Pengulangan seluruh yaitu pengulangan untuk bentuk dasar, tampa perubahan fonem dan tidak ada pembubuhan afiks, misalnya
1 “Kalau kita julan es buah sebagai ta’jil kiro-kiro modalnya habis berapa ya?” Kalau kita jualan es buah sebagai ta’jil kira-kira modalnya habis berapa ya?
Kalimat di atas terjadi campur kode bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Kata kiro-kiro merupakan campur kode bahasa Jawa berwujud
pengulangan seluruh. Kata kiro-kiro berasal dari bahasa Jawa yang arti dalam bahasa Indonesia adalah kira-kira.
2. Pengulangan Sebagian Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian dari bentuk
dasarnya. Pada pengulangan ini bentuk dasarnya tidak diulang penuh, contoh : ran-jaranan, ti-matian.
3. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks Pada pengulangan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan diberi
tambahan afiks, maksudnya ada penambahan huruf pada kata yang mana pengulangan itu terjadi bersama-sama pula dan mendukung suatu fungsi.
Contoh: dielus-elus, dijiwet-jiwet, omah-omahan 4. Pengulangan dengan perubahan fonem
Pengulangan dengan perubahan fonem dibedakan menjadi dua, yaitu 1 perubahan fonem vokal, sebagai contoh: Ani ngguya-ngguyu saat
menonton kesenian ludruk di dekat rumahnya. 2 perubahan fonem konsonan, contoh: sayur-mayur.
2.4.3.2 Campur Kode Berwujud Frasa
Keraf 1989:138 menyatakan bahwa frase adalah suatu kontruksi dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan. Contoh campur kode frase misalnya:
1 “Nah karena saya sudah kadhung apik sama dia ya tak teken.” Nah karena saya sudah terlanjur baik sama dia ya saya tanda tangani
Kalimat tersebut terjadi percampuran kode, yaitu kode bahasa Jawa dan kode bahasa Indonesia. Kadhung apik dan tak teken merupakan kode bahasa Jawa
berwujud frasa., sedangkan sederetan kata yang lain menunjukkan kode bahasa Indonesia. Kadhung apik bila di dalam bahasa Indonesia mengandung arti terlalu
baik dan tak teken bila di dalam bahasa Indonesia mengandung arti tanda tangan. Kalimat tersebut tergolong campur kode, karena seorang penutur menyisipkan unsur-
unsur bahasa daerah ke dalam bahasa nasional.
2.4.3.3 Campur Kode Berwujud Klausa
Ramlan dalam Tarigan, 1986:74 mengatakan klausa adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat. Campur kode berupa klausa terjadi
apabila penuturnya menyisipkan unsur-unsur yang berupa klausa. Contoh campur kode berwujud klausa sebagai berikut :
1 “Mau gimana lagi, kulo pun nyerah dalam masalah ini.” s
p Mau gimana lagi, saya pun menyerah dalam masalah ini
2.4.3.4 Campur Kode Berwujud Baster
Baster adalah bentuk campuran unsur-unsur bahasa asli dengan unsur bahasa asing. Bentuk ini bisa terjadi antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Campur
kode berupa baster terjadi apabila penutur menyisipkan baster dari bahasa yang berbeda. Contoh campur kode berupa baster adalah sebagai berikut:
1 Banyak club malam yang harus ditutup.
Banyak tempat hiburan malam yang harus ditutup
2.4.3.5 Campur Kode Berwujud Ungkapan atau Idiom
Tarigan 1986:164 menyatakan bahwa ungkapan adalah perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk menyatakan suatu maksud dengan arti kiasan.
Campur kode berupa ungkapan atau idiom terjadi apabila penutur menyisipkan
ungkapan atau idiom dari bahasa yang berbeda. Contoh campur kode berupa ungkapan atau idiom sebagai berikut :
1 Pada waktu itu hendaknya kita hindari cara bekerja alon-alon asal kelakon. Pada waktu itu hendaknya kita hindari cara bekerja perlahan-lahan asal
dapat berjalan
2.4.4 Fungsi Campur Kode