Campur kode dengan unsur a disebut campur kode ke dalam inner code-mixing; sedangkan campur kode yang unsur-unsurnya dari golongan b disebut campur kode
ke luar outer code-mixing.
2.4.2 Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Terjadinya Campur Kode
Menurut Suwito 1983:77 faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode pada sikap attitudial type dan tipe yang berlatar belakang kebahasaan
linguistic type. Kedua tipe itu saling bergantung dan tidak jarang bertumpang tindih. Hal seperti itu dapat diidentifikasi beberapa alasan atau penyebab yang mendorong
terjadinya campur kode. Alasan-alasan itu antara lain ialah 1 identifikasi peranan, tolak ukur identifikasi peranan yaitu menitikberatkan pada pemakaian campur kode
yang bertujuan untuk menunjukkan identitas pribadi dalam masyarakat. Ukuran untuk identifikasi peranan juga berupa registral dan edukasional. Registral berarti berkaitan
dengan tempat tinggal atau asal daerah seseorang, sedangkan edukasional berarti penggunaan bahasa dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang. Sebagai contoh
seseorang akan bercampur kode dengan unsur-unsur bahasa Jawa atau bahasa Madura dalam tuturan dengan atasannya atau teman sebaya untuk menunjukkan bahwa si
penutur berasal dari keluarga yang berlatar belakang Madura atau Jawa dan dengan pemilihan bahasa Madura atau bahasa Jawa untuk menunjukkan kekhasan daerahnya;
2 identifikasi ragam, identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa dimana seorang penutur melakukan campur kode yang akan menempatkan dia di dalam hierarki status
sosialnya. Misalnya, pemilihan pemakaian bahasa Jawa pemilihan pemakaian bahasa halus saat bertutur dengan orang tua atau pemilihan bahasa Jawa kasar saat bertutur
dengan teman sebaya dan cara mengekspresikan ragam bahasa itu terdapat intelektualnya, dan dapat memberikan kesan status sosial maupun tingkat
pendidikannya, misalnya penutur cenderung bercampur kode dengan bahasa asing yaitu bahasa Inggris dengan maksud menunjukan bahwa penutur merupakan seorang
yang berpendidikan dan modern sehingga dalam berkomunikasi banyak menyisipkan kata atau istilah dalam bahasa asing; dan 3 keinginan untuk menjelaskan dan
menafsirkan, latar belakang ini tampak karena campur kode juga menandai sikap dan hubungannya dengan orang lain dan sikap orang lain terhadapnya .
Menurut Nababan 1993:32 terjadinya campur kode dilatarbelakangi oleh tiga hal, antara lain: 1 situasi kebahasan informal, cenderung pada situasi santai,
misalnya saat jam istirahat sekolah, belajar kelompok, dan lain-lain; 2 pencerminan dari status sosial seseorang, meliputi segi pendidikan, ekonomi, keturunan; dan 3
keterbatasan ungkapan dalam bahasa Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa campur kode terjadi karena adanya hubungan
timbal balik antara peranan penutur, bentuk bahasa dan fungsi bahasa. Artinya penutur yang mempunyai latar belakang sosial tertentu, cenderung memilih bentuk
campur kode tertentu untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu. Pemilihan bentuk campur kode demikian dimaksudkan untuk menunjukkan status sosial dan identitas
pribadinya di dalam masyarakat.
2.4.3 Beberapa Macam Wujud Campur Kode