikaruniai anak, maka pada pundak orang

tua itulah dibebankan usaha bagaimana agar anak-anaknya berkembang dengan
wajar.

Jadi anak tidak diterima

begitu

saja, diberi makan dan pakaian tetapi

diusahakan agar anak mampu berkembang dengan wajar. Orang tua harus mampu
membagi perhatiannya kepada semua objek di dalam rumahnya. Sebab di dalam
keluargalah terjadi interaksi antara orang tua dan anak (Ahmadi, 1999:249).
Rasa kasih sayang adalah kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Anak yang
kurang mendapat kasih sayang orang tua akan menderita batinnya, kesehatan badan
akan terganggu, kecerdasan mungkin kurang, apalagi kalau kasih sayang orag tua
terabaikan, maka hal ini akan berakibat fatal bagi jiwa dan raga anak. Rasa cinta dan
kasih sayang orang tua yang dilimpahkan kepada anak akan membuat anak merasa
aman, tenang dan tentram (Az-Zahrani, 2005:229).
Sehubungan dengan hal ini Musthofa Fahmi mengungkapkan sebagai berikut:
kebutuhan akan kasih sayang adalah kebutuhan pertama yang ingin dipenuhi oleh

anak. Si anak memerlukan suatu perasaan bahwa
memberikan

kehangatan

ada

kasih

sayang

yang

baginya. Penelitian-penelitian ilmiah telah membuktikan

bahwa ketika anak lahir ia berpindah dari temperatur stabil dan jauh dari pengaruh,
kepada kehidupan di luar rahim, yang panasnya berubah-ubah dan berbagai pengaruh
yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Oleh karena itu ia memerlukan
pengganti


suatu

yang mencakup pemeliharaan, kasih sayang dan perasaan hangat dan

santun (Fahmi, 1977:56).
Rasulullah

saw.

Juga

memerintahkan

agar

orang

tua

kasih sayang kepada anak-anak mereka sebagaimana sabda beliau:


selalu menaruh

Bahwasannya Abu Hurairah ra. Ia bekata: “Rasulullah saw. mencium Al-Hasan
bin Ali, ketika

itu al-Aqro’

bin Habis At Tamimi sedang duduk lalu berkata,”

sesungguhnya saya mempunyai sepuluh anak, tetapi saya tidak pernah mencium
seorang pun dari mereka, maka Rasulullah saw. melihatnya kemudian bersabda:
“Barangsiapa tidak mengasihi maka tidak akan dikasihi” (Hadits Bukhari Jus VII,
1992:99).
2. Bentuk-bentuk Kasih Sayang Orang Tua terhadap Anak
Cinta orang tua kepada anaknya adalah cinta yang fitrah. Seorang ibu
selama masa hamil, melahirkan dan menyusui sangat terikat secara psikologis
dengan anaknya, keterkaitan yang kuat inilah yang akan memberikan pengaruh yang
besar bagi seorang ibu hingga ia mampu mencintai dan merawat anak-anaknya
dengan penuh cinta kasihnya (Az-Zahrani, 2005:245). Selain ibu, seorang ayah
juga berperan penting dalam sebuah keluarga. Karena ia sebagai sumber kekuatan,
pelindung dan juga kekuasaan bagi anak- anaknya.
Kesehatan adalah faktor penting di dalam kehidupan seorang anak. Karena
badan yang sehat akan mendukung setiap aktifitas atau kegiatan seorang anak, lebihlebih sebagai seorang pelajar atau siswa. Pelajar yang tidak sehat badannya, tentu
tidak dapat belajar dengan baik. Konsentrasinya akan terganggu dan pelajaran akan
sukar masuk (Ahmadi, 1991:284).
Jadi kewajiban orang tua adalah meneliti apakah ada penyakit atau gangguangangguan lain pada anak. Dan jika ternyata ada, segera memeriksakan ke dokter
agar tidak terlambat, baik kesehatan badan maupun kemajuan belajarnya.
Hal lain yang tak kalah penting adalah pemenuhan gizi yang cukup dan seimbang
dalam hal kebutuhan

makan anak. Orang tua memberikan

makanan

yang

mengandung

unsur

makanan

sehat, seperti nasi, sayuran dan lauk pauk yang

berprotein.
a. Bersikap lemah lembut kepada anak.
Sebagian orang tua mengangap bahwa untuk meluruskan sikap anak yang kurang
baik harus ditempuh dengan cara-cara yang kasar seperti menghukum, berkata keras
dan kasar. Cara seperti itu tidak akan berhasil, malah sebaliknya dapat menimbulkan
dendam pada diri anak (Istadi, 2003:10). Oleh karena itu terkadang orang tua
terlalu cepat memvonis nakal, malas, bandel atau bahkan durhaka terhadap anakanak mereka.
Berbuat lemah lembut pada anak, sama sekali bukan berarti harus menuruti
semua permintaan anak. Orang tua lebih dahulu memahami pendapat dan keinginan
anak yang sering konyol serta tidak masuk akal kemudian dengan penuh kasih sayang
mengarahkan untuk mengerti batas antara boleh dan tidak (Istadi, 2003:11).
b. Membangun komunikasi produktif dengan anak.
Orang tua harus mengetahui keadaan anak-anaknya baik pada waktu sedang
memiliki masalah seperti sedang sakit, lelah, lapar, haus atau bosan. Sehingga
orang

tua

perlu

selalu

berkomunikasi dengan anak secara intensif. Kesediaan

mendengar dan memahami keluhan yang disampaikan anak penting untuk melancarkan
komunikasi (Istadi, 2003:95).
Seorang ibu yang berkomunikasi dengan anak akan dapat menangkap perasaan
dan

keinginan

anaknya

sehingga

dapat memahami keinginannya dan ingin

membantu memecahkan masalah yang dirasakan (Balson, 1996:132).
c. Mendidik kreatif dan rekreatif terhadap anak.
Sesungguhnya seorang ibu setelah selesai mengerjakan tugas rumah tangga,
masih bisa memanfaatkan waktu untuk mendidik anak-anak mereka. Mendidik anak
justru harus dimulai dari rumah. Bermain bersama anak-anak, memahami dunia
mereka. Ibu bisa memberikan pelajaran apa saja lewat permainan (Istadi, 2003:104).
Seorang ibu dituntut untuk kreatif mendidik anak. Melakukan kegiatan bersama
dengan hal-hal yang menyenangkan dan bermanfaat, akan membuat anak benarbenar

menikmati

kasih sayang ibu sebagai rasa cinta dan kasih sayang yang

nyata.Mendidik kretif dan rekreatif bagi anak dapat dilakukan dengan cara: mengajak
anak membuat cerita, karya seni, membelikan majalah, buku bacaan dan kegiatan
yang lain.

d. Memenuhi kebutuhan belajar anak.
Bentuk kepedulian orang tua terhadap kebutuhan belajar anak- anaknya ialah
dengan cara: mencukupi kebutuhan belajar anak misalnya buku tulis, buku diktat, LKS,
pensil, bolpoin, tas, sepatu, seragam dan peralatan lain yang dapat menunjang
keberhasilan belajar anak (Mustofa, 2007:19).
e. Memberikan bimbingan dan arahan kepada anak.
Istilah bimbingan adalah arti dari guidance Bahasa Inggris (Ahmadi dan Rohani
1991:1). Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan dalam kehidupannya, agar supaya individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya (Ahmadi dan Rohani, 1991:3).
Menurut Arthur J. Jones yang dikutip oleh Mustofa memberikan pengertian
guidance sebagai berikut: “Guidance is the assistance given to individuals in making
intelligent choices and adjustment in their live the ability is not innate it must be
developed, the fundamental purpose of develop is in each individual up to the limit of
this capacity, the ability to solve his own problems and to make his own adjustment”
(Mustofa, 2007:20). Sebagai bentuk kepedulian orang tua terhadap anak di rumah,
orang tua haruslah senantiasa mau dan mampu memberikan bimbingan dan
juga arahan kepada anak agar potensi anak mereka dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Karena tujuan utama pemberian bimbingan adalah agar individu dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat.
Yang dimaksud bimbingan dan arahan di sini adalah berupa bantuan psikologi
bagi

anak,

baik

yang

berhubungan

maupun yang lainnya. Misalnya, orang
mengerjakan

dengan kesehatan mental, rohani anak
tua membimbing

anak,

untuk

selalu

salat, berdo’a, mengaji, berakhlak mulia, berkata sopan, mengerjakan

pekerjaan rumah, tugas-tugas sekolah dan lainnya.
f. Membicarakan setiap persoalan dan hal-hal penting tentang anak dalam
keluarga dengan cara bijaksana.
Bilamana orang tua mampu menghindarkan diri dari dorongan perasaan yang
kurang baik dan berhasil menerapkan pendekatan yang bersifat mendorong anak
berbuat positif, pasti akan terjadi perbaikan-perbaikan yang berarti dalam perilaku
anak-anaknya. Sehingga akan berkembang rasa percaya diri, tanggung jawab,
kooperatif dan kemandirian dalam diri anak (Balson, 1996:123). Oleh karena itu
peran orang tua sangat diperlukan bagi seorang anak yang mengalami kesulitan atau
persoalan-persoalan yang sedang dihadapi dan merupakan sebuah keharusan bagi

orang tua untuk belajar menggunakan keluarga sebagai alat membantu perilaku anakanaknya. Orang tua adalah pemimpin keluarga yang bertugas menyatukan
untuk

mencapai

tujuan

bersama.

keluarga

(Balson,1996:125). “Lembaga yang paling

berpengaruh bagi orang tua untuk membina keterikatan dalam keluarga sehingga
angota-anggotanya merasa ikut memiliki keluarganya dan mau ikut bertanggung jawab
adalah dewan keluarga” (Balson, 1996:126).
Dewan ini berguna untuk membahas materi atau hal-hal yang berkaitan dengan
tata tertib kehidupan bersama keluarga. Seperti waktu tidur, bersantai, bepergian ke
luar rumah, jadwal belajar, beribadah, waktu makan, uang saku dan juga pembelian
barang- barang kebutuhan lainnya (Mustofa, 2007:64). Rapat keluarga memberikan
pengalaman bekerja bagi anak tentang tata cara hidup demokratis, tentang cara
mengambil keputusan, tanggung jawab, di samping menumbuhkan

simpati dan

kesadaran anak terhadap perasaan dan permasalahan orang lain (Mustofa, 2007:64)
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kasih Sayang Orang Tua
Menurut Muntamah (2010:27) dalam jurnalnya, dinamika kehidupan yang terus
berkembang membawa konsekuensi tertentu terhadap kehidupan keluarga. Banyaknya
tuntutan kehidupan yang menerpa keluarga serta bergesernya nilai-nilai dan pandangan
tentang fungsi dan peran anggota

keluarga menyebabkan terjadinya berbagai

perubahan mendasar tentang kehidupan keluarga, struktur, pola hubungan dan gaya
hidup keluarga banyak mengalami perubahan. Kalau dahulu biasanya seorang ayah
berperan sebagai pencari nafkah tunggal

dan ibu sebagai pengelola ulama

kehidupan dirumah, maka sekarang tidak lagi seperti itu. Begitu pula kebiasaan hidup
lama dalam keluarga besar, sekarang mereka hidup dalam keluarga kecil.
a. Ekonomi
Keadaan sosio-ekonomi keluarga tentulah mempunyai peranan terhadap
perkembangan anak-anak apabila kita pikirkan, bahwa dengan adanya perekonomian
yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak di dalam keluarga itu lebih luas,
ia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam
kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada alat-alatnya. Orang tua
yang hidup dalam status sosio-ekonomi
tekanan- tekanan fundamental

serba

cukup

dan

seperti dalam memperoleh

kurang

mengalami

nafkah hidupnya yang

memadahi, orang tua tersebut dapat mencurahkan perhatian dan kasih sayang yang

lebih mendalam kepada pendidikan anaknya apabila ia tidak disulitkan dengan
kebutuhan-kebutuhan primer kehidupan manusia.
Tetapi status sosio-ekonomi itu tidak merupakan faktor yang mutlak dalam
pemberian kasih sayang, sebab hal itu bergantung pada sikap-sikap orang tunya
dan bagaimana corak interaksi di dalam keluarga itu. Walaupun status sosioekonomi orang tua memuaskan, tetapi apabila mereka itu tidak memperhatikan
pada anaknya

atau senantiasa

bercekcok,

hail itu juga

tidak

menguntungkan

perkembangan sosial anak-anaknya. Pada akhirnya, perkembangan pendidikan anak
itu turut ditentukan pula oleh sikap-sikap anak terhadap keadaaan kelurganya.
b. Orang tua bekerja
Disamping adanya tuntutan ekonomi,

pergeseran pandangan tentang peran

wanita telah mendorong banyak ibu rumah tangga sekarang yang turut bekerja
mencari nafkah. Hal tersebut

menarik

di bahas

karena

berkaitan

dengan

kepentingan pendidikan dan perkembangan anak. Ayah yang tidak bekerja akan
menimbulkan masalah-masalah yang sangat serius bagi keluarga. Studi-studi tentang
para ayah yang tidak bekerja menunjukkan bahwa mereka sangat stress, cemas,
berfikiran kacau, depresi serta mengalami

susah

tidur

dan

cendrung

mudah

tersinggung dan berlaku kasar, baik terhadap, istri maupun terhadap anak.
Pada saat yang sama, ibu dan anak juga lazimnya ikut cemas tentang masa
depan ekonomi keluarga sehingga semua anggota keluarga juga ikut gelisah. Pada
mereka juga kadang- kadang tumbuh sikap-sikap negatif terhadap si ayah. Ibu menjadi
kesal dan jengkel melihat ayah yang phanya luntang lantung, begitu juga anakanak, kehilangan figur ayah yang dapat dibanggakan. Lebih jauh lagi, kondisi tersebut
bisa menyebabkan kurangnya kebanggaan anggota keluarga terhadap keluarganya
sendiri, terutama disaat bercerita dengan tetangga, teman atau dengan anggota
masyarakat lainnya. Ayah yang bekerja lazimnya lebih memperlihatkan rasa harga
diri. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu dan menyibukkan
pekerjaan

dan tugas-tugasnya

dikantor sehingga

diri dengan

mereka melupakan tanggung

jawabnya sebagai seorang ayah dan menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab
untuk mendidik anak kepada seorang ibu. Dalam kasus ibu yang bekerja dan bentuk
persoalannya manjadi lain bagaimanapun pekerjaan yang menuntut sebagian waktu
dan tenaga yang dimiliki ibu sehingga porsi waktu dan tenaga untuk keluarga
menjadi berkurang. Bagi ibu yang tidak bisa mengatur waktu dan tenaganya secara
profesional hal tersebut dapat membuat tidak terkontrolnya lagi kondisi rumah dan

prilaku anak-anak bisa merasa tidak di perhatikan dan kurang kasih sayang seharian
prilakunya mungkin menjadi liar, dan pendidikan anak pun akan bermasalah kesehatan
anak juga mungkin kurang terawat dan begitu pula proses perkembangannya

bisa

mengalami banyak hambatan. Permaslahan-permasalahan tersebut sangat mungkin
terjadi dan tidak jarang kita temui dalam kehidupan sehari-hari.
c. Perceraian
Walaupun

perceraian

itu tidak diharapkan,

namun sebagian keluarga

mangalaminya. Tentunya banyak faktor dan alasan yang bisa memaksa pasangan dalam
sebuah keluarga untuk bercerai, namun pada intinya hal itu disebabkan oleh
ketidaksesuaian atau perselisihan yang tidak bisa didamaikan lagi. Terlepas dari faktor
dan alasan yang menyebabkan sebuah keluarga bercerai, peristiwa perceraian dapat
mengakibatkan konsekuensi-konsekuensi serius terhadap keluarga yang pada gilirannya
akan mempengaruhi perkembangan prilaku anak. Bukan hanya ikatan perkawinan yang
akan berantakan, tetapi anak juga yang menjadi korban.
Perceraian orang tua dapat merupakan suatu peristiwa yang dapat menimbulkan
shock

dan

konflik

berat

bagi

anggota keluarganya. Perceraian menlahirkan

perubahan drastis yang bisa membingungkan dan memunculkan berbagai konflik,
baik bagi orang tua maupun bagi anak.
Persoalan lain yang muncul karena perceraian adalah dialaminya tekanan-tekanan
psikologis. Dengan bercerai orang tua harus mengatur dan mengurus keluarga
sendirian. Ia mungkin harus mengerjakan hampir segenap pekerjaan rumah tangga
yang sebelumnya tidak dilakukan. Kadang – kadang orang tua menjadi sibuk dan
kondisi rumah tangga menjadi semrawut. Beberapa orang tua yang bercerai
kadang-kadang merasa sangat terisolasi dari teman-temannya yang biasa dekat
dengannya. Para orang tua yang bercerai sering dihantui oleh rasa stress dengan
perkawinannya. Mereka kadang-kadang menyesali peristiwa itu tetapi tak dapat
berbuat banyak dalam menghadapinya. Emosi mereka kadang tidak stabil, mudah
marah diliputi kesedihan, tidak riang dan sebagainya.
Berbagai persoalan yang dihadapai orang tua tersebut di atas, pada akhirnya
terekspresikan

disaat berinteraksi dengan anak, mereka mungkin mengisolasi diri

secara diri secara emosional terhadap diri anak, mudah marah dan berprilaku agresif
terhadap anak, berupaya mempengaruhinya supaya lebih dekat dengan diri mereka
dari pada bekas

pasangan

mereka,

kurang

sebagimana layaknya dan sejumlah persoalan

bisa merawat dan memperhatikan

B. Perkembangan Anak Berbakat
A. Pengertian Anak Berbakat
Menurut David Smith (2006: 305) anak berbakat merupakan seseorang yang
memiliki

kecerdasan

yang

tinggi

dalam

berbagai

bidang baik

pemikiran,

kepemimpinan, kreativitas baik dalam bidang akademik maupun non akademik,
sehingga perlu adanya dukungan pendidikan khusus.
Menurut Conny Semiawan (1995 : 10) yang dimaksud dengan bakat adalah
kemampuan yang melekat atau inherent dalam diri seseorang. Pengertian keberbakatan
selain mencakup kemampuan intelektual tinggi, juga menunjuk kepada kemampuan
kreatif. Sedangkan kemampuan intelektual merupakan ekspresi dari intelegensi dan
kepada kemampuan intelek ini juga kita bersandar untuk menguasai dan
memperlakukan perubahan kebudayaan maupun pembaharuan teknologi di dalam
masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa anak berbakat merupakan anak yang memiliki
intelegensi tinggi dalam semua bidang, baik dari segi kreativitas maupun prestasi
belajar dan memberikan perbahan baik dari segi kebudayaan maupun dari segi
teknologi di dalam masyarakat.
Menurut defenisi dari U.S Office of Education (1971) dalam buku Utami
Munandar (1982:7) anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang
professional, dimana anak tersebut karena kemampuannya sangat menonjol, dapat
memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan
yang berdiferensisasi dan pelayanan diluar jangkauan program sekolah yang biasa, agar
dapat mewujudkan sumbangannya terhadap diri sendiri maupun terhadap masyarakat.
Kemampuan-kemampuan tersebut, baik secara potensial maupun yang sudah
nyata, meliputi: kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, berfikir
kreatif dan produktif, kemampuan dalam salah satu bidang seni dan kemampuan
psikomotor.
Menurut Utami Munandar (1982:90) ada beberapa yang mempengaruhi
perkembangan anak berbakat, yaitu:
a. Perkembangan pranatal
Sebagai nyata pada table III. 57, perkembangan pranatal tidak menunjukkan
perbedaan yang khas antara kelompok anak berbakat dan kelompok anak
dengan taraf kecerdasan rata-rata.

Pra-natal

IQ 130+

IQ rata-rata

Kesulitan waktu hamil

4

Terancam abortus

2

Kesulitan waktu melahirkan

6

2

100

96

Lahir cukup bulan
b. Perkembangan post-natal

Dalam perkembgan post-natal tidak Nampak perbedaan yang menyolok antara
kelompok anak berbakat dan kelompok anak IQ rata-rata. Bahkan dalam
beberapahal, kelompok IQ rata-rata memiliki perkembangan yang lebih cepat.
Perlu di pertimbangkan bahwa factor ingatan dan subjektifitas dalam penilaian
dapat berperan dalam memeberikan keterangan tentang perkembangan diri
anak.
Post-natal

IQ 130+

IQ rata-rata

Berat badan waktu lahir

3.15 Kg

2.86 Kg

Mulai jalan sendiri

12.76 bln

11.28 bln

Mulai berbicara

2.39 th

2.04 th

Mulai mengenal warna

3.00 th

2.24 th

Mulai mengenal angka

4.47 th

4.49 th

Mulai mengenal huruf

4.83 th

5.05 th

Dapat membaca

5.97 th

5.58 th

c. Dari siapa belajar membaca
Kebanyakan anak belajar membaca dari guru, dan pada urutan kedua dari ibu.
Disini tampak peran ibu lebih aktif dalam pendidikan anak dari ibu-ibu
kelompok anak berbakat
Tokoh

IQ 130+

IQ rata-rata

Guru

48

52

Orang tua

6

8

Ayah

2

6

Ibu

22

10

Kakak

8

2

Keluarga

8

2

Tidak diisi

6

20

d. Keadaaan fisik, penyakit dan kesulitan yang pernah dialami
Hampir semua orang tua menyatakan keadaan kesehatan anak baik. Dalam hal
penyakit-penyakit yang pernah di derita tidak Nampak perbedaan yang
menyolok antara kelompok anak berbakat dan kelompok anak IQ rata-rata.
Sekitar 36% dari orang tua kelompok anak berbakat dan 46% dari oran rua
kelompok anak IQ rata-rata menyatakan anaknya tidak pernah sakit.
Kesehatan dan kesulitan

IQ 130+

IQ rata-rata

94

100

18

10

4

2

2

-

2

2

Kesehatan baik
Kesulitan makan
Kesulitan tidur
Kesulitan bicara
Mengisap jempol/jari
e. Perkembangan fisik dibandingkan kelompok anak sebaya
Tidak Nampak banyak perbedaan antara kedua kelompok anak dalam hal
perkembangan badan lebih besar dari teman sebaya. Kebanyakan orang tua
dalam menyatakan bagaimana perkembangan fisik anak menjawab “sama”.
Tatapi hanya 8% dari orang tua kelompok anak berbakat menyatakan bahwa
perkembangan badan anaknya lebih kecil dari teman-teman sebayanya,
dibandingkan dengan 20% dari orang tua kelompok anak IQ rata-rata.
Perkembangan badan

IQ 130

IQ rata-rata

22

20

66

56

8

20

4

4

Lebih besar
Sama
Lebih kecil
Tidak diisi
f. Hal-hal yang istimewa pada anak

Yang menyimpang dari perkembangan anak pada umumnya (misalnya lebih
cepat atau lebih lambat dalam hal-hal tertentu, minat khusus yang nampak
pada umut dsb), jawaban-jawaban yang diperoleh dari orang tua kelompok
anak berbakat dan dari orang tua kelompok anak IQ rata-rata tidak selalu
sebagaimana di perkirakan.
Yang menyolok dari kelompok anak berbakat ialah mereka aktif, menurut
laporan orang tua mereka aktif, menurut laporan orang tua mereka, sedangkan
dari kelompok anak IQ rata-rata tidak ada satupun yang dilaporkan sebagai
aktif.
Ciri-ciri

IQ 130+

IQ rata-rata

18

30

8

6

6

10

2

4

2

6

26

-

6

-

-

6

4

2

2

2

Rasa ingin tahu besar
Daya tangkap cepat
Perkembangan lebih cepat
Daya ingat kuat
Berbakat
Aktif
Minat membaca
Tekun
Pemalu
Penakut
g. Bakat-bakat khusus
Yang mengherankan ialah relative lebih sedikit orang tua kelompok anak
berbakt menyatakan bahwa anaknya berbakat 52% dibandingkan dengan
orang tua kelompok anak IQ rat-rata 62%. Tetapi 34.61 % dari orang tua
kelompok anak berbakat sudah mengamati anaknya bakat ini dalam lima tahun
pertama dari hidup anak, dibandingkan dengan hanya 12.9% dari orang tua

kelompok anak IQ rata-rata. Jadi agaknya bakat-bakat tersebut pada kelompok
anak IQ rata-rata agaknya bakat itu baru nyata pada umur yang lebih tua.
Bidang bakat

IQ 130 +

IQ rata-rata

4

9

8

4

4

4

2

8

-

4

3

1

1

-

2

-

1

-

1

-

-

2

Olah raga
Kesenian
Menggambar
Prakarya
Menjahit
Mengarang
Teknik
Matematika/IPA
Daya ingat kuat
Memasak
Tidak terperinci
B. Karakteristik Anak Berbakat.
Menurut

Sutratinah

Tirtonegoro

(2006

:

42-42)

karakteristik

anak

berbakat yaitu: memiliki intelegensi di atas normal, makin tinggi IQ-nya baik daya
abstraksinya, berpikir secara logis, kritis, rasional, dan kreatif, perkembangan
mentalnya lebih cepat dari umur kalender, lingkungan sangat berperan pada
perkembangannya, mempunyai prestasi yang tinggi, baik dalam sekolah maupun di luar
sekolah, menunjukkan kemampuan khusus di atas rata-rata anak normal, sebagian besar
waktu digunakan untuk proyek individual yang banyak menggunakan faktor
intelegensi, perhatian terhadap bacaan luas dan memiliki koleksi pribadi, tidak pernah
mendapat kesulitan dari pelajaran di sekolah, dan perkembangan psikis, fisik, dan
bahasanya lebih pesat daripada anak normal.

Menurut Sunardi (2008) karakteristik anak berbakat dibedakan menjadi 4 aspek,
yaitu: aspek intelektual-akademik, pribadi-sosial, emosional, dan karir. Pertama, secara
intelektual-akademik anak berbakat sering dicirikan dengan pemilikan kemampuan
eskalasi berpikir tingkat tinggi atau kritis-analitis-evaluatif, integratif, dan original,
perfeksionis, berorientasi pada pemecahan masalah, memiliki cara lain dalam mengolah
dan memahami informasi, luwes dalam berpikir, cepat dalam belajar, rasa ingin tahu,
menyukai pengalaman baru yang menantang, konsisten terhadap tujuan, dan sejenisnya.
Kedua, secara sosial anak berbakat sering dicirikan dengan pemilikan kesadaran sosial
yang mendalam, sensitif terhadap problem orang lain, bertanggung jawab, mudah
beradaptasi dan diajak berkomunikasi, suka bergaul dengan orang yang lebih dewasa,
pandai memimpin, dan sebagainya. Ketiga, secara emosional, anak berbakat sering
dicirikan dengan pemilikan stabilitas emosi yang mantap, tidak mudah terpengaruh dan
terguncang, konsisten, suka humor, dan sebagainya. Keempat, khusus dalam kaitannya
dengan perkembangan karir, munculnya karakteristik, kebutuhan, dan permasalahan
khusus pada anak sering kali menghambat perkembangan karir mereka. Masalahmasalah diskontinuitas, multipotensi, displasia, kebosanan, stress, konflik, keraguraguan, displasia, rasa ingin tahu -curiosity, kreativitas, serta idealism perfeksionisme,
merupakan masalah-masalah yang berkaitan erat dengan perkembangan karir anak.
Dapat disimpulkan bahwa anak berbakat memiliki karakteristik yang berbeda
dengan anak normal pada umumnya yaitu dalam bidang intelektual anak berbakat
memiliki intelektual yang tinggi diatas rata-rata anak normal, dalam bidang sosial anak
mudah bergaul dengan teman sebayanya bahkan yang lebih dewasa. Dari segi
emosional anak tidak mudak berpengaruh dengan orang lain, dan dari segi karir anak
berbakat lebih ke model alternative bimbingan karir yang sistematis, terarah, dan
berkesinambungan.
C. Pengaruh Kasih Sayang Orang tua Terhadap Perkembangan Anak Berbakat
Sebagaimana diketahui, orang tua merupakan sosok individu yang paling dekat
dengan anak. Banyak dari orang tua berharap dan menginginkan anak yang cerdas dan
berprestasi. Bahkan menginginkan keksuksesan bagi anaknya. Berbagai cara dijalani
untuk memberikan yang terbaik bagi si buah hati. Seperti les privat, menyekolahkan di
tempat yang bagus, tambahan bimbingan belajar, bahkan menempatkan anak pada
sanggar-sanggar tertentu, hanya untuk menginginkan si anak mampu menjadi anak
yang berbakat.

Orang tua adalah pembina

pribadi

yang pertama

dalam hidup

anak.

Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur pendidikan yang
tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang
sedang tumbuh itu (Daradjat, 1970:56). Karena itulah apapun yang dilakukan oleh
orang tua kepada anaknya, akan berpengaruh terhadap anak tersebut.
Menurut Khoirudin Bashori, sensitivitas yang ada pada orang tua memilki
tiga dimensi:
a. kepekaan yaitu meliputi peka terhadap kebutuhan fisik dan psikologis anak,
terhadap masalah belajar dan hubungan sosial anak
b. kehangatan, meliputi cukup perhatian dan sentuhan kasih sayang, peduli
terhadap kebutuhan dan problematika anak
c. responsivitas yakni memberikan reksi dengan cepat terhadap kebutuhan dan
permasalahan anak dan memberikan respon yang tepat terhadap kebutuhan
dan permasalahan anak (Bashori, 2003:31-33).
Sehubungan dengan hal tersebut kiranya perlu adanya relisasi dari orang
tua terhadap anak sebagai buah hati mereka, yakni dengan memberikan dan
mencurahkan kasih sayang semaksimal mungkin kepada mereka dalam segala hal
yang

menyangkut

kebutuhan anak. Sehingga diharapkan kasih sayang orang tua

tersebut dapat menumbuhkan dan meningkatkan perkembangan bakat anak.
Bakat anak awalnya tergantung pada orang tua dalam menangkap dan mengerti
bagaimana anaknya. Dan hal itu sebaiknya dilakukan saat anak masih kecil. Karena
akan dapat memberikan anak kebebasan dan mengisi hari-harinya. Yang pastinya
kegiatan yang dilakukannya itu membuat ia senang dan merasa berarti. Pada saat inilah
kasih sayang di butuhkan bagi seorang anak untuk memotivasi atas bakat yang
dimilikinya, serta apapun bakat yang dimiliki anak, orang tua patut memberikan
dukungan dan semangat kepada anak.
Selanjutnya dalam hal mengenai mengetahui bakat anak dari dini. Mungkin
tentunya tidak terlepas dari peran dan dukungan orang tua beserta keluarga. Peran
orang tua dalam mengenali bakat anak yaitu mengenali, mengarahkan dan membimbing
anak agar bakatnya terus berkembang. Orang tua harus jeli dan sabar dalam mengenali
bakat anak. Hal itu tergantung pada tumbuh kembang anak.
Jika anak kurang mendapat kasih sayang orang tua, anak tersebut

akan

merasakan derita batin, kesehatan badan akan terganggu, kecerdasan mungkin kurang,

apalagi kalau kasih sayang orag tua terabaikan, maka hal ini akan berakibat fatal
bagi jiwa dan raga anak. Rasa cinta dan kasih sayang orang tua yang dilimpahkan
kepada anak akan membuat anak merasa aman, tenang dan tentram (Az-Zahrani,
2005:229). Semua itu akan berpengaruh terhadap perkembangan yang dimilikinya,
dimana psikologis anak mengalami penurunan. Ini juga akan berpengaruh kepada bakat
yang dimilikinya, sehingga bakat yang dimilikinya tersebut akan mengalami penurunan
karena merasa menderita batin akibat kurangnya kasih sayang dari orang tua.
Jadi, kita sebagai orang tua sehendaknya memiliki rasa kasih sayang terhadap
anak. Karena jika tidak adanya rasa kasih sayang yang kita tanamkan terhadap anak
tersebut, bukan hannya bakatnya saja yang terganggu, tetapi semua yang dimiliki oleh
anak tersebut akan terganggu dan tidak sesuai akan perkembangan yang dimilikinya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasih sayang orang tua merupakan perasaan cinta atau sayang terhadap
anaknya. Cinta adalah emosi terpenting dalam kehidupan manusia. Ia adalah faktor
terpenting dalam menyatukan hati antar manusia dan pembentukan kasih sayang
di

antara

sesama

manusia.

Sehingga

dalam hal ini kata-kata

kasih sayang

mempunyai pengertian yang sama dan saling melengkapi, yaitu adanya perasaan
sayang, suka, dan cinta terhadap sesuatu hal, dan dalam penulisan ini yang menjadi
objeknya adalah seorang anak.
Anak berbakat merupakan seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi
dalam berbagai bidang baik pemikiran, kepemimpinan, kreativitas baik dalam bidang
akademik maupun non akademik, sehingga perlu adanya dukungan pendidikan khusus.
Pengaruh dari kasih sayang orangtua terhadap anak adalah tanpa adanya kasih
sayang yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya, maka perkembangan yang
dimilikinya akan terganggu. Tidak hanya perkembangannya saja, bakat yang
dimilikinyapun akan mengalami gangguan.
B. Saran
Jadi, kita sebagai orang tua sehendaknya memiliki rasa kasih sayang terhadap
anak. Karena jika tidak adanya rasa kasih sayang yang kita tanamkan terhadap anak
tersebut, bukan hannya bakatnya saja yang terganggu, tetapi semua yang dimiliki oleh
anak tersebut akan terganggu dan tidak sesuai akan perkembangan yang dimilikinya.
1. Orang tua hendaknya menyadari bahwa kasih sayang terhadap merupakan bekal
utama untuk mencapai prestasi di segala aspek kehidupan, bukan hanya di masa
sekolah namun juga masa depan putra-putri mereka.
2. Orang tua siswa diharapkan memberikan kasih sayangnya kepada anak sehingga
anak akan memiliki motifasi belajar yang tinggi yang akan mengantarkan anak
meraip prestasi yang tinggi pula.
3. c. Orang tua hendaknya tidak hanya menyerahkan perkembangan pendidikan anak
mereka kepada pihak guru atau sekolah sepenuhnya, mengingat motivasi
belajar anak tidak hanya ditarapkan di sekolah saja namun juga di rumah di mana
anak menghabiskan sebagian besar waktu mereka.
4. d. Mengingat lingkungan sangat mempengaruhi motivasi belajar anak, maka
orang tua harus benar-benar memperhatikan lingkungan bergaul anak di luar
rumah.

Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu dan Ahmad Rohani BM. 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Az-Zahrani, Musfir Bin Said. 2005.

Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.

Balson, Maurice. 1996. Bagaimana Menjadi Orang Tua yang Baik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Basori, Khoirudin. 2003.
Problem Psikologis Kaum Santri Resiko Insekuritas
Kelekatan. Yogyakarta: FKBA.
Basori, Khoirudin. 2003.
Problem Psikologis Kaum Santri Resiko Insekuritas
Kelekatan. Yogyakarta: FKBA.
Conny Semiawan. (1995). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Depdikbud
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Departemen Agama
RI. 1992. Mushaf Al-Qur’an Terjemah. Semarang: Asy-Syifa.
Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Departemen Agama
RI. 1992. Mushaf Al-Qur’an Terjemah. Semarang: Asy-Syifa.
David Smith. (2006). Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua. Bandung : Nuansa
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Fahmi, Musthofa. 1977. Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat.
Jakarta: Bulan Bintang. Jilid 1.
Ismail, Imam Abi Abdullah Muh. 1992. Bukhori Al-Jaify. Beirut Libanon.
Istadi, Irawadi. 2003. Mendidik dengan Cinta. Jakarta: Pustaka Inti. Kartono, Kartini.
1986. Psikologi Anak. Bandung: Alumni.
Muhardi. 1986. "Homo Humanus". Padang: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia FPBS IKIP Padang.
Muntamah. 2010. Skripsi HUBUNGAN ANTARA KASIH SAYANG ORANG TUA
DENGAN MOTIVASI BELAJAR (STUDI KASUS PADA SISWA SD NEGERI
LEBAK KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010)
Salatiga. STAIN.

Mustofa, Amir. 2007. Skripsi Hubungan Kasih Sayang Orang Tua dengan Motivasi
Belajar Anak (Studi Kasus pada Siswa Kelas V dan VI MIN Kedokan Klego Boyolali
Tahun 2007). Salatiga. STAIN.
Sunardi. (2008). Karakteristik dan Kebutuhan Anak Berbakat dan Implikasi dalam
Layanan

Bimbingan

dan

Konseling

Karir di

unduh

dalamhttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196002011987031SUNARDI/karya_tlsmateri_ajar_pdf/KONSELING_KARIR_ANAK_BERBAKAT.pdf pada

pukul

13.01

tanggal 29 September 2014
Sutratinah Tirtonegoro. (2006). Anak Supernormal dan Program Pendidikannya . Jakarta:
Bumi Aksara
Sutratinah Tirtonegoro. (2006). Anak Supernormal dan Program Pendidikannya . Jakarta:
Bumi Aksara
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2007. Jakarta: Balai Pustaka.
Utami. 1982. Pemanduan Anak Berbakat. Jakarta. CV. Rajawali.